11
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas, praktik, perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan
ekonomi, keuangan negara dari pengaturan dalam suatu Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah KabupatenKota. Bab
ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:
A.
Kajian teoretis
Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis,
dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap
keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara
juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan
fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan social budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan
semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemerintah daerah
mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian
dan pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan
komponen, jasa konstruksi dan rancang
12 bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal,
serta peraturan perundang-undangan yang mendukung. Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:
a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan serta
yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;
b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan
untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;
c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai
dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan
negara; dan e.
mendorong iklim investasi asing. Pengertian dan jenis bentuk rumah diatur dalam Pasal 1 dan Pasal 21
Undang-Undang No
1 Tahun
2011 tentang
Perumahan dan
KawasanPemukiman 1.Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan
kawasan permukiman,
pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. 2.Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni. 7.Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, saranapembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
13 8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan
tujuan mendapatkan keuntungan Jenis dan Bentuk Rumah
1 Jenis rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat 3 dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian
yang meliputi: a. rumah komersial;
b. rumah umum; c. rumah swadaya;
d. rumah khusus; dan e. rumah negara.
2 Rumah komersial sebagaimana dimaksud pada Kos merupakan salah satu tempat penyedia jasa penginapan atau
tempat tinggal sementara yang terdiri dari beberapa kamar dan setiap kamar memiliki beberapa fasilitas yang ditawarkan atau disediakan dan
juga mempunyai harga yang telah ditentukan oleh pemilik Kos sedangkan lama waktu penyewaan ditentukan sendiri oleh si penyewa kamar. Kos ini
adalah salah satu tempat tinggal yang banyak diminati para pelajar khususnya mahasiswa sebab Kos adalah salah satu
tempat hunian yang di sewa untuk di tinggalkan sementara. Tabel 2 : Perbedaan rumah kontrakan dan Kos
Sudut pandang Rumah kontrakan
Rumah kos Sistem
pembayaran Pertahun atau kelipatanya Perbulan atau kelipatanya
Jangka waktu sewa
Tahunan, jadi kalau sudah bayar
uang sewa
tapi bosen maka harus over
kontrak. Bulanan, sehingga cocok bagi
yang hendak mencari rumah sewa dalam waktu pendek.
Garasi tempat
parkir kendaraan
Setiap rumah punya garasi masing-masing.
Satu garasi untuk seluruh penghuni rumah Kos
Tagihan listrik air
Masing-masing rumah ada meteran
dan tagihan
pembayarn sendiri. Satu meteran untuk seluruh
kamar Kos, jadi uang sewa bulanan
sudah termasuk
14 bayar listrik dan air.
Pengawasan sudah seperti milik sendiri,
jadi langsung
berhubungan dengan RT atau
perangkat desa
setempat. Ada bapak Kos, atau ibu Kos
yang bertugas
mengawasi seluruh anak Kos.
Kondisi bangunan
Bangunan berdiri sendiri, sama seperti rumah warga
pada umumnya. Rata-rata
menyatu dengan
pemilik rumah, hal ini untuk memudahkan
pengawasan dan penagihan bulanan
Dapur Setiap rumah punya dapur
khusus. Ada juga yang setiap kamar
ada dapurnya, tapi kebanykan satu dapur untuk
seluruh anak Kos.
Kebebasan tamu
Bebas bertamu asalkan masih mematuhi norma
agama dan adat setempat. Jam bertamu dan lokasi
penerimaan tamu dibatasi.
Kondisi penyewa
Cocok bagi yang sudah berkeluarga, untuk
ditempati bersama pasangan dan anak-anak.
Cocok disewa oleh para pelajar, pekerja perantauan,
mahasiswa dan sejenisnya.
B. Kajian terhadap asasprinsip yang terkait dengan penyusunan
norma.
Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, telah dipositipkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Dalam undang-
undang sebagaimana dimaksud, asas yang bersifat formal diatur dalam Pasal 5 dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal 6. Pengertian
masing-masing asas ini dikemukakan dalam penjelasan pasal dimaksud. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, asas yang
bersifat formal pengertiannya dapat dikemukakan dalam tabel berikut. Berdasarkan Pasal 5 UU 122011 mengatur :
1. kejelasan tujuan
2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
3. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
4. dapat dilaksanakan
5. kedayagunaan dan kehasilgunaan
6. kejelasan rumusan
15 7.
Keterbukaan Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang
Bersifat Materiil diatur dalam Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 UU 122011 antara lain :
1. Pengayoman
2. Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kekeluargaan
5. Kenusantaraan
6. Bhinneka Tunggal Ika
7. Keadilan
8. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan
9. Ketertiban dan Kepastian Hukum
10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan
Asas-asas tersebut kemudian membimbing para legislator dalam perumusan norma hukum ke dalam aturan hukum, yang berlangsung
dengan cara menjadikan dirinya sebagai titik tolak bagi permusan norma hukum dalam aturan hukum. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan
Derah tentang Pengelolaan Rumah Kos. C. Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan
berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil
penelitian.
Dalam 95 ayat 4 Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah ditentukan Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur ketentuan
mengenai: a.
pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam halhal tertentu atas pokok pajak danatau sanksinya;
b. tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa;
danatau c.
asas timbal
balik, berupa
pemberian pengurangan,
keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan
kelaziman internasional .
16 Dalam penelitian terkait dengan Penyusunan Raperda Kabupaten
Klungkung didasarkan pada asas-asas tersebut di atas, baik asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang formal,
materiil, maupun asas yang termuat dalam UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
D. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Dalam pelaksanaannnya praktik penyelenggaraan selama ini di Kabupaten Klungkung pengelolaan rumah Kos dalam bentuk pendataan
yang dilakukan oleh masing-masing kelurahan di Kabupaten Klungkung. Berdasarkan data yang diperoleh dalam bentuk sebaran jumlah rumah Kos
di Kabupaten Klungkung antara lain :
Tabel 3 : Data Rumah Kos Di Kabupaten Klungkung No Kelurahan
Jumlah Rumah Jumlah Pemilik 1
Kelurahan Semarapura Kelod a.
Lingkungan Kemoning Kaja b.
Lingkungan Kemoning Kelod c.
Galiran d.
Pekandelan 65
247 206
25 15
32 24
4 2
Kelurahan Semarapura Kaja a.
Lingkungan Semarapura Kaja
b. Budaga
c. Pengending
58 32
29 8
6 3
3 Semarapura Klod Kangin
a. Pande
160 23
17 b.
Menega 74
11 4
Kelurahan Semarapura Kangin 1.Lingkungan Senggoan
2. Lingkungan Lebah 42
49 8
13 Sumber : Data yang disampaikan oleh Bagian Hukum DPRD Klungkung
berdasarkan surat No 08198Pemtrantib, Tanggal 16 Oktober 2015
E. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur
dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban
keuangan negara.
Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos merupakan sarana untuk menjaga agar terlaksananya :
a. terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan rumah kos ;
b. terwujudnya sistem penyelenggaraan Rumah Kos mengatur mengenai
pemanfaatan, pengelolaan, perijinan, pengawasan; dan c.
terwujudnya pengaturan tentang rumah Kos, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penegakan hukum terkait dengan rumah kos.
Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah Kos membawa implikasi pada aspek keuangan daerah dan
pendapatan daerah, sehingga sangat diperlukan adanya pengaturan.
18
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS