217
merupakan aktivitas ranah psikomotorik. Sesungguhnya kehendak Allah tidak hanya cukup dimengerti dan dirasakan, namun harus dilakukan Mat. 7:21. Oleh
karena itu, kita harus berusaha untuk mengintegrasikan apa yang kita percayai dengan tindakan nyata kita. Misalnya dalam memberlakukan nilai-nilai kasih,
keadilan, persekutuan, kejujuran, menghargai orang lain.
Dari ungkapan di atas, maka jelas bahwa ketiga aspek tersebut merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipisah-pisahkan ataupun dipersempit dengan menekankan
satu aspek tertentu saja. Apabila iman seperti ini diberlakukan di kehidupan sekolah, maka hidup kitamu menjadi lebih bermakna
F. Hidup Bermakna dengan Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
Remaja sering merasa bosan dan jenuh dengan tugas-tugas dan pelajaran mereka. Ada yang merasa terlalu bodoh dalam mempelajari bahasa asing, sedangkan yang
lainnya merasa tidak mampu mengolah pelajaran-pelajaran eksakta yang dianggap terlalu ruwet dan membuat sakit kepala. Yang lainnya lagi merasa pelajaran ilmu-ilmu
VRVLDOVHSHUWLVHMDUDKGDQJHRJUD¿PHPERVDQNDQ.DWDNDWDGDULRUDQJWXDNHOXDUJD bahkan juga pendidik seperti “Kamu memang bodoh” sering membuat dirinya patah
semangat. Benarkah mereka bodoh? Bukankah hal yang sama juga pernah kita alami sendiri, ketika kita merasa bahwa kita tidak pandai dalam suatu bidang tertentu? Tidak
pandai menari, atau bermain musik, atau memasukkan bola basket ke keranjang – semua itu pun membutuhkan kepandaian atau kecerdasan tertentu.
Howard Gardner dari Universitas Harvard 1993, dalam Multiple Intelligences mengemukakan teori tentang kecerdasan yang meninggalkan pemahaman yang
tradisional. Selama ini orang beranggapan bahwa 1 kognisi manusia bersifat satu kesatuan dan 2 setiap pribadi adalah makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat
dinilai dan diukur secara tunggal. Karena itulah, umumnya program pendidikan hanya dibatasi dalam dua aspek saja, yaitu kecerdasan bahasa atau linguistik dan kecerdasan
matematik. Akibatnya, bentuk-bentuk kecerdasan yang lain kurang dihargai. Siswa pun dianggap gagal apabila tidak menunjukkan “kecerdasan akademik tradisional”.
Mereka kurang mendapat penghargaan, sehingga mereka sulit mewujudkan potensi- potensi mereka dan akibatnya mereka tidak percaya diri. Akhirnya, mereka larut di
sekolah maupun di lingkungannya.
Howard Gardner menemukan bahwa ternyata ada berbagai macam kecerdasan yang dapat diukur dengan kriteria tertentu. Gardner memberikan gambaran mengenai
kapasitas manusia yang jauh lebih luas dan tidak hanya bertumpu kepada “teori kecerdasan tunggal”. Teori Gardner ini menolong kita untuk menghasilkan sistem
pendidikan yang lebih bermakna dan terbuka terhadap berbagai kemungkinan bagi pikiran, kemampuan, dan masa depan manusia.
Dalam bukunya, Frames of Mind, Gardner mengungkapkan teorinya tentang NHFHUGDVDQPDMHPXN.LQLNHFHUGDVDQPDMHPXNGDSDWGLLGHQWL¿NDVLPHQMDGLGHODSDQ
218 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
macam yaitu: 1 bahasa, 2 logis matematis, 3 ruang, 4 tubuh kinestik, 5 musik, 6 antarpribadi, 7 intrapribadi, dan 8 naturalis.
Ketika siswa mampu mengembangkan kemampuannya yang khusus, yang tidak hanya dibatasi pada kemampuan-kemampuan tradisional seperti matematika,
bahasa dan linguistik, maka siswa akan mampu menemukan hidupnya lebih bermakn a. Ia akan mampu lebih berperan dengan baik di tengah lingkungan sekolah
dan keluarganya. Masalahnya, kecerdasan yang lain-lain itu perlu ditemukan, GLLGHQWL¿NDVLGDQGLNHPEDQJNDQHUGDVDUNDQNHFHUGDVDQ\DQJGLPLOLNLPDNDGDSDW
dikembangkan gaya belajar yang sesuai, sehingga siswa akan lebih percaya diri di antara teman-temannya. Mereka akan menemukan bahwa ternyata hidup mereka
sungguh bermakna dan lebih menyenangkan, sehingga lebh besar pula kemungkinan mereka untuk mencapai sukses.
