Persepsi, Motivasi, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus Di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten)

(1)

PERSEPSI, MOTIVASI, SIKAP DAN PERILAKU

MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN

(KASUS DI KECAMATAN GN. KENCANA, KABUPATEN

LEBAK, PROPINSI BANTEN)

DEDE HENDRY TRIYANTO E 14103010

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

PERSEPSI, MOTIVASI, SIKAP DAN PERILAKU

MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN

(KASUS DI KECAMATAN GN. KENCANA, KABUPATEN

LEBAK, PROPINSI BANTEN)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEDE HENDRY TRIYANTO E 14103010

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

(4)

RINGKASAN

Dede Hendry Triyanto. E14103010.Persepsi, Motivsi, Sikap dan Perilaku Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). Dibimbing oleh Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop

Keberadaan hutan bagi masyarakat lokal di suatu daerah sangat penting untuk tetap terjaga fungsinya, pemanfaatan dan pengelolaan hutan oleh kedua kelompok masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy untuk pemenuhan kehidupan mereka. Dalam penelitian ini ingin mengetahui persepsi, motivasi, sikap dan perilaku masyarakat lokal terhadap keberadaan hutan.

Persepsi terhadap pemanfaatan lahan adalah untuk lahan pertanian. Persepsi terhadap sumber kayu dilihat berdasarkan ketersedian sumber kayu dari hutan jumlahnya memadai, tegakannya rapat, ukuran pohon besar serta bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar dan kayu pertukangan, untuk sumber air berdasarkan lamanya air mengalir sumber air dari hutan yang tersedia dari masing-masing sumber air tersebut, tidak tergantung terhadap musim serta kondisi air yang jernih dan tidak keruh. Motif pemanfaatan lahan adalah untuk pertanian, dan sumber kayu dan sumber air untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan tambahan penghasilan (masyarakat non Baduy). Mereka sepakat untuk melestarikan lahan hutan, sumber kayu dan sumber air. Perilaku mereka ditunjukan dengan cara bagaimana mereka memanfaatkan lahan hutan, sumber kayu dan sumber air tersebut, perbedaan perilaku dilihat dari pemanfaatan untuk lahan untuk pertanian, masyarakat Baduy Luar bertani lahan kering sedangkan masyarakat non Baduy bertani lahan basah. Sebagian masyarakat Baduy Luar memanfaatkan sumber kayu dari ranting-ranting dan pohon yang tumbang alami, berbeda dengan masyarakat non Baduy yang memanfaatkan kayu dengan cara menebang pohon. Untuk sumber air sebagian masyarakat ini memanfaatkan air untuk keperluan hidup seperti minum, mandi dan cuci saja, tetapi masyarakat non Baduy ada yang memanfaatkan untuk pengairan sawahnya.


(5)

ABSTRACT

Dede Hendry Triyanto. E14103010. Perception, motivation, attitude and behavior local community about forest in Gn. Kencana, Lebak, Banten Province. Under the direction Ir. Sudaryanto and

Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop

A good forest management is an important part to get sustainable forest in Gn. Kencana where “Baduy Luar” and non Baduy in local community live. The aim of this research is to analyze perception, motivation, attitude and behavior from Baduy Luar and non Baduy community in Gn. Kencana about managing their forest in their area. This research use purposive sampling to get 30 respondent and 3 village sampling (Cimanyangray, Sukanegara and Keramatjaya) in Gn.Kencana . Perception for land use is for farming area. Perception for wood can get from quantity from that forest, closed standing stock, and diameter of trees. And then, for perception of water, it can get from periods water flow, and clear of water condition. The result, Baduy Luar communities have better perception than non Baduy about this forest. Local communities have motivation to subtantiate for life and to increase economic value from forest resources. Actually, both of them are agree to conserve the land forest, source of wood and water supply. We can look that action from a part of Baduy Luar community get source of wood from twig or natural died tree. Altough non Baduy community will cut the trees when they want. Local wisdom still be a part of Gn. Kencana community when they use natural resources (in this case is forest), especially for Baduy Luar.


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi, Motivasi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten) adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2009

Dede Hendry Triyanto NIM E 14103010


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahrobbil alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allat SWT yang telah memberikan karunianya kepada hambanya di dunia serta junjungan kita semua Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya kehidupan bagi umatnya didunia, atas kasing sayangnya dan curahan rahmatnya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis mengambil judul

Persepsi, Motivai, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). Pembentukan persepi dan motif yang baik terhadap sumberdaya alam berupa hutan bisa menentukan sikap dan perilaku yang baik pula, sehingga kelestarian sumberdaya alam berupa hutan akan terjaga kelestariannya.

Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapakan untuk perbaikan di fase berikutnya. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat.

Bogor, Januari 2009


(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Buat mama dan papa tersayang atas kesabarannya dan doa yang tiada henti dipanjatkan yang selalu mengiringi jalan hidup anak-anaknya.

2. Kakak dan adikku tercinta, Aa Denny Budiarna dan Tryan Budiarna “Iyang”, yang selalu menjadikan hidup ini menjadi sangat berarti dalam setiap harinya.

3. Nisa “Icha” Novita cahaya hidupku, atas kasih sayang yang selalu menjadi motivasi dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Sudaryanto selaku dosen pembimbing pertama yang selalu memberikan masukan,arahan wejangan hidup serta semangat sehingga skripsi ini bias terselesaikan.

5. Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop selaku dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.

6. Bapak Dr. Ir. Endes N Dahlan, MS selaku dosen penguji dari Departemem Konservasi Sumberdaya Hutan.

7. Bapak Ir. Deded Sarif Nawawi, MS selaku dosen penguji dari Departemen Teknologi Hasil Hutan.

8. Bapak Ir. Adi Prasetya, M.For.Sc selaku Adm KPH Banten yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Bapak Ita Sasmita (Asper BKPH Gn. Kencana) yang selalu memberikan masukan dalam penelitian ini.

10. Bapak Sukra (KRPH Gn. Kencana Utara) dan Ibu yang telah memberikan tempat berteduh selama di lapangan dan Pak Pendi dan Pak Parjo yang selalu mengantarkan dan mencari data selama di lapangan.

11. Yewe, Zaye, Bang Woily, Heri E Saputra, dan Teman-teman MNH 40 yang selalu mendukung dan memberikan support supaya cepat lulus.

12. Teman-teman di Asrama Mahasiswa Banten - Bogor yang selalu membuat kejutan-kejutan kecil selama tinggal di Asrama. Icong, Ucup, Adi, Igun, Khusaery, kang Ipung, Suwardi, Nandi dan yang lainnya.


(9)

13.RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah kota kecil Kabupaten Lebak pada tanggal 14 Juni 1984 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Kanim Diarna dan Siti Badriyah.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMUN I Leuwidamar, pada tahun yang sama penulis diterima masuk ke IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dengan memilih Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dan menekuni Bidang Sosial Ekonomi Kehutanan pada Laboratorium Poleksos kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan daerah dan menjadi anggota pencak silat Merpati Putih IPB. Selain itu penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) jalur Sancang-Kamojang dan KPH Sumedang, serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Banten, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten.

Untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judulPersepsi, Motivsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). Dibawah bimbingan Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 2

1.3 Manfaat Penelitian... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi... 3

2.2 Motivasi... 4

2.3 Sikap ... 5

2.4Perilaku... 6

2.5 Kawasan Hutan... 7

2.6 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan... 9

2.7 Interaksi Masyarakat Desa Hutan dengan Sumberdaya Hutan... 10

BAB III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ... 12

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 14

3.3 Bahan dan Alat Sumber Data Lainnya ... 14

3.4 Metode Pengambilan Responden ... 16

3.5 Metode Pengambilan Data ... 17

3.6 Analisis Data ... 17

BAB IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Hutan ... 18

4.2 Jenis Tanah, Batuan dan Topogarfi... 19

4.3 Iklim dan Hidrologi... 20

4.4 Aksesibilitas ... 20


(11)

PERSEPSI, MOTIVASI, SIKAP DAN PERILAKU

MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN

(KASUS DI KECAMATAN GN. KENCANA, KABUPATEN

LEBAK, PROPINSI BANTEN)

DEDE HENDRY TRIYANTO E 14103010

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

PERSEPSI, MOTIVASI, SIKAP DAN PERILAKU

MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN

(KASUS DI KECAMATAN GN. KENCANA, KABUPATEN

LEBAK, PROPINSI BANTEN)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEDE HENDRY TRIYANTO E 14103010

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

(14)

RINGKASAN

Dede Hendry Triyanto. E14103010.Persepsi, Motivsi, Sikap dan Perilaku Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). Dibimbing oleh Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop

Keberadaan hutan bagi masyarakat lokal di suatu daerah sangat penting untuk tetap terjaga fungsinya, pemanfaatan dan pengelolaan hutan oleh kedua kelompok masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy untuk pemenuhan kehidupan mereka. Dalam penelitian ini ingin mengetahui persepsi, motivasi, sikap dan perilaku masyarakat lokal terhadap keberadaan hutan.

Persepsi terhadap pemanfaatan lahan adalah untuk lahan pertanian. Persepsi terhadap sumber kayu dilihat berdasarkan ketersedian sumber kayu dari hutan jumlahnya memadai, tegakannya rapat, ukuran pohon besar serta bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar dan kayu pertukangan, untuk sumber air berdasarkan lamanya air mengalir sumber air dari hutan yang tersedia dari masing-masing sumber air tersebut, tidak tergantung terhadap musim serta kondisi air yang jernih dan tidak keruh. Motif pemanfaatan lahan adalah untuk pertanian, dan sumber kayu dan sumber air untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan tambahan penghasilan (masyarakat non Baduy). Mereka sepakat untuk melestarikan lahan hutan, sumber kayu dan sumber air. Perilaku mereka ditunjukan dengan cara bagaimana mereka memanfaatkan lahan hutan, sumber kayu dan sumber air tersebut, perbedaan perilaku dilihat dari pemanfaatan untuk lahan untuk pertanian, masyarakat Baduy Luar bertani lahan kering sedangkan masyarakat non Baduy bertani lahan basah. Sebagian masyarakat Baduy Luar memanfaatkan sumber kayu dari ranting-ranting dan pohon yang tumbang alami, berbeda dengan masyarakat non Baduy yang memanfaatkan kayu dengan cara menebang pohon. Untuk sumber air sebagian masyarakat ini memanfaatkan air untuk keperluan hidup seperti minum, mandi dan cuci saja, tetapi masyarakat non Baduy ada yang memanfaatkan untuk pengairan sawahnya.


(15)

ABSTRACT

Dede Hendry Triyanto. E14103010. Perception, motivation, attitude and behavior local community about forest in Gn. Kencana, Lebak, Banten Province. Under the direction Ir. Sudaryanto and

Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop

A good forest management is an important part to get sustainable forest in Gn. Kencana where “Baduy Luar” and non Baduy in local community live. The aim of this research is to analyze perception, motivation, attitude and behavior from Baduy Luar and non Baduy community in Gn. Kencana about managing their forest in their area. This research use purposive sampling to get 30 respondent and 3 village sampling (Cimanyangray, Sukanegara and Keramatjaya) in Gn.Kencana . Perception for land use is for farming area. Perception for wood can get from quantity from that forest, closed standing stock, and diameter of trees. And then, for perception of water, it can get from periods water flow, and clear of water condition. The result, Baduy Luar communities have better perception than non Baduy about this forest. Local communities have motivation to subtantiate for life and to increase economic value from forest resources. Actually, both of them are agree to conserve the land forest, source of wood and water supply. We can look that action from a part of Baduy Luar community get source of wood from twig or natural died tree. Altough non Baduy community will cut the trees when they want. Local wisdom still be a part of Gn. Kencana community when they use natural resources (in this case is forest), especially for Baduy Luar.


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi, Motivasi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten) adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2009

Dede Hendry Triyanto NIM E 14103010


(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahrobbil alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allat SWT yang telah memberikan karunianya kepada hambanya di dunia serta junjungan kita semua Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya kehidupan bagi umatnya didunia, atas kasing sayangnya dan curahan rahmatnya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis mengambil judul

Persepsi, Motivai, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). Pembentukan persepi dan motif yang baik terhadap sumberdaya alam berupa hutan bisa menentukan sikap dan perilaku yang baik pula, sehingga kelestarian sumberdaya alam berupa hutan akan terjaga kelestariannya.

Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapakan untuk perbaikan di fase berikutnya. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat.

Bogor, Januari 2009


(18)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Buat mama dan papa tersayang atas kesabarannya dan doa yang tiada henti dipanjatkan yang selalu mengiringi jalan hidup anak-anaknya.

2. Kakak dan adikku tercinta, Aa Denny Budiarna dan Tryan Budiarna “Iyang”, yang selalu menjadikan hidup ini menjadi sangat berarti dalam setiap harinya.

3. Nisa “Icha” Novita cahaya hidupku, atas kasih sayang yang selalu menjadi motivasi dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Sudaryanto selaku dosen pembimbing pertama yang selalu memberikan masukan,arahan wejangan hidup serta semangat sehingga skripsi ini bias terselesaikan.

5. Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop selaku dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.

6. Bapak Dr. Ir. Endes N Dahlan, MS selaku dosen penguji dari Departemem Konservasi Sumberdaya Hutan.

7. Bapak Ir. Deded Sarif Nawawi, MS selaku dosen penguji dari Departemen Teknologi Hasil Hutan.

8. Bapak Ir. Adi Prasetya, M.For.Sc selaku Adm KPH Banten yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Bapak Ita Sasmita (Asper BKPH Gn. Kencana) yang selalu memberikan masukan dalam penelitian ini.

10. Bapak Sukra (KRPH Gn. Kencana Utara) dan Ibu yang telah memberikan tempat berteduh selama di lapangan dan Pak Pendi dan Pak Parjo yang selalu mengantarkan dan mencari data selama di lapangan.

11. Yewe, Zaye, Bang Woily, Heri E Saputra, dan Teman-teman MNH 40 yang selalu mendukung dan memberikan support supaya cepat lulus.

12. Teman-teman di Asrama Mahasiswa Banten - Bogor yang selalu membuat kejutan-kejutan kecil selama tinggal di Asrama. Icong, Ucup, Adi, Igun, Khusaery, kang Ipung, Suwardi, Nandi dan yang lainnya.


(19)

13.RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah kota kecil Kabupaten Lebak pada tanggal 14 Juni 1984 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Kanim Diarna dan Siti Badriyah.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMUN I Leuwidamar, pada tahun yang sama penulis diterima masuk ke IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dengan memilih Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dan menekuni Bidang Sosial Ekonomi Kehutanan pada Laboratorium Poleksos kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan daerah dan menjadi anggota pencak silat Merpati Putih IPB. Selain itu penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) jalur Sancang-Kamojang dan KPH Sumedang, serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Banten, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten.

Untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judulPersepsi, Motivsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). Dibawah bimbingan Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop


(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 2

1.3 Manfaat Penelitian... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi... 3

2.2 Motivasi... 4

2.3 Sikap ... 5

2.4Perilaku... 6

2.5 Kawasan Hutan... 7

2.6 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan... 9

2.7 Interaksi Masyarakat Desa Hutan dengan Sumberdaya Hutan... 10

BAB III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ... 12

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 14

3.3 Bahan dan Alat Sumber Data Lainnya ... 14

3.4 Metode Pengambilan Responden ... 16

3.5 Metode Pengambilan Data ... 17

3.6 Analisis Data ... 17

BAB IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Hutan ... 18

4.2 Jenis Tanah, Batuan dan Topogarfi... 19

4.3 Iklim dan Hidrologi... 20

4.4 Aksesibilitas ... 20


(21)

4.6 Agama ... 22

4.7 Kelompok Umur ... 22

4.8 Tingkat Pendidikan ... 23

4.9 Mata Pencaharian ... 24

4.10 Sosial Budaya... 25

4.11 Hutan Gn. Kencana ... 25

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

...29

5.1 Karakteristik Responden ... 29

5.1.1 Sebaran Umur Responden... 29

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 30

5.1.3 Jenis Pekerjaan Responden ... 30

5.1.4 Pendapatan Rata-Rata Responden ... 32

5.1.5 Luas Lahan Garapan Responden ... 33

5.2 Persepsi ... 34

5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kawasan Hutan ... 34

5.2.2 Persepsi Responden Mengenai Status Kawasan Hutan .... 35

5.2.3 Persepsi Responden Mengenai Manfaat Kawasan hutan... 36

5.2.4 Persepsi Responden Mengenai Sumberdaya Hutan... 36

5.3 Motivasi ... 39

5.3.1 Motif Pemanfaatan Lahan Hutan ... 39

5.3.2 Motif Pemanfaatan Sumber Kayu... 40

5.3.3 Motif Pemanfaatan Sumber Air ... 41

5.4 Sikap ... 43

5.5 Perilaku ... 45

5.5.1 Pemanfaatan Lahan Hutan ... 45

5.5.2 Pemanfaatan Sumber Kayu... 46

5.5.3 Pemanfaatan Sumber Air ... 46

BAB VI.KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(22)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1 Jenis Tanah, Batuan dan Topografi di Kawasan Hutan

Gn. Kencana... 19 2 Tipe Iklim Kawasan Hutan di Bagian Hutan Gn. Kencana ... 20 3 Jumlah Keluarga, Penduduk dan Jenis Kelamin di

Kecamatan Gn. Kencana... 21 4 Kelompok Umur Masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana... 22 5 Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gn. Kencana ... 23 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha

di Kecamatan Gn. Kencana... 24 7 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan... 26 8 Potensi Produksi Kayu di Kec. Gn. Kencana ... 28 9 Sebaran Umur Responden... 29 10 Tingkat Pendidikan Responden ... 30 11 Jenis Pekerjaan Responden ... 31 12 Pendapatan Rata-Rata Responden ... 32 13 Luas Lahan Garapan Responden... 33 14 Luas Areal Hutan Rakyat di Kec. Gn. Kencana ... 33 15 Persepsi Responden Tentang Status Kawasan Hutan Gn. Kencana ... 35 16 Persepsi Responden Masyarakat Lokal Terhadap Sumberdaya hutan.... 36 17 Kondisi Mata Air di Kecamatan Gn.Kencana ... 39 18 Motif Responden Terhadap Pemanfaatan Sumber Kayu ... 40 19 Motif masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air ... 41 20 Jumlah Responden Masyarakat Lokal Menurut Sikapnya

Terhadap Sumberdaya Hutan... 43 21 Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Sumber kayu ... 45


(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1 Kerangka Pemikiran ... 13 2 Sketsa Kecamatan Gn. Kencana... 18 3 Blok Penelitian Tanaman Meranti di RPH Gn. Kencana Utara... 27 4 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Kayu ... 37 5 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air ... 37 6. Salah Satu Lahan Garapan Masyarakat Baduy Luar di

Blok Penelitian Tanaman Meranti, RPH Gn. Kencana Utara... 40 7 Sikap Masyarakat Lokal terhadap Sumber Kayu... 44 8 Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air... 44 9 Sumber Air Bagi Masyarakat Baduy di Blok Penelitian


(24)

LAMPIRAN

Lampiran Hal

1 Karakteristik Responden Masyarakat Baduy Luar dan

Masyarakat non Baduy ... 54 2 Persepsi Masyarakat Lokal Baduy Luar dan non Baduy

Terhadap Hutan... 57 3 Contoh Kuisioner Penelitian ... 58 4 Peta Desa Contoh ... 62


(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikaruniai oleh sang pencipta dengan salah satu hutan tropis yang paling luas dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia. Kekayaan ini disebabkan Indonesia meliputi dua daerah biogeografik, yaitu Indomalaya dan Australia. Puluhan juta masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor-sektor industri kehutanan, seperti industri pengolahan kayu, Hutan Tanaman Industri (HTI) dan lain-lain.

Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem dalam kehidupan memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia dari jaman dulu sampai sekarang. Semua spesies yang berada di hutan mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat setempat dan berpotensi menjadi gudang sumberdaya genetis bagi tanaman pertanian. Disamping itu, hutan dan masyarakat lokal memiliki hubungan dan interaksi yang bersifat sosio-kultural. Kedekatan masyarakat secara fisik dan emosional akan melahirkan pengetahuan mengenai hutan itu sendiri sehingga menciptakan kearifan tradisional. Kearifan tradisional yang merupakan modal sosial masyarakat local dapat digunakan sebagai landasan untuk pengelolaan sumberdaya hutan.

Penguasaan dan pengelolaan sumberdaya hutan pada masyarakat lokal, baik yang berada di dalam ataupun di sekitar hutan merupakan suatu produk kebudayaan yang menjadi tata nilai tersendiri. Dengan segala kemampuan yang dimiliki, masyarakat melihat, memahami, memilah-milah gejala untuk kemudian merencanakan tindakan dan menentukan sikap serta perbuatan dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Hak dari sumberdaya hutan diperoleh karena hubungan jangka panjang antara hutan sebagai tempat menggantungkan hidup dengan masyarakat itu sendiri. Kewajiban untuk mengelola hutan secara berkesinambungan diharapkan dapat menjadi respon balik dari masyarakat lokal setelah memanfaatkan apa yang sudah disediakan oleh alam.


