Konsep Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA

g. Accepting Responcibility Emotion – Focused Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya. h. Possitive Reappraisal Emotion – focused Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari masalah yang dihadapi.

2.3 Konsep Menstruasi

2.3.1 Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan terjadi menurut siklusnya dari rahim yang menggambarkan rangsangan hormonal pada endometrium karena tidak terjadi kehamilan. Menstruasi menggambarkan kedewasaan biologik seorang wanita. Masa menstruasi terjadi karena menurunnya kadar hormon estrogen dan progesterone. Menurunnya hormon-hormon tersebut mengakibatkan kerusakan lapisan endometrium yang disebut darah menstruasi Indarti 2004. Menurut Llewellyn 2001, menstruasi terjadi akibat meningkatnya sekresi FSH, penurunan kadar estradiol dan progesteron dalam sikulasi darah menyebabkan perubahan di dalam endometrium sehingga terjadi menstruasi. Jumlah rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 30 ml rentang 10-80 ml. Biasanya menstruasi terjadi dengan selang waktu 22-35 hari dihitung dari hari pertama keluarnya darah menstruasi hingga hari pertama menstruasi berikutnya dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari Llewellyn, 2001. Universitas Sumatera Utara Dari karya tulis ilmiah oleh Dewi 2010 dengan hasil usia menarche ditemuka n mayoritas umur 10 – 13 tahun 99,1 dan minoritas umur 14 – 15 tahun 0,9. Dan menurut Moeliono 2003 dalam Hafni 2006 mengatakan bahwa sebagian wanita mulai mentruasi di usia 10 – 15 tahun. Menurut Bobak 2004, ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu: a. Siklus Endomentrium Siklus endometrium menurut Bobak 2004, terdiri dari empat fase, yaitu : 1. Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari rentang 3-6 hari. Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH Lutenizing Hormon menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH Folikel Stimulating Hormon baru mulai meningkat. 2. Fase proliferasi Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam Universitas Sumatera Utara fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. 3. Fase sekresiluteal Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. 4. Fase iskemipremenstrual Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai. b. Siklus Ovulasi Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH lutenizing hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari Universitas Sumatera Utara folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur sel primordial. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh. c. Siklus Hipofisis-Hipotalamus Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone Gn-RH. Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone LH. LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. Universitas Sumatera Utara 2.3.2 Dysmenorrhea a. Pengertian Dysmenorrhea Dysmenorrhea merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau datang ke bidan Manuaba, 1998. Sedangkan Kasdu 2005 menggambarkan gejala dysmenorrhea yang dirasakan wanita yaitu nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul. Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dysmenorrhea hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari Wiknjosastro, 1999. b. Etiologi Dysmenorrhea Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dysmenorrhea primer, tapi patologisnya belum jelas dimengerti. Menurut Wiknjosastro 1999, ada beberapa faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dysmenorrhea primer, antara lain : 1. Faktor kejiwaan Universitas Sumatera Utara Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dysmenorrhea. 2. Faktor konstitusi Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dan juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea. 3. Faktor obstruksi kanalis servikalis Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dysmenorrhea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sering tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dysmenorrhea. Banyak wanita menderita dysmenorrhea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dysmenorrhea. Walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dysmenorrhea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. Universitas Sumatera Utara 4. Faktor endokrin Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dysmenorrhea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas uterus, sedangkanhormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron. Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe dan Pickles. Mereka menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi Prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot- otot polos. Jika jumlan Prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, muntah, dan flushing. 5. Faktor alergi Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dysmenorrhea dengan urtikaria, migraine atau asma bronchial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dysmenorrhae primer. Universitas Sumatera Utara Satu jenis dysmenorrhea yang jarang terdapat ialah yang pada waktu haid tidak mengeluarkan endometrium dalam fragmen- fragmen kecil, melainkan dalam keseluruhannya. Pengeluaran tersebut disertai dengan rasa nyeri kejang yang keras. Dysmenorrhea demikian ini dinamakan dysmenorrhea membranasea. Keterangan yang lazim diberikan ialah bahwa korpus luteum mengeluarkan progesteron yang berlebihan, yang menyebabkan endometrium menjadi desidua yang tebal dan kompak decidual cast sehingga sukar dihancurkan. c. Klasifikasi Dysmenorrhea Dikenal dua bentuk dysmenorrhea, yaitu : 1. Dysmenorrhea primer Dysmenorrhea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dysmenorrhea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang Universitas Sumatera Utara berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya Wiknjosastro, 1999. Dysmenorrhea ini membaik jika wanita hamil dan melahirkan per vaginam, karena kehamilan mengurangi ujung- ujung saraf uterus dan dapat mengurangi nyeri. Kondisi ini cenderung diturunkan dalam keluarga dan dikaitkan dengan menarche dini disertai durasi haid yang lebih panjang dan merokok. Kondisi ini dimulai 6-12 bulan setelah menarche dengan awitan ovulasi. Kram di abdomen bawah dapat menjalar ke paha, nyeri punggung, sakit kepala, keletihan, mual, muntah, diare, dan sinkop disebabkan oleh kelebihan prostaglandin. Sindrom ini dapat dimulai 2 hari sebelum awitan haid dan hilang dalam 2-4 hari atau menjelang akhir haid Sinclair, 2009. 2. Dysmenorrhea sekunder Dysmenorrhea sekunder dikaitkan dengan patologis pelvis dan lebih sering dialami wanita berusia di atas 20 tahun. Etiologi yang mungkin antara lain : adenomiosis, leiomiomata, polip endometrium, malformasi congenital, stenosis servikal, endometriosis, sindrom kongesti pelvis, kistatumor ovarium, sindrom Asherman perlekatan intrauterus, prolaps uterus. Nyeri tumpul muncul lebih dini dan berlangsung lebih lama daripada Universitas Sumatera Utara nyeri pada dysmenorrhea primer. Dysmenorrhea ini dapat dikaitkan dengan nyeri pelvis kronis dan dapat terjadi pada saat ovulasi atau senggama, juga meningkat seiring pertambahan usia Sinclair, 2009. d. Gejala Klinis Dysmenorrhea Menurut Manuaba 1998, Gejala klinis dysmenorrhea adalah : 1. Nyeri abdomen bagian bawah 2. Menjalar ke daerah pinggang dan paha 3. Disertai keluhan mual dan muntah, sakit kepala, diare, mudah tersinggung. e. Karakteristik dysmenorrhea Karakteristik Gejala dysmenorrhea berdasarkan derajat nyerinya menurut Manuaba 2001 dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Dysmenorrhea ringan Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah. Universitas Sumatera Utara 2. Dysmenorrhea sedang Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. 3. Dysmenorrhea berat Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan pengobatan dysmenorrhea. f. Penatalaksaan dysmenorrhea 1. Nasehati wanita untuk melakukan perubahan gaya hidup : a Latihan akan mengurangi kadar prostaglandin, melepaskan endorphin, dan memintas darah menjauhi uterus. b Aktivitas seksual dapat memperbaiki gejala dengan menyebabkan vasodilatsi arteri dan uterus. c Kompres panas meningkatkan aliran darah dan mengurangi spasme otot. Universitas Sumatera Utara d Kurangi retensi air dengan mengurangi konsumsi garam, menggunakan diuretic alami termasuk kopi. e Vitamin E menghambat prostaglandin dan mengurangi spasme pada arteri. 2. Intervensi farmakologis meliput i : a Obat anti inflamasi nonsteroid NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80 kasus. b Kontrasepsi oral menekan ovulasi, mengurangi pertumbuhan endometrium, dan mengurangi kadar prostaglandin. c Antagonis kalsium, seperti verapamil, dan nifedipin, dapat menurunkan aktivitas dan kontraktilitas uterus. 3. Transcutaneus elektrikal nerve stimulation TENS dapat digunakan, dan bedah interupsi lintasan neural dapat dilakukan. 4. Tindakan alternative : a Banyak ahli homeopati merekomendasi obat-obatan untuk dysmenorrhea. b Akupunktur bermanfaat untuk mengobati dymenorrhea primer. c Herbal black cohash merupakan anyispasmodik yang meningkatkan kesehatan menstruasi, mengurangi iritasi dan kongesti uterus, serviks, dan vagina. Blue cohash adalah Universitas Sumatera Utara antispasmodic dengan komponen steroid yang diindikasi untuk nyeri krena stagnasi darah atau spasme serviks nyeri muncul mendahului perdarahan. Chamomile adalah antispasmodic yang meredakan kram. Cramp bark diindikasikan untuk dysmenorrhea. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL