67
ditandai  oleh  pemberitaan  atau  khotbah  yang  disampaikan  oleh  orang-orang  yang diberikan  wewenang  khusus  untuk  melakukannya,  seperti  pendeta,  guru  Injil,
penginjil, penatua, dan lain-lain.
Tugas  yang  mereka  laksanakan  disebut  dalam  bahasa Yunani  sebagai  kerugma atau  “pemberitaan”.  Kerugma  sendiri  sebetulnya  berarti  “pengumuman”,  seperti
yang biasanya disampaikan oleh petugas kerajaan yang menyampaikan berita-berita penting pada masa itu, karena saat itu belum ada surat kabar atau media massa lainnya.
Pemberitaan apa yang disampaikan oleh gereja? Dalam contoh dari Kisah 2:14 kita  melihat  bahwa  Petrus  memberitakan  tentang  siapa  Yesus  itu  dan  apa  makna
kehidupan,  kematian,  dan  kebangkitan-Nya.  Di  dalam  kebaktian-kebaktian  kita sekarang mungkin kita mendengar berbagai pemberitaan yang lain. Misalnya khotbah
yang  berisi  penghiburan  untuk  jemaat  yang  sedang  berduka  cita,  atau  pengajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang Kristen, atau tentang tanggung
jawab  orang  Kristen  dalam  kehidupan  di  masyarakat  dan  bagaimana  menjalin hubungan dengan orang-orang lain yang berbeda keyakinan, dan lain-lain.
Khotbah di gereja biasanya dikembangkan dari isu-isu yang muncul dan dihadapi oleh  warga  jemaat.  Pengkhotbah  dapat  pula  memilih  topik-topik  yang  dianggap
sebagai  masalah  yang  berkaitan  dengan  pemahaman  iman,  sehingga  khotbah yang  disampaikan  merupakan  khotbah  pengajaran.  Beberapa  gereja  menggunakan
daftar bacaan yang tetap, yang disebut leksionari, yang dihubungkan dengan tahun gerejawi.  Dengan  demikian,  pengkhotbah  tidak  hanya  berkhotbah  dari  teks-teks
bacaan favoritnya saja.
Topik-topik apa lagi yang biasanya kita dengar dalam kerugma di dalam kebaktian- kebaktian di gereja? Mintalah siswa mendaftarkan topik-topik yang mereka ingat di
dalam buku catatan mereka atau di dalam buku.
C. Gereja yang Bersekutu
Di atas sudah dijelaskan bahwa pemberitaan atau kerugma disampaikan dalam konteks ibadah. Itulah yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen perdana dan yang
biasa  kita  sebut  sebagai  “khotbah”  sekarang.  Dalam Alkitab  Perjanjian  Baru,  kita dapat menemukan 106 kata “memberitakan”. Hal ini menunjukkan bahwa kata kerja
ini menempati posisi yang sentral dalam kehidupan orang Kristen.
Dalam 1 Korintus 1:23 kita menemukan ucapan Rasul Paulus tentang apa atau siapa yang ia beritakan, yaitu, “tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan:
untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan…”
Bagaimana  bentuk  ibadah  yang  dilakukan  orang-orang  Kristen  perdana? Apakah  ibadah  mereka  sama  dengan  ibadah  gereja  kita  sekarang?  Ternyata  tidak
Ibadah  mereka  sangat  berbeda  dengan  ibadah  yang  kita  kenal  sekarang.  Ibadah yang  umumnya  terdapat  di  gereja-gereja  sekarang  sudah  berkembang  jauh  karena
berkembangnya  pemahaman  tentang  arti  liturgi  yang  dimiliki  oleh  masing-masing gereja.
68 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Di  gereja  Ortodoks  atau  Katolik  Timur,  liturgi  itu  sendiri  menjadi  intisari kebaktian.  Karena  itulah  kebaktian  di  gereja-gereja  Ortodoks  dapat  berlangsung
sangat panjang, dengan liturgi yang cukup rumit. Gereja Ortodoks Rusia, misalnya, menyelenggarakan  kebaktiannya  hingga  tiga  jam,  dan  seluruh  jemaat  berdiri
sepanjang kebaktian.
Di  Gereja  Katolik  Roma,  ekaristi  atau  Perjamuan  Kudus  sangat  ditekankan. Ekaristi adalah puncak ibadah di dalam gereja ini. Perjamuan kudus dirayakan setiap
Minggu untuk memperingati kurban Yesus Kristus. Sebaliknya,  gereja-gereja  Protestan  memberikan  tekanan  yang  kuat  pada
SHPEHULWDDQ ¿UPDQ PHODOXL NKRWEDK 6HEDJLDQ EHVDU ZDNWX GDODP NHEDNWLDQ GLEHULNDQNHSDGDSHPEHULWDDQ¿UPDQVHKLQJJDDGDJHUHMDJHUHMD\DQJPHQ\HGLDNDQ
waktu hingga 30-45 menit dari kebaktiannya untuk khotbah. Khotbah menjadi puncak dari seluruh isi kebaktian. Itulah sebabnya studi tentang berkhotbah atau homiletika
menjadi sangat penting.
Inilah sekadar contoh-contoh yang menunjukkan kepada kita bagaimana ibadah kita berbeda-beda. Sementara itu, ibadah orang-orang Kristen perdana pada awalnya
sangat mirip dengan ibadah orang-orang Yahudi, karena pada saat itu, orang Kristen perdana masih menganggap diri mereka tidak berbeda dengan orang Yahudi lainnya.
Dalam Kisah 3:1 dilaporkan bahwa menjelang waktu sembahyang, “…yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah.”
Namun sejak pertama sekali, orang-orang Kristen berkumpul pada hari Minggu untuk  memperingati  hari  kebangkitan  Yesus  Kristus.  Bila  pada  awalnya  mereka
merayakan  Sabat,  lama-kelamaan  pertemuan  hari  Minggu  ini  menjadi  acara  yang paling utama dan penting. Peralihan ini terjadi bersamaan dengan semakin kurangnya
penekanan yang diberikan oleh orang Kristen terhadap hukum Taurat.
Kunci untuk memahami hal ini dapat dengan mudah kita temukan dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, hari yang pertama itu disebut hari Minggu. Kata
ini berasal dari bahasa Portugis, yang menyebutnya Domingo baca: “Dominggu”, yang kemudian dialihkan menjadi bahasa Indonesia, “hari Minggu”. Kata Domingo
berarti “hari Tuhan.”
Jemaat Kristen mula-mula menata peribadahan mereka sesuai dengan tata ibadah orang  Yahudi.  Tata  ibadah  ini  disebut  “liturgi”,  yang  dalam  bahasa  aslinya,  yaitu
bahasa Yunani leitourgia. Kata leitourgia dalam bahasa aslinya mengandung banyak arti,  antara  lain  “pelayanan”,  “pelayanan  militer”,  pelayanan  imam  berupa  kurban
dan doa kepada Tuhan”, dan “persembahan untuk menolong orang-orang miskin”.
Selain  itu,  Kisah  Para  Rasul  melukiskan  bahwa  mereka  hidup  dalam  sebuah persekutuan yang saling berbagi. Dikatakan:
44
Dan  semua  orang  yang  telah  menjadi  percaya  tetap  bersatu,  dan  segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45
dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang
sesuai  dengan  keperluan  masing-masing.
46
Dengan  bertekun  dan  dengan
69
sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan
bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47
sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah
mereka dengan orang yang diselamatkan. Kis. 2 : 44-47 Kehidupan  yang  saling  berbagi  ini  dilakukan  oleh  orang-orang  Kristen  untuk
mengenang  kematian  Tuhan  Yesus,  sebab  di  dalam  kematian-Nya  itu  Yesus membagikan kehidupan-Nya dengan kita manusia. Hal ini dilambangkan oleh Tuhan
lewat  peristiwa  perjamuan  makan  malamnya  yang  terakhir  bersama  murid-murid- Nya. Perjamuan inilah yang hingga kini dilakukan oleh orang-orang Kristen, yang
membuat  ibadahnya  berbeda  dengan  ibadah  orang-orang Yahudi,  yaitu  Perjamuan Kudus.
Inilah  yang  digambarkan  oleh  Kisah  Para  Rasul  ketika  di  situ  dilaporkan bahwa orang-orang Kristen perdana ini “memecahkan roti di rumah masing-masing
secara bergiliran”. Perjamuan ini mengingatkan mereka akan persekutuan yang erat antara  Tuhan  dengan  para  murid.  Melalui  perjamuan  itu,  mereka  pun  terlibat  di
dalam  persekutuan  dengan  Tuhan  yang  telah  bangkit.  Inilah  yang  disebut  sebagai persekutuan atau koinonia di dalam bahasa Yunani.
Kata  koinonia  sendiri  mengandung  arti  yang  jauh  lebih  mendalam  daripada sekadar “persekutuan”, sebab dalam kata ini terkandung makna persekutuan, berbagi,
dan hubungan yang sangat erat. Karena itu, koinonia juga dapat berarti pemberian yang dilakukan bersama-sama kepada satu sama lain, seperti yang digambarkan oleh
kehidupan jemaat perdana yang membagi-bagikan kepunyaan mereka.
