54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Dalam penelitian ini mengambil sampel tanah di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi,  Kabupaten  Badung,  Bali.  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat
memberikan gambaran tentang karakteristik tanah lempung ekspansif menyangkut tentang  kembang  susut  dan  sifat  fisiknya,  serta  mengetahui  alternatif  untuk
memperbaiki tanah ekspansif tersebut demi keamanan konstruksi bangunan sipil. Penelitian  dilakukan  di  Laboratorium  Mekanika  Tanah  Fakultas  Teknik
Universitas  Udayana.  Di  dalam  penelitian  ini  tanah  lempung    ditambahkan campuran semen dan abu sekam padi dengan perbandingan 3:2 tiga untuk semen
dan dua abu sekam padi dengan proporsi campuran sebesar 0, 8, dan 16. 4.2
Kadar Air Tanah
Kadar  air  tanah  sangat  berhubungan  dengan  kepadatan  tanah  itu  sendiri. Pada  nilai  kadar  air  yang  rendah,  sebagian  besar  tanah  cenderung  menjadi  kaku
dan  sukar  untuk  dipadatkan.  Dengan  peningkatan  kadar air, tanah  menjadi lebih mudah dibentuk dan dipadatkan sehingga akan dihasilkan kerapatan kering yang
lebih  tinggi.  Akan  tetapi,  pada  kadar  air  yang  tinggi,  kerapatan  kering  menjadi berkurang  sejalan  bertambahnya  kadar  air,  yang  mana  air  tersebut  akan  mengisi
dan  volume  tanah  tanah  bertambah  secara  proporsional.  Dengan  kata  lain  tanah tidak akan menjadi lebih padat seiring meningkatnya kadar air.
Kadar  air  tanah  diteliti  menggunakan  3  sampel  undisturbed  dengan kedalaman  pengambilan  sampel  1  meter.  Hasil  penelitian  kadar  air  tanah  asli
dicantumkan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1
Hasil pengujian kadar air tanah
Sampel Kadar Air
Titik 1 38.65
Titik 2 40.30
Titik 3 38.25
Rata-Rata 39.07
55 Jadi kadar air tanah di daerah Munggu berada pada rentang 38,25  sampai
dengan 40,30  dengan kadar air rata-rata sebesar 39,07 . Data dan perhitungan mengenai kadar air tanah asli ini dapat dilihat pada lampiran A Tabel 4.1 sampai
Tabel 4.3.
4.3 Gradasi Butiran Analisis Ukuran Butir
Tanah  memiliki  ukuran  partikel  yang  berbeda  tergantung  jenis  tanah tersebut.  Tanah  lempung  merupakan  jenis  tanah  dengan  ukuran  butir lebih  kecil
dari  2 mikron atau  0,002  mm.  Ukuran  butir  dapat  ditentukan  dengan  menyaring sejumlah  tanah  melalui  seperangkat  saringan  yang  disusun  dengan  lubang  yang
paling  besar  berada  paling  atas  dan  makin  bawah  semakin  kecil.  Untuk  butiran yang lebih kecil dari saringan no. 200 dilakukan uji hydrometer. Gradasi butiran
diteliti  menggunakan    sampel  terganggu  disturbed  dengan  kedalaman pengambilan sampel 1 meter. Data dan perhitungan mengenai gradasi butiran ini
dapat  dilihat  pada  lampiran  A  Tabel  4.4  sampai  Tabel  4.6.  Rangkuman  hasil penelitian analisa saringan dicantumkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil pengujian gradasi butiran
Keterangan Tanah Lempung Munggu
Persentase lolos ayakan no. 10 2mm 99,92
Persentase lolos ayakan no. 20 0,85 mm 99,66
Persentase lolos ayakan no. 40 0,425 mm 99,18
Persentase lolos ayakan no. 80 0,200 mm 98,16
Persentase lolos ayakan no. 100 0,150 mm 97,46
Persentase lolos ayakan no. 200 0,075 mm 96,98
Diameter butir yang lebih kecil dari 0,075 mm sampai 0,002 mm yang termasuk lanau
47,86 Diameter butir yang lebih kecil dari 0,002 mm yang
termasuk lempung 49,12
56 Gambar 4.1
Grafik gradasi butiran tanah Munggu
Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat persentase butiran penyusun tanah tersebut:
1. Lempung Clay  =  49,12  berat diameter   0,002 mm
2. Lanau Silt
=   47,86  berat diameter butirnya terletak antara 0,002 –
0,075 mm 3.
Pasir Sand =  3,02  berat diameter yang tertahan saringan no. 200
Grafik Gradasi Butiran Tanah Munggu
57 Dari hasil yang diperoleh maka jenis tanah berdasarkan teskturnya bisa
diperoleh setelah di plot pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Klasifikasi jenis tanah Munggu
Dari Gambar 4.2 maka tanah lempung di daerah Munggu dapat dikatego- rikan sebagai tanah lempung berlanau.
4.4 Berat Jenis Specific Gravity