Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP H.Adam Malik

(1)

PENGALAMAN PASIEN TENTANG PERILAKU CARING

PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI

KARDIOVASKULER RSUP H. ADAM

MALIK MEDAN

SKRIPSI

OLEH

ANNI ASRIANI NASUTION 121121022

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Anni Asriani Nasution NIM : 121121022

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP H. Adam malik Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,


(4)

PRAKATA Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan”.Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku pembimbing yang banyak meluangkan waktu, pikiran, memberikan pengarahan dan bimbingan, motivasi, serta kritik yang bermanfaat kepada penulis serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I dan Ikram, S.Kep, Ns, M. Kep selaku penguji II yang bersedia meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(5)

7. Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan dan kepala ruangan Instalasi Kardiovaskuler yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan pengambilan data kepada pasien yang ada di ruangan instalasi kardiovaskuler.

8. Teristimewa kepada keluargaku, Ayahanda Muhammad Asli Nasution, Ibunda Risna Dewi Nasution yang selalu memberikan motivasi, dukungan moril maupun materil serta do’a yang tiada henti bagi penulis. Adik tercinta Muhammad Bangun Nasution, Muhammad Rizki Nasution, Muhammad Afdillah Nasution yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

9. Teristimewa juga kepada sahabat-sahabatku, Azzahratul Kamaliah, Nurhalimah Lubis, Ridla Hanum dan kepada semua teman-teman ekstensi 2012 yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, Februari 2014 Penulis

Anni Asriani Nasution NIM. 121121022


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK. ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : TINJAUAN TEORITIS ... 5

2.1 Persepsi Pasien ... 5

2.2 Caring.... ... 9

2.3 Studi Fenomenologi ... 22

BAB III : METODELOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Partisipan ... 25

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.4 Pengumpulan Data ... 26

3.5 Analisa Data ... 30

3.6 Tingkat Keabsahan Data ... 32

3.7 Pertimbangan Etik ... 34

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1Hasil Penelitian ... 35

4.2Pembahasan ... 43

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 55


(7)

5.2Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lampiran Informed Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Selesai Melakukan Penelitian di Rumah Sakit 5. Surat Etika Penelitian

6. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3 : Instrumen Penelitian Lampiran 4 : Panduan


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakter Data Demografi Partisipan ... 36 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pasien

Tentang Perilaku Caring Perawat di Instalasi Kardiovaskuler (n=10)... 42


(9)

Judul : Pengalaman Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kadiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Anni Asriani Nasution

NIM : 121121022

Program : S1 Keperawatan

Tahun : 2013/2014

ABSTRAK

Caring adalah esensial dari keperawatan yang merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, dan merupakan sikap yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien yang akan mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman subjektif pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana serta harapan pasien untuk kualitas pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 10 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis dengan metode colaizzi dan data kuantitatif dengan statistik deskriptif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan ada lima tema terkait dengan pengalaman pasien tentang caring perawat pelaksana yaitu sikap profesional perawat, tindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak terhadap pasien serta harapan pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan 100% perawat di instalasi kardiovaskuler memilki caring yang baik. Perawat perlu untuk tetap terus memperbaiki perilaku caring dengan mengikuti pelatihan terkait dengan caring agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam memberikan asuhan keperawatan di instalasi kardiovaskuler kepada pasien.


(10)

Title : Patient Experience of Implementing Nurse Caring Behaviors in Installation Cardiovascular in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan

Name of Student : Anni Asriani Nasution Student Number : 121121022

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Caring is essential that nursing is an attitude of caring, respect, respect for others and an attitude that is needed between the giver and receiver of care and to improve and protect the patient that will affect ability of patient to recover. This research aimed to explore the subjective This experience of the patients expectations of nurses caring behavior and patient expectations for quality nursing care. This research used phenomenological study. Sampling technique in this study using purposive sampling with the number of participants were 10 people according to the inclusion criteria. Data was collected through interviews and observations. Qualitative data were analyzed with Colaizzi method and quantitative data with descriptive statistics. Analisis qualitatif result found five themes related to patients experience about caring behavior of nurses as well as patients expectations for of nurses caring professional nurse, nursing actions, feelings of patients, the impact on the patient and the patients expectations. Quantitative analysis of the results showed 100% of nurses in cardiovascular installation has a good caring. Nurses need to continue to mend caring behavior with training related to caring in order to provide better service in providing nursing care to patients in cardiovascular installation


(11)

Judul : Pengalaman Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kadiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Anni Asriani Nasution

NIM : 121121022

Program : S1 Keperawatan

Tahun : 2013/2014

ABSTRAK

Caring adalah esensial dari keperawatan yang merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, dan merupakan sikap yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien yang akan mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman subjektif pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana serta harapan pasien untuk kualitas pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 10 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis dengan metode colaizzi dan data kuantitatif dengan statistik deskriptif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan ada lima tema terkait dengan pengalaman pasien tentang caring perawat pelaksana yaitu sikap profesional perawat, tindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak terhadap pasien serta harapan pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan 100% perawat di instalasi kardiovaskuler memilki caring yang baik. Perawat perlu untuk tetap terus memperbaiki perilaku caring dengan mengikuti pelatihan terkait dengan caring agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam memberikan asuhan keperawatan di instalasi kardiovaskuler kepada pasien.


(12)

Title : Patient Experience of Implementing Nurse Caring Behaviors in Installation Cardiovascular in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan

Name of Student : Anni Asriani Nasution Student Number : 121121022

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Caring is essential that nursing is an attitude of caring, respect, respect for others and an attitude that is needed between the giver and receiver of care and to improve and protect the patient that will affect ability of patient to recover. This research aimed to explore the subjective This experience of the patients expectations of nurses caring behavior and patient expectations for quality nursing care. This research used phenomenological study. Sampling technique in this study using purposive sampling with the number of participants were 10 people according to the inclusion criteria. Data was collected through interviews and observations. Qualitative data were analyzed with Colaizzi method and quantitative data with descriptive statistics. Analisis qualitatif result found five themes related to patients experience about caring behavior of nurses as well as patients expectations for of nurses caring professional nurse, nursing actions, feelings of patients, the impact on the patient and the patients expectations. Quantitative analysis of the results showed 100% of nurses in cardiovascular installation has a good caring. Nurses need to continue to mend caring behavior with training related to caring in order to provide better service in providing nursing care to patients in cardiovascular installation


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Persaingan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu akan menjadi sorotan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan. Hal ini dikarenakan para konsumen pelayanan kesehatan sangat memperhatikan layanan kesehatan yang menggunakan mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit (Potter & Perry, 2005).

Pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien harus berdasarkan pada ilmu keperawatan. Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan fasilitas saja melainkan juga sumber daya manusia yang salah satunya adalah perawat yang sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan oleh pasien. Sesuai dengan pasal 32 (d) UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasien mempunyai hak untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar operasional prosedur (UU RS no 44 tahun 2009).

Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui pemberian asuhan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DepKes RI, 2008). Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan dan diyakini berperilaku caring untuk pasien


(14)

dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan (Wiyana, 2008).

Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Tomey& Alligood (1994) menyatakan bahwa caring adalah komponen penting dalam keperawatan dan merupakan inti dari praktek keperawatan karena mengandung nilai-nilai humanistik, menghormati kebebasan manusia terhadap suatu pilihan, menekankan pada peningkatan kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan menghargai setiap manusia. Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan mempunyai perilaku kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian perawat yang memandang klien sebagai makhluk humanistik sehingga termotivasi untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi.

Menurut Potter dan Perry (2005) keberhasilan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh partisipasi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas kepada pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Al-Mailan (2005) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pasien tentang pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit. Hubungan yang signifikan juga ditemukan antara kepuasan pasien dengan keinginan mereka untuk berkunjung kembali ke rumah sakit. Dengan demikian, kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat menjadi tolak ukur mutu pelayanan suatu rumah sakit.


(15)

Peluw (2007, dalam Mugianti 2009) yang menggambarkan adanya persepsi yang negatif seperti melakukan tindakan yang kurang tepat, kurang terampil, kurang komunikasi dengan pasien, kurang tepat menanggapi keluhan pasien. Kesan masyarakat tentang perilaku perawat sampai saat ini masih berkonotasi negatif seperti tidak ramah, judes, pemarah, tidak memberikan informasi yang dibutuhkan.

Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk menggali pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana, pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan perawat di ruangan, atau malah pasien tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat tersebut

Penelitian ini akan menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dipilih untuk menggali informasi serta mengeksplorasi pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat selama berinteraksi dengan pasien yang dirawat di ruang perawatan jantung. Desain penelitian ini bertujuan untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa (Dempsey & Dempsey, 2002).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan


(16)

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan?

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan dalam perilaku caring bagi mahasiswa keperawatan, dimana perilaku caring tersebut dapat diaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan, serta dapat membentuk karakter perawat yang memiliki jiwa caring pada pasien.

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk menetapkan kebijakan bagi perawat, dan dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien untuk menciptakan perawat dengan pelayanan yang lebih baik.

1.4.3 Riset

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang sama.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi pasien merupakan pandangan ataupun penilaian pasien terhadap apa yang pasien rasakan, dan apa yang pasien alami selama ini terkait perilaku caring tersebut. Perilaku caring merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan keperawatan karena akan memberikan kepuasaan kepada pasien yang akan memberikanefek persepsi yang positif terkait dengan keperawatan.

2.1. Persepsi Pasien 2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi didefenisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorinya supaya dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya, meskipun persepsi sangat dipengaruhi oleh pengobjekan indra maka dalam proses ini dapat terjadi penyaringan kognitif atau terjadi modifikasi data (Mangkunegara, 2002).

Menurut Kotler &Amstrong (2001), persepsi adalah proses seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti mengenal dunia. Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2001 dalam Sunaryo, 2004).

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu


(18)

menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Sunaryo, 2004). Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian dari persepsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stimulus persepsi dapat datang dari luar, tetapi juga datang dari dalam diri individu itu sendiri serta diterimanya dari stimulus atau rangsangan oleh individumelalui alat indera (Walgito, 2002).

2.1.2 Macam- Macam Persepsi

Menurut Sunaryo (2004), ada dua macam bentuk persepsi yaitu:

a. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu.

b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.

2.1.3 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi

Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri individuyang bersangkutan (self perseption).Alat penghubung antara individu dengan dunia luar adalah alat indra (Robin, 2003).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengarkan.


(19)

Syarat terjadinya persepsi yaitu:

a. Adanya objek: Objek stimulus alat indra (reseptor)

Stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra/reseptor) dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor).

b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerimaan stimulus.

d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaraan). Dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respon.

Proses terjadinya persepsi yaitu:

a. Proses fisik (kealaman) objek stimulus resptor atau alat indra. b. Proses fisiologis stimulus saraf sensorik otak.

c. Proses psikologis proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterimanya (Sunaryo, 2004).


(20)

Syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis dan psikologis, secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut.

Objek stimulus reseptor

Saraf sensorik otak

saraf motorik

persepsi

(Siagian, 1995)

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

a. Pelaku persepsi (perceiver), yaitu pelaku persepsi memandang suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.

b. Objek atau target yang dipersepsikan, yaitu target/objek yang dipersepsikan juga mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu kedekatan, semakin besar kedekatan itu, maka semakin besar kemungkinan individu akan cendrung mempersepsikan objek tersebut sebagai suatu kelompok bersama.


(21)

c. Situasi yang membuat persepsi itu dilakukan, yakni unsur-unsur lingkungan sekitar dan waktu mempengaruhi persepsi indicidu (Robbins, 2003).

2.2 Caring

2.2.1 Konsep Caring secara umum

Caring merupakan konsep sentral atau inti bagi keperawatan akan tetapi caring tidak bisa dianggap sebagai paradigma yang unik bagi profesi keperawatan karena profesi kesehatan lain juga menganggap caring sebagai bagian integral dari kemampuannya yang terdiri atas kemampuannya yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan. Caring adalah bagian dari kehidupan manusia yang merupakan hasil dari budaya, nilai dan hubungan dengan manusia lain. (Indarstuti, 2010).

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Memberikan asuhan caring secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007), maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra instituti pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasaan pasien dan mutu pelayanan (Potter & Perry, 2005).


(22)

Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan persepsi etik, artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi sebagai manusia kita juga harus mampu memperhatikan manusia lain (Watson, 2004).

Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999).

2.2.2 Definisi Caring

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama (Potter & Perry, 2007) .Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan caring secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007).

Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring adalah kebutuhan dasar manusia yang esensial, caring adalah keperawatan, caring


(23)

adalah penyembuhan, caring adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah kekuatan, caring adalah ciri-ciri istimewa dari keperawatan sebagai suatu profesi atau disiplin.

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh .

Leinenger mendeskripsikan caring dari dimensi budaya. Caring menurut Leinenger (1991, dalam Indarstuti, 2010) adalah suatu pengetahuan dan pemahaman tentang manusia dalam kondisi sebenarnya dan bersama seorang untuk membantu, membimbing atau melakukan cara untuk membantu mereka mencapai tujuan tertentu, meningkatkan atau memperbaiki kondisi kesehatannya dalam menghadapi ketidakmampuan atau membantu untuk menghadapi kematian.

Selain itu terdapat juga pernyataan dari Morse, Bottorf, Neader dan Solberg”s (1991 dalam Watson 2009) menyatakan bahwa caring digambarkan dalam 5 hal yaitu caring as a human trait (kondisi natural manusia), caring as a moral imperative (caring sebagai moral imperative nilai individu), caring as an affect (caring sebagai sikap pada diri sendiri, pasien dan pekerjaan), caring as an interpersonal relationship (caring sebagai interaksi interpersonal), dan caring as a therapeutic intervention dan (caring sebagai intervensi terapetik)


(24)

2.2.3 Teori Caring

Beberapa teori dalam keperawatan telah dikembangkan berbagai sudut pandang untuk mejelaskan dan mendeskripsikan tentang caring seperti:

a. Teori Caring Menurut Leinenger

Leinenger (1988) mendeskripsikan caring sebagai aktivitas perawat yang penuh dengan keterampilan, dan membantu pasien dalam dalam hal yang berkaitandengan nilai dan tuhjuan yang ingin dicapai individu ataupun kelompok.

Karakteristik Caring terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Profesional caring, yaitu sebagai perwujudan kemampuan kognitif. Perawat dalam bertindak terhadap respon yang ditunjukkan pasien berdasarkan ilmu, sikap dan keterampilan profesional sehingga dapat memberikan bantuan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan, masalah dan tujuan yang ditetapkan perawat dan pasien.

2. Scientifik caring, segala keputusan dan tindakan dalam memberikan asuhan keperawatanberdasarkan pengetahuan yang dimiliki perawat.

3. Humanistik caring, proses bantuan kepada orang lain yang bersifat kreatif, intuitif, atau kognitif yang didasarkan pada filosofis, fenomenologik, perasaan objektif dan subjektif.

b. Teori Caring Menurut Swanson

Swanson mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan tanggung jawab terhadap dirinya sendirinya. Hal ini dilakukan melalui lima komponen proses caring yaitu mengetahui (knowing), kehadiran (being with),


(25)

melakukan (doing for), memampukan (enabling), dan mempertahankan kepercayaan (maintaining belief) (Swanson, 1991 dalam Watson, 2005).

1. Mengetahui (Knowing)

Knowing berarti berusaha untuk memahami arti suatu kejadian dalam kehidupan pasien, mencegah adanya asumsi, berfokus pada perawatan untuk pasien, mencari tanda-tanda, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan diri dengan pasien. Perawat yang memahami peristiwa yang dialami pasien dan arti dari peristiwa tersebut bagi pasien akan mampu menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pasien (Swanson, 1992 dalam Tomey & Alligood, 2006). 2. Kehadiran atau Keberadaan (Being with).

Kehadiran berarti menghadirkan emosi saat bersama pasien. Hal ini berarti hadir secara fisik, menyampaikan keberadaan dan berbagi perasaan dengan pasien tanpa membebani pasien (Swanson,1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).

3. Melakukan (Doing For)

Melakukan pelayanan keperawatan untuk membantu pasien dalam perawatan total atau mendukung pasien untuk melakukan perawatan mandiri. Sub kategori perilaku yang termasuk hal ini adalah mengantisipasi kebutuhan pasien, memberikan kenyamanan, memberikan pelayanan keperawatan secara kompeten dan terampil, dan melindungi martabat pasien selama perawatan ( Swanson, 1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).

d. Memungkinkan (Enabling)

Enabling berarti membantu pasien dan memfasilitasi pasien agar dapat merawat dirinya sendiri. Enabling juga berarti membantu pasien untuk melaui


(26)

masa transisi dalam kehidupan atau melalui peristiwa yang tidak biasa dengan cara berfokus pada kejadian tersebut, menginformasikan, menjelaskan, mendukung, dan memberiakn feedback (Swanson, 1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).

e. Mempertahankan Kepercayaan (Maintaining Belief).

Proses ini merupakan fondasi caring dan ditunjukkan pada keyakinan terhadap kapasitas seseorang melalui bekerja bersama-sama dan mengenali arti suatu kejadian atau kondisi bagi pasien. Sub kategori yang ada dalam proses ini perawat harus mempercayai pasien, membantu pasien memaknai arti kehidupan (Swanson, 1999 dalam Kavanaugh, Moro, Savage & Mehendale, 2006).

c. Teori Caring Menurut Watson

Watson (2004), mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam beberapa faktor kuratif. Beberapa faktor karatif itu adalah:

1. Pembentukan nilai-nilai sistem humanistik dan altuiristik.

Humanistik altruistik adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai kemanusiaan yaitu menghormati otonomi atau kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurutnya serta mementingkan orang lain. Perilaku caring perawat pelaksana yang mencerminkan pembentukan sistem nilai humanistik yaitu dengan menghargai atau menghormati pasien sebagai individu (manusia). Perilaku caring perawat pelaksana yang mencerminkan pembentukan nilai altruistik yaitu dengan mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi. (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligod, 2006).


(27)

2. Menanamkan harapan kepercayaan

Faktor ini menggabungkan nilai humanistik-altruistik memfasilitasi pemberian pelayanan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif kepada pasien. Perawat memberikan motivasi kepeda pasien untuk menghadapi penyakitnya, memberi informasi kepada pasien tentang tindakan keperawatan dan pengobatan yang akan diberikan (Nurachmah, 2001 dalam Indarstuti, 2010). 3. Menanamkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.

Perawat harus belajar untuk mengembangkan sifat sensitif dan peka terhadap perasaan pasien sehingga dapat lebih sensitif dalam memberikan asuhan keperawatan (Watson, 1079 dalam Tomey & Alligood, 2005).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan asuhan keperawatan adalah tetap sabar ketika pasien bersikap kasar terhadap perawat, mendampingi dan menenangkan pasien ketika menghadapi permasalahan dan menawarkan bantuan terhadap masalah yang dihadapi pasien (Nurachmah, 2001)

4. Pengembangan hubungan percaya dan membantu

Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan hal yang penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Hubungan ini akan meningkatkan penerimaan terhadap perasaan positif dan negatif antara perawat dan pasien (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan asuhan keperawatan adalah mengucapkan salam ketika berinteraksi dengan pasien, memperkenalkan diri pada awal pertemuan dengan pasien, berbicara


(28)

dengan suara yang lembut, menjelaskan prosedur tindakan setiap akan melakukan tindakan (Maridi, 2005 dalam Nurachmah, 2001)

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

Perawat harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ekspresi perasaan positif dan negatif pasien dengan cara memahami ekspresi pasien secara emosional maupun intelektual dalam situasi yang berbeda (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan asuhan keperawatan adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan yang dialaminya, mendorong pasien untuk mengungkapkan harapan terhadap kondisi saat ini, menjadi pendengar yang aktif dalam setiap keluhan pasien yang suka ataupun duka (Nurachmah, 2001)

6. Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah caring untuk pengambilan keputusan.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan, dan mengambil keputusan secara sistematis. Proses keperawatan merupakan pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah secara sistematis dan terorganisir, sehingga dapat menghilangkan pandangan lama bahwa perawat adalah asisten dokter (Watson, 2005).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini adalah memberikan asuhan keperawatan seperti mengkaji, mendiagosa, merencanaka, melaksanakan dan evaluasi proses keperawatan sesuai dengan masalah pasien, memenuhi


(29)

keinginan pasien yang tidak bertentangan dengan kesehatannya, melibatkan pasien dan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan (Nurachmah, 2001).

7. Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran dalam hubungan interpersonal Faktor ini memungkinkan pasien memperoleh pengetahuan dan bertanggung jawab terhadap kondisi sehat-sakitnya. Meleui proses pembelajaran ini diharapkan pasien dapat melakukan perawatan mandiri, menentukan kebuutuhan diri sendiri (Watson, 2005).

Perilaku caring perawat dalam faktor ini yaitu memberikan pendidikan keperawatan sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien, menjelaskan keluhan pasien secara rasional dan ilmiah sesuai dengan tingkat pemahaman pasien dan cara mengatasinya (Nurachmah, 2001).

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif dan protektif

Perawat harus memahami lingkungan eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu. Lingkungna internal meliputi kesejahteraan mental dan spiritual serta keyakinan sosial budaya individu, sedangkan lingkungna eksternal meliputi kenyamanan, privacy, keamanan dan kebersihan serta keindahan (Watson, 1979 dalam Toney & Alligood, 2006).

Perilaku perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan asuhan keperwatan adalah menyetujui keinginan pasien untuk bertemu dengan pemuka agama, memfasilitasi atau menediakan keperluan pasien ketika akan berdoa ataupun beribadah sesuai dengan agamanya (Nurachmah, 2001).


(30)

9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia

Kebutuhan dasar pasien harus terpenuhi dahulu sebelum berusaha mencapai kebutuhan yang berada di atasnya. Makanan, udara, eliminasi merupakan contoh kebutuhan biofisikalpada tingkatan bawah dengan aktivitas, istirahat, dan kebutuhan seksual adalah kebutuhan psikofisikal padsa tingkatan paling bawah. Pencapaian dan afiliasi adalah kebutuhan psikososial yang lebih tinggi sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan intrapersonal dan interpersonal yang lebih tinggi (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan asuhan keperawatan adalah menghargai pasien dan privasi pasien ketika sedang memenuhi kebutuhannya, menunjukkan pada pasien bahwa pasien adalah orang yang pantas untuk dihormatidan dihargai (Nurachmah, 2001).

10. Menghargai kekuatan eksistensial- phenomenologikal

Perawat perlu menghargai adanya kekuatan eksistensial dan fenomenologikal yang diyakini pasien. Fenomenologi digambarkan sebagai suatu data yang dapat membantu individu memahami fenomena. Psikologi eksistensial adalah ilmu eksistensi manusia yang dijelaskan menggunakan fenomenologikal (Ardiana, 2010). Watson menyatakan sulit menjelaskan faktor ini. Inti dari faktor ini adalah menghargai pengalaman yang merangsang pemikiran untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain (Watson, 1979 dalam Toney & Alligood, 2006).


(31)

2.2.4 Perilaku Caring

2.2.4.1 Pengertian Perilaku Caring

Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku caring merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat akan lebih memahami konsep caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan. Seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwiyanti, 2007).

Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia (Blais, 2007).

Perilaku caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau membolehkan individu (kelompok) melalui antisipasi bantuan untuk meningkatkan kondisi individu atau kehidupan (Leininger, 1979 dalam George, 2002).


(32)

Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan (Potter & Perry, 2005).

2.2.4.2 Tahap Perkembangan Caring

Menurut (Rothrock, 2000) tahap perkembangan hubungan caring ini dibagi menjadi empat tingkat yang progresif dan serial, yaitu :

1. Attachment (pertalian)

Empat tugas yang menandai pertalian yaitu:

a. Rekognisi adalah menyadari kehadiran orang lain dan menerima orang lain b. Membuka diri adalah informasi yang beresiko rendah atau tidak mengancam. c. Validasi adalah memberikan persetujuan pada informasi yang dibagikan atau

perilaku yang diperhatikan.

d. Potensi adalah kehendak dan kekuatan untuk memajukan hubungan. 2. Assiduity (perilaku selalu penuh perhatian)

Selama tahap ini pergatian yang diteleitidiberikan pada kerja menjalin hubungan kepedulian. Kejujuran diperlukan agar hubungan menjadi terbuka, kejujuran dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan untuk tidak membahas sesuatu. Membuka diri dalam dua tahap yaitu rasa tangguang jawab dan keberanian untuk maju.


(33)

3. Intimasi (melibatkan berbagi diri)

Tugas dalam hal ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan), membuka diri (menempatkan seseorang dalam posisi yang terbuka, wawasan (memiliki pandangan yang cepat terhadap orang lain), perlibatan (orang lain dapat dilibatkan dalam hubungan tanpa ancaman).

4.Konfirmasi

Validasi personal menghasilkan perasaan positif tentang kesadaran dan pertumbuhan. Argumentasi memungkinkan untuk memperbesar, memperkuat dan lebih mempermudah hubungan memperhatikan, karena kemampuan untuk peduli dengan dasar yang luas

2.2.4.3 Pengukuran Caring

Secara rinci alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku dan kompetensi caring perawat dijelaskan sebagai berikut (Watson, 2005).

a. Caring Behavior Assestment Tool

Caring Behavior Assestment Tool (CBA) adalah alat ukur yang paling awal dikembangkan untuk mengukur perilaku caring dengan menggunakan teori watson dan 10 faktor karatif watson. Alat ukur ini dikembangkan oleh Cronin dan Horison pada tahun 1988 untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat yang dipersepsikan oleh pasien. Jawaban pernyataan menggunakan sklala likert yang menggambarkan tingkatan masing-masing perawat dalam merefleksikan perilaku caring. CBA pertama kali digunakan dengan sampel 22 pasien. Pengukuran perilaku perawat di instalasi jantung direncanakan menggunakan Caring Behavior Inventory dari Wolf (1986) karena erat hubungannya dengan kompetensi afektif


(34)

yang dibutuhkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Indrastuti, 2010).

b. Caring Efficacy Scale

Caring Efficacy Scale dikembangkan oleh Dr. Carolie Coates (1995) untuk mengkaji kepercayaan diri tentang kemampuan dan kompetensi perawat dalam menunjukkan pengenalan caring dan membangun hubungan yang caring dengan pasien. Konsep dasar pengembangan alat ukur ini dengan menggunakan teori self efficacy dan transpersonal human caring serta 10 faktor karatif milik Watson. CES pada mulanya terdiri atas 45 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert yang dengan pengembangan CES berubah menjaid 30 item pertanyaan. c. Caring Behavior Inventory

Caring Behavior Inventory (CBI) dikembangkan oleh Wolf (1986) dengan menggunakan konsep dasar caring secara umum dan teori transpersonal caring Watson. Versi pertama alat ini terdiri atas 75 item pertanyaan dan kemudian mengecil menjadi 42 item dengan altenatif jawaban menggunakan skala likert 4 point. Yaitu 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju. 3. Studi Fenomenologi

Fenomenologi dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger yang bersumber dari sebuah tradisi filsafat yang merupakan sebuah pendekatan mengenai pengalaman hidup manusia. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang (Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath, 2004).


(35)

Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti (Polit, Beck & Hungler, 2001). penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Hungler, 1997).

Perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi (Polit, Beck, & Hungler, 2001). Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan.

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak. Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit (Polit, Beck, & Hungler, 2001). Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling (Polit, Beck, & Hungler, 2001). Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses analisis data. Colaizzi (1978) dalam Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath (2004). menyatakan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilalui unuk menganalisa data. Proses analisa tersebut meliputi:

a. Membaca semua protokol untuk mendapatkan perasaan mereka b. Meninjau setiap protokol dan menarik pernyataan yang signifikan c. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan


(36)

d. Mengatur makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema dengan merujuk kelompok-kelompok kembali ke protokol asli untuk memvalidasi tema, mencatat perbedaan antara berbagai kelompok, menghindari godaan mengabaikan data atau tema yang tidak sesuai

e. Mengitegrasikan hasil dalam deskripsi lengkap fenomena yang diteliti

f. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi untuk menggali bagaimana pengalaman subjektif dari pasien mengenai perilaku perawat pelaksana di ruangan unit perawatan jantung tersebut. Desain penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengalaman pasien secara mendalam terhadap suatu atau sejumlah peristiwa (Dempsey & Dempsey, 2002). Selain itu desain penelitian ini ingin mengungkap perilaku caring perawat pelaksana berdasarkan pengalaman pasien. Mengenai hal ini Strauss dan Corbin (1990) telah menjelaskan bahwa metode kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

3.2 Partisipan

Jumlah partisipan dari penelitian ini sebanyak 10 orang. Jumlah pasti dari partisipan ditentukan dari saturasi data yang diperoleh. Saturasi data didapatkan apabila peneliti tidak lagi memperoleh informasi baru dari partisipan (Polit & Hungler, 1997).

Pemilihan pertisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (Polit, Beck & Hungler, 2001). Partisipan yang dipilih harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Partisipan tersebut dianggap dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti. Partisipan yang dipilih mempunyai kriteria yaitu partisipan menjalani rawat inap paling sedikit selama 3


(38)

hari, kondisi stabil, dapat berkomunikasi dengan baik, tingkat kesadaran baik, dapat membaca dan menulis dan bersedia menjadi responden

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit merupakan salah satu rumah sakit pendidikan yang digunakan USU untuk program pendidikan profesi. Ruangan instalasi kardiovaskuler memiliki jumlah perawat pelaksana sebanyak 18 orang dan ada 8 ruangan yang terdiri dari ruang kelas 3 pria sebanyak 8 tempat tidur, kelas 2 pria sebanyak 6 tempat tidur, kelas 1 pria sebanyak 4 tempat tidur. Jumlah ruangan untuk wanita terdiri dari kelas 3 wanita ada 8 tempat tidur, kelas 2 wanita ada 6 tempat tidur, dan kelas 1 wanita ada 4 tempat tidur, dan VIP ada 2 tempat tidur. Penelitian ini dilakukan mulai November - Desember 2013.

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Instrumen Penelitian

Proses penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian, dimana peneliti harus bisa memahami tentang kondisi lingkungan dan dapat menyesuaikan diri pada keadaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat partisipan lebih terbuka dan bebas untuk mengemukakan pendapatnya dan pengalamannya terutama yamg berkaitan dengan informasi penelitian (Hamidi, 2005).

Selain itu untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan tiga instrumen penelitian yaitu kuesioner data demografi, panduan wawancara, dan lembar observasi yang digunakan untuk melihat karakteristik dari partisipan.


(39)

Kuesioner data demografi tersebut mencakup inisial, umur, jenis kelamin, jenjang pendidikan, pekerjaan dan lama rawatan. Peneliti juga menggunakan panduan wawancara selama proses pengumpulan data. Panduan wawancara tersebut berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada pertisipan, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti, panduan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 4. Pertanyaan dalam panduan wawancara adalah pengalaman pasien selama dirawat terkait dengan perilaku caring perawat pelaksana yang ada di isnstalasi kardiovaskuler. Daftar pertanyaan dalam panduan wawancara telah diverifikasi oleh pembimbing.

Penelitian ini ini juga menggunakan lembar observasi. Lembar observasi terdiri dari 18 pernyataan yang diadopsi dan dimodifikasi dari caring behavior assestment tool, lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 4. . Lembar observasi tersebut akan diuji dengan uji validitas isi oleh salah satu dosen yang ahli dibidang perilaku caring dalam keperawatan. Dalam hal ini uji validitas tersebut dilakukan sendiri oleh salah satu dosen Fakultas Keperawatan USU yang mengajarkan tentang caring keperawatan, hasil validitas dapat dilihat pada lampiran 5 dan hasil dari validitas mendapatkan nilai 1, yang artinya pernyataan sangat relevan.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti sendiri dengan metode wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi.


(40)

a) Wawancara

Pada metode ini peneliti dan responden jumpa secara langsung untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan medapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya, peneliti menggunakan wawancara tidak berstruktur yaitu wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan muncul dengan spontan sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung yang terbuka sehingga informasi serta data yang dibutuhkan didapat lebih banyak. Wawancara yang dilakukan selama 30 menit untuk setiap partisipan dan pertemuan dilakukan sebanyak 2 kali.

2) Observasi

Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya dan untuk memperbanyak informasi yang akan didapatkan. Lembar observasi diadopsi dari Caring Behavior Assestment Tool yang dikembangkan oleh Duffy (1990). Caring Behavior Assestment Tool menggunakan teori Watson dan 10 faktor karatif Watson. Peneliti melakukan beberapa perubahan pada caring assestment tool, dimana hanya item yang dianggap relevan saja yang dipakai karena disesuaikan dengan kondisi dan menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti oleh responden. Lembar observasi terdiri atas 18 pernyataan.


(41)

3.4.3. Prosedur Pengumpulan Data a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus surat izin penelitian kepada pihak-pihak terkait seperti pihak fakulatas, pihak komite etik serta pihak rumah sakit. Selanjutnya mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk menjelaskan tujuan penelitian dan kriteria partisipan yang dipilih.

Selain itu peneliti juga akan melakukan pilot study yang merupakan wawancara mendalam kepada responden yang juga masih dalam masa rawatan namun tidak termasuk sebagai pertisipan. Dalam hal ini pilot study merupakan latihan awal sebelum peneliti melakukan wawancara yang sesungguhnya, hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui apakah responden dapat memahami serta menjawab pertanyaan dari peneliti.

b. Tahap Penatalaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu pertama telah dilakukan uji validitas untuk uji coba pedoman wawancara. Kedua, melakukan adaptasi pada ruangan ataupun lingkungan penelitian dan mencoba untuk membina hubungan kepada calon partisipan, partisipan sendiri dipilih ataupun diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Setelah itu, peneliti bertanya kepada calon partisipan untuk bersedia diwawancarai dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilakukan serta menjelaskan kepada partisipan bahwa selama proses wawancara berlangsung peneliti akan merekam semua hasil pembicaraan tersebut . Jika calon partisipan bersedia maka akan dijadikan sebagai partisipan.


(42)

3.5 Analisa Data

a. Analisa Data Kualitatif

Analisa data akan dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara. Setelah itu akan dilakukan seleksi data satu persatu. Peneliti akan menggunakan metode Colaizzi (1978) dalam Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath (2004) untuk menganalisa data. Proses analisanya meliputi:

a. membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka b. meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan

c. menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan

d mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema e. mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi

f memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin

g. memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir b. Analisa data Kuantitatif

Analisa data kuantitatif diambil dari lembar observasi yang ada pada Lampiran 4. Lembar observasi terdiri dari 18 pernyataan dengan menggunakan pilihan jawaban “dilakukan dan tidak dilakukan”, yaitu: Untuk kategori penilaian, menggunakan rumus �= �������������−������������

����������������� (Sudjana, 2002). Dimana P

adalah panjang kelas (interval) dalam menentukan kategori penilaian. Lembar observasi yang dibuat peneliti memiliki 18 pernyataan dengan menggunakan


(43)

skala goodman dengan 2 pilihan jawaban yang memiliki skor tertinggi adalah 1 sedangkan skor terendah adalah 0 dan kategori penilaian adalah 2, maka:

� =�� − �

� =�

Jadi panjang interval untuk kriteria penilaian adalah 6, sehingga

a. Jika skor 0-9, maka pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana buruk.

b. Jika skor 10-18, maka pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksanan bernilai baik

Kriteria penilaian untuk pernyataan yang positif memiliki nilai 1 untuk pilihan jawaban “ dilakukan” dan nilai 0 untuk pilihan jawaban “tidak dilakukan”. Pada pernyataan yang negatif berlaku kebalikan yaitu nilai 1 untuk pilihan jawaban “ tidak dilakukan” dan nilai 0 untuk pilihan jawaban “ dilakukan”

Lembar observasi ini mengukur perilaku caring perawat berdasarkan 10 faktor karatif Watson. Faktor karatif 1 (sistem nilai humanistik dan altruistik) terdiri dari dua pernyataan positif (no.1, 2). Faktor karatif 2 (kepercayaan dan harapan) terdiri dari dua pernyataan positif (no.3, 4). Faktor karatif 3 (kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif (no.5), dan pernyataan negatif (no.6). Faktor karatif 4 (hubungan saling percaya dan membantu) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif (no.7) dan pernyataan negatif (no.8). Faktor karatif 5 (ungkapan perasaan positif dan negatif) terdiri dari pernyataan positif (no.9) dan pernyataan negatif (10). Faktor


(44)

karatif 6 (metode sistematis dalam pemecahan masalah) terdiri dari pernyataan positif (no. 11, 12). Faktor karatif 7 (pembelajaran dan pengajaran dalam hubungan interpersonal) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif (no.13) dan pernyataan negatif (no. 14). Faktor karatif 8 (lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif dan protektif) terdiri dari satu pernyataan yaitu pernyataan negatif (no.15). Faktor karatif 9 (pemenuhan dasar kebutuhan dasar manusia) terdiri dari dua peryataan positif (no.16 dan 17). Faktor karatif 10 (kekuatan eksistensial dan fenomenologikal) terdiri dari satu pernyataan positif (no.18).

Lembar observasi ini juga mengukur perilaku caring berdasarkan Morse, yaitu caring as a human trait (pernyataan 1, 8, 16), caring as a moral imperative (pernyataan 2, 3, 17), caring as an affect (pernyataan no 5, 16, 13, 20) caring as an interpersonal relationship (pernyataan no 4, 9, 10, 11), caring as an therapueutic intervention (pernyataan 7, 12, 14, 18)

Peneliti memilih Caring Behavior Assestment Tool sebagai alat ukur yang digunakan untuk meneliti perilaku caring menurut pengalaman pasien dikarenakan beberapa alasan. Caring Behavior Assesment Tools menggunakan teori Watson dan mengukur 10 faktor karatif. Pernyataan dalam alat ukur ini sangat sederhana dan sangat tepat digunakan untuk melihat persepsi pasien terhadap perilaku caring.

3.6 Tingkat Keabsahan Data (Trustworthiness)

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility, transferability,


(45)

dependability, dan confirmability (Lincoln & Guba, 1985). Credibility dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement yaitu mengadakan pertemuan dengan partisipan berulang kali sebanyak 20 kali pertemuan, dalam hal ini telah dilakukan dengan berada di rumah sakit tepatnya di ruangan instalasi kardiovaskuler selama 1 bulan sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai. Dengan demikian, informasi yang akan diperoleh akan lebih lengkap. Peneliti juga akan melakukan member checking yaitu melakukan pengecekan data yang peneliti peroleh kepada partisipan dan hasil dari pengecekan tersebut disebut tema. Pengecekan tersebut langsung dilakukan apada saat wawancara dengan cara peneliti mengkonfirmasi perkataan dari partisipan secara berulang sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki pemahaman yang sama terhadap perkataan partisipan

Transferability dilakukan dengan cara menguraikan secara rinci hasil temuan yang akan didapat. Kemudian dibuat penjelasan tentang hasil wawancara dalam bentuk naratif atau dibuat dalam bentuk transkrip wawancara dari semua partisipan, yang menceritakan rekaman wawancara dan catatan lapangan kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian menggunakan literatur yang sesuai dengan topik penelitian.

Dependability dilaksanakan dengan cara peneliti akan selalu mengkonsultasikan hasil dari setiap wawancara dan tema yang didapat kepada dosen pembimbing agar data yang di peroleh dari hasil penelitian dapat lebih objektif. Confirmability tidak dilakukan.