Persekutuan ini menjadi semakin jelas ketika kita melihat bahwa selain Perjamuan Kudus, jemaat Kristen perdana ini juga mengadakan Perjamuan Kasih seperti yang
dilaporkan dalam 1 Korintus. 11:20-34. Dalam Perjamuan Kasih ini masing-masing anggota membawa suatu makanan tertentu yang kemudian dimakan bersama-sama
dengan warga jemaat yang lainnya.
Kegiatan 2: Berbagi Pengalaman
Praktik  yang  dilakukan  oleh  gereja  perdana  dengan  mengadakan  “Perjamuan Kasih”  adalah  sebuah  praktik  yang  menarik.  Beberapa  gereja  di  Indonesia
mengadakan Perjamuan Kasih sebagai upaya untuk mengembangkan persekutuan di jemaat. Apakah siswa pernah mengalami Perjamuan Kasih ini? Kalau ya, mintalah
mereka  menceritakan  pengalaman  tersebut.  Dalam  rangka  apa  acara  “Perjamuan Kasih” itu diadakan? Bagaimana perasaan mereka ketika mengikuti acara tersebut?
Mintalah mereka membagikan pengalaman mereka.
Perjamuan  kasih  yang  diadakan  di  kalangan  orang-orang  Kristen  di  Korintus sempat  menimbulkan  masalah  karena  jemaat  tidak  selalu  datang  pada  waktu  yang
bersamaan. Sebagian warga jemaat adalah orang-orang yang tetap bekerja pada hari Minggu. Karena pekerjaannya itu, banyak di antara mereka yang terlambat datang ke
70 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Perjamuan Kasih. Malangnya, setibanya mereka di gereja, sebagian besar makanan yang disediakan sudah habis dimakan oleh orang-orang yang kaya, yang tidak perlu
bekerja pada hari Minggu. Hal ini membuat Paulus marah 1 Kor. 11:17-22.
Paulus  mengecam  mereka  yang  makan  dengan  lahap  dan  melupakan  saudara- saudara  mereka  yang  datang  terlambat. Akibatnya,  kata  Paulus,  “…tiap-tiap  orang
memakan  dahulu  makanannya  sendiri,  sehingga  yang  seorang  lapar  dan  yang  lain mabuk.”  1  Kor.  11:21  Paulus  menasihati  jemaat  Korintus  agar  mereka  tidak
melakukan  hal  ini.  Ia  mengajarkan  agar  mereka  yang  dapat  datang  lebih  dahulu hendaknya makan dulu di rumah agar mereka tidak menghabiskan makanan bawaan
mereka di gereja.
.HJLDWDQ0HQJDGDNDQ3HUMDPXDQ.DVLK
Perjamuan  Kasih  dapat  diadakan  sebagai  bagian  dari  suatu  kebaktian.  Banyak gereja  yang  menyelenggarakannya  sebagai  bagian  dari  kebaktian  Jumat  Agung,
atau kebaktian Kamis Putih, pada malam sebelum Jumat Agung, sebagai peringatan akan  perjamuan  malam  terakhir  Tuhan  Yesus  bersama  murid-murid-Nya  sebelum
Ia ditangkap dan disalibkan. Seringkali kebaktian dilangsungkan seperti biasa, lalu setelah kebaktian selesai, seluruh jemaat ikut serta dalam Perjamuan Kasih. Setiap
anggota  gereja  diharapkan  membawa  suatu  jenis  makanan  tertentu  yang  biasa mereka siapkan di rumah. Jumlahnya tidak perlu banyak-banyak, melainkan cukup
untuk dua atau tiga orang saja. Ketika makanan ini dikumpulkan, maka jumlahnya menjadi banyak sekali, dan semua orang dapat makan dengan cukup, bahkan juga
termasuk  mereka  yang  mungkin  tidak  mampu  membawa  apa-apa  untuk  dibagikan dalam Perjamuan Kasih.
Perjamuan  Kasih  dapat  diadakan  dengan  sederhana,  sebagai  sebuah  makan bersama,  dengan  diawali  dengan  doa  pengucapan  syukur.  Setelah  itu  setiap  orang
mengambil  makanan  untuk  dimakannya,  sesuai  dengan  kebutuhannya,  sambil mengingat orang lain yang juga akan ikut serta makan.
D. Gereja yang Tidak Membeda-bedakan