BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua perusahaan termasuk perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman pada dasarnya melaksanakan berbagai kegiatan baik yang bersifat
operasional maupun non-operasional guna memperoleh keuntungan profit. Diawali dengan masuknya tahun 2012, pasar industri makanan dan minuman nyaris tak
pernah sepi, bahkan terus meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk di Tanah Air yang kini telah mencapai lebih dari 230 juta jiwa. Bukan hanya bahan makanan dasar,
kebutuhan food ingredients atau bahan-bahan untuk campuran makanan olahan juga terus meningkat, bahkan sebagian harus diimpor. Tak heran jika pasar Indonesia kian
banyak jadi incaran, termasuk para pelaku usaha asing.
Perilaku konsumsi dan populasi penduduk besar, selalu menjadi incaran bagi para pelaku usaha. Dengan jumlah penduduk yang besar di antara negara-negara
ASEAN, Indonesia juga telah lama menjadi sasaran empuk berbagai industri. Tak terkecuali industri makanan dan minuman olahan. Apalagi tingkat permintaannya,
nyaris tak pernah surut. Bahkan di tengah krisis ekonomi sekalipun, permintaan produk makanan dan minuman tetap tak pernah sepi. Selama lima tahun terakhir,
Universitas Sumatera Utara
menurut Hady2012, Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Gapmmi dalam paparan pers, di Jakarta ,”pertumbuhan
konsumsi makanan olahan mencapai 41 ”. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, seperti pada triwulan III-2012 yang mencapai 6,17 data Badan
Pusat Statistik-BPS dibanding periode sama tahun sebelumnya year on-year, gairah ekonomi Indonesia tergolong atraktif yang juga ikut mendorong tingginya
permintaan aneka produk makanan dan minuman. Sektor Industri Pengolahan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III-2012 bila
dibandingkan dengan triwulan III-2011 y-on-y yaitu sebesar 1,62. Meningkatnya pendapatan per kapita GDP yang kini makin terkerek hingga di atas US 3.000,
telah melahirkan konsumen baru di level menengah. Hal ini juga menjadi sasaran empuk para produsen dan retailer berbagai produk makanan dan minuman olahan
yang kian beragam. Terutama barang konsumsi harian atau produk fast moving consumer goods FMCG. Seperti kebutuhan makanan sehari-hari, termasuk kue,
biskuit, mie instan, susu, gula, kopi, serta berbagai produk makanan lainnya.
Antusiasisme produsen menawarkan produk mempunyai alasan utama yaitu, pasar besar yang mampu menyerap konsumen untuk membeli produk yang
ditawarkan sehingga dapat meningkatkan penjualan yang berimbas pada menigkatnya profit perusahaan. Bila perusahaan memperoleh profit yang besar, perusahaan akan
memperoleh tambahan modal untuk melakukan ekspansi usahanya. Namun, terjadinya krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2009 hingga tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan timbulnya fenomena antara profitabilitas dengan struktur modal selama tahun pengamatan.
Tabel 1.1 Fenomena antara Profitabilitas dan Struktur Modal
Kode perusahaan
Tahun ROE
Struktur Modal
ADES 2009
23,92 161,34
2010 31,70
224,89 INDF
2009 20,44
245,06 2010
17,59 133,65
MLBI 2009
323,59 844,13
2010 93,99
141,27 MYOR
2009 23,53
102,61 2010
24,31 118,45
SKLT 2009
11,28 72,90
2010 4,09
68,53 ULTJ
2009 5,13
45,16 2010
8,25 54,35
Fenomena terjadinya krisis keuangan global sepanjang tahun pengamatan mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan manufaktur. Adanya krisis global ini
membawa dampak pada hampir semua aktivitas perekonomian. Laba perusahaan mengalami penurunan dan kenaikan yang tajam. Profitabilitas periode sebelumnya
merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum
Universitas Sumatera Utara
menggunakan utang. Hal ni sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan,
kemudian utang dan terakhir penjualan saham. Sehingga apabila penggunaan utang menurun maka rasio utang pun akan ikut menurun yang akan mengakibatkan struktur
modal pun menurun karena rasio struktur modal dihitung menggunakan rasio utang dan sebaliknya apabila rasio utang meningkat mengakibatkan struktur modal
meningkat. Struktur modal adalah komposisi dari sumber-sumber pembiayaan yang
digunakan perusahaan dalam bentuk persamaan, maka hubungan antara struktur keuangan dan struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka
pendek akan sama dengan struktur modal. Dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah perimbangan dari seluruh sumber pembiayaan jangka panjang yang digunakan
untuk seluruh kegiatan perusahaan.struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Untuk mengetahui laba perusahaan, alat analisis yang digunakan sebagai
dasar analisis kinerja keuangan perusahaan adalah teknik rasio keuangan. Analisis rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu
dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer
keuangan memperkirakan reaksi para kreditur dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh oleh Syawir
2005. Analisis rasio keuangan yang dipakai adalah analisis Profitabilitas yaitu
Universitas Sumatera Utara
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sedangkan Profitabilitas yang berhubungan secara teoritis disebut return on equity ROE. Struktur modal
merupakan salah satu keputusan penting manajer keuangan dalam meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan.
Pengelolaan sumber dana secara efesien, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya . Berkaitan dengan struktur modal perusahaan, Gill et
al ., 2011 menemukan hubungan positif antara rasio utang yang dinyatakan dengan
DER dan total utang terhadap profitabilitas. Kemudian dilanjutkan penelitian Chiang et al.
2002, mereka mengumpulkan data yang berkaitan dengan 18 pengembang dan 17 kontraktor dari hongkong dengan menggunakan Data Stream database keuangan
elektronik.Hasil studi empiris mereka melalui analisis regresi mengindikasikan bahwa profitabilitas dan struktur modal saling terkait.
Menurut penelitian Andayani 2009 menemukan bahwa perputaran kas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap
profitabilitas. Sedangkan rasio utang dan perputaran persediaan berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abor 2005 dengan mengambil
sampel 22 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Ghana selama periode lima tahun 1998-2002 ditemukan bahwa adanya hubungan negatif antara rasio utang terhadap
total asset dan keuntungan Return On Equity dan hubungan positif antara ukuran perusahaan dan profitabilitas. Menurut Supianto, Witarsa, Warneri 2012 dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya menemukan bahwa rasio utang yang diukur dengan DR tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas yang diukur menggunakan ROI.
Sampel yang digunakan adalah perusahaan makanan minuman yang terdaftar di BEI periode 2008-2011.
Menurut penelitian yang dilakukan Theresa 2012, mengemukakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan DER berpengaruh secara
parsial terhadap rasio ROE pada Perusahaan Textile dan Garment yang terdaftar di BEI periode 2006- 2010.
Dari hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap profitabilitas ROE masih menunjukkan hasil yang berbeda bahkan
bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnnya. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan pengujian kembali atas pengaruh struktur
modal terhadap profitabilitas dengan mereplikasi penelitian dari Theresa 2012 dan menambahkan variabel ukuran perusahaan dan struktur aktiva dalam penelitian
karena dianggap memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Atas dasar penjelasan tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana
pengaruh struktur modal terhadap profitabilas dalam sebuah skripsi dengan judul:
“Pengaruh Sruktur Modal Tehadap Profitabilitas Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 –
2012 “.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah