1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron bebas yang memilki sifat reaktif di dalam tubuh. Di dalam tubuh,
apabila jumlah elektron bebas sedikit maka dapat distabilkan oleh sistem enzim yang ada di dalam tubuh namun jika berada dalam jumlah banyak maka dapat
bermasalah bagi kesehatan. Radikal bebas adalah suatu agen pengoksidasi yang dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti kerusakan protein dan DNA,
kanker, penuaan dini, dan penyakit degeneratif lainnya Metris, 2012. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu senyawa antioksidan yang dapat berikatan
dengan radikal bebas supaya tidak menyebabkan munculnya penyakit di dalam tubuh. Senyawa antioksidan biasanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan. Antioksidan adalah suatu senyawa yang mampu memberikan satu atau
lebih elektron pada radikal bebas sehingga efek radikal bebas dapat dihindari Suhartono, 2002. Dalam tubuh manusia memiliki cadangan antioksidan yang
terbatas, sehingga ketika jumlah radikal bebas berlebih maka tubuh kita memerlukan tambahan antioksidan eksogen. Antioksidan eksogen dapat berasal
dari makanan atau minuman yang mengandung vitamin C, vitamin E, beta karoten dan asam amino. Antioksidan terdiri dari dua macam, yaitu antioksidan alami dan
antioksidan sintetik Sunarni, 2005.
Cabai merupakan salah satu tanaman yang sangat penting dalam industri makanan dan industri farmasi karena biasa digunakan untuk bumbu masak dan
mulai banyak peneliti yang menganalisis kandungan dari cabai. Khasiat ekstrak cabai adalah sebagai obat sariawan, tonik, stimulan kuat untuk jantung dan aliran
darah, antireumatik, antikoagulan, stomakik, karminatif, diaforetik dan diuretik Sentra Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005.
Pada cabai terkandung senyawa kimia yaitu kapsaisin 8-methyl-
N
- vanillyl-6-nonenamide yang dapat menimbulkan rasa pedas Wellyan, 2000.
Menurut Henderson dan Slickman 1999, kapsaisin memiliki aktivitas antioksidan dengan cara mendonorkan atom hidrogen sehingga radikal bebas
dapat bersifat netral. Oleh karena itu, perlu ditetapkan daya antioksidan pada cabai.
Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pada penelitian ini digunakan metode DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil untuk
mengetahui aktivitas antioksidan pada cabai rawit hijau. Metode DPPH 1,1- difenil-2-pikrilhidrazil dapat memberikan informasi mengenai penangkapan
radikal bebas yang menyebabkan elektron menjadi berpasangan. Nilai aktivitas antioksidan dinyatakan dengan
IC
50
yang merupakan konsentrasi antioksidan yang mampu menghambat 50 radikal. Sunarni, 2005. Dalam penetapan kadar
kapsaisin digunakan metode kromatografi lapis tipis KLT – densitometri karena
dapat menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Permasalahan
a. Berapa nilai aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau
dengan metode DPPH yang dinyatakan dengan
IC
50
? b.
Berapa kadar kapsaisin yanag terkandung di dalam ekatrak etanol buah cabai rawit hijau dengan metode kromatografi lapis tipis KLT
– densitometri?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, uji aktivitas antioksidan pada buah cabai rawit hijau dan penetapan kadar kapsaisin pernah dilakukan:
a. Penelitian Henderson dan Slickman 1999 tentang Quantitative HPLC
Determination of the Antioxidant Activity of Capsaicin on the Formation of Lipid Hydroperoxides of Linoleic Acid: A Comparative Study against
BHT and Melatonin b.
Penelitian yang dilakukan Talcott, Brenes, dan Villalon 2000 mengenai aktivitas antioksidan pada berbagai spesies
Capsicum
dengan metode β- karoten
– linoleat. c.
Penelitian dari Sukrasno dan Kusmardiyani 1997 meneliti kandungan kapsaisin pada berbagai buah
Capsicum
menggunakan metode KCKT. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pengujian antioksidan dengan
metode DPPH pada ekstrak etanol buah cabai rawit hijau dan penetapan kadar kapsaisin menggunakan metode KLT
– densitometri.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau dengan metode DPPH yang dinyatakan dengan
IC
50
. b.
Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau
supaya dapat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dan perkembangan pada sediaan farmasi.
B. Tujuan Penelitian