Kompleksitas Tugas Kajian Pustaka

Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain Restu dan Indriantoro,2000. Sedangkan menurut Restu dan Indriantoro 2000 bahwa kompleksitas tugas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas lainnya. Pada tugas-tugas yang membingungkan ambigous dan tidak terstruktur, alternatif-alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi. Chung dan Monroe 2001 mengemukakan argumen yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1 Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan. 2 Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome hasil yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan. 2.1.4 Tekanan Waktu Tekanan waktu time pressure didefinisikan sebagai kendala yang timbul karena keterbatasan waktu atau keterbatasan sumber daya yang dialokasikan dalam melaksanakan penugasan DeZoort dan Lord 1997. Dalam tugas pengauditan auditor sering kali dihadapkan pada tekanan anggaran waktu karena semakin lama proses audit yang dilakukan maka biaya yang akan dikeluarkan semakin banyak. Menurut Sososutikno 2003, tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan bahwa auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan waktu adalah persaingan fee antara KAP, kemampuan laba perusahaan, dan keterbatasan personil DeZoort, 2002 dalam Rustiarini, 2013. Dalam setiap melakukan kegiatan audit, auditor akan menemukan adanya suatu kendala dalam menentukan waktu untuk mengeluarkan hasil audit yang akurat dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Tekanan waktu yang dialami oleh auditor ini dapat berpengaruh terhadap menurunnya kualitas audit karena auditor dituntut untuk menghasilkan hasil audit yang baik dengan waktu yang telah dijanjikan dengan klien. De Zoort dan Lord 1997 dalam Andini 2011, yang menyebutkan bahwa saat menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu : fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik- baiknya. Herningsih 2001 dalam Amalia Yuliana dkk, 2009, auditor dituntut melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit. Tekanan waktu memiliki dua dimensi sebagai berikut : 1 Time Budget Pressure merupakan keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat. 2 Time Deadline Pressure merupakan kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.

2.1.5 Tri Hita Karana

Budaya tri hita karana dikenal dalam dimensi hidup orang Bali yang merupakan tradisi masyarakat Hindu di Bali. Prinsip tri hita karana merupakan filosofi yang diajarkan di dalam Kitab Bhagawadghita, yaitu mengajarkan tentang 3 hal pokok kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan tertinggi: dharmakebenaran Tuhan dan hakekat manusia, meningkatkan keyakinan hati akan kebenaran Tuhan, dan bagaimana berbuat di dalam kebenaran Tuhan Palguna, 2007. Tri hita karana dapat puladiartikan sebagai tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara: manusia dengan Tuhannya parahyangan, manusia dengan alam lingkungannya palemahan, dan manusia dengan sesamanya pawongan Kaler, 1983; Surpha, 1991; Pitana, 1994; Dalem, 2007; Palguna, 2007; dan Agung, 2009. Tri hita karana sesungguhnya mengandung nilai-nilai universal karena tri hita karana merupakan filosofi tentang harmoni dan kebersamaan yang dalam konsep maupun penerapannya tidak mengenal perbedaan ras, suku, keturunan, agama, dan ada pada semua ajaran agama di dunia Arif. 1999 dan Pusposutardjo, 1999 dalam Windia dan Dewi, 2007; Agung, 2009. Ini menunjukkan implementasi budaya tri hita karana pada bisnis merupakan bukti bahwa nilai- nilai yang terkandung di dalam budaya nasional telah digunakan dan diimplementasikan di dalam praktik budaya organisasi. Koentjaraningrat 2008 menjelaskan bahwa konsep tri hita karana ini pada dasarnya analog dengan sistem kebudayaan yang memiliki 3 elemen, yaitu: 1 elemensubsistem pola pikirkonsepnilai, 2 subsistem sosial, dan 3 subsistem artifakkebendaan. Demikian halnya Schein 2004 menyatakan bahwa budaya ditunjukkan oleh tiga tingkatan, yaitu: perilaku dan artifak, kepercayaan dan nilai, dan asumsi-asumsi dasar. 2.1.6 Kinerja Auditor Kinerja performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing - masing dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika Judge. et al, 2001. Menurut Trisnaningsih 2007, kinerja prestasi kerja adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Adapun faktor penentu kinerja auditor digambarkan melalui pendekatan teori atribusi menyatakan bahwa dua kategori dasar yang digunakan pada diri seorang karyawan untuk dapat menentukan kinerjanya, yaitu atribusi yang bersifat internal atau disposisional dihubungkan dengan sifat - sifat orang, dan yang bersifat eksternal atau situasional yang dapat dihubungkan dengan lingkungan seseorang Bateman, 1984 dalam Maryani, 2010. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal auditor. Faktor internal adalah adanya kemauan, bakat, kemampuan,

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan Ketaatan, Independensi Auditor, Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Judgment Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Medan

1 54 62

Pengaruh gender kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

2 10 99

Pengaruh sikap skeptisme auditor profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta Utara)

2 12 137

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN KETAATAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan D

0 2 15

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN KETAATAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan D

1 7 14

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ).

0 2 15

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP AUDIT Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta Dan

0 0 16

SKEPTISME PROFESIONAL SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN TERHADAP AUDIT JUDGMENT DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK WILAYAH BALI.

0 1 13

Budaya Tri Hita Karana Sebagai Pemoderasi Pengaruh Locus Of Control Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Internal Auditor (Studi Pada 5 Kantor Inspektorat Di Provinsi Bali)

1 1 27

Pengaruh Kompleksitas Tugas, Tekanan Anggaran Waktu, dan Kerja Sama Tim Terhadap Kepuasan Kerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 1 36