(26)

Keberadaan masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar di dalam hutan dan masyarakat non Baduy di sekitar hutan Gn. Kencana memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya hutan yang berupa manfaat lahan untuk pertanian, sumber kayu dan sumber air untuk kedua kelompok masyarakat lokal. Kedua kelompok masyarakat ini memanfaatkan sumberdaya hutan untuik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan penambahan penghasilan. Masyarakat Baduy yang tinggal di dalam hutan Gn. Kencana adalah masyarakat Baduy luar ataudangka (Baduy Luar yang tinggal di luar wilayah adat Kanekes), masyarakat sekitar biasanya menyebut orang Baduy Luar ini dengan sebutan

orang kompol. Salah satu manfaatnya dapat dilihat dari data BPS Kecamatan Gn. Kencana tahun 2007 yang menyebutkan bahwa 77% masyarakat Gn. Kencana bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Sistem pertanian masyarakat lokal dari kedua kelompok masyarkat ini dikenal dengan sistem pertanian ”ngahuma” (berhuma), dengan menggunakan sistem tumpang sari yang pada umumnya berada di dalam kawasan hutan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi, motivasi, sikap dan perilaku masyarakat lokal terhadap keberadaan hutan Gn. Kencana.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran dan latar belakang bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan dan melestarikan sumberdaya hutan.

2. Menjadi bahan dan pertimbangan bagi pihak Perum Perhutani dalam menyikapi tindakan masyarakat lokal dalam memanfaatkan dan melestarikan hutan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Menurut Sudrajat (2003) dalam Yuwono (2006), persepsi merupakan produk atau proses psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimuli yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Persepsi dapat berupa kesan, penafsiran atau penilaian berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Dalam hubungan ini persepsi merupakan suatu proses pengambilan keputusan tentang pemahaman seseorang kaitannya dengan suatu obyek, stimuli atau individu lain.

Persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu obyek atau peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada, sehingga ia dapat menentukan tindakannya. Persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai faktor, mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motivasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan menyebabkan seseorang dapat menginterpretasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat (Muchtar, 1998).

Langevelt (1996) dalam Harihanto (2001) mengatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan, dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Stimulus dapat berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu. Kunci pemahaman terhadap persepsi masyarakat pada suatu obyek, terletak pada pengenalan dan penafsiran unik terhadap obyek pada situasi tertentu dan bukan sebagai suatu pencatatan terhadap situasi tertentu tersebut (Sugiyanto, 1996).

Alasan lain perlunya penelitian persepsi mengenai persepsi terhadap lingkungan adalah untuk mencapai suatu optimal kualitas lingkungan yang baik, yakni kualitas lingkungan yang sesuai dengan persepsi masyarakat yang menggunakannya. Kualitas lingkungan seyogyanya dipahami secara subyektif,


(28)

yakni dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dan sosio-kultural masyarakat. Dengan demikian, kualitas lingkungan dari suatu kawasan tertentu harus didefinisikan secara umum sebagai lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Pandangan ini menyempurnakan pandangan sebelumnya yang mengartikan kualitas lingkungan hanya dari aspek fisik, biologis dan kimia saja (Haryadi dan Setyawan, 1995 dalam Harihanto, 2001).

Berawal dari persepsi terhadap hutan besar pengaruhnya pada wujud hubungan manusia dengan hutan, yang dapat dibedakan menjadi seseorang menolak lingkungannya, bekerjasama dan mengurus lingkungan (mengekploitasi). Seseorang menolak lingkungan disebabkan seseorang tersebut mempunyai pandangan yang tidak sesuia dengan apa yang diinginkannya, sehinggga orang tersebut dapat memberikan bentuk tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Sebaliknya bagi seseorang yang mempunyai persepsi menerima lingkungan, sesorang dapat memanfaatkan hutan sekaligus menjaga dan menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberi manfaat yang terus menerus. Dengan demikian lingkungan akan terjaga dari kerusakan dann memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar (Junianto, B. 2007).

2.2 Motivasi

Perilaku manusia untuk mencapai tujuan tertentu sadar atau tidak dipengaruhi oleh dorongan yang ada dalam diri individu itu sendiri atau dari luar diri, seperti pengaruh lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal dan kehidupan sosial masyarakatnya. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku ini disebut motif. Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri individu atau seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan yang diinginkan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif untuk pencapain tujuan dari seseorang setelah menerima pengaruh dari luar dirinya baik dari lingkungan dimana dia tinggal serta keadaan sosial masyarakatnya (Sardiman 1990 dalam Wiyono 1991).


(29)

Menurut M.Sherif dan C. W. Sherif dalam Isusanty (2003) motivasi atau motif adalah istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah kepada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Berdasarkan asalnya, ada dua jenis motif :

1. Motif biogenik

Motif ini berasal dari proses fisiologik dalam tubuh manusia yang pada dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium dalam tubuh manusi tersebut sampai batas-batas tertentu. Proses ini disebut ”homeostasis”.

2. Motif sosiogenik

Motif ini timbul karena perkembangan individu dalam tatanan sosialnya dan terbentuk karena hubungan antar pribadi, hubungan antara kelompok atau nilai-nilai sosial dan pranata-pranata dalam kehidupan bermasyarakat.

Antara motif biogenik dan sosiogenik tidak ada hierarki tertentu, tergantung situasi karena motif tidak berfungsi sendiri tetapi selalu terkait dengan faktor-faktor lain. Motif sosiogenik bermula dari motif biogenik. Melalui proses belajar, individu memilih mana yang disukainya dan mana yang dihindarinya (jenis makanan tertentu, orang tertentu, dan lain-lain) sesuai dengan pengalaman yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Faktor-faktor pribadi tersebut menyebabkan timbulnya sistem hubungan antar pribadi tersendiri pada diri seseorang yang disebut ”ego”. Ego inilah yang menetapkan motif sosiogenik. Jadi, motif sosiogenik sangat bergantung pada proses belajar.

2.3. Sikap

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang harus direspon.

Sarwono (2002) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, situasi, benda) juga mengandung penilaian setuju tidak setuju, suka tidak suka. Perbedaan terletak pada proses


(30)

selanjutnya dan penerapan konsep tentang sikap mengenai proses terjadinya, sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena itu sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah.

Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu :

1. Kognitif adalah kepercayaan seseorang terhadap sesuatu atau pengalaman faktual seseorang mengenai suatu objek.

2. Afektif adalah penilaian seseorang, kesukaan atau respon emosional terhadap sesuatu.

3. Konatif merupakan perilaku yang jelas dari seseorang yang diarahkan terhadap suatu objek (bertingkah laku).

Berdasarkan ketiga komponen tersebut dapat dikatakan bahwa sikap merupakan kumpulan dari berfikir, keyakinan, dan pengetahuan serta memiliki evaluasi negatif maupun positif yang berakar emosi.

Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sikap mempunyai tiga fungsi, yaitu :

1. Sikap mempunyai fungsi organisasi, keyakinan yang terkandung dalam sikap yang memungkinkan dalam mengorganisasikan pengalaman sosial. 2. Sikap memberikan fungsi kegunaan, dalam menggunakan sikap untuk

menegaskan sikap orang lain yang selanjutnya memperoleh persetujuan sosial.

3. Sikap memberikan fungsi perlindungan, menjaga dari ancaman terhadap harga diri.

2.4 Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI 1988). Menurut Sumardiet al.(1997) menyatakan bahwa perilaku seseorang terhadap keberadaan suatu objek, dalam hal ini sumberdaya hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor individu baik dari dalam maupun


(31)

dari luar. Faktor individu meliputi keadaan seseorang terdiri dari status sosial, ekonomi, dan budaya. Sedangkan yang berasal dari faktor luar meliputi segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang mampu mempengaruhi seseorang untuk berperan terhadap suatu kegiatan tertentu, seperti masyarakat dan kebijakan pemerintah.

Wahjosumidjo (1984) dalam Gunawan (1999) menyatakan bahwa teori pemenuhan kebutuhan (satisfaction of needs theory) yang dikemukakan oleh Abraham Maslow beranggapan bahwa perilaku manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya dibagi dalam lima jenjang kebutuhan pokok manusia.

1. Kebutuhan mempertahankan hidup (phsysiological needs)

Manifestasi kebutuhan tampak pada tiga hal yaitu : sandang, pangan, papan yang merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis.

2. Kebutuhan rasa aman (safety needs)

Manifestasi kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan keamanan jiwa, dimana manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun dan jaminan hari tua.

3. Kebutuhan sosial (Social needs)

Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of partisipation).

4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs)

Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula prestisenya 5. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (Self actualisation)

Manifestasi kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerja.

2.5 Kawasan Hutan

Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan pengertian kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadannya sebagai hutan


(32)

tetap, sedangkan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Secara sederhana manfaat hutan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem konsep alam yang meyediakan aliran “barang” dan “jasa” yang sangat bermanfaat bagi manusia dan lingkungan. Jasa lingkungan ini dihasilkan oleh proses yang terjadi pada ekosistem alam. Contohnya, hutan sebagai ekosistem alam menyediakan berbagai produk kayu dan non kayu. Selain itu, hutan merupakan reservoir besar yang dapat menampung air hujan dan menyaring air tersebut, yang selanjutnya dapat bermanfaat bagi manusia (Sulandari, 2005).

James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai manfaat didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :

1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga listrik, dan ekowisata.

2. Nilai fungsi (function value), yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi ekologis sumberdaya hutan seperti: pengendalian banjir, pencegahan intrusi air laut, dan habitat satwa.

3. Nilai atribut (attributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan dari penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan psikologis manusia yaitu menyangkut budaya masyarakat. Dilihat dari aspek ekologis, kawasan hutan mampu berperan positif dalam mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, memperbaiki kesuburan tanah dan keseimbangan tata air. Berdasarkan manfaat tersebut maka pembangunan kawasan hutan sering digunakan sebagai suatu program perlindungan kawasan dari masyarakat, perbaikan kawasan hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukan lahannnya.

Kondisi hutan yang baik mengakibatkan terciptanya sumber-sumber manfaat yang berkelanjutan seperti sumber kayu dan sumber air (mata air) yang


(33)

dimanfaatkan oleh masyarakat baik yang berada di dalam hutan, sekitar kawasan hutan maupun masyarakat yang jauh dari kawasan hutan untuk mencukupi kebutuhan akan kayu dan air sehari-hari. Pengelolaan kawasan hutan yang baik memberikan manfaat diantaranya menghijaukan kembali lahan-lahan kritis yang ada dan terbentuknya kembali lapisan humus yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Manfaat lain dari terjaganya kawasan hutan adalah terserapnya air hujan dengan baik sehingga mencegah terjadinya erosi permukaan tanah atau longsor (Suhendang 2002).

2.6 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.691/Kpts.II/1992, yang dimaksud masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami atau berada di dalam hutan maupun di pedesaan sekitar hutan (Ardiansyah, 2002).

Admawidjaja (1991), menyatakan kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam melestarikan hutan selalu memperhatikan keberadaan masyarakat di sekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan di luar batas wilayahnya. Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka secara alamiah adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Masyarakat di sekitar dan di dalam hutan (enclave), tidak dirugikan oleh larangan mengambil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hdup sehari-hari. Sebaliknya masyarakat dibina kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat musim tertentu dapat mnenikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan, ranting-ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan pemungutan hasil hutan terbatas di encalave dan zona penyangga dan areal yang telah ditunjuk.

Sebagian besar dari masyarakat desa di sekitar hutan bermata pencaharian sebagai petani dengan lahan yang sempit dan bahkan tidak memilii lahan. Soedjatmoko (1998) dalam Kartasubrata (1986) Struktur masyarakat pedesaan di Jawa menunjukan pembagian dalam tiga golongan, yaitu :


(34)

1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki atau menguasai tanah yang luasnya atau kwalitasnya marginal, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari kesempatan kerja sampingan, selain iklim dan faktor pasar.

3. Golongan ketiga, yang makin lama makin besar jumlahnya di Asia yang umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak tidak mempunyai tanah Penduduk masyarakat dipinggir hutan dianggap memiliki fungsi sebagai tempat penyangga seluruh asfek kehidupan sosial, ekonomi dan budaya mereka. Dari hutan mereka memperoleh obat-obatan, buah-buahan, binatang buruan dan kayu bakar. Di samping itu bagi penduduk desa tepian hutan, hutan adalah cadangan bagi mereka ketika desa mereka tidak mampu lagi menyediakan lahan pertanian apabila terjadi pertambahan penduduk (Soetrisno, 1995).

2.7 Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Dengan Sumberdaya Hutan

Masyarakat sebagai bagian dari mahluk hidup, memegang peranan yag menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem mencakup komponen mahluk hidup (manusia, hewan, jasad renik, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi, matahari, cahaya, air, tanah, angin, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling berinteraksi dan saling berhubungan (Manan, 1998).

Masyarakat sekitar hutan, segaimana juga masyarakat pedesaan pada umumnya adalah masyarakat agraris yang sangat bergantung pada alam lingkungannya, mata pencahariannya adalah petani. Tapi tidak semua kebutuhan hidup ini bisa atau dapat dipenuhi dari bekerja sebagai petani, bisa dilihat dari kondisi tanahnya dan kemampuan serta teknik bertani yang masih sederhana (Junianto, B. 2007)

Keterkaitan atau interaksi antara masyarakat dengan hutan telah berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat langsung dan tidak langsung bagi masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangan


(35)

kayu, pembersihan lahan, sehingga mendapat upah (pendapatan) yang lumayan. Selain itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan (Mangandar, 2000).

Contoh kongkrit interaksi sistem sosial masyarakat dengan hutan dapat dilihat dari ketergantungan masyarakat desa di dalam dan di sekitar hutan sumber-sumber bahan kehidupan dasar seperti air, kayu bakar, bahan makanan dari hutan. Pada saat populasi manusia belum padat, gambaran interaksi kedua sistem masih bisa diterima artinya berfungsi normal. Tetapi pada kondisi populasi manusia semakin padat, terutama masyarakat di dalam dan di sekitar hutan hutan semakin bertambah, maka gambaran kedua sistem cenderung timpang artinya sumberdaya hutan tidak mampu lagi menyediakan aliran bahan energi dan material kepada sistem sosial. Apabila kondisi tersebut dibiarkan tanpa ada perubahan sikap dari sistem sosial masyarakat, maka fungsi hutan sebagi pengatur lingkungan hidup yang baik mustahil akan tercapai.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Penguasaan dan pengelolaan sumberdaya hutan pada masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan non Baduy merupakan suatu produk kebudayaan yang menjadi tata nilai tersendiri. Dengan segala kemampuan yang dimiliki, masyarakat lokal melihat, memahami, memilah-milah gejala untuk kemudian merencanakan tindakan dan menentukan sikap serta perbuatan dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Hak dari sumberdaya hutan diperoleh karena hubungan jangka panjang antara hutan sebagai tempat menggantungkan hidup dengan masyarakat itu sendiri. Kewajiban untuk mengelola hutan secara berkesinambungan diharapkan dapat menjadi respon balik dari masyarakat lokal setelah memanfaatkan apa yang sudah disediakan oleh alam.

