Larangan Notaris Dasar Hukum Pengaturan Notaris Majelis Pengawas Notaris

Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku; g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga; h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan; i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 lima had pada minggu pertama setiap bulan berikutnya; j. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan; k. mempunyai capstempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan; l. membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris; m. menerima magang calon Notaris Habib Adjie, 2007:86.

2.1.5 Larangan Notaris

Larangan notaris merupakan suatu tindakan yang dilarang dilakukan oleh notaris, jika larangan ini dilanggar oleh notaris maka kepada notaris yang melanggar akan dikenakan sanksi sebagaimana tersebut dalam Pasal 85 UUJN. Notaris dilarang: a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya; b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dan 7 tujuh hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah; c. merangkap sebagai pegawai negeri; d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara; e. merangkap jabatan sebagai advokat; f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan Usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta; g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan Notaris; h. menjadi Notaris Pengganti; atau i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan Notaris Adjie, 2007:90.

2.1.6 Dasar Hukum Pengaturan Notaris

Dasar hukum pengaturan notaris di Indonesia terdapat pada Undang-undang No. 30 Tahun 2004: Tentang Jabatan Notaris UUJN

2.1.7 Majelis Pengawas Notaris

Majelis Pengawas merupakan suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris Pasal 1 ayat 6 UUJN juncto Pasal 1 angka 1 Permenkum Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004. Pengawasan terhadap Notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris.24 Bersifat preventif mengandung makna suatu proses pembinaan, sedangkan bersifat kuratif mengandung makna melakukan penjatuhan sanksi terhadap Notaris dalam pelaksanaan jabatannya apabila terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Dalam tugas pengawasan Majelis Pengawas Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 67 UUJN, menyatakan bahwa: a. Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri. b. Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Menteri membentuk Majelis Pengawas. c. Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berjumlah 9 sembilan orang, terdiri atas unsur : 1. pemerintah sebanyak 3 tiga orang; 2. organisasi Notaris sebanyak 3 tiga orang 3. ahliakademisi sebanyak 3 tiga orang. d. Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf a, keanggotaan dalam Majelis Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri. e. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris. f. Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 berlaku bagi Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris. Berkenaan dengan ketentuan dalam Pasal 67 ayat 3 UUJN, perpaduan unsur dalam keanggotaan Majelis Pengawas diharapkan dapat memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang objektif, sehingga setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak menyimpang dari UUJN karena diawasi secara internal dan eksternal. Dalam melakukan tugas pengawasan terhadap Notaris sebagian kewenangan diberikan kepada Organisasi Profesi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Bab X tentang Organisasi Notaris, Pasal 82 dan 83 UUJN Adjie, 2008.171.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Hukum Pembuktian dan Alat