72 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
siswa menuliskan pengamatan mereka terhadap gereja mereka Pada kenyataannya kita harus mengakui bahwa seringkali gereja gagal
mewujudkan dirinya komunitas seperti yang dicita-citakan oleh Tuhan Yesus. Bila itu yang ditemukan oleh siswa Saudara di gereja mereka, ajaklah mereka menyusun
rencana untuk mengatasi jurang-jurang pemisah yang ada itu.
E. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. dan Perjuangannya
Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. 1929-1968,seorang pendeta Gereja Baptis, adalah seorang tokoh pejuang hak asasi manusia dari Amerika Serikat. Ia berjuang
untuk hak-hak orang-orang kulit hitam yang tidak dianggap sebagai manusia yang setara dengan orang-orang kulit putih, karena mereka adalah keturunan budak.
Seseorang yang dilahirkan dari pasangan campuran, akan melahirkan keturunan yang selamanya dianggap “cacat”, karena darah pasangan yang berkulit hitam. Ini disebut
sebagai “Aturan Setetes Darah”. Artinya, bila ada setetes saja darah orang kulit hitam pada diri seseorang, maka hal itu akan membuatnya tidak layak digolongkan sebagai
orang kulit putih.
Pada masa itu, orang-orang kulit hitam dilarang masuk ke tempat-tempat umum, restoran-restoran yang disediakan khusus untuk orang-orang kulit putih. Gereja
mereka pun dipisahkan oleh warna kulit mereka. Ada gereja-gereja yang dikhususkan untuk orang kulit putih yang tidak boleh dimasuki oleh orang kulit hitam. Bila mereka
naik bus, mereka harus duduk di belakang. Apabila ada orang kulit putih yang naik ke dalam bus itu, mereka harus berdiri dan memberikan tempat duduk mereka kepada
orang itu, meskipun misalnya yang naik itu seorang laki-laki muda yang sehat dan kuat, dan orang kulit hitam itu seorang perempuan tua rentah dan sakit. Padahal
sebagian besar orang Amerika Serikat beragama Kristen. Mengapa terjadi pemisahan dan diskriminasi seperti itu, yang mestinya sudah dihapuskan oleh gereja perdana?
Perjuangan Pdt. King dimulai ketika Rosa Parks mengalami diskriminasi karena ia menolak bangun dari tempat duduknya di bus dan menyerahkannya kepada seorang
laki-laki kulit putih. Pada suatu malam
yang dingin di kota Montgomery, Alabama,
Amerika Serikat, pada bulan Desember 1955,
R o s a P a r k s , s e o r a n g p e r e m p u a n k u l i t
hitam, menolak untuk menyerahkan kursinya di
bus kepada orang kulit putih yang baru naik.
Hari itu ia sangat lelah setelah bekerja seharian
6XPEHUZZÀLFNUFRP Gambar 3.2 Rosa Parks di bus yang tersegregasi di Montgomery
73
di sebuah toko. Karena itu ia menolak untuk berdiri. “Kamu tidak mau berdiri?” tanya sang sopir. Rosa Parks menatap lurus pada wajahnya dan berkata, “Tidak.” “Kalau
begitu,” kata Blake, sopir itu, “saya akan lapor ke polisi dan kamu akan ditahan.” Dan Parks menjawab perlahan, “Silakan.”
Parks ditahan dan didenda 10. Hal ini kemudian memicu gerakan antidiskriminasi besar-besaran di seluruh AS. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr., mengorganisasikan
sebuah boikot bus yang kemudian menyebar di seluruh wilayah selatan AS. Selain itu, Pdt. King juga menggerakkan gereja dan orang-orang kulit hitam untuk melawan
undang-undang yang menjadikan mereka bukan warga negara. Pada 28 Agustus 1963, ia mengadakan “Mars di Washington”, sebuah unjuk rasa untuk menuntut
hak-hak orang kulit hitam untuk pekerjaan dan kemerdekaan. Unjuk rasa ini diikuti antara 200.000 hingga 250.000 orang, kebanyakan orang kulit hitam, tetapi juga ada
beberapa ribu orang kulit putih yang bersimpati dengan perjuangan mereka.
