Pembuatan Ekstrak Buah Barberry Pemeriksaan Cemaran Mikroba

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi tumbuhan dan pengolahan sampel.

3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah barberryyang masih segar yang terdapat di Desa Sipira, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. 3.2.2 Determinasi tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Jalan Raya Jakarta-Bogor Km.46 Cibinong, Indonesia.

3.2.3 Pengolahan sampel

Buah barberry yang masih segar dikumpulkan kemudian dicuci hingga bersih dan ditiriskan. Kemudian dihaluskan di dalam lumpang, lalu dipisahkan dari bijinya, kemudian ditimbang buah tanpa biji sebanyak 1 kg.

3.3 Pembuatan Ekstrak Buah Barberry

Sebanyak 1 kg buah barberry yang sudah dihaluskan, di maserasi dengan 1 liter etanol 96 yang telah dicampurkan dengan 50 g asam sitrat, ditutup dan dibiarkan selama 1 malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring dengan kain kasa, filtrat ditampung filtrat pertama. Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan etanol 96 sebanyak 1 liter dicampur dengan asam sitrat 50 g, saring dengan kain kasa. Hasil yang diperoleh dicampur Universitas Sumatera Utara dengan filtrat pertama lalu diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur ± 40 º C sampai tidak meninggalkan pelarut, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer selama ± 36 jam, sehingga didapatkan ekstrak buah barberry Hidayat dan Saati, 2006.

3.4 Pembuatan Lipstik dengan Ekstrak Buah Barberrysebagai Pewarna

dalam Berbagai Konsentrasi 3.4.1 Formula Formula dasar lipstik yang dipilih dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut Young, 1974: R Cera alba 36,0 Lanolin 8,0 Vaselin alba 36,0 Setil alkohol 6,0 Oleum ricini 8,0 Carnauba wax 5,0 Pewarna secukupnya Parfum secukupnya Pengawet secukupnya Ekstrak buah barberry tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga perlu ditambahkan propilen glikol untuk melarutkan zat warna tersebut. Konsentrasi propilen glikol yang biasa digunakan dalam formula lipstik adalah 5-15 Rowe, et al., 2009. Propilen glikol yang digunakan adalah 5. Selain itu, ekstrak buah barberry kurang menyatu dengan dasar lipstik. Oleh karena itu diperlukan surfaktan Tween 80 untuk menyatukan dasar lemakdari lipstik dengan ekstrak buah barberry. Berdasarkan orientasi konsentrasi Tween 80 yang digunakan adalah 1. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil orientasi terhadap konsentrasi ekstrak buah barberry dalam sediaan lipstik diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 2, 4, dan 6, warna tidak kelihatan saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Pada konsentrasi 8, warna sediaan sudah dapat kelihatan dengan baik saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak buah barberry konsentrasi 10, 12, 14, 16, dan 18. Pada konsentrasi 18 konsentrasi zat warna sudah terlalu banyak sehingga warna yang dihasilkan pada sediaan lipstik terlalu tua dan dari segi penampilan sediaan menjadi kurang menarik. Maka konsentrasi ekstrak buah barberry yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8, 10, 12, 14, dan 16, karena warna dan tampilan sediaan yang dihasilkan cukup baik. Butil hidroksi toluen BHT digunakan sebagai antioksidan dalam jumlah 0,0075-0,1 Rowe, et al., 2009, hal ini terutama digunakan untuk mencegah ketengikan dari minyak dan lemak yang digunakan. Konsentrasi BHT yang digunakan 0,1. Titanium dioksida memiliki sifat sebagai pigmen putih dan pengopak untuk kosmetik dalam jumlah 1-4 Rowe, et al., 2009. Berdasarkan orientasi konsentrasi titanium dioksida yang digunakan adalah 0,5. Universitas Sumatera Utara Formula modifikasi: R Cera alba 38,0 Lanolin 8,0 Vaselin alba 34,0 Setil alkohol 6,0 Oleum ricini 8,0 Carnauba wax 5,0 TiO 2 0,5 Propilen glikol 5 Tween 80 1 Parfum strawberry 0,5 BHT 0,1 Nipagin 0,1 Ekstrak buah Barberry x Keterangan : x= 8, 10, 12, 14, 16 Formula masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 3.1 yaitu untuk 30 g. Tabel 3.1 Formula sediaan lipstik dengan ekstrak buah barberry yang dibuat. Komposisi Sediaan g 1 2 3 4 5 6 Cera alba 10,68 9,764 9,534 9,304 9,073 8,843 Lanolin 2,249 2,055 2,007 1,958 1,910 1,861 Vaselin 9,561 8,736 8,530 8,324 8,118 7,912 Setil alkohol 1,687 1,541 1,505 1,469 1,432 1,396 Oleum ricini 2,249 2,055 2,007 1,958 1,910 1,861 Carnauba wax 1,406 1,284 1,254 1,224 1,193 1,163 Ekstrak buah barberry 2,4 3 3,6 4,2 4,8 TiO 2 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 Propilen glikol 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 Parfum strawberry 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 Tween 80 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 BHT 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Nipagin 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Keterangan: Sediaan 1 = Formula tanpa ekstrak buah barberry Sediaan 2 = Formula dengan konsentrasi ekstrak buah barberry 8 Sediaan 3 = Formula dengan konsentrasi ekstrak buah barberry 10 Sediaan 4 = Formula dengan konsentrasi ekstrak buah barberry 12 Sediaan 5 = Formula dengan konsentrasi ekstrak buah barberry 14 Sediaan 6 = Formula dengan konsentrasi ekstrak buah barberry 16 Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Prosedur pembuatan lipstik

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol, setelah nipagin larut, ekstrak buah barberry kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin tersebut. Butil hidroksi toluen yang telah digerus dilarutkan dalam oleum ricinidanmasukkan ke dalam campuran pewarna, nipagin, dan propilen glikol, lalu tambahkan titanium dioksida yang telah digerus, kemudian di aduk hingga homogen campuran A. Cera alba, carnauba wax, lanolin, vaselin alba dan setil alkohol, dimasukkan ke dalam cawan penguap, kemudian dilebur di atas penangas air campuran B. Kemudian campuran B dicampurkan dengan campuran A yang telah ditambahkan dengan Tween 80, kemudian dicampurkan perlahan-lahan di dalam cawan. Tambahkan parfum, aduk hingga homogen, selagi cair dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah roll up lipstick.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik yang meliputi uji oles, pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau, kemudian dilakukan pemeriksaan pH, uji iritasi, dan uji kesukaan hedonic test. Universitas Sumatera Utara

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak buah barberry diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar Ditjen POM, 1979.

3.5.2 Pemeriksaan titik lebur lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara melebur lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan lipstik dengan titik lebur dengan suhu diatas 50 º C Balsam, et al., 1972. Lipstik dimasukkan dalam oven dengan suhu awal 50˚C selama 15 menit, diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1˚C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai meleleh.

3.5.3 Pemeriksaan kekuatan lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Tekan pada jarak kira-kira 12 inci dari tepi lipstik. Tiap 30 detik berat penekan ditambah 10 g. Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai lipstik patah. Pada saat lipstik patah merupakan nilai kekuatan lipstiknya Balsam, et al., 1972. Sebagai pembanding tingkat kekuatan dalam pengujian ini adalah salah satu produk bermerek yang beredar di pasaran.

3.5.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama Universitas Sumatera Utara penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5,10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 Vishwakarma,et al., 2011. Pada perubahan bentuk diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan atau tidak yakni dengan mengamati apakah lipstik mengeluarkan minyak atau meleleh pada penyimpanan suhu kamar. Pada perubahan warna diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan warna dari warna awal pembuatan lipstik atau tidak, pada perubahan bau diperhatikan apakah lipstik menjadi tengik atau masih berbau khas dari parfum yang digunakan.

3.5.5 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu di kalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilebur dalam cawan dengan 100 ml air suling di atas penangas air. Setelah suhunyahangat sekitar 40 ° C, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 2003. 3.5.6 Uji oles Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan beberapa kali pengolesan. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya Universitas Sumatera Utara oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing- masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan lima kali pengolesan Keithler, 1956.

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan Hedonic Test

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan hedonic test terhadap sediaan yang dibuat. 3.6.1 Uji iritasi Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan yang dibuat dengan maksud untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak Ditjen POM, 1985. Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka open test pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka lalu diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari selama dua hari berturut-turut, kemudian diamati reaksi yang ditimbulkan pada kulit. Wasitaatmadja, 1997. Bila terjadi eritema diberi tanda +, terjadi eritema dan papula diberi tanda ++, terjadi eritema, papula, vesikula diberi tanda +++, terjadi edema dan vesikula diberi tanda ++++ Ditjen POM,1985. Universitas Sumatera Utara Kriteria panelis uji iritasi Ditjen POM, 1985: 1. Wanita 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi 5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.6.2 Uji kesukaan

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis. Kriteria panelis BSN, 2006. 1. Tertarik terhadap uji yang dilakukan dan mau berpartisipasi terhadap pengujian 2. Konsisten dalam mengambil keputusan 3. Berbadan sehat Cara kerja: Pengujian dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat pada kulit punggung tangan. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan sediaan lipstik, homogenitas dan intensitas warna sediaan lipstik saat dioleskan pada punggung tangan. Penilaian panelis terhadap sediaan lipstik dikategorikan ke dalam 9 tingkatan yaitu: amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan Universitas Sumatera Utara amat sangat tidak suka BSN, 2006. Kemudian dihitung persentase tingkat kesukaan terhadap masing-masing sediaan.

3.7 Pemeriksaan Cemaran Mikroba

Terdapat ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui BPOM mengenai batas-batas cemaran mikroba yang harus diperhatikan dalam sediaan kosmetik. Uji cemaran mikroba meliputi penentuan angka lempeng total dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus Universitas Sumatera Utara Medan. Persyaratan jumlah angka lempeng total untuk sediaan lipstik dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2 Persyaratan cemaran mikroba pada lipstik Ditjen POM, 1994 Jenis kosmetika Jenis Pengujian Persyaratan Maksimum Lipstik Angka lempeng total Maks 10 5 Uji angka lempeng total dilakukan untuk mengetahui jumlah kontaminan mikroorganisme yang terdapat pada sediaan, dan selanjutnya hasil pengujian dibandingkan dengan batas maksimum yang ditentukan oleh BPOM. Cara kerja: Sebanyak 1 g sediaan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml akuades steril. Hasil pengenceran tersebut di pipet 1 ml dengan menggunakan pipet serologi ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades steril pengenceran 10 -1 , lalu dilakukan pengenceran kembali hingga 10 -5 . Dari pengenceran 10 -5 dipipet 1 ml, lalu dimasukkan ke dalam cawan petri steril yang berisi 8 ml PCA Plate Count Agar, kemudian dihomogenkan. Diinkubasi dengan posisi terbalik selama 24-48 jam dengan suhu 37ºC. Dihitung jumlah koloni bakteri menggunakan Colony Counter. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi

Hasil ekstraksi dari 1 kg buah barberry diperoleh ekstrak kental berwarna merah ungu pekat sebanyak 180 g.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Lipstik

Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah barberry yang digunakan menghasilkan perbedaan warna lipstik. Lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah barberry dengan konsentrasi 8 dan 10 berwarna merah ungu muda, konsentrasi pewarna ekstrak buah barberry 12, 14 dan 16 berwarna merah ungu tua. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak dalam lipstik maka warna sediaan semakin merah keunguan karena warna ekstrak merah ungu pekat. Aroma lipstik adalah aroma khas parfum strawberry.

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

4.3.1 Homogenitas sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6. Universitas Sumatera Utara