Budaya Tri Hita Karana sebagai Pemoderasi Kompleksitas Tugas dan Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali).

(1)

BUDAYA TRI HITA KARANA SEBAGAI PEMODERASI KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN WAKTU

TERHADAP KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

SKRIPSI

Oleh :

NI LUH PUTU DESY MUSTIKAYANI NIM : 1206305193

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

BUDAYA TRI HITA KARANA SEBAGAI PEMODERASI KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN WAKTU

TERHADAP KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

SKRIPSI

Oleh :

NI LUH PUTU DESY MUSTIKAYANI NIM : 1206305193

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal : 13 Januari 2016

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Dr.I Gst. Ayu Made Asri Dwija P., SE., M.Si ...

2. Sekretaris : Dr.Drs. A.A.N.B Dwirandra, M.Si., Ak. ...

3. Anggota : Dr. Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. Dr.Drs. A.A.N.B Dwirandra, M.Si., Ak. NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19630709 198803 1 001


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademi di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 13 Januari 2016 Mahasiswa,

Ni Luh Putu Desy Mustikayani NIM. 1206305193


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Budaya Tri Hita Karana Sebagai Pemoderasi Kompleksitas Tugas dan Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali)”.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Ibu Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, SE., M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Dewa Gde Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Ibu Naniek Noviari, SE.,M.Si.,Ak. selaku Dosen Pembimbng Akademik yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.

7. Bapak Dr. Drs. A.A.N.B Dwirandra, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan, saran, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Dr.I Gst. Ayu Made Asri Dwija P., SE., M.Si dan Dr. Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk penulisan skripsi ini.

9. Bapak Dr. I Gede Riana, SE., MM yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis dalam perjalanan menempuh kuliah dan mengikuti organisasi kemahasiswaan.

10.Dosen dan Pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas segala bantuannya selama ini.

11.Pimpinan dan seluruh karyawan Kantor Akuntan Publik di Bali yang telah membantu sebagai responden dalam memberikan berbagai data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

12.Keluarga tercinta penulis, Ayah, Ibunda, Adik dan Keluarga Besar lainnya yang selalu memberikan motivasi, semangat, fasilitas, dan doa yang tulus selama penulis menempuh kuliah serta dalam proses penyusunan skripsi ini.


(6)

v

13.Rekan- rekan seperjuangan penulis yaitu diantaranya Winda Asri, Pravitri Marga Kesumman, Dwi Laksmi, Aprilita Catur Putri, Ari Astuti, Eka Novita, Mirdayanti, Linda Lestiana, Mita Sri Ardiani, Mitaliana dan Sang Ayu Wisna terimakasih atas perjuangan dan kebersamaan selama kurang lebih tiga tahun menuntut ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 14.Sahabat terkasih, yaitu Gita Ernanda, Lila Mayuri, Irma Vitriani, Putri

Wirasari, Oka Yuliani, Benny Setiawan, serta seluruh sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas pengalaman yang diberikan selama penulis menempuh ilmu sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.

15.Sahabat penulis, yaitu 16 besar Mantan OSIS XXXIII TRISMA yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

16.Pengurus dan Pengawas UKM Koperasi Mahasiswa periode 2013 , 2014 , 2015, dan Keluarga Besar Kopma Unud atas seluruh saran dan kritik yang membangun serta memberikan doa maupun semangat yang tiada hentinya. 17.Seluruh rekan-rekan Organisasi Kemahasiswaan di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis khususnya BE SMFE Unud periode 2013 dan BE SMFEB Unud periode 2014 terutama kakak dan sahabat di IKKW yang senantiasa menemani penulis dalam menempuh perkuliahan sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.

18.Rekan-rekan tim Defile FEB Unud angkatan 2012 dan Basket Putra dan Putri FEB Unud periode 2013 untuk seluruh pengalaman yang diberikan kepada penulis.

19.Rekan-rekan KKN Desa Baler Bale Agung – Negara periode X yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

20.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana angkatan 2012 khususnya jurusan Akuntansi serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, masukan, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 13 Januari 2016


(7)

vi

Judul : Budaya Tri Hita Karana sebagai Pemoderasi Kompleksitas Tugas dan Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali)

Nama : Ni Luh Putu Desy Mustikayani

NIM : 1206305193

ABSTRAK

Kompleksitas tugas diduga tidak serta merta berpengaruh melainkan tergantung pada faktor kontinjensi, salah satunya adalah budaya tri hita karana. Budaya tri hita karana sebagai filosofi budaya lokal dianggap sebagai sebuah penerapan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari khususnya pekerjaan. Disisi lain tekanan waktu mampu memberikan kecendruangan terhadap hasil kinerja seorang auditor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompleksitas tugas, tekanan waktu terhadap kinerja auditor dengan budaya tri hita karana sebagai pemoderasi pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik non probability sampling dan memperoleh 42 sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda dan Moderated Regression Analysis (MRA) dengan melakukan uji koefisien determinasi, uji kelayakan model dan uji t untuk menguji hipotesis tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas tugas dan tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas dan tenakan waktu dalam proses pengauditan maka kinerja auditor akan semakin menurun. Hasil penelitian juga menunjukan budaya tri hita karana tidak mampu memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor, namun budaya tri hita karana mampu memoderasi pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor.

Kata Kunci: Kompleksitas tugas, tekanan waktu, budaya tri hita karana dan kinerja auditor.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Teri Keagenan ... 12

2.1.2 Teori Atribusi ... 13

2.1.3 Kompleksitas Tugas ... 14

2.1.4 Tekanan Waktu ... 15

2.1.5 Tri Hita Karana ... 17

2.1.6 Kinerja Auditor ... 18

2.2 Hipotesis Penelitian ... 19

2.2.1 Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor ... 19

2.2.2 Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor ... 20

2.2.3 Budaya Tri Hita Karana Memoderasi Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor ... 21

2.2.4 Budaya Tri Hita Karana Memoderasi Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Desain Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 26

3.3 Objek Penelitian ... 27


(9)

viii

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 28

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.6.1 Jenis Data ... 29

3.6.2 Sumber Data ... 30

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 30

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.9 Uji Instrumen Penelitian ... 33

3.9.1 Uji Validitas ... 33

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 33

3.10 Teknik Analisis Data ... 34

3.10.1 Uji Statistik Deskriptif ... 34

3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 34

3.10.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 36

3.10.4 Analisis Regresi Moderasi ... 37

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 40

4.1.1 Bentuk Usaha Kantor Akuntan Publik ... 40

4.1.2 Jasa-jasa Kantor Akuntan Publik ... 40

4.2 Data Penelitian ... 43

4.2.1 Deskripsi Responden ... 43

4.2.2 Karakteristik Responden ... 45

4.3 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 48

4.3.1 Uji Validitas ... 48

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 50

4.4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 50

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 52

4.5.1 Uji Normalitas ... 52

4.5.2 Uji Multikolinearitas ... 53

4.5.3 Uji Heterokedastisitas ... 53

4.6 Hasil Analisis Data ... 54

4.6.1 Regresi Linear Berganda ... 54

4.6.2 Regresi Moderasi ... 74

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

4.7.1 Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor ... 61

4.7.2 Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor ... 62

4.7.3 Budaya Tri Hita Karana sebagai Pemoderasi Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor ... 63

4.7.4 Budaya Tri Hita Karana sebagai Pemoderasi Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor ... 64


(10)

ix

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 68

DAFTAR RUJUKAN ... 69


(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Daftar Kantor Akuntan Publik di Bali ... 31

3.2 Daftar Jumlah Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali ... 32

4.1 Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ... 44

4.2 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ... 44

4.3 Karakteristik Responden ... 47

4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 48

4.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

4.6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 51

4.7 Hasil Uji Normalitas ... 52

4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 53

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

4.10 Analisis Regresi Berganda ... 55


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 75

2 Tabulasi Data Ordinal ... 84

3 Tabulasi Data Interval ... 89

4 Hasil Uji Validitas ... 94

5 Hasil Uji Reliabilitas ... 102

6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 107

7 Hasil Deskripsi Data Peneltian ... 108

8 Hasil Uji Normalitas ... 110

9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 111

10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 113

11 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ... 114


(14)

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Audit atas laporan keuangan digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan perusahaan. Untuk itu diperlukan pihak independen sebagai pihak ketiga yaitu akuntan publik yang berperan untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan. Mulyadi (2002) mengatakan auditor adalah seorang yang memiliki tugas memeriksa secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan organisasi tersebut.

Beberapa hasil penelitian terkait auditor memperlihatkan faktor seorang individu sangat berperan penting dalam peningkatan kinerja individu, khususnya dalam bidang akuntansi. Faktor-faktor individu tersebut adalah adanya pengetahuan auditor (Nelson et al., 1995; Dearman & Shields, 2001), kemampuan untuk melakukan analisis atas informasi yang diterima (Bonner & Lewis, 1990; Tan & Libby, 1997), kepercayaan diri dalam pembuatan keputusan (Bloomfield et al., 1999), serta motivasi untuk meningkatkan kualitas audit (Becker, 1997). Untuk itu diperlukannya auditor sebagai pihak independen dalam proses pengauditan.


(16)

Chow dan Rice dalam Kawijaya dan Juniarti (2002) mengatakan manajemen perusahaan berusaha menghindari opini wajar dengan pengecualian karena dianggap dapat mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer. Disinilah auditor berada dalam situasi yang dilematis, dalam satu sisi auditor harus bersikap secara profesional dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun di sisi lain auditor harus memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang akan membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya.

Beberapa persoalan yang sering muncul dalam proses pengauditan adalah adanya kompleksitas tugas diartikan sebagai persepsi yang berbeda yaitu ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada tugas-tugas-tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatif-alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi. Kondisi ini ditambah dengan tugas dan persoalan yang kompleks dihadapi oleh auditor. Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan tingkat kesulitan dan banyaknya variabel tugas dalam pengauditan. Namun, setinggi apapun kompleksitas yang diterima, auditor harus menyelesaikan tugas dengan baik agar klien tetap menggunakan jasanya dimasa yang akan datang.

Selain adanya kompleksitas tugas, bagi auditor tekanan waktu merupakan keadaan yang tidak dapat dihindari saat menghadapi iklim persaingan. Auditor dituntut untuk dapat mengalokasikan waktu secara tepat dalam menentukan


(17)

besarnya biaya audit. Pengalokasian waktu dalam pelaksanaan audit sangat berpengaruh terhadap biaya audit, karena alokasi waktu yang terlalu lama akan menambah biaya audit sehingga dampaknya akan mengurangi fee audit yang diterima auditor, sebaiknya audit dapat diselesaikan tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan agar memberikan dampak baik bagi auditor dalam penerimaan fee audit (Jemada dan Yaniartha, 2013). Sehingga hal tersebut mempengaruhi pendapat dari (Ahituv dan Igbaria, 1998) menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sesorang. Hasil penelitian Basuki dan Mahradani (2006) menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu tidak memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara langsung terhadap kualitas audit.

Kondisi yang dihadapi oleh auditor dalam menyelesaikan tugas dan berbagai persoalan kompleks berhubungan dengan keterbatasan waktu yang biasanya diberikan oleh klien, sehingga dapat memberikan penilaian terhadap kinerja seorang auditor. Kompleksitas tugas auditor merupakan kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam menyelesaikan suatu persoalan dikarenakan adanya batasan kemampuan serta daya ingat dalam membuat keputusan yang berpengaruh terhadap laporan keuangan (Jamillah et al., 2007). Dalam melaksanakan tugas audit, akuntan publik pasti menemui kesulitan dalam menyelesaikan suatu tugas audit. Banyaknya laporan keuangan dan infomasi dari manajemen yang harus diperiksa menyebabkan kemampuan menyelesaikan serta daya ingat yang terbatas tidak dipungkiri dapat mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh seorang auditor.


