Pengkajian Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Perumahan dan Pemukiman di Kabupaten Badung.
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
DINAS CIPTA KARYA
BIDANG PERUMAHAN DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
JALAN RAYA SEMPIDI MENGWI BADUNG BALI
Engineering and Management Consultant
M A T E R I
P E M B A H A S A N
I. PENDAHULUAN
II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
V. MUATAN PERDA PKP
VI. PENUTUP
(2)
I. pendahuluan
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
1.3. TARGET DAN SASARAN KEGIATAN
1.4. OUTPUT/KELUARAN
1.5. METODOLOGI
1.6. PEMAHAMAN PKP
1.7. PENTINGNYA PERDA PKP
II . KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
2.1. KAJIAN TEORITIS
2.2. KAJIAN AZAS/PRINSIP
2.3. KONDISI EKSISTING PKP
(3)
III . EVALUASI DAN ANALISIS PARATURAN
3.1. PENTINGNYA PERDA PKP DALAM ASPEK TEKNIS
3.2. PENTINGNYA PERDA PKP DALAM ASPEK ADMINISTRASI
3.3. PENTINGNYA PERDA PKP DALAM ASPEK YURIDIS
3.4. PENTINGNYA PERDA PKP DALAM ASPEK KELEMBAGAAN
Back
Next
Menu
IV . LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
4 1 LANDASAN FILOSOFIS
4.1. LANDASAN FILOSOFIS
4.2. LANDASAN SOSIOLOGIS
(4)
V . LINGKUP MATERI PERDA PKP
5.1. KETENTUAN UMUM
5.2. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PKP
5.3 KAWASAN PRIORITAS PKP
5.4 INDIKASI PROGRAM
5.5 PENYELENGGARAAN PKP
5.6 PERAN SERTA MASYARAKAT
5.7 PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
5 8 SANKSI ADMINISTRATIF
5.8 SANKSI ADMINISTRATIF
5.9 KETENTUAN PERALIHAN
5.10 KETENTUAN PENUTUP
Back
Next
Menu
1.1 lATAR BELAKANG
1. Sejalan dgn telah disahkannya UU No. 1 Tahun 2011
tentang
perumahan dan kawasan permukiman, kabupaten/kota mempunyai
wewenang
menyusun
peraturan
daerah
terkait
dengan
bidang
perumahan dan kawasan permukiman (Pasal 18 huruf b).
2. Sebagian besar muatan pengaturan yang terkandung dalam
peraturan daerah bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
(PKP) l bih b
if t
d
l h d i i t tif
d
k
t
(PKP) lebih bersifat pada masalah administratif,
sedangkan muatan
pengaturan persyaratan teknis dalam penyelenggaraan PKP masih
sangat minim. Hal tersebut, salah satunya dikarenakan sebagian besar
kabupaten/kota masih menggabungkan pedoman pelaksanaan PKP ke
dalam Perda RTRW.
3. Diperlukan kajian akademis peraturan daerah tentang Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman,
yang
muatan
substansinya
telah
menyesuaikan dengan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
4. Penyusunan kajian akademis diperlukan guna menjadi dasar yang
kuat dalam menyusun Ranperda PKP
untuk disahkan sebagai
pedoman Pelaksanaan Perumahan dan Kawasan Permukiman di
Kabupaten Badung, sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Back
Next
Menu
Sub Menu
(5)
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
MAKSUD KEGIATAN :
1. Penyusunan kajian akademis sebagai landasan ilmiah
dalam Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) PKP.
2. Sebagai petunjuk bagi konsultan perencana untuk yang
memuat masukan, asas, kriteria proses yang harus
,
,
p
y
g
dipenuhi, diperhatikan dan selanjutnya diinterpretasikan
dalam pelaksanaan.
TUJUAN KEGIATAN :
1. Menyusun
Ranperda
PKP,
sesuai
kajian
dan
pertimbangan
akademis
dan
peraturan
perundang-undangan.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
2. Melakukan sosialisasi Ranperda PKP di Kabupaten
Badung
kepada
instansi
pemerintah,
swasta
dan
masyarakat.
3. Menyempurnakan Ranperda PKP berdasarkan hasil
kegiatan sosialisasi.
1.3 TARGET/SASARAN KEGIATAN
1. Tersusunya Ranperda PKP
sebagai arahan dan dasar
pedoman pelaksanaan PKP di Kabupaten Badung
2. Memperoleh masukan di dalam penyempurnaan
(6)
1.4 OUTPUT/KELUARAN
1. Tersusunya Kajian Akademis Ranperda Pedoman
Pelaksanaan PKP
;
2. Tersusunya Draft Ranperda Rencana Pembangunan
dan Pengembangan PKP.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
1.5.1 PENDEKATAN PELAKSANAAN
1. PENDEKATAN NORMATIF
Pendekatan yang digunakan untuk merumuskan suatu
kebijakan dan strategi
berdasarkan data dan informasi
yang tersedia serta mengacu pada
produk peraturan dan
perundangan
yang terkait dengan substansi penyusunan
Ranperda Bidang PKP.
2. PENDEKATAN FASILITATIF
Pendekatan dengan
melibatkan seluruh pemangku
2. PENDEKATAN FASILITATIF
DAN PARTISIPATIF
kepentingan yang terkait
dengan pengembangan PKP,
baik di tingkat kota/kabupaten, maupun propinsi dalam
proses Penyusunan Ranperda Bidang PKP.
3. PENDEKATAN TEKNIS
AKADEMIS
Pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan
metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan secara
akademis
, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan
maupun teknik-teknik identifikasi, analisa, penyusunan
Ranperda Bidang PKP.
(7)
1.5.2 METODE PENANGANAN
HASIL AKHIR III
TAHAP A N A L I S I S II
TAHAP PENDATAAN I
KAJIAN AKADEMIS DAN RANPERDA KOMPILASI DATA DAN ANALISIS
1.Alur Pikir; 2.Program Kerja;
3.Identifikasi Permasalahan Perumahan dan Permukiman
4 Pemahaman Bidang Perumahan dan Permukiman
R
S
IAP
AN
1.Mobiliasi tim kerja 2.Penyusunan Program Kerja 3.dll.
RANPERDA RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PKP
5
4
4.Pemahaman Bidang Perumahan dan Permukiman
KOMPILASI DATA DAN
PERUMUSAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PKP
1.Kajian Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis; 2.Ketentuan Umum 3.Materi Ranperda PERSIAPAN dan PENDATAAN 3 PE R A TA DATA PRIMER 1.Survai lapangan 2 Wawancara 1
1.Kajian Teoritis dan Praktek Empiris 2.Evaluasi dan Analisi Peraturan
Perundang-undangan Terkait 3.Landasan Filosofis, Sosiologis, dan
Yuridis;
4 Jangkauan Arah Pengaturan dan
2
3.Materi Ranperda 4.Ketentuan Sanksi 5.Ketentuan Peralihan
PERUMUSAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA
PENG U M P UL A N D A 2.Wawancara DATA SEKUNDER
1.Data dari Instansi 2.Studi literatur 3.Standard-standard 4.Peraturan & Kebijakan 5.dll.
4.Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah.
5.Draft Perda Rencana Pembangunan PKP
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Sumber : Hasil Analisis Team Penyusun
1.6.1 TAHAPAN TERBENTUKNYA RANPERDA PKP
DASAR
HUKUM
Keputusan Menteri Negara
Perumahan dan
Permukiman Nomor:
09/KPTS/M/IX/1999
tentang
Pedoman Penyusunan Rencana
Pembangunan
dan
Pengembangan
Perumahan
dan
Permukiman
di
Daerah
(R
P
4
D)
1. Skenario penyelenggaraan pengelolaan bidang perumahan dan permukiman yang terkoordinasi dan terpadu secara lintas sektoral dan lintas wilayah administratif. 2. Jabaran pengisian rencana pola ruang
kawasan permukiman dalam RTRW.
1. RP4D Provinsi; 2. RP4D Kota; 3. RP4D Kabupaten
LI NGKUP WI LAYAH RP4D
1. PP No. 38 Th 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Lamp. D bahwa Pemprov dan PemKab/Kota bertugas menyusun RP4D Provinsi, Kabupaten, Kota)
2. PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Penjelasan Pasal 97 Ayat (1) Huruf f tentang Rencana Sektor.
Sumber : Hasil Analisis dan Paparan KEMENPERA ttg RP3KP Tahun 2014
UU No 1 Th 2011 tentang PERUMAHAN
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Pasal 15 huruf (c)
PENYUSUNAN
PERDA
PKP
PENYUSUNAN
PERDA
PKP KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN/KOTA
(8)
1.6.2 KEDUDUKAN PEKERJAAN PKP (RP3KP)
DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PERUMAHAN dan KAWASAN PERMUKIMAN
UU 1/2011
PERENCANAAN SPASIAL
1.RTRWN (PP 26/2008) 2.RTRW Provinsi 3.RTRW Kab/Kota
UU 26/2007
PERENCANAAN PEMBANGUNAN 1.RPJPN (UU 17/2007) 2.RPJP Provinsi 3.RPJP Kab/Kota
UU 25/2004
UU Sektor UU Sektor UU Sektor UU Sektoral lainnya
1. Pasal 14 & 17 2. Pasal 15 & 18
Permen PU Kepmen Perkim
RP3KP/PKP 1.Provinsi 2.Kab/Kota
Rencana Sektoral Lainnya
RPJMD
RPIJM Renstra SKPD Permen PU
15/2009 : Pedoman Penyus RTRW Provinsi Permen PU 16/2009 : Pedoman Penyus RTRW Kabupaten Permen PU 17/2009 : Pedoman Penyus RTRW Kota
Kepmen Perkim 09/1999 : Pedoman Penyus RP4D
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Sumber : Hasil Analisis dan Paparan KEMENPERA ttg RP3KP Tahun 2014
RPKPP RPIJM
R K P
1.6.3 SKEMA SATUAN UNIT PKP
SESUAI UU NO. 1 TAHUN 2011
(9)
1.6.4 KEBIJAKAN BIDANG PKP
1. ARAHAN RPJPN 2005-2025
Terkait kutipan RPJP tentang zero slum :
Lampiran UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN
Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk
perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
2. Visi dan Misi Dirjen Cipta Karya :
Terwujudnya permukiman
perkotaan dan perdesaan yang
layak, produktif,
berdaya saing dan berkelanjutan
.
3. RP3KP BALI 2013-2033 :
Mewujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman
yang
Sehat
Aman
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Mewujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman
yang
Sehat, Aman,
Nyaman, Layak, Produktif, Berjatidiri Budaya Bali
, yang
Didukung Layanan
infrastruktur Terpadu, Berlandaskan Tri Hita Karana menuju Bali Mandara
4. SPPIP KABUPATEN BADUNG 2010 :
Terwujudnya kawasan permukiman Kabupaten Badung berdasarkan Tri Hita Karana
1.6.5 ARAH KETERPADUAN DJCK 2015-2019
Arahan RPJMN III Bidang Cipta Karya
adalah:
1. Pemenuhan penyediaan air minum &
sanitasi untuk memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat
100% akses air
minum dan sanitasi
2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang
dilengkapi
dengan
prasarana
dan
sarana
pendukung,
didukung
oleh
sistem pembiayaan perumahan jangka
panjang dan berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel
kota tanpa permukiman
kumuh
3. Pengembangan
infrastruktur
perdesaan
terutama untuk mendukung
perdesaan
, terutama untuk mendukung
(10)
2.1 KAJIAN TEORITIS
•
Perumahan
kumpulan
rumah
sebagai
bagian
dari
permukiman,
baik
perkotaan
maupun
perdesaan,
yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. (
UU RI
No. 1 Tahun 2011
).
Pengertian
Perumahan
•
Kawasan Permukiman
bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan (
UU RI No. 1 Tahun 2011
).
Pengertian
Kawasan
Permukiman
•
Perumahan dan Kawasan Permukiman
satu kesatuan
sistem
yang
terdiri
atas
pembinaan,
penyelenggaraan
Pengertian
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
y
g
p
,
p
y
gg
perumahan,
penyelenggaraan
kawasan
permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat (
UU RI No. 1 Tahun 2011
).
g
Perumahan dan
Kawasan
Permukiman
2.1 KAJIAN TEORITIS
•
Prasarana
kelengkapan dasar fisik lingkungan
hunian yang memenuhi standar tertentu untuk
kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman,
dan nyaman (
UU RI No. 1 Tahun 2011
).
Pengertian
Prasarana
•
Sarana
fasilitas dalam lingkungan hunian yang
berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi (
UU RI No. 1 Tahun 2011
).
Pengertian
Sarana
•
Utilitas umum
kelengkapan penunjang untuk
pelayanan lingkungan hunian (
UU RI No. 1 Tahun
2011
).
Pengertian
Utilitas
(11)
2.1 KAJIAN TEORITIS
•
1.
Kasiba
sebidang
tanah
yang
fisiknya
telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan skala besar,
yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih
yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan
lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan utama (lokal
sekunder) dan jalan lingkungan serta prasarana dalam
li
k
i d
t t
Ka asan
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang.
•
2. Lisiba
sebidang tanah yang merupakan bagian dari
kawasan siap bangun maupun berdiri sendiri yang telah
dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana kawasan.
•
3. Lisiba BS
lisiba yang bukan merupakan bagian dari
kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang
telah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan
fungsi-fungsi lain.
Kawasan
Skala Besar
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
• Bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota
untuk menyelenggarakan
kegiatan dengan fungsi khusus
seperti
industri,
perbatasan,
nelayan,
pertambangan,
pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan rawan
bencana.
Kawasan
Khusus
2.1 KAJIAN TEORITIS
• Kawasan perumahan dan permukiman yang tidak
termasuk kategori Kawasan Skala Besar dan
Kawasan Khusus
.
Kawasan Non
Skala Besar
•
Kumpulan dari beberapa rumah yang didalam
lingkungannya
, baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan, terjadi interaksi sosial dimana
lingkungan tersebut memiliki tingkat ekonomi, sosial
dan budaya
yang masih rendah dan belum
memenuhi standar kelayakan lingkungan huni
.
Kawasan
Kumuh
(12)
2.1 KAJIAN TEORITIS
•
Pola permukiman Tradisional Bali secara fungsional
fungsi elemen
ruang dalam kaitannya dengan orientasi kosmologis, yang tercermin pada
komposisi dan formasi ruang. Dari konsep Sanga Mandala yang bersifat
abstrak diterjemahkan ke dalam kosep fisik, baik dalam skala rumah dan
perumahan (
N.K. Acwin Dwijendra
).
Pengertian
Pola
Permukiman
Tradisional
Bali
•
Type Bali Aga
, merupakan perumahan penduduk asli Bali yang kurang
dipengaruhi oleh Kerajaan Hindu Jawa.
p
g
j
•
Lokasi perumahan ini terletak di daerah pegunungan
yang
membentang membujur di tengah-tengah Bali, sebagian beralokasi di
Bali Utara dan Selatan.
•
Bentuk fisik pola perumahan Bali Aga dicirikan dengan adanya
jalan utama berbentuk linear
yang berfungsi sebagai ruang terbuka
milik komunitas dan sekaligus sebagai sumbu utama desa.
•
Contoh perumahan Bali Aga :
Desa Julah (di Buleleng), Tenganan,
Timbrah dan Bugbug (di Karangasem).
•
Type Bali Dataran
, merupakan perumahan tradisional yang banyak
dipengaruhi oleh Kerajaan Hindu Jawa.
•
Lokasi perumahan tersebar di dataran bagian selatan Bali
yang
b
d d k l bih b
dib
di
k
t
t
Type
Perumahan
Tradisional
Bali
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
berpenduduk lebih besar dibandingkan type pertama.
•
Ciri utama perumahan ini adalah adanya pola perempatan jalan
yang mempunyai 2 sumbu utama
, sumbu pertama adalah jalan yang
membujur arah Utara-Selatan yang memotong sumbu kedua berupa
jalan membujur Timur-Barat.
• (
Parimin, 1986
)
2.1 KAJIAN TEORITIS
• Berada maupun tidak berada pada peruntukkan daerah
perumahan dalam RUTR atau RDTR Kota atau Kabupaten.
• Sangat kumuh seperti tidak terdapat atau sangat sedikit
terdapat prasarana atau sarana dasar.
• Kepadatan penduduk diatas 500 jiwa/ha untuk kota besar
dan sedang dan diatas 750 jiwa/ha untuk kota metro
Kawasan
Kumuh Diatas
Tanah Legal
dan sedang, dan diatas 750 jiwa/ha untuk kota metro.
• Lebih dari 60% hunian tidak atau kurang layak huni dengan
angka penyakit akibat buruknya lingkungan permukiman
cukup tinggi.
• Intensitas pemasalahan sosial kemasyarakatan cukup tinggi.
Tanah Legal
(
Slum
)
• Perumahan kumuh yang berada pada peruntukkan bukan
perumahan pada RUTR, baik merupakan kepemilikan
Kawasan
negara, perorangan, maupun badan hukum yang dihuni
secara tidak sah.
• Kawasan perumahan yang tumbuh secara sporadis di
daerah TPA (Tempat Pembuangan Akhir), sepanjang
bantaran sungai, dan dibelakang bangunan umum dalam
suatu kawasan fungsional.
Kawasan
Kumuh Diatas
Tanah Tidak
Legal
(
Squatters
)
(13)
2.2 KAJIAN ASAS/PRINSIP
1. Ranperda
PKP
merupakan
penjabaran
lebih
lanjut
peraturan perundangan di atasnya
yg mengatur fungsi,
persyaratan,
penyelenggaraan,
peran
masyarakat
dan
pembinaan, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan
penutup.
2. Azas/ Prinsip yang menjadi dasar penyusunan Ranperda
PKP dilandasi oleh :
a. Asas Kelayakan,
b. Azas Kenyamanan,
c. Azas Pelestarian,
d. Asas Keselamatan,
e. Asas Keseimbangan, dan
f. Asas Keserasian PKP dgn lingkungannya.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
2.3.1 BATAS ADMINISTRASI
BATAS ADMINISTRASI
Luas : 418,52 Km²
;
Koordinat
:
1.
08º 14' 20” - 08º 50' 48” LS
2.
115º 05' 00” - 115º 26' 16” BT
Batas-Batas Wilayah
:
1.
Utara
: Kab. Buleleng
2
Ti
K b B
li K b Gi
K t D
No. Kecamatan Luas Wilayah
Presentase Luas
Presentase di Banding Luas
Ketinggian dari Permukaan Air
Jarak ke Denpasar
Luas Kawasan Terbangun
2.
Timur
: Kab. Bangli, Kab. Gianyar, Kota Denpasar
3.
Selatan
: Samudera Hindia
4.
Barat
: Kab. Tabanan
Wilayah Kab. Badung terletak padaketinggian 0 – 2.075 mdpl.
Luas lahan terbangun Tahun 2013 seluas 13.387 Ha (31,99%) dari luas Kab. Badung.
(Ha) (%)
1 Kuta Selatan 9.934 23,74 1,80 28 18,3 6.320 47,21
2 Kuta 1.779 4,25 0,31 27 9,6 1.585 11,84
3 Kuta Utara 3.538 8,45 0,60 65 6,6 1.750 13,07 4 Mengwi 8.200 19,59 1,46 0-350 15 1.400 10,46 5 Abiansemal 6.901 16,49 1,23 75-350 15 944 7,05 6 Petang 11.500 27,48 2,04 275-2,075 30 1.388 10,37
41.852
100,00 7,44 0-2,075 13.387 100,00
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2014
Jumlah
(14)
2.3.2 POTRET KONDISI PKP KAB.
BADUNG
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
2.3.3 TATA GUNA LAHAN
1.Peruntukkan lahan perumahan di Provinsi Bali seluas 8,30% (46.784 Ha) dari total luas keseluruhan
Provinsi Bali yaitu 563.666 Ha.
2.Peruntukkan lahan perumahan tertinggi terdapat di Kab. Badung, yaitu 8.217 ha.
3.Peruntukkan lahan perumahan terendah terdapat di Kab. Klungkung, yaitu 1.339ha.
(15)
2.3.4 FUNGSI RUMAH
1. Rumah di Provinsi Bali sebanyak 953.726 unit,
76,73% rumah tinggal (731.785 unit) dan 23,27%
rumah campuran (221.941 unit).
2. Unit rumah terbanyak berada di Kab. Badung,
yaitu 167.510 unit, 67,88% rumah tinggal (151.363
unit) dan 32.12% rumah campuran (30.783 unit).
3 Unit rumah terendah berada di Kab Klungkung yaitu
3. Unit rumah terendah berada di Kab. Klungkung, yaitu
27.297 unit, 91,29% rumah tinggal (24.919 unit) dan
8,71% rumah campuran (2.378 unit).
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Sumber : Kajian Database PKP Provinsi Bali Tahun 2014
2.3.5 TIPE RUMAH
1.
Komposisi rumah terbanyak di Provinsi Bali berada di
Kab. Badung, yaitu rumah kecil 31,85% (53.352 unit),
rumah menengah 45,44% (76.116 unit), rumah besar
22,71% (38.041 unit).
2.
Komposisi rumah terendah di Provinsi Bali berada di Kab.
Klungkung, yaitu rumah kecil 31,92% (8.713 unit), rumah
menengah 45,43% (12.401 unit), rumah besar 22,65%
(6 183 unit)
(6.183 unit).
(16)
2.3.6 JENIS RUMAH
1. Komposisi rumah di Provinsi Bali, yaitu permanen 94,90% (905.126 unit), semi
permanen 1,62% (15.472 unit), tidak permanen 3,47% (33.128 unit).
2. Rumah permanen terbanyak berada di Kab. Badung 18,08% (163.674 unit),
terendah di Kab. Klungkung 2,98% (26.950 unit).
3. Rumah semi permanen terbanyak berada di Kab. Bangli 28,70% (4.440 unit),
terendah di Kab. Klungkung 0,37% (57 unit).
4 Rumah tidak permanen terbanyak berada di Kab Jembrana 34 47% (11 429 unit)
4. Rumah tidak permanen terbanyak berada di Kab. Jembrana 34,47% (11.429 unit),
terendah di Kab. Gianyar 0,81% (2.68 unit).
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Sumber : Kajian Database PKP Provinsi Bali Tahun 2014
2.3.7 JENIS FISIK RUMAH
1.Komposisi rumah di Provinsi Bali yaitu, rumah tidak panggung 953.720 unit dan rumah susun 6
unit.
2.Rumah tidak panggung terbanyak terdapat di Kab. Badung, yaitu 17,56% (367.507 unit).
3.Rumah tidak panggung terendah terdapat di Klungkung, yaitu 2,86% (27.297 unit).
4.Rumah susun terdapat di Kota. Denpasar dan Kab. Badung, yaitu masing-masing 3 unit.
(17)
2.3.8 RUMAH LAYAK
1. Komposisi rumah di Provinsi Bali , yaitu layak 94,90% (616.956 unit), cukup layak 1,62% (257.065 unit),
tidak layak 3,47% (154.239 unit).
2. Rumah layak terbanyak berada di Kab. Badung 18,08% (163.674 unit),
terendah di Kab. Klungkung
2,86% (26.950 unit).
3. Rumah cukup layak terbanyak berada di Kab. Bangli 28,70 (4.440 unit), terendah di Kab. Klungkung
0,37% (57 unit).
4. Rumah tidak layak terbanyak berada di Kab. Jembrana 34,47% (11.419 unit), terendah di Kab. Gianyar
0,81% (268 unit).
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Sumber : Kajian Database PKP Provinsi Bali Tahun 2014
2.3.9 KONDISI FISIK RUMAH
1. Rumah kondisi baik terbanyak berada di Kab. Badung 18,08%
(163,647 unit),
dan terendah di Kab. Klungkung 2,98% (26.950 unit).
2. Rumah Kondisi sedang terbanyak berada di Kab. Bangli 28,70% (3.552
unit), dan terendah di Kab. Klungkung 0,37% (46 unit).
3. Rumah kondisi rusak terbanyak berada di Kab. Jembrana 27,20% (2.644
unit), dan terendah di Kab. Klungkung 0,71% (69 unit).
4. Rumah kondisi rusak berat terbanyak berada di Kab. Jembrana 34,47%
(9 135 unit) dan terendah di Kab Gianyar 0 18% (214 unit)
(9.135 unit), dan terendah di Kab. Gianyar 0,18% (214 unit).
(18)
2.3.10 STATUS KEPEMILIKAN RUMAH
1. Kepemilikan milik sendiri terbanyak berada di Kab. Badung 15,54% (113.706 unit),
dan terendah di
Kab. Klungkung 3,41% (24.919 unit).
2. Kepemilikan kontrak terbanyak berada di Kota Denpasar 31,55% (11.273 unit), dan terendah di Kab.
Klungkung 0,66% (609 unit).
3. Kepemilikan sewa terbanyak dberada di Kota Denpasar 55,24% (60,342unit), dan terendah di Kab.
Karangasem 0%.
4. Kepemilikan bebas sewa terbanyak dberada di Kab. Buleleng 55,24% (3.506 unit), dan terendah di Kab.
Kl
k
0 93% (158)
Klungkung 0,93% (158).
5. Kepemilikan Dinas terbanyak dberada di Kab. Badung 57,46% (4.690 unit),
dan terendah di Kab.
Klungkung 0%.
6. Kepemilikan Milik Keluarga terbanyak berada Kab. Jembrana 22,29% (11.559 unit), dan terendah di
Kab. Klungkung 2,62% (1.359 unit).
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Sumber : Kajian Database PKP Provinsi Bali Tahun 2014
2.3.11 TITIK KUMUH
1. Provinsi Bali memiliki 128 titik kumuh.
2. Titik kumuh terbesar terdapat di Kota Denpasar
33,59% (43 titik).
3. Titik kumuh terendah terdapat di Kab. Bangli
dan Kab. Badung 5,47% (7 titik).
TITIK KUMUH
(19)
2.3.12 PENGEMBANGAN PERUMAHAN
1. Komposisi pengembang perumahan di Bali adalah 33,36%
developer (343.000 unit), 66,64% swadaya (685.229 unit),
perumas 4 unit dan perumahan lainnya 27 unit.
2. Perumahan Perumnas tersebar di Kab. Jembrana,
Tabanan, Badung, karangasem dan Kota Denpasar.
3. Perumahan swadaya terbanyak terdapat di Kota denpasar
158 110 nit Dan terendah di Kab paten Kl ngk ng 23 657
158.110 unit. Dan terendah di Kabupaten Klungkung 23.657
unit.
4. Perumahan developer terbanyak terdapat di Kota Denpasar
70.000 unit, dan terendah di Kab. Bangli 10.000 unit.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
Sumber : Kajian Database PKP Provinsi Bali Tahun 2014
2.4.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
1. Adanya kecenderungan perubahan fungsi perumahan
yang
ada menjadi kegiatan perdagangan dan jasa pada jalur-jalur
jalan utama;
2. Perumahan
oleh
pengembang
banyak
yang
tidak
terintegrasi
dgn kawasan sekitar;
3. Banyaknya pengembang perumahan skala kecil
y
y
p
g
g p
dengan
g
penguasaan lahan memanjang;
4. Rendahnya fasilitas umum permukiman
terutama ruang
terbuka hijau publik;
5. Permasalahan yg dihadapi dlm kehidupan terkait dgn
perumahan dan kawasan permukiman sebagai tempat
manusia melakukan berbagai aktivitas demi menjaga
kenyamanan penghuni dan lingkungan sekitarnya
, harus
diselenggarakan secara tertib sesuai persyaratan teknis dan
kelaikan fungsinya sehingga perlu pengaturannya;
6. Mengapa perlu Ranperda ini
, sebagai dasar pemecahan
permasalahan yg nantinya membenarkaan pelibatan daerah dlm
penyelesaian masalah perumahan dan kawasan permukiman.
(20)
2.4.2 PERMASALAHAN UTAMA PKP
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG Sumber : Paparan KEMENPERA ttg RP3KP Tahun 2014
3.1 PENTINGNYA PERDA PKP DLM ASPEK TEKNIS
1. ASPEK TEKNIS, pentingnya Perda PKP adalah untuk menjamin Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman di daerah, dalam hal Pelaksanaan dan
Pengawasan.
•
Pada gambar dapat dilihat beberapa potret yang memperlihatkan berbagai kondisi
terkait dengan penyelenggaraan PKP, seperti misalnya penataan permukiman kumuh,
penataan kawasan perumahan dan bangunan perumahan area tebing yang
penataan kawasan perumahan dan bangunan perumahan area tebing yang
mempengaruhi aspek keselamatan.
(21)
3.2 PENTINGNYA PERDA PKP DLM ASPEK ADMINISTRATIF
2. ASPEK ADMINISTRATIF, pentingnya Perda PKP adalah menjamin tertib
penyelenggaraan dan pelaksanaan perumahan dan kawasan permukiman, melalui
implementasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan mengikuti ketentuan Perda
Bangunan Gedung terkait dengan PKP.
•
Contoh kasus PKP tanpa tertib administratif, maka akan terjadi pembangunan yg tidak
sesuai peruntukan, penyegelan oleh pihak berwajib.
•
Contoh kasus penyelenggaraan PKP yang tertib administratif melalui IMB dan
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
mengikuti ketentuan Perda BG di beberapa daerah.
3.3 PENTINGNYA PERDA PKP DLM ASPEK YURIDIS
3. ASPEK YURIDIS, pentingnya Perda PKP adalah merupakan amanah dari UU
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
•
Berdasarkan penjelasan umum UU-PKP disebutkan bahwa UU menjaga fungsi PKP
agar dapat berfungsi dengan baik dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan
kualitas kehidupan orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah serta
prasarana, sarana dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan huniam
p
,
p
, p
,
g
g
dan kawasan permukiman.
• Sedang pada batang tubuh, pasal 18 huruf b, pemerintah daerah kabupaten/kota
mempunyai kewenangan menyusun peraturan daerah terkait dengan bidang
perumahan dan kawasan permukiman
(22)
3.4 PENTINGNYA PERDA PKP DLM ASPEK KELEMBAGAAN
4. ASPEK KELEMBAGAAN, pentingnya Perda PKP adalah wujud nyata semangat otonomi daerah sesuai
UU
Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, dimana sesuai amanah
PP 38 Tahun 2007
tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan maka dalam bidang perumahan pemerintah kabupaten/kota bertanggung
jawab untuk pembinaan hukum, peraturan perundang-undangan dan pertanahan untuk perumahan.
•
Atas dasar itu, Perda PKP merupakan salah satu Indikator Kinerja Pemerintah Daerah untuk mendapatkan
readiness program-program dalam Bidang Pekerjaan Umum.
•
Pada tabel dapat dilihat Lampiran PP 38/2007 yang menjelaskan Pembagian Urusan Pemerintahan untuk
Bidang Perumahan.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
4.1 LANDASAN FILOSOFIS
Rancangan
Peraturan
Daerah
tentang
PKP
di
Kabupaten
Badung
mempertimbangkan :
1. Falsafah Tri Hita Karana,
2. Masyarakat adil sejahtera dan ajeg,
3. Jiwa dan kehidupan masyarakat
Kabupaten Badung ,
4 Kesadaran dan cita hukum
yang meliputi
suasana kebatinan serta falsafah
4. Kesadaran dan cita hukum
yang meliputi
suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila dan pembukaan
(23)
4.2 LANDASAN SOSIOLOGIS
Peraturan daerah ini dibentuk didasarkan pada kebutuhan bagi pemerintah Kabupaten
Badung, untuk :
1. Mengantisipasi pembangunan bidang PKP yang begitu pesat
di Kabupaten Badung
sehingga perlu
diatur secara tertib baik tertib administrasi maupun tertib secara
teknis,
2. Meningkatkan rumah layak huni,
3
M
i
k tk
h
h t d
3. Meningkatkan rumah yag sehat dan nyaman,
4. Pelestarian perumahan tradisional,
5. Pengembangan perumahan permukiman baru pada pusat-pusat pertumbuhan sesuai
dengan fungsi dan potensi kawasan,
6. Pengembangan perumahan permukiman baru yang seimbang dengan lingkungan
sekitarnya,
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
4.3 LANDASAN YURIDIS
a. Yang bersifat atribusi:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang tentang Pembentukan
Kabupaten/Kota bersangkutan;
b Y
b
if t d l
i
2. Permen Dalam Negeri No. 9 tahun 2009
ttg Pedoman Penyerahan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Perumahan dan
Permukiman di Daerah;
3. Permen Negara Perumahan Rakyat No.
01/PERMEN/M/2009 ttg Acuan
Penyelenggaraan Peningkatan Kualitas
Perumahan;
b. Yang bersifat delegasi:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
c. Yang bersifat teknis:
1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
H k
D
h
Perumahan;
4. Perda Provinsi Bali No. 16 tahun 2009
ttg Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Bali;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 26
Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Badung;
6. Peraturan Daerah Tingkat II Badung No.
3 Tahun 1992 tentang Larangan
mendirikan Bangun-bangunan di
daerah Jalur Hijau;
Hukum Daerah.
d. Yang bersifat substansial:
1. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat
Nomor 12 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman dengan Hunian
Berimbang.
j
;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Badung
Nomor 26 Tahun 2011 tentang Retribusi
Izin Membangun Bangunan.
(24)
5.1 KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum dalam Ranperda PKP Badung
menjabarkan tentang :
1. Pengertian istilah penting
dalam bidang PKP sesuai dengan kajian teoritis.
2. Kegunaan Perda PKP
, sesuai dengan aspek pentingnya Perda PKP di
Kabupaten Badung.
3. Kedudukan dan Peran PKP
, sesuai dengan pemahaman bidang PKP.
4
A
/P i
i PKP
i d
k ji
/ i
i bid
PKP
4. Azas/Prinsip PKP
, sesuai dengan kajian azas/prinsip bidang PKP.
5. Sasaran Bidang PKP,
adanya kepastian hukum dalam pembangunan dan
pengembangan PKP di Kabupaten Badung.
6. Ruang lingkup PKP
, adalah meliputi wilayah administrasi Kabupaten Badung
dan lingkup penanganan adalah bidang pembangunan dan pengembangan PKP.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
5.2.1 TUJUAN PKP
No Dokumen Teknis
Tujuan
1 RPJP Kab. Badung
2005-2025
Kabupaten Badung yang damai dan sejahtera berlandaskan
falsafah
Tri Hita Karana.
2
RPJM Kab. Badung
2011-2015
Melangkah bersama membangun Badung berlandaskan
Tri Hita
Karana
Menuju
masyarakat adil sejahtera dan ajeg
.
2011 2015
3
RTRW Kab. Badung
2009-2029
Terwujudnya struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Badung yang
seimbang, serasi dan selaras
antar kegiatan dan antar
wilayah sesuai dengan daya dukung dan daya tampungnya,
berlandaskan falsafah
Tri Hita Karana
.
4 SPPIP Kab. Badung
2010
Terwujudnya kawasan permukiman Kabupaten Badung berdasarkan
Tri Hita Karana
5
RP3KP Provinsi Bali
2013
Mewujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang
Sehat,
Aman, Nyaman, Layak, Produktif, Berjatidiri Budaya Bali
, yang
“Mewujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang
Sehat, Layak, Serasi dan Selaras Berlandaskan Tri Hita Karana”
TUJUAN
2013
Didukung Layanan infrastruktur Terpadu, Berlandaskan
Tri Hita Karana
(25)
5.2.2 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PKP
TUJUAN
VALUE
KEBIJAKAN
Mewujudkan
Perumahan dan
Kawasan
Permukiman yang
Sehat, dan Layak
1. Pengembangan perumahan dan permukiman yang
sehat, layak huni, dan bebas kumuh bagi semua
golongan masyarakat ,
2. Peningkatan akses perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
y
g
Sehat, Layak, Serasi
dan Selaras
Berlandaskan Tri Hita
Karana
berpenghasilan rendah
Serasi dan
Selaras
3. Pengembangan perumahan permukiman baru
pada pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan
fungsi dan potensi kawasan,
4. Peningkatan kualitas perencanaan, pengawasan
dan pengendalian pembangunan perumahan,
permukiman dan infrastruktur,
5. Mewujudkan sarana prasarana perumahan dan
permukiman yang utuh dengan sistem yang
terpadu sesuai dengan kebutuhan berkualitas dan
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
terpadu sesuai dengan kebutuhan , berkualitas dan
merata
Berlandaskan
pada Falsafah Tri
Hita Karana
6. Peningkatan kualitas tata lingkungan dan tata
bangunan yang harmonis dan berkarakter budaya
Bali.
5.2.3 STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PKP
KEBIJAKAN
STRATEGI
PROGRAM STRATEGIS
1. Pengembangan
Perumahan dan
Permukiman
yang aman,
layak huni, dan
bebas kumuh
1.1 Mengembangkan
mitigasi dan adaptasi
potensi bencana di
kawasan permukiman
a. Pengembangan pemetaan kawasan rawan bencana
b. Pengembangan, pemeliharaan dan penyebaran sistem
peringatan dini terhadap bahaya bencana
c. Pengembangan titik dan jalur evakuasi pada kawasan
permukiman rawan bencana
d. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan, sosialisasi dan
pelatihan mitigasi
bagi semua
golongan
masyarakat
1.2 Meningkatkan kualitas
permukiman kumuh dan
permukiman bagi MBR
a. Penyusunan rencana tindak permukiman kumuh
b. Peremajaan kawasan permukiman kumuh
c. Penyediaan infrastruktur permukiman pada kawasan kumuh
1.3 Meningkatkan kualitas
dan kelengkapan
sarana dan fasilitas
sosial ekonomi
kawasan permukiman
a. Penyediaan fasilitas pasar desa atau pasar temporer sesuai
ketentuan zonasi
b. Pendampingan koperasi, lembaga keuangan mikro dan unit
usaha ekonomi
c. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur sosial ekonomi
kawasan permukiman
1.4 Meningkatkan pola
perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS)
a. Mensosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
melalui peningkatan partisipasi masyarakat
dan sehat (PHBS)
1.5 Mengembangkan
kawasan permukiman
yang layak dan
terjangkau bagi
masyarakat
berpenghasilan rendah
a. Penyediaan infrastruktur permukiman di kawasan-kawasan
perumahan bagi MBR
b. Penyediaan cadangan mendesak bidang perkim pada lokasi
pasca bencana / konflik sosial
c. Pengembangan infrastruktur permukiman untuk mendukung
P2KP
(26)
5.2.3 STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PKP
KEBIJAKAN
STRATEGI
PROGRAM STRATEGIS
2. Peningkatan
akses
perumahan
bagi
masyarakat
berpenghasilan
2.1
Meningkatkan
pemberdayaan masyarakat
dalam penyediaan
sumberdaya dalam
pembangunan dan
pemeliharaan lingkungan
h
d
a.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam
penyediaan sumberdaya dalam
pembangunan dan pemeliharaan lingkungan
perumahan dan permukiman
berpenghasilan
rendah
perumahan dan
permukiman
2.2
Meningkatkan keterlibatan
perbankan dan koperasi
dalam kapasitas penyediaan
kredit pemilikan rumah
(KPR)
a.
Fasilitas KPR khususnya kepeda
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
2.3
Meningkatkan failitasi dan
subsidi penyediaan kredit
pemilikan rumah (KPR)
a.
Program subsidi pemerintah
b.
Program bedah rumah
2 4
Meningkatkan partisipasi
a
Fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
2.4
Meningkatkan partisipasi
masyarakat dan dunia
usaha dalam
pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman
a.
Fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat
dalam program PNPM-P2KP
b.
Fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman yang bertumpu pada kelompok
5.2.3 STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PKP
KEBIJAKAN
STRATEGI
PROGRAM STRATEGIS
3. Pengembangan
perumahan
permukiman
baru pada
pusat-pusat
pertumbuhan
3.1
Mengantisipasi alih
fungsi lahan
pertanian ke
permukiman di
wilayah hijau
a.
Penerapan tindakan pengendalian, penertiban, dan
sanksi kepada bangunan perumahan yang berada
di wilayah hijau
b.
Penerapan disinsentif melalui pencabutan pasokan
pelayanan sarana dan prasarana permukiman bagi
perumahan yang berada di wilayah hijau.
3 2
M
di k
RTH
P
b i
i
tif b
i
b
pertumbuhan
sesuai dengan
fungsi dan
potensi
kawasan
3.2
Menyediakan RTH
Publik pada
pengembangan
permukiman
a.
Pemberian insentif bagi pengembang yang mampu
menyediakan RTH pada kawasan permukiman
yang dibangun
3.3
Menyediakan fasum
dan fasos pada
pengembangan
permukiman baru
a.
Penerapan aturan untuk menyediakan lahan fasum
dan fasos bagi pengembangan permukiman baru
b.
Subsidi bagi pembangunan fasum dan fasos di
kawasan pengembangan permukiman baru
3.4
Mengembangkan
kawasan
permukiman yang
a.
Penyediaan infrastruktur permukiman di
kawasan-kawasan perumahan bagi MBR
b
Penyediaan cadangan mendesak bidang perkim
permukiman yang
layak dan terjangkau
bagi masyarakat
berpenghasilan
rendah
b.
Penyediaan cadangan mendesak bidang perkim
pada lokasi pasca bencana / konflik sosial
c.
Pengembangan infrastruktur permukiman untuk
(27)
5.2.3 STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PKP
KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM STRATEGIS
4. Peningkatan kualitas perencanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan,
4.1 Meningkatkan kualitas database perumahan permukiman yang terupdate dan akurat
a. Mengembangkan database perumahan permukiman yang ter-update dan akurat b. Pengelokasian penganggaran penguatan database perumahan dan permukiman c. Penguatan komponen pelaku dalam penguatan database perumahan dan
permukiman 4.2 Meningkatkan pengelolaan kualitas
administrasi kependudukan
a. Mengoptimalkan pelaksanaan administrasi kependudukan di kawasan permukiman b. Mengembangkan administrasi kependudukan online
4.3 Menyusun norma, standar, panduan dan manual / kriteria (NSPM/K) bidang perumahan dan permukiman
a. Penyusunan NSPK bidang perumahan dan permukiman b. Penyusunan mekanisme insentif disinsentif c Penyusunan NSPK jaringan jalan
permukiman dan infrastruktur
perumahan dan permukiman c. Penyusunan NSPK jaringan jalan d. Penyusunan NSPK tentang air minum e. Penyusunan NSPK tentang air limbah f. Penyusunan NSPK untuk drainase g. Penyusunan NSPK untuk persampahan
h. Peningkatan kapasitas SKPD terkait dalam penguasaan NSPK yang terkait bidang masing-masing
(dilaksanakan pada saat telah tersusunnya NSPK dan setelah NSPK dievaluasi setiap 5 tahunnya)
i. Evaluasi NSPK secara berkala (Dilaksanakan setiap 5 tahun sekali) 4.4 Memantapkan sinkronisasi program
dan pendanaan pengembangan infrastruktur permukiman
a. Fasilitasi pengembangan RPIJM Bidang Cipta Karya
4.5 Meningkatkan penataan, pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan
a. Penyusunan rencana induk sistem pemadam kebakaran (RISPK) Kab / Kota b Dukungan PSD pada RISPK Kab / Kota
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
konstruksi dan keselamatan bangunan
gedung b.c. Dukungan PSD pada RISPK Kab / KotaPendataan dan penyusunan harga satuan bangunan gedung negara 4.6 Meningkatkan mekanisme
pengendalian penataan ruang, perumahan dan kawasan permukiman
a. Menolak perijinan pembangunan perumahan yang tidak sesuai peruntukan b. Melakukan tindakan pengendalian, penertiban dan sanksi kepada bangunan
perumahan yang melanggar peruntukan atau persyarakat peruntukan c. Mencabut pasokan pelayanan sarana dan prasarana permukiman 4.7 Meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan.
a. Fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat dalam program PNPM-P2KP b. Fasilitas pengembangan kawasan permukiman yang bertumpu pada kelompok
5.2.3 STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PKP
KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM STRATEGIS
5. Mewujudkan sarana prasarana perumahan dan permukiman yang utuh dengan sistem yang
5.1 Meningkatkan kualitas pelayanan jaringan jalan di kawasan permukiman
a. Identifikasi dan pemetaan kondisi jalan lingkungan permukiman b. Peningkatan kualitas jalan-jalan lingkungan permukiman c. Pembangunan baru jalan lingkungan permukiman 5.2 Meningkatkan pemerataan
pelayanan jaringan air minum ke seluruh kawasan permukiman
a. Penyusunan pra studi kelayakan kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) b. Fasilitasi kredit perbankan dalam penyediaan air minum
c. Perluasan pelayanan jaringan perpipaan air minum ke seluruh kawasan permukiman d. Peningkatan kualitas layanan air minum
Fasilitasi pengembangan PS air minum bagi MBR e. Identifikasi kualitas dan pengendalian air tanah 5.3 Meningkatkan kualitas a. Pengembangan strategi pengelolaan air limbah
sistem yang terpadu sesuai dengan kebutuhan , berkualitas dan merata
pengelolaan limbah kawasan permukiman
b. Perluasan pengembangan dan pelayanan jaringan perpipaan air limbah terpusat c. Peningkatan jumlah pengembangan jaringan perpipaan air limbah komunal sistem sanimas d. Pengembangan infrastruktur air limbah dengan sistem on-site
e. Pengembangan inovasi dan teknologi pengelolaan air limbah 5.4 Meningkatkan kualitas
pengelolaan persampahan kawasan permukiman
a. Pengembangan masterplan persampahan Kab / Kota
b. Penyediaan infrastruktur persampahan skala lingkungan permukiman c. Fasilitasi pengurangan sampah terpadu melalui 3R
d. Peningkatan kualitas sistem pengelolaan akhir persampahan e. Penataan lingkungan kawasan permukiman di sekitar TPA
f. Fasilitasi pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi pengelolaan persampahan 5.5 Meningkatkan kualitas
pengendalian banjir dan jaringan drainase kawasan permukiman dan wilayah yang lebih luas
a. Pengembangan program normalisasi sungai utama
b. Penanganan drainase pada spot-spot rawan genangan dan kawasan strategis c. Pengembangan perencanaan pembangunan sistem drainase
d. Pengembangan unit pendukung, O & P prasarana dan sarana drainase 5.6 Meningkatkan pemerataan g p a. Pengendalian bangunan di sekitar jaringan SUTT dan Gardu induk
layanan energi dan kelistrikan
g g j g
b. Pengembangan jaringan listrik bawah tanah pada kawasan-kawasan strategis 5.7 Meningkatkan pemerataan
jaringan telekomunikasi
a. Pengendalian bangunan di sekitar tower telekomunikasi
b. Pengembangan jaringan kabel telekomunikasi bawah tanah pada kawasan strategis dan jalan-jalan utama secara terpadu
5.8 Meningkatkan mekanisme dan kapasitas pembiayaan penyediaan jaringan air minum
a. Memantapkan mekanisme alternatif pendanaan penyediaan jaringan air minum melalui memorandum program dana dekon, TP, dan APBD
5.9 Meningkatkan mekanisme dan kapasitas pembiayaan pengelolaan persampahan
a. Melibatkan peran serta desa pekraman dan desa dalam pengelolaan sampah mandiri dan pengendalian kebersihan lingkungan
(28)
5.2.3 STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PKP
KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM STRATEGIS
6. Peningkatan kualitas tata lingkungan dan tata bangunan yang harmonis dan berkarakter budaya Bali
6.1 Merevitalisasi kawasan permukiman tradisional sebagai identitas kawasan permukiman
a. Identifikasi kawasan permukiman tradisional yang terdapat di Provinsi Bali
b. Penyusunan rencana tindak dan revitalisasi kawasan permukiman tradisional di masing-masing kab/kota
c. Pengembangan sistem insentif bagi kawasan yang tetap menjaga lingkungan permukiman tradisional
6.2 Meningkatkan kualitas tata bangunan dan tata lingkungan Kawasan Strategis, Kawasan Khusus dan
a. Penyusunan rencana tindak kawasan permukiman di kawasan strategis
b. Keterpaduan program pengembangan dan penguatan fungsi Kawasan heritage yang diprioritaskan
pananganannya.
kawasan strategis dengan kawasan permukiman sekitarnya c. Penyediaan infrastruktur permukiman pada kawasan strategis 6.3 Mengembangkan RTHK pada
kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan
a. Pengembangan RTH Publik berupa taman skala lingkungan perumahan, skala banjar, skala desa dan skala kawasan b. Menata dan memelihara RTHK yang sudah ada c. Pengembangan RTHK Private di setiap kapling perumahan d. Penyusunan rencana tindak RTHK yang sudah ada 6.4 Mempertahankan dan meningkatkan
cultural expression kawasan permukiman sebagai identitas kab/kota dan kawasan
a. Mengembangkan unit-unit usaha dan home industri kreatif yang meningkatkan perekonomian masyarakat
b. Fasilitasi penyediaan gedung serbaguna, ruang pameran workshop untuk menunjang perekonomian masyarakat
6.5 Mengendalikan tata bangunan dan tata lingkungan permukiman pada lahan sewa dan sektor informal
a. Menyusun pedoman teknis pengembangan perumahan pada lahan sewa
b Penataan bangunan dan lingkungan perumahan pada lahan sewa
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
lahan sewa dan sektor informal b. Penataan bangunan dan lingkungan perumahan pada lahan sewa 6.6 Meningkatkan inovasi teknologi dan
bahan bangunan lokal dalam pembangunan perumahan permukiman
a. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dan bahan
b. Pembangunan dan peningkatan pusat informasi permukiman 6.7 Meningkatkan keterpaduan
kantong-kantong perumahan yang tersebar dan tidak terintegrasi dengan kawasan sekitar
a. Meningkatkan aksesibilitas transportasi kantong-kantong perumahan yang kondisinya tersebar
b. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung
5.3 KAWASAN PRIORITAS PKP
Kawasan Prioritas di Kabupaten Badung,
yaitu :
1. Kawasan Prioritas 1 di Kel. Tanjung Benoa, dengan
karakteristik permukiman sekitar
kawasan pantai
;
2. Kawasan Prioritas 2 di Kel. Kuta Kedongan, dengan
karakteristik permukiman
disekitar bantaran sungai
;
3. Kawasan Prioritas 3 di Desa Lukluk dan Desa Dalung, dengan
karakteristik
permukiman perkotaan
;
4. Kawasan Prioritas 4 di Desa Cemagi dan Desa Sibang Gede, dengan
karakteristik
permukiman pedesaan
;
5. Kawasan Prioritas 5 di Kel. Tanjung Benoa, Kel. Benoa, Kel. Jimbaran, Desa
Kedongan, Kel. Kerobokan Kelod, dan Desa Canggu,
dengan
karakteristik
permukiman rawan banjir;
6. Kawasan Prioritas 6 di Desa Pelaga, Desa Belok dan Desa Petang,
karakteristik
permukiman rawan longsor
;
7. Kawasan Prioritas 7 di Kel. Tanjung Benoa, Kel. Benoa, Kel. Jimbaran, Kec. Kuta, Kel.
Kerobokan Kelod, Kel. Canggu, Desa Pererenan, dan Desa Cemagi, dengan
karakteristik permukiman rawan tsunami;
karakteristik permukiman rawan tsunami;
8. Kawasan Prioritas 8 di Kec. Kuta Selatan, Kec. Kuta, Kec. Kuta Utara, Kec. Mengwi,
Kec. Abiansemal, dan kec. Petang, dengan
karakteristik permukiman rawan gempa
;
9. Kawasan Prioritas 9 di Desa Baha, Desa Pangsan, Desa Bongkase Pertiwi, dan Desa
Sangeh, dengan
karakterstik Permukiman Desa Wisata
.
(29)
5.5 PENYELENGGARAAN PKP
Penyelenggaraaan PKP dengan hunian berimbang
bertujuan untuk :
1. Menjamin tersedianya rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana
bagi masyarakat yang dibangun dalam satu hamparan atau tidak dalam satu
hamparan untuk rumah sederhana;
2. Mewujudkan kerukunan antar berbagai golongan masyarakat
dari berbagai
profesi, tingkat ekonomi dan status sosial dalam perumahan, permukiman,
lingkungan hunian dan kawasan permukiman;
3. Mewujudkan subsidi silang
untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
umum serta pembiayaan pembangunan perumahan;
4. Menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara sosial dan ekonomi
;
dan
5. Mendayagunakan penggunaan lahan
yang diperuntukan bagi perumahan dan
kawasan permukiman.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
5.6 PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PKP
1. Setiap orang berhak
untuk:
a. mendapatkan informasi terkait dengan keseluruhan aktivitas rencana pembangunan
dan pengembangan PKP;
b. mendapatkan pelayanan dari Pemerintah daerah dalam rencana pembangunan dan
pengembangan PKP;
c.
berperan serta dalam proses penyelenggaraan PKP.
2. Pemberian informasi yang menjadi hak masyarakat
dalam rencana pembangunan dan
2. Pemberian informasi yang menjadi hak masyarakat
dalam rencana pembangunan dan
pengembangan PKP didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian pelayanan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan PKP
meliputi
pelayanan terhadap warga masyarakat sebagai pemilik dan/atau pengembang PKP
maupun terhadap warga masyarakat yang berperan serta dalam proses pembangunan
dan pengembang PKP.
4. Peran serta masyarakat
dalam proses pembangunan dan pengembangan PKP
dilaksanakan dalam bentuk:
a. penyampaian saran, masukan, dan pendapat dalam penetapan, pelaksanaan, dan
evaluasi kebijakan penyelenggaraan PKP;
j
p
y
gg
;
b. keikursertaan dalam kegiatan penyelenggaraan PKP melalui pengawasan sosial; dan
c. Pengajuan gugatan kepada pengadilan yang berwenang dalam rangka perlindungan
hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Memberikan peluang dalam peran serta masyarakat dalam
melibatkan peran serta desa
(30)
5.7 PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PKP
1. Pemantauan
merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyelenggaraan PKP secara langsung, tidak
langsung dan/atau melalui laporan masyarakat.
2. Pengawasan
meliputi pemantauan, evaluasi dan koreksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Pengendalian pembangunan PKP meliputi :
a. Pengendalian pada tahap pembangunan; dan
b. Pengendalian pada tahap pemanfaatan.
4 Pengendalian
pada tahap pembangunan dilakukan dengan mengawasi pelaksanaan pembangunan
4. Pengendalian
pada tahap pembangunan dilakukan dengan mengawasi pelaksanaan pembangunan
PKP yang terdiri atas kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
5. Pengendalian dilakukan untuk menjaga kualitas kawasan permukiman
.
6. Pengendalian pada tahap pemanfaatan
dilakukan dengan :
a. Pemberian insentif;
b. Pengenaan disinsentif; dan
c. Pengenaan sanksi.
7. Pemberian insentif
berupa:
a. Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
b. Pemberian kompensasi;
c. Subsidi silang;
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
g
d. Pembangunan serta pengadaan prasarana, sarana dan utilitas umum; dan
e. Kemudahan prosedur perizinan.
f. Pengenaan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b berupa :
g. Pengenaan retribusi daerah;
h. Pembatasan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum;
i. Pengenaan kompensasi; dan
j. Pengenaan sanksi berdasarkan undang-undang ini.
5.8 SANKSI ADMINISTRATIF
1. Ketentuan sanksi
merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap :
a. Pembangunan dan pengembangan PKP yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
b. Pembangunan dan pengembangan perumahan dan pengembangan permukiman yang tidak sesuai
dengan ketentuan dalam izin pemanfaatan ruang.
2. Arahan pengenaan san
ksi terhadap pelanggaran pembangunan dan pengembangan PKP akan dilakukan
dengan pemberian sanksi administratif.
3. Sanksi administratif
dapat berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Pembatasan kegiatan pembangunan;
c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
d. Penghentian sementara atau penghentian tetap pada pengelolaan perumahan;
e. Penguasaan sementara oleh pemerintah (disegel);
f. Kewajiban membongkar sendiri bangunan dalam jangka waktu tertentu;
g. Pembatasan kegiatan usaha;
h. Pembekuan izin mendirikan bangunan;
i. Pencabutan izin mendirikan bangunan;
j. Pembekuan/pencabutan surat bukti kepemilikan rumah;
k. Perintah pembongkaran bangunan rumah;
l. Pembekuan izin usaha;
m. Pencabutan izin usaha;
n. Pengawasan;
o. Pembatalan izin;
p. Kewajiban pemulihan fungsi lahan dalam jangka waktu tertentu;
q. Pencabutan insentif;
r. Pengenaan denda administratif; dan
s. Penutupan lokasi.
(31)
5.9 KETENTUAN PENYIDIKAN
1. Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS)
tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi kewenangan khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana.
2. Dalam melakukan tugas penyidikan,
Pejabat PNS, berwenang
:
a. Menerima laporan atau pengaduan
dari seseorang tentang adanya tindak
pidana pelanggaran;
p
p
gg
;
b. Melakukan tindakan pertama
pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal
diri tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat
;
e. Memanggil seseorang untuk didengar dan dip
eriksa sebagai tersangka atau
sanksi;
f. Mendatangkan orang ahli yang dipergunakan
dalah hubungannya dengan
pemeriksaan perkara; dan
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
pemeriksaan perkara; dan
g. Mengadakan penghentian penyidikan
setelah mendapat petunjuk dari
penyidik bahwa tidak terdapat bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan
tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum, tersangka dan keluarganya.
5.10 KETENTUAN PIDANA
Ketentuan pidana terhadap pelanggaran pembangunan dan pengembangan PKP
dalam Peraturan Daerah ini
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(32)
5.11 KETENTUAN PERALIHAN
1. Permohonan
izin
Pembangunan
dan
Pengembangan
PKP
yang
telah
masuk/terdaftar sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap diproses sesuai
dengan Peraturan Daerah yang berlaku sebelumnya.
2. Pemilik/ pengembang yang pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini belum
memiliki izin Pembangunan dan Pengembangan PKP wajib mengajukan
permohonan rencana pembangunan dan pengembangan selambat lambatnya
permohonan rencana pembangunan dan pengembangan selambat-lambatnya ...
( ... ) hari setelah peraturan daerah ini dinyatakan berlaku sesuai dengan
peruntukan ruang.
3. Dalam hal PKP melanggar ketentuan perundang-undangan lainnya, diatur lebih
lanjut oleh Bupati.
4. Pemilik/pengembang PKP yang mengubah fungsi peruntukan yang telah memiliki
izin
rencana
pembangunan
dan
pengembangan
PKP wajib
mengajukan
permohonan IMB baru.
5. Dalam hal PKP yang sudah memiliki izin pembangunan dan pengembangan
tid k
i
d
/ t
tid k
hi
t
NSPM
PKP
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
namun
tidak
sesuai
dan/atau
tidak
memenuhi
persyaratan
NSPM
PKP
sebagaimana
ditentukan
dalam
peraturan
ini,
maka
pembangunan
dan
pengembangan PKP tersebut perlu di lakukan perbaikan (retrofitting) secara
bertahap, yang di atur lebih lanjut oleh Bupati.
5.12 KETENTUAN PENUTUP
1. Pembangunan dan Pengembangan PKP berlaku selama 20 (dua puluh)
tahun
.
2. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas dan/atau wilayah Daerah yang ditetapkan dengan
Undang-Undang Pembangunan dan Pengembangan PKP dapat ditinjau kembali
Undang Undang, Pembangunan dan Pengembangan PKP, dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(33)
(1)
5.2.3 STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PKP
KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM STRATEGIS
6. Peningkatan kualitas tata lingkungan dan tata bangunan yang harmonis dan berkarakter budaya Bali
6.1 Merevitalisasi kawasan permukiman tradisional sebagai identitas kawasan permukiman
a. Identifikasi kawasan permukiman tradisional yang terdapat di Provinsi Bali
b. Penyusunan rencana tindak dan revitalisasi kawasan permukiman tradisional di masing-masing kab/kota
c. Pengembangan sistem insentif bagi kawasan yang tetap menjaga lingkungan permukiman tradisional
6.2 Meningkatkan kualitas tata bangunan dan tata lingkungan Kawasan Strategis, Kawasan Khusus dan
a. Penyusunan rencana tindak kawasan permukiman di kawasan strategis
b. Keterpaduan program pengembangan dan penguatan fungsi Kawasan heritage yang diprioritaskan
pananganannya.