(46)

3.7 Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mendapat izin etichal clearence dari komisi etik kedoteran, pihak RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti akan mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti akan menjelaskan tujuan dari penelitian dan memberikan kuesioner data demografi serta informed concent. Jika partisipan setuju maka partisipan akan menandatangani lembar persetujuan, namun jika partisipan tidak setuju, partisipan berhak untuk mengundurkan diri karena dalam penelitian ini partisipan bersifat suka rela dan tidak dipaksa. Peneliti juga tidak akan mencantumkan nama partisipan (anonymity). Nama partisipan akan diganti dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan. Selain itu, identitas partisipan juga akan dirahasiakan (confidentiality), hanya informasi yang diperlukan yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian kualitatif dengan menggunakan desain fenomonologi ini bertujuan untuk menggali bagaimana pengalaman subjektif dari partisipan mengenai perilaku perawat pelaksana yang berada di ruangan instalasi kardiovaskuler RSUP H Adam Malik Medan. Jumlah partisipan yang dipilih yaitu sebanyak sepuluh orang. Kesepuluh partisipan tersebut merupakan pasien yang menderita penyakit jantung yang kondisinya sudah membaik serta lama rawatnnya lebih dari tiga hari.. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan dua cara yaitu dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Pengambilan data dilakukan mulai pada tanggal 29 November sampai 29 Desember

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk menggali dan mendeskripsikan tentang pengalaman pasien selama dirawat serta menjelaskan karakteristik partisipan yang didapat dari data demografi. Penelitian ini juga menjelaskan tentang pengalaman pasien terhadap perilaku caring perawat pelaksana selama menjalani rawat inap di instalasi kardiovaskuler yang meliputi pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana yang dirasakan oleh responden dan juga harapan dari responden terhadap peningkatan perilaku caring perawat untuk masa yang akan datang di unit kardiovaskuler.


(48)

4.1.1 Karakteristik Responden

Kesepuluh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau menandatangani perjanjian sebelum wawancara di mulai. Para partisipan adalah pasien dengan penyakit jantung yang sedang menjalani masa rawatan di instalasi kardiovaskuler di RSUP H. Adam Malik Medan. Kesepuluh partisipan berkisar antara 41- 60 tahun. Rata-rata umur partisipan adalah 49,6 (50 tahun). Partisipan yang menjalani rawat inap di ruangan ini terdiri dari 3 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Kesepuluh orang partisipan memiliki pendidikan 3 orang SLTP, 4 orang SLTA, dan 3 orang sarjana. 3 orang partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga, 1 orang bekerja PNS, 4 orang bekerja sebagai wiraswasta, 1 orang pensiunan, dan 1 orang bertani.

Tabel 4.1 Karakter Data Demografi Partisipan Umur Range Mean f 41-60 tahun 50 tahun Pendidikan SLTP SLTA Sarjana 3 orang 4 orang 3 orang Pekerjaan

Ibu rumah tangga PNS Wiraswasta Pensiunan Bertani 3 orang 1 orang 4 orang 1 orang 1 orang Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 7 orang 3 orang Lama Menjalani Rawatan

Rentang Rata-rata

3-6 hari


(49)

4.1.2 Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam wawancara yang telah dilakukan kepada para partisipan yang sedang menjalani perawatan di instalasi kardiovaskuler, peneliti mengidentifikasi pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat yang meliputi sikap profesional perawat, pengetahuan klinis perawat serta terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan selain itu tema pendukungnya adalah terkait dengan perasaan, dampak dan harapan

Partisipan menyatakan bahwa perilaku caring yang dirasakan oleh partisipan selama di rawat di bagian instalasi kardiovaskuler ada 5 tema yang dapat diambil dari hasil wawancara terkait dengan pengalaman responden yaitu: sikap profesional, tindakan keperawatan, perasaan, dampak, serta harapan. Kategori tersebut akan diuraikan sebagai berikut

a. Sikap profesional

Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa sikap profesional menurut partisipan adalah menunjukkan sikap yang sesuai dengan perawat yang profesional yang terdiri dari bertutur sopan (berkata lembut, tidak memotong pembicaraan pasien ketika pasien mengungkapkan perasaannya), ramah (selalu menyapa pasien, menanyakan kabar pasien), murah senyum (dalam melakukan tindakan kepada pasien juga memberikan senyuman), sabar (sabar dalam menghadapi pasien, tenang dalam memberikan pelayanan) cepat merespon keluhan pasien, tidak membeda-bedakan antar pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini :


(50)

“perawatnya lembut, sopan, ramah lagi , enggak cerewet” (P1 L20)

“Bagusnya itu seperti baik ramah ya, murah senyum juga, kalo cerewet

sepanjang yang saya alami enggak ada ya cerewet perawatnya, semuanya

baik-baik, sopan juga sama saya” (P3 L19)

“saya nampak wajah yang tersenyum dalam melayani pasien”(P10 L58)

“Ramah-ramah, baik-baik perawat disini ya, sabar juga perawatnya” (P4

L17)

“setiap pagi selalu di sapa ditanya bagaimana kabar saya” (P5 L

“terus ditanya juga kabar saya, setiap ganti shift juga seperti itu”(P2 L41)

“misalkan kayak saya merasakan sakit pada daerah dada saya dan sesak

saya rasa, keluarga saya langsung melapor sama perawatnya, di

ceritakan keluarga saya tentang kondisi saya, disitu perawatnya cepat

merespon dan langsung memeriksa keadaan saya, dan memberikan pengobatan sesuai dengan apa yang saya rasakan. Perawatnya enggak lelet, cepat menanggapi keluhan yang saya rasakan” (P3 L54).


(51)

“perawat disini baik- baik semua , enggak ada saya lihat pasiennya

dibeda-bedakan sama semua pelayanannya”(P1 L58)

”perawatnya enggak pernah memotong pembicaraan saya ketika saya

sedang mengungkapkan keluhan saya, perawat mendengarkannya, tanpa

ada menunjukkan wajah kesal”( P5 L96)

“setiap tindakan yang mau di buat ke saya selalu minta izin saya dulu,

kayak misalkan mau suntik saya,mau pasang infus” (P6 L58)

“perawatnya juga sabar-sabar loh” (P4 L25)

“perawatnya tenang ya nak dalam menghadapi masalah” (P9 L20)

b. Tindakan Keperawatan

Hasil analisis data didapatkan bahwa tindakan keperawatan menurut partisipan adalah memberikan informasi tentang penjelasan prosedur tindakan keperawatan dan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien serta cekatan dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut ini:


(52)

“maaf pak saya ekg dulu ya, terus dijelaskan tujuannya untuk melihat

bagaimana kondisi jantung saya , gitu-gitu lah dek, terus pernah juga kan

infus saya macet lalu, perawatnya bilang infusnya kita pindahkan ya pak

posisinya, karena kalau kita biarkan nanti tangan bapak bengkak dan

bapak bisa demam”(P3 L29)

“ni saja saya baru lepas kateter selama ini saya selalu pakek kateter ini

baru di lepas tadsi waktu dilepas saya di suruh tarik nafas biar

mengurangi rasa sakit katanya seperti itu nak,” (P7 L88)

“Kalau mereka mau melakukan tindakan sama saya, kayak mau nensi,

mau nyuntik, mau ekg, apalagi ya, mau infus cepat dek dan menurut saya

terampil gitu, jadi enggak ngulang-ngulang” (P7 L43)

c. Perasaan Pasien

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan juga tentang perasaan pasien, perasaan pasien yang dimaksudkan meliputi perasaan nyaman (mendapatkan dukungan berupa motivasi dari perawat, perawat selalu siap siaga kapanpun dibutuhkan), senang dan puas atas tindakan yang sudah dilakukan oleh perawat kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pernytaan berikut:

“Ya untuk sekarang saya senang bisa dirawat sama perawat seperti ini”


(53)

“ saya puas dengan pelayanan disini, jadinya nyaman kalau ada disini

karena perawatnya 24 jam selalu siaga.”( P2 L19)

“saya juga dikasi dukungan seperti semangt ya pak, bapak harus

sembuh, Bapak pasti bisa sembuh” (P7 L95)

“setiap tindakan yang dilakukan enak kita pun nyaman kan”(P4 L72)

d. Dampak Perilaku Caring Terhadap Pasien

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan juga tentang dampak perilaku caring yang diterima oleh pasien, dampak tersebut meliputi proses penyembuhan yang lebih cepat, dan pasien bisa mengungkapkan perasaannya yang ada dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini:

“Kalo perawatnya seperti ini kan bisa mempercepat proses

penyembuhan, jadi enggak lama di rawatnya” (P4 L89)

“enggak takut kalau ada sesuatu yang mengganjal di hati langsung saya

tanyakan kepada perawatnya, perawatnya pun enak dia ajak ngobrol gitu

kan” (P5 L98)

e. Harapan Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat

Harapan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan yaitu terdapatnya harapan pasien yang meliputi: mempertahankan perilaku caring yang


(54)

sudah berjalan, meningkatkan perilaku caring yang sudah ada, semakin baik dalam memberikan pelayanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:

“semoga aja bisa seperti ini terus ya dek, tapi alangkah lebih baiknya

kalau bisa di tingkatkan untuk ke depan biar semakin baik pelayanan

keperawatan yang diberikan.”(P6 L116).

”Semoga ke depan perawatnya bisa semakin baik dalam memberikan

pelayanan”. (P2 L76)

“Tapi kalo bisa di tingkatkan agar pasien juga merasa nyaman dan tidak

takut kalo di rawat di sini, semoga ke depan perawat semakin baik dan

dapat melayani kami sebagai pasien dengan lebih baik”(P4 L87)

4.1.3 Hasil Observasi

Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti kepada sepuluh perawat yang ada di ruangan Instalasi kardiovaskuler. Observasi dilakukan ketika perawat sedang berinteraksi atau melakukan tindakan keperawatan kepada responden. Hasil darii observasi menunjukkan bahwa perilaku caring perawat pelaksana adalah baik senilai 100% dan buruk 0% dalam melakukan perilaku caring kepada pasien di instalasi kardiovaskuler. Hasil dari observasi dapat dilihat pada lampiran 5.


(55)

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan frekuensi dan persentase pengalaman pasien tentang perilaku caring

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat di Instalasi Kardiovaskuler Perilaku Caring Perawat di Instalasi

Kardiovaskuler

f %

Baik 10 100

Buruk - -

Hasil dari observasi pada tabel diatas menunjukkan bahwa perilaku caring perawat instalasi kardiovaskuler itu baik karena sudah memiliki nilai 100 %, Berdasarkan hasil observasi masing –masing dari setiap perawat memiliki nilai yang baik mulai dari 10-18 dengan nilai rata-ratanya adalah 15,2 atau 15 , sedangkan untuk perilaku caring perawat yang buruk tidak didapatkan karena berdasarkan hasil observasi yang didapat, nilai terendah dari lembar observasi adalah 12. Maka dalam hal ini perilaku caring perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler adalah baik.

Berdasarkan hasil dari lembar observasi maka di dapatkan ada beberapa item dari faktor karatif caring yang kontribusuinya kurang didalam pelaksanaan caring perawat pelaksana yaitu faktor karatif caring 4 yaitu tentang hubungan saling percaya dan membantu, serta faktor karatif caring 6 yaitu metode sistematis dalam pemecahan masalah. Selain itu ada juga yang memiliki nilai kontribusi perilaku caring yang baik, seperti faktor karatif 1, 5, 9, dan 10

Hasil dari lembar observasi juga mengukur perilaku caring berdasarkan morse, nilai yang kontribusinya kurang yaitu terkait dengan caring as moral


(56)

imperative, dan caring as an therapeutic intervention dan yang memiliki kontribusi yang baik terhadap perilkau caring yaitu terkait dengan caring as a human trait, caring as an affect, dan caring as an interpersonal relationship 4.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan diuraikan teori-teori yang terkait dengan perilaku caring perawat di instalasi kardiovaskuler yang telah dirasakan oleh pasien. Dalam uraian ini akan dijelaskan mengenai 5 tema yang telah ditemukan terhadap perilaku caring perawat pelaksana yaitu: sikap profesional, ttindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak perilaku caring terhadap pasien, serta harapan pasien terhadap perilaku caring perawat. Tema- tema tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Sikap profesional

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa sikap profesional menurut partisipan diantaranya adalah bertutur sopan (berkata lembut, tidak memotong pembicaraan pasien ketika pasien mengungkapkan perasaannya), ramah (selalu menyapa pasien, menanyakan kabar pasien), murah senyum (dalam melakukan tindakan kepada pasien juga memberikan senyuman), sabar (sabar dalam menghadapi pasien, tenang dalam memberikan pelayanan) cepat merespon keluhan pasien, tidak membeda-bedakan antar pasien. hal ini sesuai dengan Linberg (1990) yang menyatakan bahwa caring tidak hanya sekedar memberikan tindakan keperawatan. Namun sebenarnya merawat orang lain dibutuhkan suatu perasaan yang mendalam untuk menumbuhkan aktualisasi dirinya. Dimana seorang perawat bukanlah bekerja


(57)

dengan robot atau mesin yang tak bernyawa melainkan manusia yang memiliki banyak kebutuhan dan keinginan berbeda, maka pentinglah bagi seorang perawat bekerja dengan berempati saat berhubungan dengan pasien.

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu pasien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan, asuhan keperawatan harus ditunjukkan pada manusia secara utuh bukan hanya sekedar fisiknya saja (Potter & Perry, 2005).

Bersikap caring untuk pasien dan bekerja bersama dengan pasien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Hal ini sesuai dengan hasil analisa data yang ditemukan peneliti bahwa perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler menggunakan tutur kata yang lemah-lembut kepada paasien.

Penelitian Kamaruzzaman (2009) menyatakan bahwa perhatian yang diberikan perawat dapat dilakukan dengan memperlihatkan sikap caring terhadap pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien menggunakan kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien saat dibutuhkan sehingga pasien merasa puas terhadap perhatian yang diberikan perawat. Pasien yang merasa puas akan kembali lagi memanfaatkan pelayanan rumah sakit jika mereka membutuhkannya lagi.


(58)

Kehadiran, kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, sikap mau mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat kepada klien akan membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti, serta perlakuan yang ramah dan cekatan atau lugas ketika melaksanakan prosedur keperawatan akan memberikan rasa aman pada pasien (Potter & Perry, 2009).

Menurut Potter & Perry (2009) menyatakan bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Kepedulian , empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik. Dengan demikian pasien merasa nyaman, aman dan rasa stress akibat penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat diwujudkan, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan perawat kurang beperilaku caring terhadap pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Anjaryani (2002) yang menyatakan bahwa motivasi dari perawat dapat menurunkan kecemasan dengan memberikan dukungan-dukungan emosional berupa kesabaran, perhatian, motivasi supaya pasien akan sembuh lebih cepat.

Menurut Dwidiyanti (2007) dalam teori perilaku caring terdiri dari verbal dan non verbal. Perilaku verbal meliputi memberikan tanggapan dengan kata – kata terhadap keluhan pasien, memberikan penjelasan kepada klien sebelum melakukan tindakan, menanyakan klien tentang keadaan fisiknya untuk lebih absah, memberi keyakinan secara verbal kepada klien selama perawatan.


(59)

b. Tindakan Keperawatan

Perawat yang diinginkan oleh pasien adalah perawat yang dalam melakukan tindakan itu cepat, ligat namun tetap memperhatikan kebutuhan pasien. Pasin juga menginkan perawat yang tanggap dengan setiap keluhan yang diungkapkan oleh pasien , hal ini akan membuat pasien merasa di perhatikan atas setiap kebutuhannya, membuat pasien merasa di hargai dan itu akan dapat mempercepat hasil penyembuhannya. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan perawat yang ada di ruangan kardiovaskuler itu memiliki ketanggapan dalam bekerja, cepat dan ligat dalam bekerja, tidak membuat pasien menunggu lama untuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, pasien merasa puas dan nyaman dengan seperti itu, bahkan ada beberapa pasien mengatakan dengan tindakan perawat yang seperti itu pasien merasa dilindungi.

Menurut teori yang dikemukakan Potter & Perry (2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Perawat bekerja dengan sepenuh hati dalam memberikan kepedulian dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik. Dengan demikian pasien merasa nyaman, aman dan rasa stress akibat penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat diwujudkan, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan perawat kurang beperilaku caring terhadap pasien.sehingga beberapa pasien mengaharapkan bahwa perilaku ini mampu diaplikasikan perawat dalam perilaku caringnya.


