pikirkonsepnilai, 2 subsistem sosial, dan 3 subsistem artifakkebendaan. Demikian halnya Schein 2004 menyatakan bahwa budaya ditunjukkan oleh tiga
tingkatan, yaitu: perilaku dan artifak, kepercayaan dan nilai, dan asumsi-asumsi
dasar. 2.1.6
Kinerja Auditor
Kinerja performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing - masing dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika
Judge. et al, 2001. Menurut Trisnaningsih 2007, kinerja prestasi kerja adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas,
dan ketepatan waktu. Adapun faktor penentu kinerja auditor digambarkan melalui pendekatan
teori atribusi menyatakan bahwa dua kategori dasar yang digunakan pada diri seorang karyawan untuk dapat menentukan kinerjanya, yaitu atribusi yang bersifat
internal atau disposisional dihubungkan dengan sifat - sifat orang, dan yang bersifat eksternal atau situasional yang dapat dihubungkan dengan lingkungan
seseorang Bateman, 1984 dalam Maryani, 2010. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal auditor. Faktor internal adalah adanya kemauan, bakat, kemampuan,
maupun usaha yang dilakukan. Sedangkan faktor eksternal adalah hal yang berkaitan dengan lingkungan kerja, rekan kerja, dan pimpinan Maryani, 2010.
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor
Kompleksitas tugas sangat erat kaitannya dengan kualitas hasil audit laporan yang dihasilkan oleh auditor. Kompleksitas tugas merupakan sikap yang
dimiliki oleh individu karena kemampuan serta daya ingat untuk melaksanakan sebuah tugas audit. Dalam melaksanakan tugas audit banyak dihadapi oleh
persoalan yang kompleks. Kesulitan yang dirasakan oleh setiap individu berbeda- beda biasanya terjadi ketidakkonsisten petunjuk informasi dan tidak mampu
dalam mengambil suatu keputusan akan menjadikan sebuah tugas semakin kompleks.
Menurut Andini Ika Setyorini 2011 peningkatan kompleksitas tugas dapat menurunkan keberhasilan tugas. Pendapat yang sama menurut
Restuningdiah dan Indriantoro 2000 bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu
sendiri. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit bisa menyebabkan seorang akuntan berperilaku disfungsional sehingga dapat
mengakibatkan penurunan kinerja auditor. Bonner 1994 menyatakan bahwa kompleksitas tugas tidak terstruktur,
sulit untuk dipahami, dan ambigu. Didalam tugas yang kompleks, usaha tidak dapat secara langsung atau kuat berpengaruh pada kinerja, jika auditor tidak
menambah kemampuan atau pengalaman Bonner, 1994. Ketika tugas lebih kompleks dan tidak terstruktur, usaha yang tinggi tidak akan membantu seorang
auditor untuk menyelesaikan tugas audit. Hasil penelitian Sanusi Iskandar 2007 menunjukkan bahwa ketika auditor memiliki tugas yang kompleks atau
tidak terstruktur dengan baik, setinggi apapun usaha auditor akan sulit untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga justru menurunkan kinerja auditor
tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H
1
: Kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor
2.2.2 Pengaruh Tekanan Waktu Terhadap Kinerja Auditor
Dalam setiap proses pengauditan biasanya penurunan kualitas audit dapat disebabkan dengan adanya faktor dalam pembatasan pengumpulan bukti yang
dilakukan oleh auditor, ada dua faktor yaitu faktor terhadap biaya dan waktu. Waktu menjadi ketentuan yang sangat ketat dalam pelaksanaan proses audit
karena akan mempengaruhi efesiensi terlebih biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini auditor akan merasakan tekanan waktu saat melaksanakan audit karena sangat
mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Semakin tinggi tekanan waktu dalam melakukan audit, membuat auditor semakin meningkatkan
efisiensi dalam proses audit sehingga seringkali pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor tidak dapat dipastikan selalu berdasarkan prosedur dan
perencanaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebelumnya. Dalam proses peningkatan kinerja seorang auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan