BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stres
2.1.1 Stres dan Stresor
Stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak
keseimbangan kehidupan seseorang. Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon yang dialami seseorang Lazarus Folkman,
1984. Stres menurut Hans Selye 1950, dalam Alimul 2008 merupakan respon
tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stres apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu
mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang tersebut tidak mengalami stres Alimul, 2008. Secara sederhana stres adalah
kondisi di mana adanya respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai keadaan normal Wartonah, 2006.
Stres biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal tidak. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor. Bentuk
stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian
Universitas Sumatera Utara
stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus dimana penyebab stres diangggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stres juga dikatakan sebagai respon
artinya dapat merespon apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni hubungan antara stresor dianggap positif karena adanya interaksi antara individu
dengan lingkungan Alimul, 2008. Sekitar 85 wanita yang sudah haid mengalami gangguan fisik dan psikis
menjelang menstruasi, saat, ataupun sesudah menstruasi. Biasanya berlangsung antara satu minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Gangguan fisik dan psikis
tersebut mempengaruhi 40 wanita dengan 5-10 membuat mereka sangat tidak berdaya. Andrews, 2009 dalam Dewi 2010.
2.1.2 Pandangan Stres
Dalam memahami tentang stres, para ahli berbeda-beda mendefinisikannya karena memiliki pandangan teori yang tidak sama. Untuk lebih
jelas tentang stres sebenarnya, maka dapat diketahui beberapa pandangan diantaranya :
a. Pandangan Stres Sebagai Stimulus
Pandangan ini menyatakan stres sebagai suatu stimulus yang menuntut, dimana semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang,
maka semakin besar pula stres yang dialami. Pandangan ini didasari hukum elastisitas Hooke yang menjelaskan semakin berat beban satu
logam, maka semakin besar pula stres yang dialami, melalui pandangan ini
Universitas Sumatera Utara
maka dianalogikan pada manusia apabila semakin besar tekanan yang dialami, makin besar pula stres yang dialaminya.
b. Pandangan Stres Sebagai Respon
Mengidentifikasikan stres sebagai respon individu terhadap stresor yang diterima, di mana ini sebagai akibat respon fisiologi dan emosional
atau juga sebagai respon yang nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
c. Pandangan Stres Sebagai Transaksional
Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi
masalah dan terbentuknya sebuah koping. Dalam interaksi dengan lingkungan ini dapat diukur situasi yang potensial mengandung stres
dengan mengukur dari persepsi individu terhadap masalah, mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber yang tersedia yang diarahkan
mengatasi masalah Alimul, 2008.
2.1.3 Macam-Macam Stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya :
a. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau
karena tegangan arus listrik.
Universitas Sumatera Utara
b. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh
senyawa kimia. c.
Stres mikrobiologik Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit. d.
Stres fisiologik Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya
gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain. e.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia. f.
Stres psikis atau emosional Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan Alimul,
2008.
2.1.4 Sumber Stresor
Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikologis
maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitas-fasilitas
Universitas Sumatera Utara
seperti air minum. Makanan, atau tempat-tempat umum sedangkan lingkungan psikologis dapat berupa suara atau sikap kesehatan atau orang yang ada
disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya.
Sumber stresor yang lain adalah diri sendiri yang dapat berupa perubahan fisiologis dalam tubuh, seperti adanya operasi, obat-obatan atau lainnya.
Sedangkan sumber stresor dari pikiran adalah berhubungan dengan penilaian seseorang terhadap status kesehatan yang dialami serta pengaruh terhadap dirinya.
Selain sumber stresor di atas, menurut Alimul 2008, stres yang dialami manusia dapat berasal dari berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga
dan lingkungan. a.
Sumber Stres di Dalam Diri Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan
konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan
dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres. b.
Sumber Stres di Dalam Keluarga Stres ini bersunber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya
perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan
suatu keadaan yang dinamakan stres.
Universitas Sumatera Utara
c. Sumber Stres di Dalam Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai
stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga
tidak dapat berkembang.
2.1.5 Model Stres Kesehatan
Model stres kesehatan merupakan suatu model dimana stres dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, model ini terdiri dari beberapa unsur
diantaranya : Unsur langsung dimana stres dapat menghasilkan atau mempengaruhi
secara langsung dari perubahan fisiologis dan psikologis, seperti adanya ketegangan stres akan menyebabkan terjadinya proses pelepasan hormon secara
langsung yaitu hormon kotekolamin dan kortikosteroid yang kondisi berdebar- debar, denyut nadi cepat dan lain-lain.
a. Unsur kepribadian, bahwa stres dapat dipengaruhi karena adanya tipe
kepribadian yang memudahkan timbulnya kesakitan. b.
Unsur interaktif, stres dapat menyebabkan ketidakkebalan tubuh sehingga tubuh akan menjadi mudah terjadi gangguan pada tubuh baik biologis
maupun psikologis. Proses ini dikarenakan adanya interaksi antara faktor dari luar dan faktor dari dalam untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh.
Universitas Sumatera Utara
c. Unsur perilaku sehat, stres dapat secara tidak langsung mempengaruhi
kesakitan akan tetapi dapat merubah perilaku terlebih dahulu seperti adanya peningkatan konsumsi alkohol, rokok dan lain-lain.
d. Unsur perilaku sakit, stres dapat mempengaruhi secara langsung terhadap
kesakitan tanpa menyebabkan adanya perilaku sakit seperti mencari bantuan pengobatan Alimul, 2008.
2.1.6 Faktor Pengaruh Respon Terhadap Stresor
Menurut Alimul 2008, respon terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor
tersebut, dan koping yang dimiliki individu , di antara stresor yang dapat mempengaruhi respon tubuh antara lain :
a. Sifat stresor
Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-
angsur, sifat ini pada setiap individu dapat berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.
b. Durasi stresor
Lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka respon yang dialaminya
juga akan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
Universitas Sumatera Utara
c. Jumlah stresor
Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respon tubuh. Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan
dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka
seseorang akan memiliki kemampuan dalam mengatasinya. d.
Pengalaman masa lalu Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stresor
yang dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasi sehingga
kemampuan adaptifnya akan semakin baik pula. e.
Tipe kepribadian Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respon terhadap
stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe kepribadian A, maka akan lebih rentan terkena stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B. tipe
kepribadian A memiliki ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan
yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja
sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah, tidak mudah dipengaruhi, bila berlibur pikirannya ke pekerjaan dan lain-lain.
Sedangkan tipe kepribadian B memiliki ciri tidak agresif, ambisinya wajar- wajar, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, tidak mudah marah,
Universitas Sumatera Utara
cara bicara tidak tergesa-gesa, perilaku tidak interaktif, lebih suka kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain atau merupakan kebalikan dari
tipe kepribadian B. f.
Tingkat perkembangan Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat mempengaruhi respon
tubuh dimana semakin matang dalam perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk mengatasinya. Dalam perkembangannya
kemampuan individu dalam mengatasi stresor dan respon terhadapnya berbeda-beda dan stresor yang dihadapinya pun berbeda yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis Stressor Dalam Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan Jenis stressor
Anak
Remaja
Dewasa muda Konflik mandiri dan ketergantungan orang tua
Hubungan dengan teman sebaya Kompetisi dengan teman
Perubahan tubuh Hubungan dengan teman
Seksualitas Mandiri
Menikah Meninggalkan rumah
Mulai bekerja Melanjutkan pendidikan
Membesarkan anak
Universitas Sumatera Utara
Dewasa tengah
Dewasa tua Menerima proses menua
Status sosial
Usia lanjut Perubahan tempat tinggal
Penyesuaian diri masa pension Proses kematian
2.1.7 Tahapan Stres
Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Van Amberg 1979 dalam Alimul 2008, tahapan stres dapat terbagi menjadi
enam tahap diantaranya : a.
Tahap Pertama Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan
adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti
biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaannya akan tetapi kemampuan yang dimiliknya semakin berkurang.
b. Tahapan Kedua
Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut, adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa
lelah setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih
Universitas Sumatera Utara
dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air
besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah
malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.
d. Tahap Keempat
Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap
terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya
gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan
ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya. e.
Tahap Kelima Stres tahap ini ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam,
tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan
dan kecemasan semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
f. Tahap Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak
jantung semakin keras, susah bernapas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
2.1.8 Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik secara fisiologis maupun psikologi. Di antara reaksi tubuh tersebut
seperti terjadi perubahan warna rambut yang semula hitam lambat laun dapat mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan kusam, perubahan
ketajaman mata sering kali menurun karena kekenduran pada otot-otot mata sehingga akan mempengaruhi fokus lensa mata, pada telinga terjadi gangguan
seperti adanya suara berdenging, pada daya pikir sering kali ditemukan adanya penurunan konsentrasi dan keluhan sakit kepala dan pusing, ekspresi wajah
tampak tegang, mulut dan bibir terasa kering, kulit reaksi yang dapat dijumpai sering berkeringat dan kadang-kadang panas, dingin dan juga akan dapat menjadi
kering atau gejala lainnya seperti urtikaria, pada sistem pernapasan dapat dijumpai gangguan seperti terjadi sesak karena penyempitan pada saluran pernapasan,
sedangkan pada sistem kardiovaskuler terjadi gangguan seperti berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit kadang-kadang terjadi kepucatan atau
kemerahan pada muka dan terasa kedinginan dan kesemutan pada daerah pembuluh darah perifer seperti pada jari-jari tangan atau kaki, sistem pencernaan
Universitas Sumatera Utara
juga dapat mengalami gangguan seperti lambung terasa kembung, mual, perih, karena peningkatan asam lambung, pada sistem perkemihan terjadi gangguan
seperti adanya frekuensi buang air kecil yang sering, pada otot dan tulang terjadi ketegangan dan terasa ditusuk-tusuk, khususnya pada persendian dan terasa kaku.
Pada sistem endokrin dan hormonal sering kali dijumpai adanya peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido dan penurunan kegairahan pada seksual
Alimul, 2008. Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan
lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernapasan maupun lingkungan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian
menimbulkan respons normal atau tidak normal. Keadaan di mana terjadi mekanisme relative untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostasis.
Menurut Wartonah 2006, homeostatis dibagi menjadi dua yaitu homeostasis fisiologis misalnya, respon adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga dan
homeostasis psikologis misalnya, perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.
a. Respons Fisiologis terhadap Stres
Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu local adaptation syndrome LAS yaitu respons lokal tubuh terhadap
stresor misalnya kalau kita menginjak paku maka secara reflex kaki akan diangkat atau misalnya ada proses peradangan maka reaksi lokalnya
dengan menambahkan sel darah putih pada lokasi peradangan dan genital
Universitas Sumatera Utara
adaptation symdrome GAS yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
Dalam proses GAS terdapat tiga fase : pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktivitas neuroendokrin yang berupa
peningkatan pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolism, glukosa dan dilatasi pupil; kedua, fase resisten di mana fungsi kembali normal, adanya
LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan; ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik dan
krisis Wartonah, 2006. b.
Respons psikologis terhadap Stres Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan
kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya buruk
Wartonah, 2006.
2.1.9 Manajemen Stres
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak
lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka
dapat dilakukan dengan cara :
Universitas Sumatera Utara
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres melalui makan yang teratur, menu
bervariasi, hindari makan daging dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
b. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan
fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
c. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga
dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat
setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran. d.
Berhenti Merokok Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres
karena dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman
Universitas Sumatera Utara
keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
f. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan
tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
g. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang
dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan
efisien serta melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu
tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. h.
Terapi Psikofarmaka Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres
yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi
fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang biasanya digunakan adalah anti cemas
dan anti depresi.
Universitas Sumatera Utara
i. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system
tubuh yang lain. j.
Psikoterapi Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang
disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif di mana psikoterapi suportif
ini memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan
pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
k. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
Menurut Dadang Hawari 2002, dalam Alimul 2008, manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping yang
berfokus pada emosi dan koping yang berfokus pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada emosi dengan cara pengaturan respons emosional dari stres
melalui perilaku individu seperti cara meniadakan fakta-fakta yang tidak
Universitas Sumatera Utara
menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, lari dari kenyataan menghindar. Sedangkan strategi koping
berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem solving dan
meningkatkan dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi, retrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.
2.2 Konsep Koping