(60)

Pada penelitian yang dilakukan Rahmulyono (2008) menyatakan bahwa dimensi ketanggapan perawat memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pasien. Kemampuan memberikan pelayanan dengan tanggap dan peduli terhadap kebutuhan sehari-hari pasien merupakan bagian dari ketanggapan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Apabila perawat tidak tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut maka pasien merasa terabaikan dan tidak puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dimana hasil yang didapatkan itu perawat dalam melakukan tindakan itu tanggap dalam bekerja, cepat dan ligat dalam bekerja, tidak membuat pasien menunggu lama untuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

Menurut Tarigan (2009), respon perawat yang tanggap terhadap setiap keluhan dan keinginan pasien dengan cepat dan sesuai standar pelayanan yang ditetapkan, akan meningkatkan rasa puas kepada pasien yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat loyalitas pasien di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan, dan mengambil keputusan secara sistematis. Proses keperawatan merupakan pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah secara sistematis dan terorganisir, sehingga dapat menghilangkan pandangan lama bahwa perawat adalah asisten dokter (Watson, 2005).


(61)

Pengetahuan yang kurang akan memberikan dampak yang negatif terhadap klien maupun terhadap perawat, hal ini dapat menyebabkan pelayanan yang diterima kurang bermutu, memperberat kondisi sakit klien karena pelayanan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan klien. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik dari perawat (Amiyati, 2005).

Dalam penelitian Green (2004) mengenai persepsi perawat terhadap perilaku caring bahwa salah satu perilaku caring yang harus dimiliki seorang perawat adalah Perawat bekerja dengan professional, bekerja dengan pengetahuan dan terampil dalam tindakan ( Glembocki & Dunn, 2010).

Ciri-ciri caring pada perawat yang dikemukakan Morison dan Burnard (2009) bahwa salah satu cirinya adalah berpengetahuan. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan memadai tentang kondisi penyakit pasien sehingga perawat tersebut mampu mengatasi setiap keluhan yang dialami oleh pasien.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa perawat pelaksana yang ada di ruang kardiovaskuler memiliki pengetahuan yang baik, hal ini akan membuat pasien nyaman karena pasien selalu mendapatkan informasi apapun yang pasien inginkan, hal ini akan dapat mengurangi kecemasan pasien terhadap kondisi kesehatannya.

Berdasarkan 12 standar yang telah dibuat oleh Douglas et al yang terkait penelitian ini adalah standart 8 yang menyatakan bahwa sebagai seorang perawat sudah seharusnya memberikan education and training yaitu pendidikan kesehatan atau menjelaskan informasi terkait kebutuhan kesehatan klien, dalam


(62)

hal ini seharusnya perawat memberikan informasi semua hal terkait penjelasan penyakit jantung yang diderita pasien. Begitu pula dengan standart yang ke 12 yang menyatakan bahwa sebagai seorang perawat sudah seharusnya kita bertindak sesuai evidence based practice and research yaitu bekrja secara professional dalam setiap tindakan asuhan keperawatan yang secara holistik. Hal-hal ini yang perlu mendapatkan dorongan untuk pasien agar lebih mudah beradaptasi terhadap kondisi yang sedang dialami oleh pasien. Sehingga pasien mengharapkan perilaku caring perawat itu mampu memberikan informasi terkait kesehatan dan penyakit pasien untuk menambah pengetahuan pasien terhadap sakitnya. Koswara (2002) menemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap caring perawat, dengan pengetahuan yang tinggi maka akan menunjukkan perilaku caring yang lebih baik.

c. Perasaan Pasien

Terkait dengan perasaan pasien, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di temukan bahwa pasien merasa nyaman dengan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat, sikap caring tersebut membuatt pasien merasakan lebih cepat sembuh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Azis (2012) yang menyatakan bahwa kepuasan pasien adalah perasaan senang dan kecewa pasien sebagai hasil perbandingan antara prestasi yang dirasakan dengan harapan. Pasien akan puas apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan pasien. Hal ini menjelaskan bahwa salah satu komponen caring adalah memberikan rasa nyaman , aman, ataupun meliputi


(63)

kebutuhan aktivitas kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan pasien bahwa salah satu perilaku caring yang telah dirasakan adalah memberikan rasa nyaman. Sikap profesional yang ditunjukkan oleh perawat salah satunya adalah memberikan rasa nyaman kepada pasien,

Berdasarkan hasil analisa yang didapatkan pasien merasa puas atas pelayanan yang diberikan perawat, pasien menganggap apa yang mereka butuhkan dapat mereka dapatkan Hal ini sesuai dengan pernyataan Wagner & Bear (2008) yang menyatakan bahwa kepuasan pasien merupakan kesesuaian antara harapan pasien dengan kenyataan pelayanan yang selama ini diterimanya, jika pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan maka yang timbul adalah perasaan puas, namun sebaliknya jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan maka yang timbul adalah kekecewaan ataupun ketidakpuasaan atas pelayanan, kepuasan ini dipengaruhi oleh harapan pasien, pengalaman sebagai penerima pelayanan keperawatan, lama hari rawat

Salah satu bentuk pelayanan yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Penelitian Otani dkk. dari tahun 2005 hingga tahun 2007 di lima rumah sakit di daerah metropolitan St. Louis mid-Missouri dan bagian selatan Illinois Amerika Serikat menunjukkan kenyataan tersebut. Ada enam unsur pelayanan yang dinilai dalam penelitian tersebut; proses registrasi, pelayanan keperawatan, pelayanan dokter, pelayanan 3 staf, pelayanan makanan, dan pelayanan ruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh staf dan perawat adalah faktor yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dibandingkan faktor lainnya. (Azis 2012).


(64)

d. Dampak Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien

Perilaku caring perawat pelaksana dapat memberikan dampak yang besar kepada pasien menurut yang salah satunya adalah pasien merasa seperti dirawat oleh keluarga sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter & Perry (2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Perawat bekerja dengan sepenuh hati dalam memberikan kepedulian dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik. Hal ini akan menyebabkan pasien akan merasa seperti dirawat oleh keluarga sendiri, pasien juga akan merasa bahwa perilaku caring yang diberikan akan mempercepat proses penyembuhannya, dan pasien ekan lebih terbuka kepada perawat terkait masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan Wolf, Miller, dan Devine (2003) yanh mengidentifikasi adanya hubungan yang positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien

Selain itu dampak dari perilaku caring perawat pelaksana yang dirasakan oleh pasien yaitu pasien dapat mengungkapkan perasaan yang ada dalam dirinya. Begitu juga dengan hasil penelitian Yuliawati (2012) yang menyatakan bahwa keterampilan dan perilaku yang ditampilkan oleh seorang perawat dapat menimbulkan kepercayaan pada pasien untuk menerima pelayanan keperawatan. Keterbukaan dan perhatian yang diberikan oleh perawat dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk menjalin hubungan yang baik dalam rangka meningkatkan kesembuhannya.

Berdasarkan hasil analisa data dampak caring perawat pelaksana yang lain yang dirasakan pasien yaitu pasien merasakan perilaku perawat tersebut


(1)

Panduan Wawancara

Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP.H Adam Malik Medan

1. Coba Bapak/Ibu ceritakan bagaimana sikap perawat dalam memecahkan masalah yang ada di ruangan ini?

2. Coba Bapak/Ibu ceritakan bagaimana sikap perawat di ruangan ini selama Bapak/Ibu dirawat di ruangan ini?

3. Pelayanan seperti apa yang Bapak/Ibu dapatkan selama dirawat di ruangan ? 4. Coba Bapak/Ibu ceritakan bagaimana bentuk perhatian yang diberikan perawat

kepada Bapak/Ibu selama dirawat di ruangan ini?


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anni Asriani Nasution

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 24 Agustus 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Setuju No.1 Medan Riwayat Pendidikan

1. 1997-2003 : SD Negeri 060849 Medan 2. 2003-2006 : SMP Negeri 16 Medan 3. 2006-2009 : MA Miftahussalam Medan

4. 2009-2012 : Fakultas Keperawatan USU (Diploma) 5. 2012- sekarang : Fakultas Keperawatan USU (Ners)