Buah barberry selain dapat di makan dan diolah menjadi kismis, juga memiliki khasiat sebagai diuretik dan obat disentri Kenfern, 2012.
Kandungan berberine yang terdapat pada akar dan batang barberry selain berkhasiat sebagai anti bakteri dan tonik Kenfern, 2012, digunakan juga
sebagai agen pewarna kuning USDA, 1922, Kim, et al., 2003.
2.2 Zat Warna Alami
Sumber pewarna alami dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna dari tanaman dan hewan Hidayat dan Saati, 2006. Tanaman mampu menghasilkan
bahan pewarna karena adanya pigmen di dalam jaringan atau sel tanaman. Pigmen didefenisikan sebagai komponen alami yang terdapat di dalam jaringan
atau sel yang memberikan dampak warna. Secara umum pigmen dalam tanaman diklasifikasikan atas empat bagian yakni flavonoid antosianin,
klorofil, karotenoid, dan betalaine Clydesdale, 1998.
2.2.1 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan yang temasuk dalam kelompok flavonoid Mazza, 2007.
Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, merah senduduk, ungu, dan
biru dalam bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin,
dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi Harborne,
1987. Terdapat enam antosianidin yang umum dapat dilihat pada Gambar 1,
Universitas Sumatera Utara
yang ditemukan dal peonidin, petunidin, da
Names Pelargonidin
Cyanidin Delphinidin
Peonidin Petunidin
Malvidin
Gamba
2.2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupa larut sehingga terpisa
Hasil ekstraksi disebut dengan mengekstraks
menggunakan pelarut diuapkan. Simplisia y
bahan alamiah yang dinyatakan lain, berup
dalam tanaman yakni pelargonidin, sianidin, n, dan malvidin Mazza, 2007.
Substitution pattern Visib
R1 R2
R3 H
H OH
OH H
OH ma
OH OH
OH p
OCH3 H
OH ma
OCH3 OH
OH p
OCH3 OCH3
OH p
bar 2.1. Struktur dasar antosianin Mazza,2007
rupakan kegiatan penarikan kandungan kimia pisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan
ebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat ya ksi zat aktif dari simplisia nabati atau simpl
rut yang sesuai, kemudian semua atau hampir s a yang digunakan dalam proses pembuatan eks
g belum mengalami pengolahan apapun juga rupa bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM
n, delphinidin,
sible colour red
magenta purple
magenta purple
purple
,2007
ia yang dapat ngan pelarut cair.
yang diperoleh mplisia hewani
r semua pelarut n ekstrak adalah
ga dan kecuali M, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Ekstraksi antosianin
Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan bagian tumbuhan tersebut menggunakan sedikit mungkin metanol yang
mengandung HCl pekat 1 Harborne,1987. Cara lain untuk mengekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan cara
jaringan tumbuhan yang jumlahnya lebih banyak di maserasi dalam pelarut yang mengandung asam, lalu disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada
tekanan rendah dan suhu 35-40
°
C sampai volumenya menjadi kira-kira seperlima volume ekstrak asal Harborne, 1987.
Pelarut yang seringkali digunakan untuk mengekstraksi antosianin adalah alkohol, metanol, iso propanol, aseton, atau dengan air akuades yang
dikombinasi dengan asam, seperti asam sitrat, asam asetat, asam klorida, atau asam askorbat. Pada dasarnya ekstraksi antosianin menggunakan pelarut
akuades dan asam sitrat tidak berbeda secara nyata dengan menggunakan pelarut alkohol. Hanya berdampak pada proses evaporasi penguapan yang
lebih lama jika menggunakan air karena titik didih lebih tinggi daripada alkohol maupun metanol Hidayat dan Saati, 2006.
2.3 Kosmetik