Dalam “Mars di Washington” itu, Pdt. King menyampaikan pidatonya yang sangat terkenal, yang berjudul “Aku Bermimpi”. Dalam pidatonya itu, ia antara lain
mengatakan, “Aku bermimpi bahwa suatu hari kelak bangsa ini akan bangkit dan menjalani
makna sejati keyakinannya: “Kami menganggap kebenaran ini sudah terbukti dengan sendirinya: bahwa semua orang diciptakan sederajat.” Aku bermimpin
bahwa suatu hari di bukit-bukit Georgia yang berwarna merah, anak-anak para bekas budak dan anak-anak para bekas pemilik budak dapat duduk bersama di
meja persaudaraan. Aku bermimpi bahwa suatu hari kelak bahkan negara bagian Mississipi, sebuah negara bagian gurun pasir, yang terbakar dalam panasnya
ketidakadilan dan penindasan, akan diubah menjadi mata air kemerdekaan dan keadilan. Aku bermimpi bahwa keempat anakku suatu hari kelak akan hidup di
suatu negara dan mereka tidak akan dinilai melalui warna kulit mereka melainkan oleh watak mereka. Aku bermimpi hari ini.”
Pidato Pdt. King ini menjadi kekuatan yang sangat dahsyat. Di dalam pidatonya berulang kali Pdt. King mengutip bagian-bagian Alkitab yang menjadi sumber
inspirasi perjuangannya. Pdt. King berulang kali menerima ancaman akan dibunuh. Rumahnya beberapa kali dibom orang yang membenci dia. Namun King tetap
berpegang pada prinsipnya untuk berjuang tanpa menggunakan kekerasan. Ia bertekad untuk menggunakan cara-cara damai agar orang-orang kulit hitam memperoleh hak-
hak mereka yang setara
Bagaimana Pdt. King dapat memperoleh kekuatan yang begitu hebat? Ternyata dalam hidupnya Pdt. King sangat tekun berdoa. Beberapa doanya dapat
dicantumkan di sini: “Tuhan, karuniailah kami kekuatan tubuh untuk terus berjuang demi kemerdekaan. Tuhan, berikan kami kekuatan untuk tetap tidak menggunakan
kekerasan, meskipun kami mungkin menghadapi maut.” Dalam sebuah doanya yang lain, Pdt. King mengatakan, “Tuhan, singkirkanlah segala kepahitan dari
hatiku, dan berikan aku kekuatan dan keberanian untuk menghadapi bencana apapun
74 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
yang mungkin menimpa aku.” Prinsip antikekerasan yang diberlakukan Pdt. King didasarkan pada ajaran Tuhan Yesus yang mengatakan, “Janganlah kamu melawan
orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Mat. 5:39. Tentu tidak mudah
memberlakukan ajaran ini di dalam kehidupan kita.
Pdt. King dibunuh pada 4 April 1968 oleh orang yang membencinya. Namun menjelang ajalnya, King berkata, “Saya memaafkan orang itu.” Perjuangan Pdt. King
pada tahun 1950-an hingga 1960-an itu baru terlihat buahnya ketika Barrack Obama, seorang berdarah campuran kulit putih ibunya dan Afrika ayahnya, terpilih
menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat terpilih pada tahun 2008. Semua ini rasanya tidak mungkin terjadi apabila Pdt. King tidak berjuang untuk hak-hak asasi orang-
orang kulit hitam. Ini pun tidak mungkin terjadi, apabila Pdt. King tidak terinspirasi oleh ajaran Tuhan Yesus.
Kegiatan 5
1. Pada bagian yang pertama, guru mengajak siswa untuk merenungkan sejauh mana doa mewarnai kehidupan warga gereja mereka dan sejauh mana mereka
menunjukkan kesetiaan dan ketekunan mereka dalam berdoa? Apakah mereka rela mengurbankan waktu dan hidup mereka bagi Tuhan? Bagaimana semua itu
terbukti di dalam kehidupan mereka sehari-hari? Bagaimana doa warga gereja mereka tampak terwujud di dalam perjuangan dan pengharapan mereka? Mintalah
siswa mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini dengan teman mereka sebangku, lalu minta mereka menuliskan jawabannya di buku catatan atau di dalam buku
ini
2. Pada bagian ini, siswa diajak untuk merenungkan apa arti kehadiran gereja di dunia. Apakah siswa pernah menyatakan Injil Tuhan yaitu kabar sukacita yang
dibawa oleh Yesus Kristus ke dalam dunia kepada sesama mereka? Menyatakan injil tidak selalu harus dilakukan dengan mengajak orang ke gereja, atau
mengajar mereka berdoa sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Menyatakan injil juga dapat dilakukan dengan mengajak orang lain melakukan kebenaran yang
Tuhan kehendaki, berperilaku jujur, tidak menyontek, mau menolong orang lain, dan lain-lain. Tanyakan kepada siswa, sejauh mana mereka memahami semua itu
sebagai cara-cara untuk menyatakan Injil Tuhan
Dalam Bab 4 nanti kita akan melihat bagaimana gereja dan orang Kristen dapat membagikan kabar suka cita yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada semua
orang meskipun tanpa menggunakan kata-kata, melainkan dengan perbuatan baik yang dapat dirasakan oleh banyak orang
75
F. Penilaian