kawasan strategis dengan kawasan permukiman sekitarnya c. Penyediaan infrastruktur permukiman pada kawasan strategis
6.3 Mengembangkan RTHK pada kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan
a. Pengembangan RTH Publik berupa taman skala lingkungan perumahan, skala banjar, skala desa dan skala kawasan b. Menata dan memelihara RTHK yang sudah ada c. Pengembangan RTHK Private di setiap kapling perumahan d. Penyusunan rencana tindak RTHK yang sudah ada 6.4 Mempertahankan dan meningkatkan
cultural expression kawasan permukiman sebagai identitas kab/kota dan kawasan
a. Mengembangkan unit-unit usaha dan home industri kreatif yang meningkatkan perekonomian masyarakat
b. Fasilitasi penyediaan gedung serbaguna, ruang pameran workshop untuk menunjang perekonomian masyarakat
6.5 Mengendalikan tata bangunan dan tata lingkungan permukiman pada lahan sewa dan sektor informal
a. Menyusun pedoman teknis pengembangan perumahan pada lahan sewa
b Penataan bangunan dan lingkungan perumahan pada lahan sewa
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
lahan sewa dan sektor informal b. Penataan bangunan dan lingkungan perumahan pada lahan sewa 6.6 Meningkatkan inovasi teknologi dan
bahan bangunan lokal dalam pembangunan perumahan permukiman
a. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dan bahan
b. Pembangunan dan peningkatan pusat informasi permukiman 6.7 Meningkatkan keterpaduan
kantong-kantong perumahan yang tersebar dan tidak terintegrasi dengan kawasan sekitar
a. Meningkatkan aksesibilitas transportasi kantong-kantong perumahan yang kondisinya tersebar
b. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung
5.3 KAWASAN PRIORITAS PKP
Kawasan Prioritas di Kabupaten Badung,yaitu :
1. Kawasan Prioritas 1 di Kel. Tanjung Benoa, dengankarakteristik permukiman sekitar kawasan pantai;
2. Kawasan Prioritas 2 di Kel. Kuta Kedongan, dengan karakteristik permukiman disekitar bantaran sungai;
3. Kawasan Prioritas 3 di Desa Lukluk dan Desa Dalung, dengan karakteristik permukiman perkotaan;
4. Kawasan Prioritas 4 di Desa Cemagi dan Desa Sibang Gede, dengan karakteristik permukiman pedesaan;
5. Kawasan Prioritas 5 di Kel. Tanjung Benoa, Kel. Benoa, Kel. Jimbaran, Desa Kedongan, Kel. Kerobokan Kelod, dan Desa Canggu, dengan karakteristik permukiman rawan banjir;
6. Kawasan Prioritas 6 di Desa Pelaga, Desa Belok dan Desa Petang, karakteristik permukiman rawan longsor;
7. Kawasan Prioritas 7 di Kel. Tanjung Benoa, Kel. Benoa, Kel. Jimbaran, Kec. Kuta, Kel. Kerobokan Kelod, Kel. Canggu, Desa Pererenan, dan Desa Cemagi, dengan
karakteristik permukiman rawan tsunami; karakteristik permukiman rawan tsunami;
8. Kawasan Prioritas 8 di Kec. Kuta Selatan, Kec. Kuta, Kec. Kuta Utara, Kec. Mengwi, Kec. Abiansemal, dan kec. Petang, dengankarakteristik permukiman rawan gempa; 9. Kawasan Prioritas 9 di Desa Baha, Desa Pangsan, Desa Bongkase Pertiwi, dan Desa
(2)
5.5 PENYELENGGARAAN PKP
Penyelenggaraaan PKP dengan hunian berimbangbertujuan untuk :
1. Menjamin tersedianya rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana
bagi masyarakat yang dibangun dalam satu hamparan atau tidak dalam satu hamparan untuk rumah sederhana;
2. Mewujudkan kerukunan antar berbagai golongan masyarakat dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial dalam perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman;
3. Mewujudkan subsidi silang untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum serta pembiayaan pembangunan perumahan;
4. Menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara sosial dan ekonomi; dan
5. Mendayagunakan penggunaan lahan yang diperuntukan bagi perumahan dan kawasan permukiman.
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
5.6 PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PKP
1. Setiap orang berhakuntuk:
a. mendapatkan informasi terkait dengan keseluruhan aktivitas rencana pembangunan dan pengembangan PKP;
b. mendapatkan pelayanan dari Pemerintah daerah dalam rencana pembangunan dan pengembangan PKP;
c. berperan serta dalam proses penyelenggaraan PKP.
2. Pemberian informasi yang menjadi hak masyarakatdalam rencana pembangunan dan
2. Pemberian informasi yang menjadi hak masyarakatdalam rencana pembangunan dan pengembangan PKP didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian pelayanan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan PKP meliputi pelayanan terhadap warga masyarakat sebagai pemilik dan/atau pengembang PKP maupun terhadap warga masyarakat yang berperan serta dalam proses pembangunan dan pengembang PKP.
4. Peran serta masyarakat dalam proses pembangunan dan pengembangan PKP dilaksanakan dalam bentuk:
a. penyampaian saran, masukan, dan pendapat dalam penetapan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan penyelenggaraan PKP;j p y gg ;
b. keikursertaan dalam kegiatan penyelenggaraan PKP melalui pengawasan sosial; dan c. Pengajuan gugatan kepada pengadilan yang berwenang dalam rangka perlindungan
hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Memberikan peluang dalam peran serta masyarakat dalammelibatkan peran serta desa pekramanmelalui majelis adat setempat.
(3)
5.7 PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PKP
1. Pemantauanmerupakan kegiatan pengamatan terhadap penyelenggaraan PKP secara langsung, tidaklangsung dan/atau melalui laporan masyarakat.
2. Pengawasanmeliputi pemantauan, evaluasi dan koreksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pengendalian pembangunan PKP meliputi : a. Pengendalian pada tahap pembangunan; dan b. Pengendalian pada tahap pemanfaatan.
4 Pengendalian pada tahap pembangunan dilakukan dengan mengawasi pelaksanaan pembangunan
4. Pengendalian pada tahap pembangunan dilakukan dengan mengawasi pelaksanaan pembangunan PKP yang terdiri atas kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
5. Pengendalian dilakukan untuk menjaga kualitas kawasan permukiman.
6. Pengendalian pada tahap pemanfaatandilakukan dengan : a. Pemberian insentif;
b. Pengenaan disinsentif; dan c. Pengenaan sanksi.
7. Pemberian insentifberupa:
a. Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan; b. Pemberian kompensasi;
c. Subsidi silang;
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
g
d. Pembangunan serta pengadaan prasarana, sarana dan utilitas umum; dan e. Kemudahan prosedur perizinan.
f. Pengenaan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b berupa : g. Pengenaan retribusi daerah;
h. Pembatasan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum; i. Pengenaan kompensasi; dan
j. Pengenaan sanksi berdasarkan undang-undang ini.
5.8 SANKSI ADMINISTRATIF
1. Ketentuan sanksimerupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap :
a. Pembangunan dan pengembangan PKP yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
b. Pembangunan dan pengembangan perumahan dan pengembangan permukiman yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam izin pemanfaatan ruang.
2. Arahan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran pembangunan dan pengembangan PKP akan dilakukan dengan pemberian sanksi administratif.
3. Sanksi administratifdapat berupa : a. Peringatan tertulis;
b. Pembatasan kegiatan pembangunan;
c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan; d. Penghentian sementara atau penghentian tetap pada pengelolaan perumahan; e. Penguasaan sementara oleh pemerintah (disegel);
f. Kewajiban membongkar sendiri bangunan dalam jangka waktu tertentu; g. Pembatasan kegiatan usaha;
h. Pembekuan izin mendirikan bangunan; i. Pencabutan izin mendirikan bangunan;
j. Pembekuan/pencabutan surat bukti kepemilikan rumah; k. Perintah pembongkaran bangunan rumah;
l. Pembekuan izin usaha; m. Pencabutan izin usaha; n. Pengawasan; o. Pembatalan izin;
p. Kewajiban pemulihan fungsi lahan dalam jangka waktu tertentu; q. Pencabutan insentif;
r. Pengenaan denda administratif; dan s. Penutupan lokasi.
(4)
5.9 KETENTUAN PENYIDIKAN
1. Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS) tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi kewenangan khusussebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana.
2. Dalam melakukan tugas penyidikan,Pejabat PNS, berwenang:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pelanggaran;
p p gg ;
b. Melakukan tindakan pertamapada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau sanksi;
f. Mendatangkan orang ahli yang dipergunakan dalah hubungannya dengan pemeriksaan perkara; dan
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
pemeriksaan perkara; dan
g. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka dan keluarganya.
5.10 KETENTUAN PIDANA
Ketentuan pidana terhadap pelanggaran pembangunan dan pengembangan PKP dalam Peraturan Daerah inidikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5)
5.11 KETENTUAN PERALIHAN
1. Permohonan izin Pembangunan dan Pengembangan PKP yang telah masuk/terdaftar sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap diproses sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku sebelumnya.
2. Pemilik/ pengembang yang pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini belum memiliki izin Pembangunan dan Pengembangan PKP wajib mengajukan permohonan rencana pembangunan dan pengembangan selambat lambatnya permohonan rencana pembangunan dan pengembangan selambat-lambatnya ... ( ... ) hari setelah peraturan daerah ini dinyatakan berlaku sesuai dengan peruntukan ruang.
3. Dalam hal PKP melanggar ketentuan perundang-undangan lainnya, diatur lebih lanjut oleh Bupati.
4. Pemilik/pengembang PKP yang mengubah fungsi peruntukan yang telah memiliki izin rencana pembangunan dan pengembangan PKP wajib mengajukan permohonan IMB baru.
5. Dalam hal PKP yang sudah memiliki izin pembangunan dan pengembangan tid k i d / t tid k hi t NSPM PKP
PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS RANPERDA PEDOMAN PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG
namun tidak sesuai dan/atau tidak memenuhi persyaratan NSPM PKP sebagaimana ditentukan dalam peraturan ini, maka pembangunan dan pengembangan PKP tersebut perlu di lakukan perbaikan (retrofitting) secara bertahap, yang di atur lebih lanjut oleh Bupati.
5.12 KETENTUAN PENUTUP
1. Pembangunan dan Pengembangan PKP berlaku selama 20 (dua puluh) tahun.
2. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas dan/atau wilayah Daerah yang ditetapkan dengan Undang-Undang Pembangunan dan Pengembangan PKP dapat ditinjau kembali Undang Undang, Pembangunan dan Pengembangan PKP, dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(6)