Keberadaan kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana telah memberikan banyak manfaat (barang dan jasa) bagi masyarakat lokal di dalam dan sekitar hutan, baik masyarakat Baduy Luar yang tinggal di dalam kawasan hutan maupun masyarakat non Baduy yang tinggal di sekitar hutan. Manfaat hutan (barang dan jasa) secara langsung seperti sumber kayu, sumber air, dan lahan pertanian bagi kedua kelompok masyarakat yang tinggal di Kecamatan Gn. Kencana. Untuk manfaat tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat seperti pengendali banjir dan erosi, kesejukan dan kenyamanan.

Manfaat yang dirasakan berkaitan erat dengan sikap dan perilaku yang dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan, Persepsi masyarakat terhadap manfaat akan menimbulkan motivasi, sehingga motivasi yang muncul pada masyarakat merupakan kekuatan yang diperlukan karena merupakan daya penggerak bagi masyarakat dalam menentukan sikap dan perilakunya. Berdasarkan persepsi, motivasi, sikap dan perilaku yang timbul di masyarakat nantinya dapat diketahui sejauh mana masyarakat memanfaatkan sumberdaya hutan dan bagaimana cara atau upaya yang dilakukan masyarakat dalam melakukan tindakannya dalam menjaga kondisi kawasan hutan yang berada di Kecamatan Gn. Kencana.


(37)

3.2

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, dilaksanakan pada bulan Juni 2008.

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Persepsi

Motivasi

Sikap

Perilaku

Pandangan masyarakat dari segi manfaat hutan

Pemenuhan kebutuhan :

 Berladang/berusaha tani

 Sumber kayu

 Sumber air

Setuju atau tidak setuju

Tindakan yang dilakukan :

 Cara pengambilan kayu

 Cara Pengambilan air


(38)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten pada bulan April, Juli-Agustus 2008.

3.3 Bahan dan Alat Sumber Data Lainnya

3.3.1 Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian : a. Kuisioner

b. Alat tulis

c. Komputer dengansoftware Microsoft Excel.

d. Kamera 3.3.2 Sumber Data a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat Gn. Kencana dengan teknik wawancara dan kuisioner. Data yang dikumpulkan berasal dari 2 kelompok masyarakat yang dibagi berdasarkan kelompok masyarakat Baduy Luar dan non Baduy

1. Masyarakat Baduy Luar yang berada di dalam kawasan hutan Gn. Kencana di Desa Sukanegara, Kecamatan Gn. Kencana.

2. Masyarakat non Baduy yang berada di luar kawasan hutan Gn. Kencana yang tersebar di 3 desa yakni Desa Sukanegara, Cimanyangray dan Keramatjaya, Kecamatan Gn. Kencana.

Adapun data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :

a. Data responden, meliputi : umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, luas lahan garapan dan tingkat pendapatan.

b. Data respon responden terhadap manfaat langsung (ekonomi) berupa lahan hutan untuk pertanian, sumber kayu, dan sumber air dari keberadaan kawasan hutan, meliputi :

1. Persepsi

Pendapat masyarakat mengenai manfaat langsung seperti pemanfaatan lahan hutan untuk pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar dan kayu pertukangan dan sumber air untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi dan cuci serta untuk pengairan sawah.


(39)

Batasan mengenai Persepsi : Untuk sumber kayu

(a) Persepsi baik, apabila sumber kayu dari hutan jumlahnya memadai (banyak), tegakannya rapat, ukuran pohon besar serta bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar dan kayu pertukangan.

(b) Persepsi tidak baik, apabila sumber kayu dari hutan jumlahnya tidak memadai (sedikit), tegakannya jarang, bisa dimanfaatkan tetapi dalam jumlah yang terbatas.

(c) Persepsi tidak tahu, apabila sumber kayu ini tidak diketahui atau tidak peduli tentang kondisi sumber kayu oleh kedua kelompok masyarakat. Untuk sumber air

(a) Persepsi baik, apabila sumber air dari hutan yang tersedia dari masing-masing sumber air tersebut terjaga ketersediannya dan tidak tergantung terhadap musim serta kondisi air yang jernih dan tidak keruh.

(b) Persepsi tidak baik, apabila sumber air dari hutan yang tersedia dari masing-masing sumber air tersebut ketersediannya dipengaruhi musim dan kondisi air tersebut tidak jernih dan keruh.

(c) Persepsi tidak tahu, apabila sumber air ini tidak diketahui oleh kedua kelompok masyarakat, baik sumber-sumber air tersebut dan ketersediannya. 2.Motivasi

Dorongan yang menggerakan masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya hutan, seperti lahan hutan untuk pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar dan kayu pertukangan, sumber air untuk keperluan minum, mandi dan cuci serta pengairan unuk sawah. Hal ini berkaitan dengan alasan dan tujuan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. 3.Sikap

Respon yang mengandung penilaian (setuju/tidak setuju, suka/tidak suka) masyarakat terhadap pernyataan untuk pelestarian dari sumberdaya hutan yang telah dirasakan manfaatnya oleh responden seperti lahan hutan untuk pertanian, sumber kayu untuk pemenuhan kayu bakar dan kayu pertukangan serta sumber air untuk pemenuhan minim, mandi, cuci dan pengairan untuk persawahan.


(40)

4.Perilaku

Tindakan atau cara yang dilakukan oleh masyarakat lokal baik masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy dalam memanfaatkan lahan hutan untuk pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar dan kayu pertukangan dan sumber air untuk minum, mandi dan cuci serta pengairan yang ada di dalam kawasan hutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

b. Data sekunder

Keadaan umum lokasi penelitian, meliputi : kondisi umum kawasan hutan, keadaan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana, luas areal kawasan hutan Negara dan hutan rakyat dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak dan BKPH Gn. Kencana. Untuk keadaan fisik lingkungan di kecamatan ini diperoleh dari BPS Kecamatan Gn. Kencana.

3.4 Metode Pengambilan Responden

Pemilihan responden sebagai sasaran penelitian dilakukan melalui informasi yang diperoleh dari petugas perhutani. Penentuan responden sebagai unit contoh dilakukan dengan metode systematic sampling, dimana penentuan contoh atas pertimbangan jarak kedua kelompok masyarakat ini terhadap keberadaan hutan. Untuk masyarakat Baduy Luar diambil 30 responden yang mendiami Desa Sukanegara, desa ini berada di dalam kawasan hutan dan sekaligus menjadi satu-satunya desa yang didiami oleh masyarakat Baduy Luar di Kecamatan Gn. Kencana.

Untuk masyarakat non Baduy diambil 30 responden yang tersebar di 3 desa, yakni Desa Sukanegara, Desa Cimanyangray dan Desa Keramatjaya. Penentuan desa ini dilakukan atas dasar letak terhadap kawasan hutan Gn. Kencana. Responden dari Desa Sukanegara merupakan contoh yang mewakili masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Responden dari Desa Keramatjaya dan Desa Cimanyangray merupakan contoh yang mewakili masyarakat yang berada di luar kawasan hutan.


