Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 -2012

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 -2012

OLEH

AMALINA FAJRINA MAZAYA 100503143

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 -2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, November 2013 Yang membuat pernyataan

Amalina Fajrina Mazaya NIM. 100503143


(4)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 - 2012

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Debt To Equity Ratio

(DER) beserta variabel kontrolnya yaitu ukuran perusahaan dan struktur aktiva terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Tahunan masing-masing perusahaan makanan dan minuman yang dipublikasikan melalui websit minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2012 yang diambil melalui purposive sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Debt To Equity Ratio (DER) beserta variabel kontrolnya yaitu ukuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

Kata Kunci: Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran perusahaan (SIZE), Strukur Aktiva dan Return On Equity (ROE)


(5)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE TO PROFITABILITY IN THE FOOD AND BEVERAGE COMPANY LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

FOR THE YEAR 2009 TO 2012

This study aims to analyze the effect of the Debt to Equity Ratio (DER) , Company Size, Structure of Assets towards profitability as measured by Return On Equity (ROE) in the food and beverage company listed on the Indonesia Stock Exchange.

The data used in this study were obtained from the Annual Financial Statements of each the food and beverage company which was published through the website www.idx.com. The number of sample used were 8 food and beverage company listed on the Indonesia Stock Exchange during 2009-2012 were taken by purposive sampling. Techniques of data analysis in this study using multiple regression analysis.

The results of this research shows that variables Debt to Equity Ratio (DER), Company Size, Structure of Assets has positive influence and unsignificant influence to ROE.

Keywords: Debt to Equity Ratio (DER), Company Size, Structure of Assets and Return On Equity (ROE)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2012”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi di Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(7)

4. Bapak Drs. Idhar Yahya MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, serta pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Dra. Naleni Indra, MSI, Ak selaku Pembaca Penilai yang memberikan

koreksi serta petunjuk dan saran sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

6. Kedua orang tua penulis, Ir. Afif Abda M.M dan Hamidah, S.Pd yang selalu mendoakan, mendukung secara moral maupun materiil, memberi semangat, motivasi dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis. Kakak penulis, Yuliza Dessy Ariani A.md dan adik penulis, Muhammad Khairul Ridha yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Kekasih penulis, Aziz Febriandi Nasution yang juga selalu memberi semangat dalam penulisan skripsi ini. Sahabat-sahabat penulis : Maria Fransiska Sitepu, Amelia Pratiwi, Ayu Siska Pratiwi Sitorus dan Riztari Anggraeni yang selalu menemani saat suka maupun duka, tempat berbagi cerita dan cita-cita. Dan juga semua teman-teman khususnya Departemen Akuntansi-S1 angkatan 2010.

7. Terimakasih atas kebersamaan dan pertemanan yang terjalin selama ini. Sukses buat kita semua. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.


(8)

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Terimakasih.

Medan, November 2013 Penulis,

Amalina Fajrina Mazaya NIM. 100503143


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ……….. ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Struktur Modal ... 9

2.1.2 Profitabilitas ... 17

2.1.3 Ukuran Perusahaan ... 20

2.1.4 Struktur Aktiva…… ... 22

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 26

2.4 Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 29

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data ... 29

3.2.2 Sumber Data ... 29

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 30


(10)

3.5 Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel Dependen ... 33

3.5.2 Variabel Independen ... 34

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 35

3.7 Teknis Analisis 3.7.1 Uji Asumsi Klasik ………...……….. 36

3.7.2 Uji Hipotesis ………..………... 39

3.8 Jadwal Penelitian………44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ………..……… 45

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif ……….…... 47

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas ………. 51

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ……… 57

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ………. 58

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ………... 60

4.2.3 Analisis Regresi Berganda ………... 61

4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ……….. 63

4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) …………. 65

4.2.4.3 Uji t (Uji Parsial) .………. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………... 71

5.2 Keterbatasan Penelitian………..73

5.3 Saran ………. 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul

Halaman

Tabel 1.1 Fenomena antara Profitabilias dan Struktur Modal ……….. 3

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...25

Tabel 3.1 Populasi Penelitian……….... 31

Tabel 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

Tabel 3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 35

Tabel 4.1 Rata-Rata Nilai DER, SIZE, STRUKTUR AKTIVA, dan ROE…... 45

Tabel 4.2 Descriptive Statistics ………. 47

Tabel 4.3 Descriptive Statistics (Setelah Transformasi Ln) ………. 50

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas (Data Asli) ……….. 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas (Setelah Transformasi Ln) ……….. 54

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi ………. 60

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi ……….. 62

Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi ……… 64

Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ……… 65


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 4.1 Grafik Histogram (Data Asli) ……… 51

Gambar 4.2 Normal P-Plot (Data Asli) ……… 52

Gambar 4.3 Grafik Histogram (Setelah Transformasi Ln) ……… 56

Gambar 4.4 Normal P-Plot (Setelah Transformasi Ln) ………. 56


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Nilai DER Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar

di BEI tahun 2009-2012 ………. 78 Lampiran 2 Nilai Ukuran Perusahan pada Perusahaan Makanan dan Minuman

yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012 ……… 79 Lampiran 3 Nilai Struktur Aktiva Perusahaan Makanan dan Minuman yang

terdaftar di BEI tahun 2009-2012 ……….. 80 Lampiran 4 Nilai Profitabilitas (ROE) Perusahaan Makanan dan Minuman

yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012 ………. 81 Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 16.0 ……… 82


(14)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 - 2012

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Debt To Equity Ratio

(DER) beserta variabel kontrolnya yaitu ukuran perusahaan dan struktur aktiva terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Tahunan masing-masing perusahaan makanan dan minuman yang dipublikasikan melalui websit minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2012 yang diambil melalui purposive sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Debt To Equity Ratio (DER) beserta variabel kontrolnya yaitu ukuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

Kata Kunci: Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran perusahaan (SIZE), Strukur Aktiva dan Return On Equity (ROE)


(15)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE TO PROFITABILITY IN THE FOOD AND BEVERAGE COMPANY LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

FOR THE YEAR 2009 TO 2012

This study aims to analyze the effect of the Debt to Equity Ratio (DER) , Company Size, Structure of Assets towards profitability as measured by Return On Equity (ROE) in the food and beverage company listed on the Indonesia Stock Exchange.

The data used in this study were obtained from the Annual Financial Statements of each the food and beverage company which was published through the website www.idx.com. The number of sample used were 8 food and beverage company listed on the Indonesia Stock Exchange during 2009-2012 were taken by purposive sampling. Techniques of data analysis in this study using multiple regression analysis.

The results of this research shows that variables Debt to Equity Ratio (DER), Company Size, Structure of Assets has positive influence and unsignificant influence to ROE.

Keywords: Debt to Equity Ratio (DER), Company Size, Structure of Assets and Return On Equity (ROE)


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua perusahaan termasuk perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman pada dasarnya melaksanakan berbagai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non-operasional guna memperoleh keuntungan (profit). Diawali dengan masuknya tahun 2012, pasar industri makanan dan minuman nyaris tak pernah sepi, bahkan terus meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk di Tanah Air yang kini telah mencapai lebih dari 230 juta jiwa. Bukan hanya bahan makanan dasar, kebutuhan food ingredients atau bahan-bahan untuk campuran makanan olahan juga terus meningkat, bahkan sebagian harus diimpor. Tak heran jika pasar Indonesia kian banyak jadi incaran, termasuk para pelaku usaha asing.

Perilaku konsumsi dan populasi penduduk besar, selalu menjadi incaran bagi para pelaku usaha. Dengan jumlah penduduk yang besar di antara negara-negara ASEAN, Indonesia juga telah lama menjadi sasaran empuk berbagai industri. Tak terkecuali industri makanan dan minuman olahan. Apalagi tingkat permintaannya, nyaris tak pernah surut. Bahkan di tengah krisis ekonomi sekalipun, permintaan


(17)

menurut Hady(2012), Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) dalam paparan pers, di Jakarta ,”pertumbuhan konsumsi makanan olahan mencapai 41 %”. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, seperti pada triwulan III-2012 yang mencapai 6,17% (data Badan Pusat Statistik-BPS) dibanding periode sama tahun sebelumnya (year on-year), gairah ekonomi Indonesia tergolong atraktif yang juga ikut mendorong tingginya permintaan aneka produk makanan dan minuman. Sektor Industri Pengolahan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III-2012 bila dibandingkan dengan triwulan III-2011 (y-on-y) yaitu sebesar 1,62%. Meningkatnya pendapatan per kapita (GDP) yang kini makin terkerek hingga di atas US$ 3.000, telah melahirkan konsumen baru di level menengah. Hal ini juga menjadi sasaran empuk para produsen dan retailer berbagai produk makanan dan minuman olahan yang kian beragam. Terutama barang konsumsi harian atau produk fast moving consumer goods (FMCG). Seperti kebutuhan makanan sehari-hari, termasuk kue, biskuit, mie instan, susu, gula, kopi, serta berbagai produk makanan lainnya.

Antusiasisme produsen menawarkan produk mempunyai alasan utama yaitu, pasar besar yang mampu menyerap konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan sehingga dapat meningkatkan penjualan yang berimbas pada menigkatnya profit perusahaan. Bila perusahaan memperoleh profit yang besar, perusahaan akan memperoleh tambahan modal untuk melakukan ekspansi usahanya. Namun, terjadinya krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2009 hingga tahun 2010


(18)

menyebabkan timbulnya fenomena antara profitabilitas dengan struktur modal selama tahun pengamatan.

Tabel 1.1

Fenomena antara Profitabilitas dan Struktur Modal Kode

perusahaan

Tahun ROE Struktur Modal

ADES

2009 23,92 161,34

2010 31,70 224,89

INDF

2009 20,44 245,06

2010 17,59 133,65

MLBI

2009 323,59 844,13

2010 93,99 141,27

MYOR

2009 23,53 102,61

2010 24,31 118,45

SKLT

2009 11,28 72,90

2010 4,09 68,53

ULTJ

2009 5,13 45,16

2010 8,25 54,35

Fenomena terjadinya krisis keuangan global sepanjang tahun pengamatan mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan manufaktur. Adanya krisis global ini membawa dampak pada hampir semua aktivitas perekonomian. Laba perusahaan mengalami penurunan dan kenaikan yang tajam. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum


(19)

menggunakan utang. Hal ni sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang dan terakhir penjualan saham. Sehingga apabila penggunaan utang menurun maka rasio utang pun akan ikut menurun yang akan mengakibatkan struktur modal pun menurun karena rasio struktur modal dihitung menggunakan rasio utang dan sebaliknya apabila rasio utang meningkat mengakibatkan struktur modal meningkat.

Struktur modal adalah komposisi dari sumber-sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan dalam bentuk persamaan, maka hubungan antara struktur keuangan dan struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek akan sama dengan struktur modal. Dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah perimbangan dari seluruh sumber pembiayaan jangka panjang yang digunakan untuk seluruh kegiatan perusahaan.struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Untuk mengetahui laba perusahaan, alat analisis yang digunakan sebagai dasar analisis kinerja keuangan perusahaan adalah teknik rasio keuangan. Analisis rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditur dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh oleh Syawir (2005). Analisis rasio keuangan yang dipakai adalah analisis Profitabilitas yaitu


(20)

tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sedangkan Profitabilitas yang berhubungan secara teoritis disebut return on equity (ROE). Struktur modal merupakan salah satu keputusan penting manajer keuangan dalam meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan.

Pengelolaan sumber dana secara efesien, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya . Berkaitan dengan struktur modal perusahaan, Gill et al., (2011) menemukan hubungan positif antara rasio utang yang dinyatakan dengan DER dan total utang terhadap profitabilitas. Kemudian dilanjutkan penelitian Chiang

et al. (2002), mereka mengumpulkan data yang berkaitan dengan 18 pengembang dan 17 kontraktor dari hongkong dengan menggunakan Data Stream (database keuangan elektronik).Hasil studi empiris mereka melalui analisis regresi mengindikasikan bahwa profitabilitas dan struktur modal saling terkait.

Menurut penelitian Andayani (2009) menemukan bahwa perputaran kas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan rasio utang dan perputaran persediaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005) dengan mengambil sampel 22 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Ghana selama periode lima tahun (1998-2002) ditemukan bahwa adanya hubungan negatif antara rasio utang terhadap total asset dan keuntungan Return On Equity dan hubungan positif antara ukuran perusahaan dan profitabilitas. Menurut Supianto, Witarsa, Warneri (2012) dalam


(21)

penelitiannya menemukan bahwa rasio utang yang diukur dengan DR tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas yang diukur menggunakan ROI. Sampel yang digunakan adalah perusahaan makanan minuman yang terdaftar di BEI periode 2008-2011.

Menurut penelitian yang dilakukan Theresa (2012), mengemukakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan DER berpengaruh secara parsial terhadap rasio ROE pada Perusahaan Textile dan Garment yang terdaftar di BEI periode 2006- 2010.

Dari hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE) masih menunjukkan hasil yang berbeda bahkan bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnnya. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan pengujian kembali atas pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas dengan mereplikasi penelitian dari Theresa (2012) dan menambahkan variabel ukuran perusahaan dan struktur aktiva dalam penelitian karena dianggap memiliki pengaruh terhadap profitabilitas.

Atas dasar penjelasan tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh struktur modal terhadap profitabilas dalam sebuah skripsi dengan judul:

“Pengaruh Sruktur Modal Tehadap Profitabilitas Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 – 2012 “.


(22)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah struktur modal, ukuran perusahaan , dan struktur aktiva berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah struktur modal, ukuran perusahaan, dan struktur aktiva berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang dapat dapat diuraikan sebagai berikut :


(23)

Hasil penelitian ini diharapkan agar penulis dapat menerapkan teori yang diterima selama perkuliahan selain itu,dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas

2. Bagi perusahaan yang diteliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan informasi yang dapat membantu manajemen dalam memberikan keputusan tentang sumber pembelanjaan mana yang akan digunakan dalam membiayai investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan. 3. Bagi Pembaca

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu manajemen keuangan, khususnya tentang faktor – faktor struktur modal yang mempengaruhi profitabilitas serta dapat memberikan sumbangan pikiran bagi penelitian yang ingin membahas tentang penelitian ini lebih lanjut.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan hal penting dalam sebuah perusahaan, dimana didalamnya terdapat perpaduan antara utang beserta ekuitas atau biasa diartikan sebagai perimbangan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing terdiridari utang jangka panjang maupun jangka pendek. Sedangkan modal sendiri terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Besar kecilnya struktur modal akan menentukan profitabilitas ,sehingga struktur modal menjadi masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan.

Menurut Gitman (2000, p.488), definisi struktur modal adalah sebagai berikut:

”Capital Structure is the mix of long term debt and equity maintained by the firm”. Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Ada dua macam tipe modal menurut Gitman (2000,p. 488) yaitu “modal utang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Tetapi dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal utang yang diperhitungkan hanya utang jangka panjang”. Menurut Riyanto (2001 : 296) ,”Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri”. Sedangkan menurut Sartono


(25)

(2001:125), yang dimaksud dengan ”struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa”. Struktur keuangan adalah perimbangan antara utang dengan modal sendiri. Dengan kata lain struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur modal dapat diukur dengan beberapa teori. Konsep teori yang berkaitan dengan pembahasan dan penelitian masalah tersebut sangat banyak dan bermacam-macam cara pandangnya terhadap masalah dan pemecahannya, sehingga teori-teori tersebut perlu diimplementasikan ke dalam praktek maupun kasus-kasus tertentu yang berkaitan. Ada beberapa teoriyang berkitan dengan struktur modal, yaitu:

a. Pendekatan Laba Bersih, Pendekatan Laba Operasi Bersih dan Pendekatan Tradisional

Menurut Durand (1952) mengemukakan “teori berdasarkan pendekatan laba bersih, pendekatan laba operasi bersih dan pendekatan tradisional “.Dalam ketiga pendekatan ini, diasumsikan bahwa pajak perusahaan adalah nol. Pendekatan laba bersih mengasumsikan tingkat kapitalisasi laba yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utang dengan tingkat biaya utang yang konstan pula. Karena laba dan tingkat biaya utang yang konstan, maka semakin besar jumlahutang yang digunakan perusahaan, semakin kecil biaya modal rata-rata tertimbangnya. Oleh karena itu, jika biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil akibat penggunaan utang yang besar, maka nilai perusahaan akan semakin


(26)

meningkat. Tetapi persoalannya adalah dalam hal ini sebaiknya perusahaan menggunakan seratus persen utang untuk memaksimumkan nilai perusahaan.

Pendekatan laba operasi bersih ini berasumsi bahwa investor memiliki reaksi berbeda terhadap penggunaan utang perusahaan, karena melihat biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Oleh karena itu, asumsi pertama yakni biaya utang konstan. Kedua, penggunaan utang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Artinya bahwa ketika perusahaan menggunakan utang yang lebih besar, maka pemilik saham akan memperoleh bagian laba yang semakin kecil. Pendekatan ketiga adalah pendekatan tradisional.Pendekatan ini banyak dianut oleh para praktisi dan akademis. Pendekatan Tradisional mengamsusikan bahwa perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (utang dibagi modal sendiri). Hasil dari pendekatan tradisional memberikan biaya modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga saham yang tertinggi. Tingkat kapitalisasi perusahaan yang berubah sebagai penyebabnya, baik modal sendiri maupun pinjaman setelah perusahaaan merubah struktur modalnya (leverage) melewati batas tertentu. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan resiko.

b. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller

Tahun 1958, teori struktur modal modern mulai dikenal, ketika Franco Modigliani dan Merton Miller ( selanjutnya disebut MM) menerbitkan apa


(27)

yangdisebut sebagai salah satu artikel keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan, dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi,bahwa nilai sebuah perusahaan tidak terpengaruh oleh struktur modalnya. Dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah suatu hal yang tidak relevan. Modigliani dan Miller menentang pendekatan tradisional dengan menawarkan tingkat kapitalisasi perusahaan yang konstan.

MM berpendapat bahwa resiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan, karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan resiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Akan tetapi, studi MM didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realistik, termasuk hal-hal berikut:

1. tidak ada biaya pialang, 2. tidak ada pajak,

3. tidak ada biaya kebangkrutan

4. investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan, 5. semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang

peluang-peluang investasi perusahaan dimasa depan, 6. EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan utang.


(28)

Meskipun beberapa asumsi di atas merupakan suatu hal yang tidak realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti penting. Dengan menunjukkan kondisi dimana struktur modal tersebut tidak relevan, MM juga telah memberikan petunjuk mengenai hal-hal apa yang dibutuhkan agar membuat struktur modal menjadi relevan yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil karya MM menandai awal penelitian struktur modal modern, dengan penelitianselanjutnya berfokus pada melonggarkan asumsi-asumsi MM gunamengembangkan sutau teori struktur modal yang lebih realistis.Kemudian pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutanteori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwapenggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga utangadalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai utang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat utang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan utang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.


(29)

c. Teori Trade-off

Masih terdapat teori lain struktur modal selain teori yang telah dikemukakan oleh MM. Teori ini membahas tentang hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Model trade-off

mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off

dari keuntungan pajak dengan menggunakan utang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan utang tersebut. Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan utang. manfaat lebih besar, tambahan utang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan utang sudah lebih besar, maka tambahan utang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu.Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :

a. Biaya Langsung

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara atau biaya lainnya yang sejenis.


(30)

Biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya suplier tidak akan mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak akan membayar.

Biaya lain dari tingginya utang adalah peningkatan biaya keagenan (agency cost) antara pemegang utang dengan pemegang saham karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang utang dalam meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring (Persyaratan yang lebih ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga.

Teori trade-off memprediksi hubungan positif antara struktur modal dengan nilai perusahaan dengan asumsi keuntungan pajak masih lebih besar dari biaya kepailitan dan biaya keagenen. Pada intinya teori trade-off menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan utang akan semakin meningkat dengan meningkatnya pula tingkat utang. Penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut,penggunaan utang justru menurunkan nilai perusahaan.

d. Pecking Order Theory

Pada tahun 1961, seorang akademisi Donald Donaldson melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan Amerika Serikat Pengamatannya menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai keuntungan


(31)

tinggi ternyata cenderung menggunakan utang yang lebih rendah. Pada tahun 1984 Myers dan Majluf mengemukakan mengenai teori pecking order, mereka menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kaliakan memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian utang, dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir . Menurut Weston dan Thomas (2010),

Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan.

Perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit.Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan–perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai utang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena utang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk utang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi utang jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham.

Teori pecking order bisa menjelaskan alasan perusahaan mencapai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan yang menargetkan tingkatutang yang kecil, tetapi karena mereka tidak begitu membutuhkan dana eksternal.Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup untuk mendanai kebutuhan investasi perusahaan. Model asymmetric information


(32)

signaling menyatakan bahwa tingkat informasi yang berbeda antara

insiders/pihak manajemen dan Outsiders/ pihak pemodal (pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pihak pemodal) sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampa iinformasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Informasi tersebut mengenai prospek dan resiko perusahaan.Model tersebut memprediksi bahwa perubahan bauran antara utang dan modal sendiri suatu perusahaan memuat informasi mengenai nilai saham. 2.1.2 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut beberapa ahli pengertian profitabilitas, antara lain:

a. menurut Helfert (2003:126) “profitability is the effectiveness with whichmanagement has employed both the total assets and the net assets as recorded onthe balance sheet”.

b. menurut Greuning (2005:29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modalrata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”.

Berdasarkan bebarapa pengertian dari para ahli sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian invetasi/asset, dan tingkat pengembalian ekuitas


(33)

pemilik. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini dapat dibagi atas enam jenis yaitu :

1) Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (GPM) berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya.GPM dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut (Robet, 1997).Gross profit adalah net sales dikurangi dengan harga pokok penjualan, sedangkan net sales adalah total penjualan bersih selama satu tahun. Nilai GPM berada diantara 0 dan 1.Nilai GPM semakin mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk penjualan dan semakin besar juga tingkat pengembalian keuntungan.

2) Net Profit Margin (NPM)

NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya (Robert, 1997). Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakinbesar mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.

3) Operating Return On Assets (OPROA)

OPROA digunakan untuk mengukur tingkat kembalian dari keuntungan operasional perusahaan terhadap seluruh asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional tersebut.Operating income merupakan kentungan operasional


(34)

atau disebut juga laba usaha.Average total assets merupakan rata-rata dari total asset

awal tahun dan akhir tahun. Jika total asset awal tahun tidak tersedia, maka total asset akhir tahun dapatdigunakan.

4) Return On Assets (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan asset yang dimilikinya.Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga Return on Investment (ROI) (Robert, 1997).

5) Earning Power

Earning Power adalah hasil kali net profit margin dengan perputaran asset.Earning Power merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan asset yang digunakan.Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran asset. Apabila perputaran asset meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga meningkat. Dua perusahaan mungkin akan mempunyai earing power yang sama meskipun perputaran asset dan net profir margin keduanya berbeda.

6) Return on equity (ROE)

Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah asset bersih perusahaan.Return onequity

atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001). ROE secara eksplisit


(35)

memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga (biaya utang) dan biaya saham preferen. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisaatas keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga utang kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanyapotensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Sartono, 2001). 2.1.3 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory controlability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan. Sedangkan menurut Sidharta (2000) mengatakan, “Ukuran perusahaan diproksikan dari


(36)

penjualan bersih (net sales) dan total penjualan mengukur besarnya perusahaan”. Biaya-biaya yang mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba.

Secara umum, perusahaan besar yang memiliki peluang investasi sebaiknya menetapkan rasio pembayaran yang lebih rendah, yang berarti menahan lebih banyak laba dari pada perusahaan besar yang memiliki peluang investasiyang lemah.Jika ada ketidakpastian yang besar dalam arus kas bebas (free cash flow), yang didefinisikan sebagai arus kas operasi perusahaan dikurangi investasi ekuitas yang diwajibkan, maka yang terbaik bagi perusahaan adalah bersikap konservatif dan menetapkan dividen tunai masa berjalan rendah.(Bringham dan Houston, 2001).Weston (1985) mengatakan, “Dalam pemilihan cara pembiayaan,perusahaan besar yang sahamnya dimiliki oleh banyak orang akan memilih penambahan penjualan saham biasa karena penjualan ini tidak akan banyak mempengaruhi pengendalian perusahaan”. Sebaliknya perusahaan kecil mungkin lebih senang menghindari penerbitan saham biasa dalam usahanya untuk tetap mengendalikan perusahaan sepenuhnya. Dalam perusahaan kecil terdapat keyakinan prospek perusahaan dan laba yang diperoleh besar, sehingga sering bersedia mengambil utang yang tinggi .Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritmadari total asset perusahaan, sehingga semakin besar nilai logaritma total asset perusahaan semakin besar pula ukuran perusahaannya.


(37)

2.1.4 Struktur Aktiva

Variabel ini berhubungan dengan jumlah kekayaan (asset) yang dapat dijadikan jaminan.Perusahaan yang lebih fleksibel cenderung menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Investor akan selalu memberikan pinjaman bila ada jaminan. Myers dan Majluf (1984) mengatakan bahwa komposisi aset perusahaan mempengaruhi sumber pembiayaan. Brigham dan Gapensky (1996) mengatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Hasil dari Moh'd et. al

(1998), Ghosh et. al. (2000) dan Chung (1993) mengatakan bahwa rasio aktiva tetap mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan. Menurut Durand (1952) dengan memperoleh hutang yang besar yang digunakan untuk menjadi modal usaha dalam perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan ,mengakibatkan peningkatan laba karena nilai perusahaan yang meningkat. Maka, apabila rasio struktur aktiva meningkat mengakibatkan rasio profitabilitas meningkat dan sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada rasio struktur aktiva, maka terjadi penurunan pula pada rasio profitabilitas.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Struktur modal dan profitabilitas memiliki hubungan yang tidak dapat diabaikan, dimana keduanya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu dan lainnya.Hal itu dikarenakan perusahaan memerlukan peningkatanprofitabilitas agar


(38)

dapat bertahan hidup jangka panjang dan nantinya berpengaruh pada nilai perusahaannya. Di antaranya tentang besar kecilnya nilai yang dikeluarkan perusahaan untuk kebutuhan sosial dan lingkungan perusahaan,pembayaran bunga utang dikurangkan pajak, dan penambahan utang dalam struktur modal akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Berkaitan dengan struktur modal perusahaan, Gill et al., (2011) menemukan hubungan positif antara utang jangka pendek, utang jangka panjang,dan total utang terhadap profitabilitas.Roden dan Lewellen (dalam Gill et al.,2011) mengumpulkan data dengan menggunakan 107 perusahaan di Amerika Serikat.Mereka menggunakan data untuk periode sepuluh tahun dari tahun 1981 hingga 1990. Melalui analisis regresi, mereka menemukan hubungan positif antara profitabilitas dan total utang sebagai presentase dari total pembelian.

Kemudian dilanjutkan penelitian Chiang et al. (2002), mereka mengumpulkan data yang berkaitan dengan 18 pengembang dan 17 kontraktor dari hongkong dengan menggunakan Data Stream (database keuangan elektronik).Hasil studi empiris mereka melalui analisis regresi mengindikasikan bahwa profitabilitas dan struktur modal saling terkait.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005) dengan mengambil sampel 22 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Ghana selama periode lima tahun (1998-2002) ditemukan :


(39)

• Hubungan positif antara rasio utang jangka pendek terhadap total asset dan

Return On Equity.

• Hubungan negatif antara rasio utang jangka panjang terhadap total asset dan keuntungan Return On Equity.

• Asosiasi positif antara rasio total utang pada total asset dan Return On Equity.

Selain itu, mereka juga menemukan bahwa adanya hubungan positif antara:

• Ukuran perusahaan dan profitabilitas, dan Pertumbuhan penjualan dan profitabilitas

Menurut Supianto, Witarsa, Warneri (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa rasio utang yang diukur dengan DR tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas yang diukur menggunakan ROI. Sampel yang digunakan adalah perusahaan makanan minuman yang terdaftar di BEI periode 2008-2011.

Menurut penelitian yang dilakukan Theresa (2012), mengemukakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan DER berpengaruh secara parsial terhadap rasio ROE pada Perusahaan Textile dan Garment yang terdaftar di BEI periode 2006- 2010.

Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal


(40)

yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Penelitian terdahulu dirangkum dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

NO Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Chiang, Chan, dan Hui (2002) Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Variabel independen: struktur modal Variabel dependen: Profitabilitas

profitabilitas dan struktur modal saling terkait

2 Abor (2005) Analisis Rasio Utang Jangka Panjang dan Utang Jangka Pendek Terhadap Total Asset dan Return On Equity Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Ghana Periode 1998-2002

Variabel independen: rasio utang jangka pendek, rasio utang jangka panjang, dan rasio total utang Variabel dependen: ROE

i)Hubungan positif antara rasio utang jangka pendek terhadap total asset dan ROE

ii) Hubungan negatif antara rasio utang jangka panjang terhadap total asset dan keuntungan ROE

iii) Asosiasi positif antara rasio total utang pada total asset dan ROE

3 Gill, Biger, Mathur (2011)

Analisis Utang Jangka Panjang,Utang Jangka Pendek dan Total Utang Terhadap Profitabilitas

Variabel independen: Utang Jangka Pendek, Utang Jangka Panjang, Total Utang

Variabel Dependen: Profitabilitas

Ditemukan hubungan positif antara utang jangka pendek, utang jangka panjang, total utang terhadap profitabilitas

4 Supianto, Witarsa, Warneri (2012)

Analisis Rasio Utang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI

Variabel independen: rasio utang (DR) Variabel dependen: profitabilitas (ROI)

rasio utang (DR) tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

profitabilitas (ROI)

5 Edith Theresa (2012)

Pengaruh Struktur Modal (Debt Equity Ratio) Terhadap Profitabilitas (Return On Equity) Pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garment Yang Terdaftar Di BEI (2006-2010)

Variabel independen:

Debt to Equity Ratio(DER) Variabel Dependen: Profitabilitas (ROE)

DER berpengaruh secara parsial terhadap ROE


(41)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antar variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai variabel pada berbagai populasi dan/atau yang berbeda (Sugiyono, 2007:477). Berdasarkan konsep teori diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian, yaitu sebagai berikut:

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini menggunakan profitabilitas yang diukur dengan ROE sebagai variabel dependen dan menggunakan variabel struktur modal, ukuran

Debt to Equity Ratio (X1)

Struktur Aktiva (X3) Ukuran Perusahaan (X2)

Profitabilitas (ROE) (Y) H1


(42)

perusahaan dan struktur aktiva sebagai variabel independen. Gambar 2.1 diatas menjelaskan pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan dan struktur aktiva terhadap ROE. Dalam hal ini struktur modal memiliki pengaruh terhadap profitabilitas karena apabila penggunaan utang menurun maka rasio utang pun akan ikut menurun yang akan mengakibatkan strkutur modal pun menurun karena rasio struktur modal dihitung menggunakan rasio utang. Profitabilitas periode sebelumnya merupakam faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ni sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang dan terakhir penjualan saham.

Ukuran perusahaan secara umum merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan operasi dan berinvestasi guna mencari keuntungan bagi perusahaan. Salah satu alat untuk mengukur besarnya perusahaan adalah dengan total aktiva. Perusahaan yang memiliki aktiva besar dikategorikan sebagai perusahaan besar, sedangkan perusahaan yang memiliki aktiva kecil dikategorikan perusahan kecil. Ukuran perusahaan yang besar mengakibatkan rasio profitabilitas juga akan meningkat karena perusahaan yang besar cenderung memiliki laba yang besar sehingga sehingga perbandingan laba dengan ekuitas akan menghasilkan rasio profitabilitas yang besar.


(43)

Struktur aktiva merupakan variabel yang berhubungan dengan jumlah kekayaan (asset) yang dapat dijadikan jaminan. Menurut Brigham dan Gapensky (1996) mengatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan hutang. Menurut Durand (1952), dengan memperoleh hutang yang besar yang digunakan untuk menjadi modal usaha dalam perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan ,mengakibatkan peningkatan laba karena nilai perusahaan yang meningkat. Maka, apabila rasio struktur aktiva meningkat mengakibatkan rasio profitabilitas meningkat dan sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada rasio struktur aktiva, maka terjadi penurunan pula pada rasio profitabilitas.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008:93).

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Struktur modal , ukuran perusahaan, dan struktur aktiva berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap profitabilitas.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Menurut Sugiyono (2007:30) “desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

Ada 2 jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.Data kualitatif diambil dari buku, jurnal, makalah, penelitian terdahulu, dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian ini.Sedangkan, data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik.

3.2.2 Sumber Data


(45)

(BEI).Data yang dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yaitu:

1. informasi mengenai profitabilitas 2. informasi mengenai struktur modal 3. informasi mengenai ukuran perusahaan 4. informasi mengenai struktur aktiva

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan anggota dari suatu objek yang menjadi perhatian.Populasi penelitian ini adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berikut diperoleh populasi sebanyak 15 perusahaan yang diperlihatkan dalam tabel 3.1 berikut ini :


(46)

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

1 PT. Akasha Wira International ADES

2 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food AISA

3 PT. Aqua Golden Mississippi AQUA

4 PT. Cahaya Kalbar CEKA

5 PT. Davomas Abadi DAVO

6 PT. Delta Djakarta DLTA

7 PT. Indofood Sukses Makmur INDF

8 PT. Multi Bintang Indonesia MLBI

9 PT. Mayora Indah MYOR

10 PT. Prasidha Aneka Niaga PSDN

11 PT. Sekar Laut SKLT

12 PT. Siantar Top STTP

13 PT. Ultra Jaya Milk ULTJ

14 PT. Fast Food Indonesia FAST

15 PT. Sekar Laut SKBL

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). Sampel penelitian diambil secara

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:122). Sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan yang bergerak di sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 hingga 2012.


(47)

b. Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan tahunan yang diungkapkan ke public dari tahun 2009 hingga 2012.

c. Perusahaan yang bergerak di sektor industri makanan dan minuman menyajikaan data rasio yang dibutuhkan dari tahun 2009 hingga 2012.

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel sebanyak 8 perusahaan yang diperlihatkan dalam tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.2

Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode Kriteria Sampel

1 2 3

1 PT. Akasha Wira International ADES √ √ √ Sampel 1 2 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food AISA √ √ √ Sampel 2

3 PT. Aqua Golden Mississippi AQUA √ √ - -

4 PT. Cahaya Kalbar CEKA √ √ - -

5 PT. Davomas Abadi DAVO √ √ - -

6 PT. Delta Djakarta DLTA √ √ √ Sampel 3

7 PT. Indofood Sukses Makmur INDF √ √ √ Sampel 4 8 PT. Multi Bintang Indonesia MLBI √ √ √ Sampel 5

9 PT. Mayora Indah MYOR √ √ √ Sampel 6

10 PT. Prasidha Aneka Niaga PSDN √ √ √ Sampel 7

11 PT. Sekar Laut SKLT √ √ - -

12 PT. Siantar Top STTP √ - - -

13 PT. Ultra Jaya Milk ULTJ √ √ √ Sampel 8

14 PT. Fast Food Indonesia FAST √ - - -


(48)

3.4 Metodologi Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis menggunakan dua metode pengumpulan data,yaitu :

1. Metode Dokumentasi, untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan pada perusahaan yang tergabung dalam industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga 2012 dengan mengakses data dari 2. Pengumpulan Kepustakaan, yaitu dengan meneliti buku-buku yang

berhubungan dengan manajemen keuangan dan buku ekonomi lainnya.

3.5Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen (Y)

Menurut Sugiyono (2008:59) ”variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas (ROE).

Profitabilitas (ROE) merupakan suatu pengukuran dari perhitungan income yang tersedia bagi pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:64). Menurut Sartono (2011:124), ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. ROE dirumuskan sebagai berikut (Sartono, 2011:124):


(49)

ROE = ����������ℎ�����

������������ x 100%

3.5.2 Variabel Independen (X)

Menurut Sugiyono (2008:59) ”variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Struktur modal

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:22). Rasio stuktur modal dapat dihitung dengan rumus:

Struktur Modal = �����������

������������ x 100 2. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan adalah perusahaan yang mempunyai saham yang besar, dan setiap penambahan lembar sahamnya hanya berpengaruh kecil terhadap kemungkinan hilang kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2001:299). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dihitung dengan rumus:

Ukuran perusahaan = Log (Total aktiva) x 100% 3. Struktur aktiva


(50)

Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva (Weston dan Copeland, 1995:175). Struktur aktiva dihitung dengan rumus:

Struktur Aktiva (TA) = �����������

����������� x 100% 3.6 Skala Pengukuran Variabel

Ringkasan skala pengukuran variabel dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3

Skala Pengukuran Rasio

Variabel Dependen

Variabel Definisi Pengukuran Skala Data

Profitabilitas (ROE) Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan ROE =

����������ℎ����� ������������ x 100%

Rasio

Variabel Independen

Struktur Modal (DER)

perbandingan antara hutang jangka

panjang dengan modal sendiri DER = �����������

������������ x 100%

Rasio

Ukuran Perusahaan Menunjuk-kan besar kecilnya suatu perusahaan

SIZE = Log (Total aktiva) x 100% Rasio

Struktur Aktiva

perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva

Struktur Aktiva (TA) = �����������

�����������

x 100%


(51)

3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic deskriptif – komparatif, yaitu suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dari nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih kemudian membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dan yang lainnya dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:206).

Data dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows. Analisis statistik yang dilakukan antara lain dengan menggunakan alat analisis. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Hal ini dikarenakan data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menetapkan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Asumsi klasik adalah asumsi yang dasar yang harus dipenuhi dalam model regresi. Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.


(52)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model yang baik adalah data normal atau mendekati normal. Menurut Santoso (2000: 214) ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik.

Dasar pengambilan keputusan :

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya jika di antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas.

Priyatno (2008:28) menyatakan bahwa ada beberapa metode yang bisa digunakan, akan tetapi pada penelitian ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor) pada model regresi. Pada


(53)

umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas.Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Menurut Santoso (2000:210) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, akan tetapi pada penelitian ini dilakukan uji heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SPRED). Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPREAD dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distudentized.

Dasar analisisnya adalah jika ada pola tertentu yang teratur seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,


(54)

melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

d. Uji Autokolerasi

Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu.Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada penyakit autokorelasi.Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi.

Pada penelitian ini, untuk mendeteksi adanya autokerelasidigunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini digunakan dengan cara membandingkan nilai Durbin-Watson dengan tabel Durbin-Watson. Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan melihat besarnya nilai Durbin Watson yaitu :

a. Angka DW di bawah -2 terdapat autokorelasi positif.

b. Angka DW di antara -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi. c. Angka DW di atas +2 terdapat autokorelasi negatif.

3.7.2 Uji Hipotesis

Analisis statistik untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan model regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen


(55)

terhadap variabel dependen. Model regresi linier berganda adalam model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi – asumsi klasik statistik baik multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi. Model regresi linier berganda yang digunakan sebagai berikut.

Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Keterangan :

Y = variabel dependen, yaitu profitabilitas (ROE) X1 = variabel independen berupa struktur modal (DER) X2 = variabel independen berupa ukuran perusahaan (SIZE) X3 = variabel independen berupa struktur aktiva

a = konstanta

b = koefisien regresi dari setiap variabel independen e = standar error

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai


(56)

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (timeseries) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka adjusted R2 = R2 = 1


(57)

sedangkan jika nilaiR2 = 0, maka adjusted R2= (1 - k)/(n - k). Jika k > 1, maka

adjusted R2akan bernilai negatif.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0 : b1 = b2 = ... =bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

H1: b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ bk ≠ 0

Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Quicklook: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%., Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel


(58)

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

• Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

HA : bi≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.


(59)

Quicklook: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

• Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

3.8 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui www.idx.co.id penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2013 – September 2013.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2012 dimana jumlah seluruh perusahaan makanan dan minuman yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 8 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan makanan dan minuman yang menjadi sampel penelitian, khususnya pada laporan perhitungan rasio keuangan. Adapun data rata-rata Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan (SIZE), Struktur Aktiva dan Profitabilitas yang diukur dengan

Return On Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 yang diperoleh dari

www.idx.com ditampilkan pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Rata – rata DER,SIZE, STRUKTUR AKTIVA, dan ROE

Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2009-2012

VARIABEL

TAHUN

2009 2010 2011 2012

DER (%) 50,44 68,81 79,68 79,90

SIZE 2.231.942,4 3.569.443,8 1.801.578,4 2.117.088,9

STRUKTUR AKTIVA (%) 46,31 46,79 48,64 69,78


(61)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa adanya kenaikan tingkat DER pada sebagian besar perusahaan tersebut. Pada tahun 2011, mengalami peningkatan sebesar 10,82 % dan terus meningkat sebesar 0,22 % pada tahun 2012. Apabila dikaitkan dengan pendapat Sartono (1996:296) menyatakan bahwa semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal , maka semakin meningkat ROE suatu perusahaan.

Menurut Riyanto (2001 :313), yang dimaksud dengan firm size adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aktiva. Perusahaan besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba lebih besar dibandingkan dengan perushaan yang lebih kecil.

Pada tabel 4.1, menunjukkan adanya pengaruh negative tidak signifikan terhadap profitabilitas, dimana pada tahun 2011, struktur aktiva meningkat menjadi 48,64% sementara ROE menurun, dan pada tahun 2012, mengalami peningkatan secara bersamaan.

Data pada tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa ROE masih mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan, dimana ROE mengalami penurunan dari tahun 2009-2011 dan mengalami kenaikan dari tahun 2011 – 2012. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan ROE lebih besar daripada menurunnya.


(62)

4.2Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi dari masing-masing variabel. Variabel dalam penelitian ini meliputi struktur modal,ukuran perusahaan dan struktur aktiva, sebagai variabel independen serta ROE sebagai variabel dependen. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

DER 32 .49 249.00 76.5644 71.72731

SIZE 32 2.00 3.35E8 1.2043E7 5.89566E7 AKTIVA 32 2.17 1.19E8 3.7482E6 2.11062E7 ROE 32 2.41 3548.00 5.8000E2 961.23839 Valid N

(listwise) 32

Sumber: Data sekunder yang diolah


(63)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas bahwa rasio DER mempunyai nilai minimum sebesar 0.49 dan nilai maksimum sebesar 249.00. Nilai rata-rata (mean) sebesar 76.5644 dan nilai standar deviasi sebesar 71.72731. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik selama periode penelitian rasio DER pada perusahaan makanan dan minuman telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh BEI yaitu minimal 77%. Nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio DER dapat dikatakan tidak baik.

Rasio SIZE mempunyai nilai minimum sebesar 2.00 dan nilai maksimum sebesar 3.35E8. Nilai rata-rata (mean) sebesar 1.2043E7 dan standar deviasi SIZE sebesar 5.89566E7. . Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik selama periode penelitian rasio DER pada perusahaan makanan dan minuman telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh BEI yaitu minimal 2%. Nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio SIZE dapat dikatakan baik.

Rasio Struktur Aktiva mempunyai nilai minimum sebesar 2.17 dan nilai maksimum sebesar 1.19E8. Nilai rata-rata Struktur Aktiva sebesar 3.7482E6 dan standar deviasi Struktur Aktiva sebesar 2.11062E7.Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik selama periode penelitian rasio Struktur Aktiva pada perusahaan makanan dan minuman telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh BEI yaitu minimal 3%. Nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata


(64)

(mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio Struktur Aktiva dapat dikatakan baik.

Rasio ROE mempunyai nilai minimum sebesar 2.41 dan nilai maksimum sebesar 3548.00. Nilai rata-rata (mean) sebesar 5.8000E2 dan standar deviasi sebesar 961.23839.Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik selama periode penelitian rasio ROE pada perusahaan makanan dan minuman telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh BEI yaitu minimal 5%. Nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio ROE dapat dikatakan tidak baik.

Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (dalam hal ini variabel DER,SIZE,Struktur Aktiva, dan ROE).Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan (Gujarati, 1995). Dalam kasus ini, dimana nilai mean sebagian variabel lebih kecil dibanding standar deviasinya, biasanya didalam data terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim).

Outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali, 2009). Data-data outlier tersebut biasanya akan mengakibatkan tidak normalnya distribusi data. Langkah perbaikan yang dilakukan agar distribusi data menjadi normal, salah satunya adalah dengan melakukan transformasi logaritma


(65)

natural (Ln). Adapun data setelah dilakukan transformasi logaritma natural (Ln) sebagai berkut:

Tabel 4.3

Descriptive Statistics (Setelah Transformasi Ln)

Mean

Std.

Deviation N lnROE 4.5543 2.15855 32 lnDER 3.3563 1.94640 32 lnSIZE 12.7915 3.80398 32 lnAKTIVA 4.9960 12.7915 32

Setelah dilakukan transformasi, terlihat bahwa standar deviasi masing-masing variabel mempunyai nilai yang lebih kecil daripada mean-nya. . ROE mempunyai standar deviasi sebesar 2.15855 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sebesar 4.5543 dan jumlah data ROE yang layak diolah sebanyak 32 data. DER mempunyai nilai standar deviasi sebesar 1.94640 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sebesar 3.3563 dan jumlah data DER yang layak untuk diolah sebanyak 32 data. SIZE mempunyai nilai standar deviasi sebesar 3.80398 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sebesar 12.7915 dan jumlah data SIZE yang layak diolah sebanyak 32 data. Struktur Aktiva mempunyai standar deviasi sebesar 12.7915 lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya sebesar 4.9960 dan jumlah data


(66)

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik dan analisis statistik.Analisis grafik dapat dilihat dengan melihat grafik histogram ataupun dengan melihat grafik Normal Probability Plot. Uji normalitas yang pertama dengan melihat grafik histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.1 di bawah ini

Gambar 4.1

Grafik Histogram (Data Asli)


(67)

Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi mendekati normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat Normal Probability Plot

dapat dillihat pada gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2

Normal Probability Plot (Data Asli)

Sumber: Data sekunder diolah

Grafik Normal Probability Plot pada gambar 4.2 di atas menunjukkan data terdistribusi secara tidak normal karena distribusi data residualnya tidak mengikuti arah garis diagonal (garis normal).Pengujian normalitas data secara analisis statistik


(68)

berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0,05 (Ghozali, 2009:165). Hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 32 data terlihat dalam tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (Data Asli) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 9.32073496E2 Most Extreme

Differences

Absolute .219

Positive .219

Negative -.188

Kolmogorov-Smirnov Z 1.239

Asymp. Sig. (2-tailed) .093

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.Hal ini ditunjukkan oleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1.239 dengan nilai signifikansi 0,093.Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.


(69)

Meskipun data terdistribusi secara normal, namun Grafik Normal Probability Plot

pada gambar 4.2 di atas masih menunjukkan data terdistribusi secara tidak normal karena distribusi data residualnya tidak mengikuti arah garis diagonal (garis normal). Untuk memperoleh hasil terbaik maka dilakukan transformasi normal agar data menjadi lebih normal dengan menggunakan natural logaritma(Ln) (Ghozali, 2009). Hasil pengujian normalitas yang kedua dapat terlihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (Setelah Transformasi Ln)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.03949499 Most Extreme

Differences

Absolute .111

Positive .087

Negative -.111

Kolmogorov-Smirnov Z .629

Asymp. Sig. (2-tailed) .824


(70)

Dari pengujian kedua terlihat bahwa data telah terdistribusi normal dengan nilai signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,824.Hasil terakhir di atas juga didukung hasil analisis grafiknya, yaitu dari grafik histogram maupun grafik Normal Probability Plot-nya seperti gambar 4.3 dan 4.4 dibawah ini :

Gambar 4.3

Grafik Histogram (Setelah Transformasi Ln)


(71)

Gambar 4.4

Normal Probability Plot (Setelah Transformasi Ln)

Sumber: Data sekunder diolah

Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa pola distribusi data mendekati normal.Kemudian pada grafik normal probability plot

terlihat titik-titik sebaran lebih mendekati dan mengikuti garis normal jika dibandingkan dengan grafik normal probabilityplot saat sebelum dilakukan transformasi ke logaritma natural.


(72)

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Imflation Factor ( VIF ) dan nilai Tolerance, apabila nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance < 0,1 maka terjadi multikolinearitas dan apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolineraritas. Hasil uji mutikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

lnDER .915 1.093

lnSIZE .896 1.116

lnAKTIVA .824 1.214 a. Dependent Variable: LNROE


(73)

Berdasarkan aturan VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau Tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas, sebaliknya apabila harga VIF kurang dari 10 atau

tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Data yang digunakan untuk uji multikolinearitas ini adalah data dari variabel independen setelah dilakukan transformasi Ln. Dari tabel 4.6 diatas diketahui masing-masing nilai VIF sebagai berikut :

a. Nilai VIF untuk variabel DER adalah 1.093 < 10 dan nilai tolerance variabel DER adalah 0.915 > 0.10 maka variabel DER dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

b. Nilai VIF untuk variabel SIZE adalah 1.116 < 10 dan nilai tolerance variabel SIZE adalah 0.896> 0.10 maka variabel SIZE dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

c. Nilai VIF untuk variabel Struktur Aktiva adalah 1.214 < 10 dan nilai tolerance variabel Struktur Aktiva adalah 0.824 > 0.10 maka variabel Struktur Aktiva dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. 4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan


(74)

lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2005:139)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukkan pada gambar 4.5 dibawah ini

Gambar 4.5 Grafik Scatterplot


(1)

Analisis Regresi

Coefficientsa

Dependent Variable: lnROE

Sumber : Data sekunder yang diolah

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .328a .107 .012 2.14597

Sumber : Data sekunder yang diolah

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 2.915 1.738 1.677 .105

lnDER .087 .207 .079 .422 .676

lnSIZE .140 .107 .247 1.311 .200


(2)

Hasil Uji F ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 15.493 3 5.164 1.121 .357a

Residual 128.946 28 4.605

Total 144.439 31

a. Predictors: (Constant), lnAKTIVA, lnDER, lnSIZE b. Dependent Variable: lnROE

Sumber : Data sekunder yang diolah

Hasil Uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.915 1.738 1.677 .105

LnDER .087 .207 .079 .422 .676

LnSIZE .140 .107 .247 1.311 .200

lnAKTIVA -.090 .113 -.157 -.797 .432


(3)

a.Dependent Variable: lnROE

Sumber: Data sekunder yang diolah

Grafik Histogram (Data Asli)


(4)

Normal Probability Plot (Data Asli)


(5)

(6)

Grafik Scatterplot


Dokumen yang terkait

Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

33 240 81

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 117 85

Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, &amp; Current Ratio Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia(BEI)

0 37 95

Pengaruh struktur aktiva dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

0 2 1

Pengaruh Struktur Aktiva Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 12 140

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013.

0 2 34

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 89

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

0 0 2

Pengaruh Profitabilitas terhadap Modal Kerja pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - POLSRI REPOSITORY

0 0 6