untuk membandingkan efektivitas adhesi suatu bahan adhesif. Untuk menganalisa tensile bond strength suatu bahan adhesif ke substrat, harus diamati di daerah mana
terjadi fraktur atau lepasnya perlekatan, jika bagian yang fraktur berada pada interface antara struktur gigi dan bahan bonding maka disebut adhesive failure dan
jika bagian yang fraktur berada pada bagian adhesif atau pada substrat maka disebut cohesive failure. Oleh karena itu tensile bond strength didefinisikan sebagai beban
mekanis inisial yang dapat mengakibatkan fraktur atau menghasilkan adhesive failure dan cohesive failure yang merupakan petunjuk untuk mengevaluasi kekuatan bahan
bonding.
15,26
2.3 Kekuatan Perlekatan pada Kavitas Klas II
Kavitas klas II merupakan kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior yang dapat mengenai bagian mesial dan distal atau hanya salah satu
permukaan proksimal gigi. Kavitas pada permukaan halus atau lesi mesial dan atau distal biasanya berada di bawah titik kontak yang sulit dibersihkan.
7
Salah satu masalah utama untuk merestorasi gigi posterior dengan resin komposit adalah
adaptasi materi yang kurang baik pada struktur gigi, terutama pada tepi gingiva.
1
Kegagalan dari sistem perlekatan sering terjadi karena terbentuk celah antara resin komposit dan jaringan gigi. Celah ini disebabkan karena kekuatan perlekatan yang
kurang baik sehingga tidak mampu menahan stress dan shrinkage pada saat polimerisasi. Terjadinya celah merupakan salah satu penyebab utama kerusakan tepi
sehingga terjadi kegagalan perlekatan antara resin dan dentin hingga restorasi terlepas dari kavitas .
23
Resin komposit mengalami shrinkage pada saat pengerasan yang disebut sebagai pengerutan polimerisasi polymerization shrinkage. Shrinkage
polimerisasi berkaitan dengan configuration factor C-factor.
29
C-factor adalah perbandingan dari permukaan yang berikatan dan tidak berikatan pada permukaan
gigi yang dipreparasi Semakin besar C-factor semakin besar potensi kegagalan perlekatan dari
efek polimerisasi. C-factor pada restorasi gigi antara 0,1-5 dengan nilai yang tinggi 1,5. Pada kavitas klas II jumlah permukaan yang berikatan adalah 4 dan
Universitas Sumatera Utara
permukaan yang bebas ada 2 sehingga nilai C-factor adalah 4:2 yang menunjukkan hanya dua permukaan yang berperan sebagai resevoir dimana kavitas klas II
merupakan kavitas dengan C-factor yang tinggi sehingga memiliki potensi tinggi untuk terjadi shrinkage polimerisasi.
23
Kekuatan ikat dari sistem perlekatan pada dentin gingival tidak cukup kuat untuk menahan stress yang ditimbulkan oleh shrinkage polimerisasi sehingga dapat
mengurangi kerapatan resin komposit dengan gigi. Perlekatan yang kurang baik disebabkan karena daerah ini selalu basah dan cukup sulit untuk dikendalikan untuk
prosedur bonding yang sempurna. berada dekat dengan daerah gingival. Setelah dipreparasi kavitas klas II, terdapat bagian email yang tidak terdukung oleh dentin.
23
Shrinkage polimerisasi dapat diminimalisir dengan cara mengaplikasikan resin komposit flowable sebagai basis yang memiliki tingkat modulus yang rendah
sehingga dapat melapisi setiap bagian kavitas secara lebih baik.
4,10,21
Stress dan Shrinkage yang tinggi dapat menyebabkan sensitivitas pasca restorasi, celah mikro,
kolonisasi mikroorganisme, karies sekunder dan gangguan perlekatan Gambar 8.
9
Gambar 8. Efek dari shrinkage polimerisasi.
9
2.4 Stress Decreasing Resin