(18)

Beberapa penelitian sebelumnya diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Cecilia Engko dan Gunodo (2007) menyatakan kompleksitas audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian oleh Prasita dan Adi (2007) membuktikan bahwa kompleksitas tugas audit juga mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Ini berarti adanya kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor akan berdampak negatif terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Semakin tinggi tingkat kompleksitas tugas yang diemban oleh seorang auditor maka kinerja yang dihasilkan oleh auditor akan semakin rendah.

Hal yang sama dalam penelitian yang dilakukan oleh Widiarta (2013) menyatakan bahwa kompleksitas audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy (1993) menyatakan bahwa kompleksitas penugasan audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun, hasil berbeda ditunjukan oleh Tan et.al (2002) dan Marganiangsih dan Martani (2009) yang menunjukan bahwa kompleksitas tugas tidak terbukti signifikan mempengaruhi kinerja auditor. Hal inilah yang dijadikan dasar oleh peneliti untuk melakukan penelitian tentang kompleksitas tugas karena hasil yang tidak konsisten.

Menekankan pada teori keseimbangan dalam hidup menyatakan bahwa masyarakat cenderung memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan, dan diwujudkan dalam bentuk perilaku (Gunawan, 2009). Penelitian ini menggunakan salah satu kultur lokal Bali yaitu budaya tri hita karana yang telah diadopsi sebagai budaya organisasi.


(19)

Budaya digunakan sebagai sebuah variabel dalam peneitian ini karena budaya adalah sebuah pemrograman pikiran kolektif yang membedakan anggota satu kelompok atau kategori orang-orang dari lainnya. Budaya mencerminkan gabungan sifat manusia dan kepribadian (Hofstede, 1991). Kaitannya dalam kehidupan adalah adanya perbedaan yang dirasakan oleh sebuah organisasi dalam hal ini KAP untuk dapat menjalankan aktivitas organisasinya.

Budaya tri hita karana adalah sebuah filosofi yang sekaligus menjadi konsep kehidupan dan sistem kebudayaan masyarakat di Bali. Konsep kehidupan yang mengedepankan prinsip-prinsip kebersamaan, keselarasan, dan keseimbangan antara tujuan ekonomi, pelestarian lingkungan dan budaya, estetika dan spiritual (Tenaya, 2007). Konsep budaya tri hita karana merupakan konsep harmonisasi hubungan yang selalu dijaga masyarakat Hindu Bali meliputi :

parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), pawongan (hubungan

antar-manusia), dan palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan) yang bersumber dari kitab suci agama Hindu Baghawad Gita. Oleh karena itu, konsep tri hita karana yang berkembang di Bali, merupakan konsep budaya yang berakar dari ajaran agama (Riana, 2010).

Dengan tujuan untuk dapat meminimalkan perilaku menyimpang dari seorang auditor, agar mampu mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi sehingga dapat mempengaruhi kualitas seorang auditor. Hal ini dijadikan dasar untuk melakukan penelitian dengan menggunakan suatu budaya lokal seperti tri hita karana. Tri hita karana digunakan sebagai variabel moderasi antara kompleksitas tugas dan tekanan waktu terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik di


(20)

Bali. Dalam penelitian ini auditor diasumsikan dapat mengimplementasikan ajaran tri hita karana sebagai modal utama prinsip hidup mereka sebagai individu yang senantiasa memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan, dan diwujudkan dalam bentuk perilaku.

Hal tersebut sama dengan pandangan mereka yang tampak pada sikap pengendalian terhadap diri sendiri. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adiputra (2013) yaitu budaya tri hita karana sebagai variabel pemoderasi locus of control dan kompleksitas tugas pada kinerja auditor internal di lima Inspektorat di Bali. Berdasarkan penelitian tersebut seluruh variabel yang digunakan dapat diterimadimanahasil penelitian menunjukkan bahwa locus of control mempengaruhi kinerja auditor internal, kompleksitas tugas mempengaruhi kinerja internal auditor dan locus of control serta kompleksitas tugas yang dimoderasi budaya tri hita karana mempengaruhi kinerja auditor internal di Kantor Inspektorat di Provinsi Bali.

Hal inilah yang menjadikan peneliti berikutnya ingin menggunakan variabel budaya tri hita karana sebagai pemoderasi kompleksitas tugas dan tekanan waktu terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik di Bali. Selain itu juga didukung dengan adanya program Pemerintah Daerah Provinsi Bali yang menyelenggarakan Tri Hita Karana Awards semakin menumbuhkan untuk dapat mengimplementasikan ajaran tri hita karana dalam kehidupan sehari-hari terutama pekerjaan.

Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan reliabel dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas.


(21)

Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi dibanding auditor yang kurang berkualitas, karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya, auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan (Sandra 2004). Hasil audit tidak bisa diamati secara langsung sehingga pengukuran variabel kualitas audit maupun kualitas auditor menjadi sulit untuk dioperasionalkan. Namun inilah yang menjadi tantangan bagi peneliti dalam penelitian ini mengukur tingkat kinerja seorang auditor.

Hal yang mendasari bahwa penelitian ini perlu dilakukan adalah sebagai berikut : pertama, karena auditor seringkali menghadapi tekanan dalam memperbaiki produktivitasnya dengan ditambah penugasan yang begitu kompleks. Salah satu cara untuk keluar dari tekanan tersebut adalah dengan memperbaiki kinerja auditor (Mutiasri dan Ghozali, 2006). Kedua, untuk memperoleh generalisasi hasil penelitian sebab terdapat ketidakkonsistenan dari beberapa hasil pengujian sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul Budaya Tri Hita Karana sebagai Pemoderasi Kompleksitas Tugas dan Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali”).

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(22)

1) Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali?

2) Apakah tekanan waktu berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali?

3) Apakah budaya tri hita karana memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali?

4) Apakah budaya tri hita karana memoderasi pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh dari kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di Bali.

2) Untuk mengetahui pengaruh dari tekanan waktu terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di Bali.

3) Untuk mengetahui budaya tri hita karana dalam memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

4) Untuk mengetahui budaya tri hita karana dalam memoderasi pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di Bali.


(23)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai perilaku dan kinerja auditor, serta membantu memperoleh bukti empiris bagi akademisi dan peneliti lain terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor dan kondisi kerja yang dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis terhadap auditor terutama dalam mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor yang dapat memengaruhi kinerja auditor. Selain itu, bagi penelitian selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi secara luas dan mendalam berkaitan dengan faktor-faktor dalam perilaku auditor dan kondisi kerja yang dapat mempengaruhi kinerja auditor.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini tersusun menjadi lima (5) bab di mana antara bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan hubungan. Gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.


(24)

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang terhadap masalah yang diangkat dalam skripsi ini meliputi teori agency, teori atribusi, kompleksitas tugas, tekanan waktu, budaya tri hita karana, kinerja auditor serta rumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjabarkan gambaran umum Kantor Akuntan Publik, karakteristik responden, deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti, hasil penelitian, serta pembahasan hasil dalam penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian ini beserta saran-saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya dan organisasi Kantor Akuntan Publik pada khususnya.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan (agency theory) adalah suatu teori yang menjelaskan adanya hubungan yang dimiliki oleh principal dan agent. Principal (pemilik) adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut dengan agent dan agent akan melaksanakan mandat tersebut. Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana (principal) menggunakan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa aktivitas untuk kepentingan mereka. Konflik kepentingan akan muncul dari pendelegasian tugas yang diberikan kepada agent yaitu agent tidak dalam kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik, tetapi mempunyai kecenderungan untuk mengejar kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik.

Teori keagenan juga dikenal sebagai teori principal dan agent (the principle-agent theory) menyatakan bahwa hubungan antara pihak-pihak dalam perusahaan yaitu pengelola, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan masyarakat akan sulit tercipta karena kepentingan yang saling bertentangan menurut contracting theory (dalam Watts and Zimmerman 1983). Jensen and Meckling (1976) mengatakan bahwa kepentingan yang berbeda dan saling bertentangan akan mengarahkan kepada penipuan dan rekayasa sehingga hasil dari pekerja ataupun kinerja yang dihasilkan dari agent kepada principal tidak dapat dipercaya, sehingga penyatuan visi dan misi sangat diperlukan.


(26)

Melihat dari sudut pandang teori di atas, adanya hubungan antara agent dan principal dapat memunculkan konflik karena adanya asimetri informasi yang sering terjadi. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: yang pertama manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), yang kedua manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan yang ketiga adalah manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lainnya selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan (Muh.Arief Ujiyantho 2011). Hal ini dapat dikaitkan dengan budaya tri hita karana yaitu pawongan dengan menjalin hubungan yang baik antara manusia dengan manusia untuk dapat menghindari konflik dan asimetri informasi yang dapat merugikan perusahaan.

Melihat pada kenyataan yang ada bahwa asimetri informasi ini pada akhirnya akan memberikan kesempatan bagi para manajer untuk melakukan manajemen laba sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pribadinya. Kaitannya dengan proses audit, principal dan agent merupakan seseorang yang memiliki rasionalitas ekonomi, sehingga setiap kegiatannya dilakukan karena adanya motivasi oleh kepentingan pribadi atau memenuhi kepentingan pribadi sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Agent selalu ingin dinilai pekerjaannya baik oleh pihak ekstrenal dan pemilik perusahaan, sedangkan pihak principal ingin agar agent melaporkan dengan sejujurnya apapun yang terjadi pada operasional perusahaan yang dibiayainya. Oleh karena itu, sudah bisa dilihat


(27)

adanya kepentingan yang berbeda antara principal dan agent. Sehingga harus ada auditor independen yang bertugas untuk menguji dan memperkecil kecurangan agent.

Auditor independen diberikan mandat untuk melaksanakan tugas dan bertanggung jawab terhadap agent untuk melakukan pengauditan atas laporan keuangan yang dikelola.Dengan adanya teori keagenan, konflik kepentingan yang dialami antara agent dan principal dapat dipahami oleh auditor. Auditor independen mencegah terjadinya kecurangan keuangan yang dibuat oleh manajemen sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agent untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan keadaan operasional sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Sedangkan manajemen memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang dilakukan sehingga auditor mendapat insentif atas pekerjaan yang dilakukan. Untuk itu agar dapat menghindari adanya asimetri informasi yang dilakukan oleh pihak agent dan principal maka pihak ketiga sangat diperlukan untuk memberikan keyakinan tanpa rekayasa.

2.1.2 Teori Atribusi

Menurut Luthas, 2005 teori atribusi adalah teori yang mempelajari proses bagaimana seseorang dapat menginterprestasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya. Selanjutnya teori ini kemudian dikembangkan oleh Fritz Heider(tahun) yang berargumen bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan


(28)

eksternal (external forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan dan Ishak, 2005). Berdasarkan hal tersebut, maka seseorang akan termotivasi untuk memahami lingkungannya dan sebab-sebab kejadian tertentu.

Dalam penelitian ini diterapkan dengan dipergunakannya variabel budaya tri hita karana. Asumsi yang telah digunakan masyarakat Bali dalm riset ini adalah keyakinan terhadap ajaran budaya tri hita karana yang digunakan sebagai pedoman hidup, dimana dalam keseharian menjalankan pekerjaan didasari oleh ajaran tri hita karana yang diyakini dapat menstabilkan individu dalam menghadapi berbagai keadaan dan kondisi kerja seperti adanya kompleksitas tugas dan tekanan waktu yang dapat menimbulkan perilaku menyimpang. Sehingga, adanya hubungan antara teori atribusi yang mengandung persepsi internal maupun eksternal dalam individu dikaitkan pula dengan budaya tri hita karana untuk dapat mengarahkan kepada prestasi kerja/kinerja sehingga dapat menciptakan kualitas hidup individu tertentu maupun keseluruhan organisasi.

2.1.3 Kompleksitas Tugas

Kompleksitas tugas dapat diartikan terjadinya situasi yang kompleks serta kemampuan analisis sebuah tugas dan ketersediaan prosedur operasi standar. Menurut (Wood, 1968) kompleksitas tugas dapat diartikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri. Sedangkan, menurut (Sanusi dan Iskandar, 2007) kompleksitas tugas berarti adanya situasi tugas yang tidak terstuktur, membingungkan dan sulit. Adapun hubungan yang dapat dikaitkan adalah munculnya kompleksitas audit karena adanya kompleksitas tugas dan variabilitas tugas terjadi dalam kegiatan.


(29)

Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain (Restu dan Indriantoro,2000). Sedangkan menurut Restu dan Indriantoro (2000) bahwa kompleksitas tugas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas lainnya. Pada tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatif-alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi. Chung dan Monroe (2001) mengemukakan argumen yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan. 2) Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil) yang

diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan.

2.1.4 Tekanan Waktu

Tekanan waktu (time pressure) didefinisikan sebagai kendala yang timbul karena keterbatasan waktu atau keterbatasan sumber daya yang dialokasikan dalam melaksanakan penugasan DeZoort dan Lord (1997). Dalam tugas pengauditan auditor sering kali dihadapkan pada tekanan anggaran waktu karena semakin lama proses audit yang dilakukan maka biaya yang akan dikeluarkan semakin banyak. Menurut Sososutikno (2003), tekanan anggaran waktu adalah


(30)

keadaan yang menunjukkan bahwa auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan waktu adalah persaingan fee antara KAP, kemampuan laba perusahaan, dan keterbatasan personil (DeZoort, 2002 dalam Rustiarini, 2013).

Dalam setiap melakukan kegiatan audit, auditor akan menemukan adanya suatu kendala dalam menentukan waktu untuk mengeluarkan hasil audit yang akurat dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Tekanan waktu yang dialami oleh auditor ini dapat berpengaruh terhadap menurunnya kualitas audit karena auditor dituntut untuk menghasilkan hasil audit yang baik dengan waktu yang telah dijanjikan dengan klien.

De Zoort dan Lord (1997) dalam Andini (2011), yang menyebutkan bahwa saat menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu : fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Herningsih (2001) dalam Amalia Yuliana dkk, (2009), auditor dituntut melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit. Tekanan waktu memiliki dua dimensi sebagai berikut :

1)Time Budget Pressure merupakan keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat.

2)Time Deadline Pressure merupakan kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.


(31)

2.1.5Tri Hita Karana

Budaya tri hita karana dikenal dalam dimensi hidup orang Bali yang merupakan tradisi masyarakat Hindu di Bali. Prinsip tri hita karana merupakan filosofi yang diajarkan di dalam Kitab Bhagawadghita, yaitu mengajarkan tentang 3 hal pokok kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan tertinggi: dharma/kebenaran Tuhan dan hakekat manusia, meningkatkan keyakinan hati akan kebenaran Tuhan, dan bagaimana berbuat di dalam kebenaran Tuhan (Palguna, 2007). Tri hita karana dapat puladiartikan sebagai tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara: manusia dengan Tuhannya (parahyangan), manusia dengan alam lingkungannya (palemahan), dan manusia dengan sesamanya (pawongan) (Kaler, 1983; Surpha, 1991; Pitana, 1994; Dalem, 2007; Palguna, 2007; dan Agung, 2009).

Tri hita karana sesungguhnya mengandung nilai-nilai universal karena tri hita karana merupakan filosofi tentang harmoni dan kebersamaan yang dalam konsep maupun penerapannya tidak mengenal perbedaan ras, suku, keturunan, agama, dan ada pada semua ajaran agama di dunia (Arif. 1999 dan Pusposutardjo, 1999 dalam Windia dan Dewi, 2007; Agung, 2009). Ini menunjukkan implementasi budaya tri hita karana pada bisnis merupakan bukti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya nasional telah digunakan dan diimplementasikan di dalam praktik budaya organisasi. Koentjaraningrat (2008) menjelaskan bahwa konsep tri hita karana ini pada dasarnya analog dengan sistem kebudayaan yang memiliki 3 elemen, yaitu: 1) elemen/subsistem pola


(32)

pikir/konsep/nilai, 2) subsistem sosial, dan 3) subsistem artifak/kebendaan. Demikian halnya Schein (2004) menyatakan bahwa budaya ditunjukkan oleh tiga tingkatan, yaitu: perilaku dan artifak, kepercayaan dan nilai, dan asumsi-asumsi dasar.

2.1.6 Kinerja Auditor

Kinerja (performance) merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing - masing dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika (Judge. et al, 2001). Menurut Trisnaningsih (2007), kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu.

Adapun faktor penentu kinerja auditor digambarkan melalui pendekatan teori atribusi menyatakan bahwa dua kategori dasar yang digunakan pada diri seorang karyawan untuk dapat menentukan kinerjanya, yaitu atribusi yang bersifat internal atau disposisional (dihubungkan dengan sifat - sifat orang), dan yang bersifat eksternal atau situasional (yang dapat dihubungkan dengan lingkungan seseorang (Bateman, 1984 dalam Maryani, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal auditor. Faktor internal adalah adanya kemauan, bakat, kemampuan,


(33)

maupun usaha yang dilakukan. Sedangkan faktor eksternal adalah hal yang berkaitan dengan lingkungan kerja, rekan kerja, dan pimpinan (Maryani, 2010).

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor

Kompleksitas tugas sangat erat kaitannya dengan kualitas hasil audit laporan yang dihasilkan oleh auditor. Kompleksitas tugas merupakan sikap yang dimiliki oleh individu karena kemampuan serta daya ingat untuk melaksanakan sebuah tugas audit. Dalam melaksanakan tugas audit banyak dihadapi oleh persoalan yang kompleks. Kesulitan yang dirasakan oleh setiap individu berbeda-beda biasanya terjadi ketidakkonsisten petunjuk informasi dan tidak mampu dalam mengambil suatu keputusan akan menjadikan sebuah tugas semakin kompleks.

Menurut Andini Ika Setyorini (2011) peningkatan kompleksitas tugas dapat menurunkan keberhasilan tugas. Pendapat yang sama menurut Restuningdiah dan Indriantoro (2000) bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu sendiri. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit bisa menyebabkan seorang akuntan berperilaku disfungsional sehingga dapat mengakibatkan penurunan kinerja auditor.

Bonner (1994) menyatakan bahwa kompleksitas tugas tidak terstruktur, sulit untuk dipahami, dan ambigu. Didalam tugas yang kompleks, usaha tidak dapat secara langsung atau kuat berpengaruh pada kinerja, jika auditor tidak


(34)

menambah kemampuan atau pengalaman (Bonner, 1994). Ketika tugas lebih kompleks dan tidak terstruktur, usaha yang tinggi tidak akan membantu seorang auditor untuk menyelesaikan tugas audit. Hasil penelitian Sanusi & Iskandar (2007) menunjukkan bahwa ketika auditor memiliki tugas yang kompleks atau tidak terstruktur dengan baik, setinggi apapun usaha auditor akan sulit untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga justru menurunkan kinerja auditor tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor

2.2.2 Pengaruh Tekanan Waktu Terhadap Kinerja Auditor

Dalam setiap proses pengauditan biasanya penurunan kualitas audit dapat disebabkan dengan adanya faktor dalam pembatasan pengumpulan bukti yang dilakukan oleh auditor, ada dua faktor yaitu faktor terhadap biaya dan waktu. Waktu menjadi ketentuan yang sangat ketat dalam pelaksanaan proses audit karena akan mempengaruhi efesiensi terlebih biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini auditor akan merasakan tekanan waktu saat melaksanakan audit karena sangat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Semakin tinggi tekanan waktu dalam melakukan audit, membuat auditor semakin meningkatkan efisiensi dalam proses audit sehingga seringkali pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor tidak dapat dipastikan selalu berdasarkan prosedur dan perencanaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebelumnya. Dalam proses peningkatan kinerja seorang auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan


(35)

pekerjaannya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah disepakati dengan klien.

Basuki dan Mahardani (2006) menyimpulkan bahwa keberadaan anggaran waktu yang ketat telah dianggap suatu hal yang lazim dan merupakan cara untuk medorong auditor untuk bekerja lebih keras dan efisien. Menurut Paul dkk (2003) tingginya tingkat tekanan waktu anggaran pada auditor, dan banyak auditor telah beberapa kali melakukan praktek mengurangi kualitas audit, berpotensi memiliki implikasi untuk fungsi kualitas audit. Hasil ini menunjukkan pentingnya menempatkan nilai yang sesuai pada fungsi audit untuk memastikan waktu anggaran yang memadai. Sehingga semakin auditor dibatasi atau mengalami tekanan dalam mencari temuan audit maka kualitas audit yang dihasilkan secara tidak langsung mempengaruhi kinerja auditor yang cenderung semakin rendah. Berdasarkan penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor

2.2.3 Budaya Tri Hita Karana Memoderasi Pengaruh Kompleksitas Tugas pada Kinerja Auditor

Budaya dapat mencerminkan adanya gabungan antara kepribadian dan sifat manusia (Hofstede 1991). Budaya didefinisikan sebagai norma, kepercayaan dan nilai yang menyebar dan luas di mana memandu kehidupan sehari-hari dari kelompok (Kotter and Heskett, 2002). Ideologi tri hita karana oleh masyarakat di Bali telah digunakan sebagai praktik pembangunan dan penataan kehidupan


(36)

masyarakat dalam seluruh aspek baik material dan non material. Dalam penelitan ini Budaya tri hita karana digunakan untuk menilai sudut pandang pengendalian diri pada kinerja seorang auditor akibat adanya kompleksitas tugas yang diterima. Dengan melihat adanya harmonisasi Budaya tri hita karana dalam kehidupan untuk pekerjaan sangat meyakini bahwa mereka akan bahagia jika kehidupannya seimbang dan harmonis melalui parhyangan, pawongan, dan palemahan.

Budaya tri hita karana sesungguhnya merupakan budaya organisasi yang telah dikembangkan menjadi budaya nasional. Budaya tri hita karana telah dapat dipergunakan sebagai suatu tata nilai atau kebiasaan yang menjadi pegangan anggota organisasi dalam melaksanakan kewajiban dan berperilaku di dalam organisasi. Hal inilah yang mendasari adanya dinamika dan kreativitas baik secara individu maupun organisasional ingin mewujudkan kehidupan yang harmonis, meliputi pembangunan manusia seutuhnya, yang hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun serta damai dengan sesamanya, dan cinta kepada pelestarian lingkungan. Nilai-nilai inilah merupakan nilai budaya yang melekat pada filosofi pada budaya tri hita karana (Windia, 2007), yang dapat dijadikan landasan bagi individu maupun organisasi dalam setiap gerak langkah aktivitasnya di dunia pekerjaan terlebih profesi auditor yang sangat mengedapankan hasil kinerja sehingga mendapat kepercayaan dari klien dan masyarakat luas.

Munculnya kompleksitas tugas yang dirasakan oleh auditor akan memicu adanya hal – hal yang tidak diinginkan seperti adanya manipulasi hasil audit. Namun, pegangan yang kuat akan nilai-nilai budaya tri hita karana bagi setiap


(37)

auditor dapat memberikan dukungan terhadap pola pikir mereka untuk senantiasa melaksanaan tugasnya yang begitu kompleks sebagai suatu proses bahwa dirinya sebagai individu yang terus belajar dan memotivasi diri dalammemperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penugasan audit. Mereka memiliki keyakinan diri yang kuat bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas audit berasal dari pengendalian dirinya sehingga akan membantu auditor untuk meningkatkan kinerjanya apapun kompleksitas tugasnya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adiputra (2013) tentang budaya tri hita karana sebagai variabel pemoderasi menunjukkan bahwa tri hita karana memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja internal auditor inspektorat pemerintah berhasil. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:

H3 : Budaya tri hita karana memoderasi pengaruh kompleksitas tugas pada kinerja auditor.

2.2.4 Budaya Tri Hita Karana Memoderasi Pengaruh Tekanan Waktu pada Kinerja Auditor

Budaya merupakan proses pemrograman pikiran kolektif yang membedakan anggota satu kelompok atau kategori orang-orang dari lainnya. Orang-orang beraktivitas di dunia bisnis perlu menyadari bahwa setidaknya ada tiga level budaya yang mungkin mempengaruhi aktivitas suatu perusahaan. Adanya level budaya dapat meliputi budaya nasional, budaya bisnis, dan budaya organisasional serta pekerjaan (Kotter and Heskett, 2002). Salah satu budaya yang nasional yaitu budaya tri hita karana merupakan budaya lokal yang bersumber dari kearifan


(38)

lokal, sehingga dapat dikatakan sebagai budaya nasional karena berbagai faktor seperti etnis, ekonomi, politik, agama, ataupun bahasa memberikan kontribusi dalam pembentukan budaya nasional (Kotter and Heskett, 2002). Untuk itu dalam penelitian ini, budaya tri hita karana digunakan sebagai sebuah variabel untuk menilai adanya pengaruh tekanan waktu dalam pelaksanan penugasan audit karena adanya faktor ekonomi yang digunakan.

Tingginya tingkat tekanan waktu yang dimiliki oleh auditor, membuat auditor seringkali melakukan audit tidak sesuai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan sehingga kualitas hasil audit yang dihasilkan akan menurun. Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang (Ahituv dan Igbaria, 1998). Dalam menghadapi munculnya iklim persaingan, tekanan waktu merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari oleh setiap auditor. Pengalokasian waktu secara tepat dalam menentukan besarnya biaya audit harus mampu dilakukan oleh auditor.

Kantor Akuntan Publik merupakan sebuah kategori organisasi besar yang biasanya memberikan tekanan baik secara institusional maupun individual kepada personil di dalamnya. Tekanan tersebut biasa diakibatkan karena munculnya deadline, fee maupun time budget yang ketat. Untuk itu diperlukan adanya budaya organisasi yang digunakan sebagai sebuah dasar pada nilai – nilai yang berfungsi sebagai landasan untuk berperilaku bagi setiap jajaran yang ada dalam organisasi dalam setiap gerak dan langkah akvitasnya (Susanto et. al., 2008). Sehingga dalam penelitian ini digunakan budaya tri hita karana yang merupakan budaya organisasi sebagai variabel pemoderasi untuk mengetahui pengaruh tekanan


(39)

waktu pada kinerja auditor. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti membuat hipotesis sebagai berikut :


(1)

menambah kemampuan atau pengalaman (Bonner, 1994). Ketika tugas lebih kompleks dan tidak terstruktur, usaha yang tinggi tidak akan membantu seorang auditor untuk menyelesaikan tugas audit. Hasil penelitian Sanusi & Iskandar (2007) menunjukkan bahwa ketika auditor memiliki tugas yang kompleks atau tidak terstruktur dengan baik, setinggi apapun usaha auditor akan sulit untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga justru menurunkan kinerja auditor tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor

2.2.2 Pengaruh Tekanan Waktu Terhadap Kinerja Auditor

Dalam setiap proses pengauditan biasanya penurunan kualitas audit dapat disebabkan dengan adanya faktor dalam pembatasan pengumpulan bukti yang dilakukan oleh auditor, ada dua faktor yaitu faktor terhadap biaya dan waktu. Waktu menjadi ketentuan yang sangat ketat dalam pelaksanaan proses audit karena akan mempengaruhi efesiensi terlebih biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini auditor akan merasakan tekanan waktu saat melaksanakan audit karena sangat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Semakin tinggi tekanan waktu dalam melakukan audit, membuat auditor semakin meningkatkan efisiensi dalam proses audit sehingga seringkali pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor tidak dapat dipastikan selalu berdasarkan prosedur dan perencanaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebelumnya. Dalam proses peningkatan kinerja seorang auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan


(2)

pekerjaannya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah disepakati dengan klien.

Basuki dan Mahardani (2006) menyimpulkan bahwa keberadaan anggaran waktu yang ketat telah dianggap suatu hal yang lazim dan merupakan cara untuk medorong auditor untuk bekerja lebih keras dan efisien. Menurut Paul dkk (2003) tingginya tingkat tekanan waktu anggaran pada auditor, dan banyak auditor telah beberapa kali melakukan praktek mengurangi kualitas audit, berpotensi memiliki implikasi untuk fungsi kualitas audit. Hasil ini menunjukkan pentingnya menempatkan nilai yang sesuai pada fungsi audit untuk memastikan waktu anggaran yang memadai. Sehingga semakin auditor dibatasi atau mengalami tekanan dalam mencari temuan audit maka kualitas audit yang dihasilkan secara tidak langsung mempengaruhi kinerja auditor yang cenderung semakin rendah. Berdasarkan penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor

2.2.3 Budaya Tri Hita Karana Memoderasi Pengaruh Kompleksitas Tugas pada Kinerja Auditor

Budaya dapat mencerminkan adanya gabungan antara kepribadian dan sifat manusia (Hofstede 1991). Budaya didefinisikan sebagai norma, kepercayaan dan nilai yang menyebar dan luas di mana memandu kehidupan sehari-hari dari kelompok (Kotter and Heskett, 2002). Ideologi tri hita karana oleh masyarakat di Bali telah digunakan sebagai praktik pembangunan dan penataan kehidupan


(3)

masyarakat dalam seluruh aspek baik material dan non material. Dalam penelitan ini Budaya tri hita karana digunakan untuk menilai sudut pandang pengendalian diri pada kinerja seorang auditor akibat adanya kompleksitas tugas yang diterima. Dengan melihat adanya harmonisasi Budaya tri hita karana dalam kehidupan untuk pekerjaan sangat meyakini bahwa mereka akan bahagia jika kehidupannya seimbang dan harmonis melalui parhyangan, pawongan, dan palemahan.