Kecerdasan majemuk tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Kecerdasan bahasa. Penekanan cara berpikir biasa menggunakan kata-kata.
Hal-hal yang disenangi dan berguna untuk proses belajar antara lain: membaca, menulis, bercerita, permainan kata.
c. Kecerdasan logis matematis. Penekanan cara berpikir: memberikan alasan. Hal yang disenangi dan berguna untuk proses belajar yaitu bereksperimen, bertanya,
membuat kalkulasi, menganalisis, mendalami dan mengembangkan ilmu yang bersifat matematis.
d. Kecerdasan ruang. Cara berpikir menggunakan gambar dan imajinasi. Hal yang disenangi dan berguna untuk proses belajar antara lain: membuat desain,
menggambar, membuat visualisasi, hal-hal yang berkaitan dengan kesenian. e. Kecerdasan tubuh kinestik. Cara berpikir melalui pancaindera. Hal-hal yang
disenangi dan berguna untuk proses belajar antara lain menari, berlari dan PHORPSDW PHPEDQJXQ VHVXDWX RODKUDJD SHUPDLQDQ ¿VLN SHNHUMDDQ WDQJDQ
prakarya, hal-hal yang berkaitan dengan gerakan tubuh.
f. Kecerdasan musik. Penekanan cara berpikir melalui ritme dan melodi. Hal yang disenangi antara lain menyanyi, bersiul, mengetuk dengan tangan dan kaki,
mendengarkan, memainkan alat musik. g. Kecerdasan antarpribadi. Penekanan cara berpikir melalui ide-ide pribadi maupun
ide dari orang lain. Hal-hal yang disenangi antara lain membuat koordinasi, memimpin, pertemuan sosial, dinamika kelompok dan lain-lain.
h. Kecerdasan intrapribadi. Penekanan cara berpikir: pendalaman melalui pemikiran mandiri. Hal yang disenangi antara lain membuat tujuan secara mandiri,
berimajinasi, meditasi, menyenangi ketenangan, membuat proyek secara pribadi. i. Kecerdasan naturalis. Penekanan cara berpikir: melalui lingkungan. Hal-hal yang
disenangi antara lain hal-hal yang berkaitan dengan alam, tumbuh-tumbuhan, hewan, lingkungan sekitar, alam terbuka, penghormatan kepada hal-hal alamiah.
219
Ketika siswa mampu mengembangkan kemampuannya yang khusus, yang tidak hanya dibatasi pada kemampuan-kemampuan tradisional seperti matematika,
bahasa dan linguistik, maka siswa akan mampu menemukan hidupnya lebih bermakna. Ia akan mampu lebih berperan dengan baik di tengah lingkungan sekolah
dan keluarganya. Masalahnya, kecerdasan yang lain-lain itu perlu ditemukan, GLLGHQWL¿NDVLGDQGLNHPEDQJNDQHUGDVDUNDQNHFHUGDVDQ\DQJGLPLOLNLPDNDGDSDW
dikembangkan gaya belajar yang sesuai, sehingga siswa akan lebih percaya diri di antara teman-temannya. Mereka akan menemukan bahwa ternyata hidup mereka
sungguh bermakna dan lebih menyenangkan, sehingga lebh besar pula kemungkinan mereka untuk mencapai sukses.
Pengembangan kecerdasan majemuk juga dapat dikembangkan dalam liturgi kebaktian, khususnya untuk kebaktian di sekolah atau kebaktian remaja yang kreatif.
Kebaktian seperti ini dapat menjadi sarana untuk mengkomunikasikan Injil dalam masyarakat modern, agar kebaktian menjadi lebih menarik, relevan dan bermakna.
Kebaktian ini dapat diisi dengan pembacaan puisi, permainan musik dan menyanyikan lagu dengan baik, menyelinginya dengan tarian atau gerak tubuh yang lain, dan
kemudian dilanjutkan dengan ajakan kepada para siswa untuk merenungkan makna kehidupan mereka masing-masing.
Kegiatan 5: Penilaian Diri