Stres Yang Dialami Remaja Dalam Menghadapi Dysmenorrhea Koping Remaja Dalam Menghadapi Dysmenorrhea

Berdasarkan sifat nyeri yang dirasakan responden didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri yang hilang timbul dan hanya sedikit responden yang merasakan nyeri menetap. Hal ini juga dipengaruhi oleh jenis dysmenorrhea yang dialami responden yaitu dysmenorrhea primer. Dimana pada dysmenorrhea primer nyeri yang dialami tidak lama, berbeda dengan dysmenorrhea sekunder yang cenderung berlangsung lebih lama Sinclair, 2009. Hasil ini sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Kasdu 2005 tentang sifat nyeri dysmenorrhea yang hilang timbul. Hanya saja Kasdu 2005 menggambarkan gejala dysmenorrhea yang dirasakan wanita yaitu nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul.

5.2.2 Stres Yang Dialami Remaja Dalam Menghadapi Dysmenorrhea

Pada penelitian ini hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa mayoritas stres yang dialami oleh responden dalam menghadapi dysmenorrhea berada pada tahapan kedua. Dimana menurut Alimul 2008, pada tahap kedua ini seseorang memiliki ciri adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai. Menurut Andrews 2009 dalam Dewi 2010 Sekitar 85 wanita yang sudah haid mengalami gangguan fisik dan psikis menjelang menstruasi, saat, ataupun sesudah menstruasi. Biasanya berlangsung antara satu minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Gangguan fisik dan psikis tersebut mempengaruhi 40 Universitas Sumatera Utara wanita dengan 5-10 membuat mereka sangat tidak berdaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dysmenorrhea pada remaja dapat mengganggu aktivitas belajarnya.

5.2.3 Koping Remaja Dalam Menghadapi Dysmenorrhea

Pada penelitian ini hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kebanyakan koping dari responden adalah koping yang positif. Dimana menurut Lazarus Folkman 1984, koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Efektivitas koping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit fisik maupun psikis. Jadi, ketika terdapat stresor yang lebih berat dan bukan yang biasa diadaptasi, individu secara otomatis melakukan mekanisme koping, yang sekaligus memicu perubahan neurohormonal. Kondisi neurohormonal yang terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru : perubahan perilaku sikap dan perubahan jaringan organ. Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku sikap, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang ditemukan oleh Magdalena 2010, hasil penelitian menunjukkan sikap remaja puteri tentang dysmenorrhea di SMU Negeri 16 Medan sebagian besar adalah dengan kategori positif yaitu sebanyak 136 orang 75,6. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartianah 2007 di SMP Negeri 3 Palembang yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa sikap remaja puteri mayoritas positif, dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsi 2007 di SMP Negeri 28 Palembang yang menyatakan bahwa sikap remaja puteri tentang dysmenorrhea mayoritas positif. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah:

6.1.1 Penelitian menunjukkan bahwa stress yang dialami siswi dalam

menghadapi dysmenorrhea berada pada stress tahapan kedua.

6.1.2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang mengalami

dysmenorrhea memiliki koping yang positif dalam menghadapi dysmenorrhea tersebut. 6.2 Saran 6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan Diharapkan dalam praktek keperawatan dapat mengenal stres dan koping dalam menghadapi dysmenorrhea yang dialami setiap wanita, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan dapat terlaksana secara optimal.

6.2.2 Bagi Pendidikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa dysmenorrhea yang dialami siswi dapat menimbulkan stres bagi siswi tersebut. Hal ini dapat sebagai bahan masukan dan informasi pada pengajar di SMP Negeri 35 Medan bahwa dysmenorrhea yang dialami dapat juga mempengaruhi kondisi siswi yang sedang mengalami dysmenorrhea dalam proses belajar. Universitas Sumatera Utara