Budaya tri hita karana sesungguhnya merupakan budaya organisasi yang telah dikembangkan menjadi budaya nasional. Budaya tri hita karana telah dapat dipergunakan sebagai suatu tata nilai atau kebiasaan yang menjadi pegangan anggota organisasi dalam melaksanakan kewajiban dan berperilaku di dalam organisasi. Hal inilah yang mendasari adanya dinamika dan kreativitas baik secara individu maupun organisasional ingin mewujudkan kehidupan yang harmonis, meliputi pembangunan manusia seutuhnya, yang hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun serta damai dengan sesamanya, dan cinta kepada pelestarian lingkungan. Nilai-nilai inilah merupakan nilai budaya yang melekat pada filosofi pada budaya tri hita karana (Windia, 2007), yang dapat dijadikan landasan bagi individu maupun organisasi dalam setiap gerak langkah aktivitasnya di dunia pekerjaan terlebih profesi auditor yang sangat mengedapankan hasil kinerja sehingga mendapat kepercayaan dari klien dan masyarakat luas.

Munculnya kompleksitas tugas yang dirasakan oleh auditor akan memicu adanya hal – hal yang tidak diinginkan seperti adanya manipulasi hasil audit. Namun, pegangan yang kuat akan nilai-nilai budaya tri hita karana bagi setiap


(4)

auditor dapat memberikan dukungan terhadap pola pikir mereka untuk senantiasa melaksanaan tugasnya yang begitu kompleks sebagai suatu proses bahwa dirinya sebagai individu yang terus belajar dan memotivasi diri dalammemperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penugasan audit. Mereka memiliki keyakinan diri yang kuat bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas audit berasal dari pengendalian dirinya sehingga akan membantu auditor untuk meningkatkan kinerjanya apapun kompleksitas tugasnya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adiputra (2013) tentang budaya tri hita karana sebagai variabel pemoderasi menunjukkan bahwa tri hita karana memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja internal auditor inspektorat pemerintah berhasil. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:

H3 : Budaya tri hita karana memoderasi pengaruh kompleksitas tugas pada kinerja auditor.

2.2.4 Budaya Tri Hita Karana Memoderasi Pengaruh Tekanan Waktu pada Kinerja Auditor

Budaya merupakan proses pemrograman pikiran kolektif yang membedakan anggota satu kelompok atau kategori orang-orang dari lainnya. Orang-orang beraktivitas di dunia bisnis perlu menyadari bahwa setidaknya ada tiga level budaya yang mungkin mempengaruhi aktivitas suatu perusahaan. Adanya level budaya dapat meliputi budaya nasional, budaya bisnis, dan budaya organisasional serta pekerjaan (Kotter and Heskett, 2002). Salah satu budaya yang nasional yaitu budaya tri hita karana merupakan budaya lokal yang bersumber dari kearifan


(5)

lokal, sehingga dapat dikatakan sebagai budaya nasional karena berbagai faktor seperti etnis, ekonomi, politik, agama, ataupun bahasa memberikan kontribusi dalam pembentukan budaya nasional (Kotter and Heskett, 2002). Untuk itu dalam penelitian ini, budaya tri hita karana digunakan sebagai sebuah variabel untuk menilai adanya pengaruh tekanan waktu dalam pelaksanan penugasan audit karena adanya faktor ekonomi yang digunakan.

Tingginya tingkat tekanan waktu yang dimiliki oleh auditor, membuat auditor seringkali melakukan audit tidak sesuai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan sehingga kualitas hasil audit yang dihasilkan akan menurun. Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang (Ahituv dan Igbaria, 1998). Dalam menghadapi munculnya iklim persaingan, tekanan waktu merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari oleh setiap auditor. Pengalokasian waktu secara tepat dalam menentukan besarnya biaya audit harus mampu dilakukan oleh auditor.

Kantor Akuntan Publik merupakan sebuah kategori organisasi besar yang biasanya memberikan tekanan baik secara institusional maupun individual kepada personil di dalamnya. Tekanan tersebut biasa diakibatkan karena munculnya deadline, fee maupun time budget yang ketat. Untuk itu diperlukan adanya budaya organisasi yang digunakan sebagai sebuah dasar pada nilai – nilai yang berfungsi sebagai landasan untuk berperilaku bagi setiap jajaran yang ada dalam organisasi dalam setiap gerak dan langkah akvitasnya (Susanto et. al., 2008). Sehingga dalam penelitian ini digunakan budaya tri hita karana yang merupakan budaya organisasi sebagai variabel pemoderasi untuk mengetahui pengaruh tekanan


(6)

waktu pada kinerja auditor. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti membuat hipotesis sebagai berikut :


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan Ketaatan, Independensi Auditor, Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Judgment Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Medan

1 54 62

Pengaruh gender kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

2 10 99

Pengaruh sikap skeptisme auditor profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta Utara)

2 12 137

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN KETAATAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan D

0 2 15

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN KETAATAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan D

1 7 14

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ).

0 2 15

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP AUDIT Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta Dan

0 0 16

SKEPTISME PROFESIONAL SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN TERHADAP AUDIT JUDGMENT DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK WILAYAH BALI.

0 1 13

Budaya Tri Hita Karana Sebagai Pemoderasi Pengaruh Locus Of Control Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Internal Auditor (Studi Pada 5 Kantor Inspektorat Di Provinsi Bali)

1 1 27

Pengaruh Kompleksitas Tugas, Tekanan Anggaran Waktu, dan Kerja Sama Tim Terhadap Kepuasan Kerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 1 36