(41)

3.5 Metode Pengambilan Data

1. Teknik wawancara (kuisioner)

Data dikumpulkan dengan mewawancarai masyarakat desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan sebagai responden. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner berisikan pilihan ataupun isian atas jawaban dari pertanyaan. Dalam hal ini, juga dilakukan wawancara bebas yang dilakukan tanpa kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian, seperti sumber-sumber mata air dan sungai yang mengalir ke perkampungan mereka, serta ketersedian dari sumber-sumber air tersebut (lamanya air mengalir).

2. Pengumpulan Data Pendukung

Data pendukung digunakan untuk membantu penelitian dengan pengutipan dan pencatatan data dari dinas atau instansi terkait, seperti kantor Kecamatan, kantor BKPH Gn. Kencana dan kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak.

3. Studi pustaka, yaitu mencatat dan mempelajari studi yang telah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian ini.

3.6 Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif dari jawaban responden, Hasil ditabulasi dalam bentuk tabel frekuensi untuk mempresentasikan persepsi, motivasi, sikap dan perilaku masyarakat lokal terhadap manfaat hutan dari lahan hutan, sumber kayu dan sumber air. Analisis data juga dilakukan terhadap karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, luas lahan garapan dan tingkat pendapatan responden.


(42)

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas Hutan

Secara administrasi pemerintahan, kawasan hutan Gn. Kencana termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten dengan luas kawasan hutan 2.523,61 Ha yang berada pada RPH Gn. Kencana Utara (Desa Ciginggang, Gn. Kencana dan Sukanegara) dan RPH Gn. Kencana Selatan (Desa Cimanyangray) yang terletak pada 105° 277' 44, 4" sampai 106° 24' 54"BT dan 5° 53' 16.8" sampai 7° 0' 54" LS, dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cileles b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijaku c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bojongmanik d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari


(43)

Sedangkan menurut administrasi pengelolaan, kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana termasuk wilayah kerja Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banten, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kawasan hutan Gn. Kencana termasuk ke dalam Bagian Hutan Gn. Kencana dan Gn. Kendeng yang berada di Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Gn. Kencana.

Kecamatan Gn. Kencana sendiri terdiri dari 12 desa yaitu : Desa Gn. Kendeng, Desa Cimanyangray, Desa Keramatjaya, Desa Bulakan, Desa Cicaringin, Desa Ciakar, Desa Cisampang, Desa Bojong Koneng, Desa Ciginggang, Desa Gn. Kencana, Desa Sukanegara, dan Desa Tanjungsari Indah. Luas wilayah Kecamatan Gn. Kencana adalah 13.814 Ha (BPS Kecamatan tahun 2007).

4.2 Jenis Tanah, Batuan dan Topografi

Kawasan hutan yang berada di Kecamatan Gn. Kencana berada pada ketinggian 170 - 514 m dpl dengan topografi bervariasi dari datar (5,20%) sampai dengan agak curam (30,65%). Berikut disajikan jenis tanah dan batuan di kawasan hutan Gn. Kencana dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Jenis Tanah, Batuan dan Topografi di Kawasan Hutan Gn. Kencana

No

Bagian Hutan/Kelompok

Hutan

Jenis Tanah Batuan Topografi

1 Gn. Kencana -Bojongmanik -Gn. Pugur -Gn. Pagu

Podsolik Kuning Batu liat Bukit lipatan

2 Gn. Kendeng -Gn. Kakulu -Gn. Kendeng Podsolik kuning, kompleks latosol coklat kemerahan dan litososl, asosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol coklat

Batu liat, tufdan batuan volkam masam, intermedier dan basis, tuf volkan intermedier

Bukit lipatan, vulkan, bukit lipatan interusi dan bukit tingkatan, vulkan

Sumber : Kajian Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Propinsi Banten tahun 2006 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Banten.


(44)

4.3 Iklim dan Hidrologi

Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) berdasarkan pertimbangan bulan kering dan basah kawasan hutan yang berada di Kecamatan Gn. Kencana berada pada tipe Iklim A dan B dengan curah hujan rata-rata 2500 mm/tahun.

Tipe iklim kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tipe Iklim Kawasan Hutan di Bagian Hutan Gn. Kencana

No Kelompok Hutan Tipe iklim Nilai Q

1 2

Bojongmanik Gn. Padu

A A

0 – 14,3 0 – 14,3 Sumber : Kajian Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Propinsi Banten tahun 2006 Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Banten.

4.4 Aksesibilitas

Kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Kecamatan ini berjarak ± 58 km dari Rangkasbitung, ibukota Kabupaten Lebak. Untuk menuju Kecamatan Gn. Kencana dari Rangkasbitung dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau lebih, seperti angkutan kota dan ojeg. Angkutan perkotaan yang melayani rute ini tersedia dalam jumlah yang sedikit dan waktu yang terbatas. Desa yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah Desa Sukanegara, Desa Cimanyangray dan Desa Keramatjaya. Desa-desa tersebut dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua dan empat dengan kondisi jalan relatif bagus.

4.5 Kependudukan

Berdasarkan data BPS Kecamatan Gn. Kencana tahun 2007, jumah penduduk Kecamatan Gn. Kencana pada tahun 2007 sebanyak 34.230 jiwa dengan perincian 17.704 penduduk laki-laki dan 16.535 penduduk perempuan, dan terdapat 7.324 keluarga, dengan rata-rata satu keluarga beranggotakan 4 - 5 orang. Penduduk laki-laki di Kecamatan Gn. Kencana lebih besar dibandingkan penduduk perempuan, sehingga seks ratio di kecamatan Gn. Kencana sebesar 93,40% artinya terdapat 93 penduduk perempuan setiap 100 penduduk laki-laki. Desa yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah Desa Sukanegara, Desa Keramatjaya dan Desa Cimanyangray.


(45)

Untuk penyebaran/kepadatan penduduk di Kecamatan Gn. Kencana dikatakan masih sangat sedikit dan jarang setiap Hektarnya. Hal ini ini dapat dilihat dari hasil perbandingan dengan membandingkan jumlah total penduduk di Kecamatan Gn. Kencana dibagi dengan luas kecamatan (Ha). Dari hasil penghitungan tersebut didapatkan hasil perbandingan bahwa penyebaran/kepadatan penduduk di kecamatan ini tersebar merata di setiap desa dengan perbandingan 3 orang per 1 Ha.

Tabel 3 Jumlah Keluarga, Penduduk dan Jenis Kelamin di Kecamatan Gn. Kencana.

No Desa Keluarga Penduduk Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Gn. Kendeng 496 1.220 1.010 2.230

2 Cimanyangray* 552 1.294 1.257 2.551

3 Keramatjaya* 648 1.647 1.420 3.067

4 Bulakan 589 1.369 1.311 2.680

5 Cicaringin 693 1.895 1.848 3.743

6 Ciakar 722 1.749 1.588 3.337

7 Cisampang 514 1.299 1.146 2.445

8 Bojongkoneng 445 1.104 990 2.094

9 Ciginggang 869 2.216 2.059 4.275

10 Gn. Kencana 805 1.698 1.644 3.342

11 Sukanegara* 549 1.296 1.257 2.553

12 Tanjungsari 439 913 1.000 1.913

Total 7.324 17.704 16.535 34.230

Sumber : BPS Kecamatan Gn. Kencana Tahun 2007 * : Desa contoh

Tidak ada data yang pasti tentang jumlah masyarakat Baduy Luar yang tinggal di kecamatan ini baik dari petugas kecamatan maupun petugas BKPH Gn. Kencana, hal ini disebabkan tidak adanya sensus yang dilakukan petugas kecamatan terhadap keberadaan masyarakat Baduy Luar di daerah itu. Tetapi dari perhitungan yang dilakukan kelompok masyarakat Baduy Luar yang tinggal di dalam kawasan hutan Gn. Kencana berjumlah 98 orang yang tersebar di 3 perkampungan. Masyarakat Baduy Luar ini tinggal di Desa Sukanegara, satu-satunya desa yang didiami oleh kelompok masyarakat Baduy Luar.


(46)

4.6 Agama

Berdasarkan data BPS Kecamatan Gn. Kencana tahun 2007, di kecamatan tersebut tidak ada sarana peribadatan selain masjid dan mushola. Dapat disimpulkan seluruh penduduk/masyarakat di kecamatan ini memeluk agama Islam. Jumlah masjid dan mushola di kecamatan ini tersebar di setiap desa yaitu sebanyak 61 mesjid dan 51 mushola atau langgar.

Masyarakat Gn. Kencana menyebut orang Baduy Luar yang ada di daerah itu dengan sebutan orang Kompol (masyarakat Baduy yang sudah keluar dari tatanan masyarakat Baduy dalam), masyarakat Baduy Luar yang berada di kecamatan ini memiliki kepercayaan animisme atau penghormatan kepada ruh nenek moyang dan kepercayaan kepada satu tuhan, yaitu Batara Tunggal. Keyakinan mereka ini disebutSunda Wiwitanatau agama sunda wiwitan.

4.7 Kelompok Umur

Berikut disajikan tabel kelompok umur masyarakat Kecamatan Gn. Kencana setiap desa yang terbagi ke dalam 5 kategori.

Tabel 4 Kelompok Umur Masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana

No Desa Anak-anak (0-14) Remaja (15-19) Muda (20-39) Dewasa (40-64) Lansia (65+) Jumlah (Orang )

1 Gn. Kendeng 805 253 709 396 67 2.230

2 Cimanyangray* 947 285 799 444 76 2.551

3 Keramatjaya* 1.098 350 979 547 93 3.067

4 Bulakan 992 301 840 467 80 2.080

5 Cicaringin 1.330 429 1.201 668 115 3.743

6 Ciakar 1.146 390 1.089 609 103 3.337

7 Cisampang 876 279 780 435 75 2.445

8 Bojongkoneng 763 237 661 370 63 2.094

9 Ciginggang 1.512 491 1.374 767 131 4.275

10 Gn. Kencana 1.181 384 1.075 599 103 3.342

11 Sukanegara* 922 290 809 452 80 2.553

12 Tanjungsari 688 218 610 339 58 1.913

Total 12.260 3.907 10.926 6.093 1.044 34.230

Sumber : BPS Kecamatan Gn. Kencana Tahun 2007 * : Desa contoh


(47)

Berdasarkan Tabel 4, jumlah penduduk/masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana pada tahun 2007 adalah 34.230 orang. Penyebaran penduduk/masyarakat ini paling banyak terdapat pada kelompok umur (0-14 tahun) sebanyak 12.260 orang, yang dominan tersebar di Desa Ciginggang, Desa Cicaringin dan Desa Gn. Kencana. Sedangkan kelompok umur paling sedikit adalah kelompok umur (65 tahun ke atas) sebanyak 1.044 orang, yang dominan tersebar di Desa Ciginggang, Desa Cicaringin, Desa Ciakar dan Desa Gn. Kencana.

Menurut data BPS Kecamatan Gn. Kencana terjadi peningkatan jumlah penduduk di kecamatan ini setiap tahunnya, sebagai gambaran pada tahun 2006 jumlah penduduk di kecamatan ini adalah 34.063 orang, tahun berikutnya naik menjadi 34.230 orang. Terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 167 orang, pertambahan jumlah penduduk ini berdasarkan data jumlah kejadian kelahiran.

4.8 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana terbagi ke dalam 4 kategori mulai dari tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) sampai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Tabel 5 Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gn. Kencana

No Desa TK SD/MA SLTP/MTS SMA/MA Jumlah

(Orang)

1 Gn. Kendeng 0 358 378 0 736

2 Cimanyangray* 0 287 110 0 390

3 Keramatjaya* 0 514 0 0 514

4 Bulakan 0 515 0 0 515

5 Cicaringin 0 506 149 267 922

6 Ciakar 0 509 0 0 509

7 Cisampang 0 348 0 0 348

8 Bojongkoneng 0 284 0 0 280

9 Ciginggang 0 440 0 0 440

10 Gn. Kencana 41 317 529 0 846

11 Sukanegara* 44 388 0 0 388

12 Tanjungsari 0 318 0 0 318

Total (orang) 85 4.784 1.166 267 6.206

Sumber : BPS Kecamatan Gn. Kencana Tahun 2007 * : Desa contoh


(48)

Dari Tabel 5 disimpulkan tingkat pendidikan masyarakat masih sangat rendah. Hal ini dilihat dari jumlah masyarakat yang bersekolah dan jumlah sarana prasarana pendidikan yang ada masih sedikit, misalnya hanya ditemukan dua Taman Kanak-Kanak yaitu di Desa Gn. Kencana dan Sukanegara dengan jumlah murid 85 orang. Untuk SD relatif merata tersebar di seluruh desa dengan jumlah murid 4.784 orang, dan SLTP/MA hanya ada 4 sekolah yang tersebar di 4 desa, sedangkan untuk SMA/MA hanya ada 1 sekolah berada di Desa Cicaringin.

Tingkat pendidikan tentunya harus didorong dengan jumlah guru yang memadai di kecamatan ini, dari data BPS Kecamatan Gn. Kencana didapatkan bahwa jumlah guru di kecamatan ini adalah 207 orang, dengan perincian 148 orang guru SD, 40 orang guru SLTP dan 19 orang guru SMA.

4.9 Mata Pencaharian

Sumber penghasilan masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana sebagian besar berasal dari sektor pertanian, hal ini bisa dilihat dari daerahnya yang sangat cocok untuk tanaman pertanian sehingga sebagian besar masyarakat Gn. Kencana bekerja sebagai petani, baik sebagai petani penggarap maupun petani tanah milik. Dalam setiap keluarga ada 1 - 2 orang yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Keadaan penduduk menurut lapangan usaha di Kecamatan Gn. Kencana dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha di Kecamatan Gn. Kencana

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Petani 8.146 58,84

2 Buruh tani 2.504 18,09

3 Nelayan/perikanan 27 0,20

4 PNS 284 2,05

5 TNI 10 0,07

6 POLRI 19 0,14

7 Industri 198 1,43

8 Perdagangan 537 3,88

9 Lainnya 2.120 15,31

Total 13.845 100


(49)

4.10 Sosial Budaya

Penduduk yang mendiami Kecamatan Gn. Kencana adalah masyarakat sunda asli yang menetap dan sudah lama tinggal di daerah ini dan sebagian kecil adalah pendatang dari daerah Priangan (Jawa Barat bagian timur). Adat istiadatnya tradisional yang masih kental, kehidupan sosial masyarakat di daerah ini hidup secara berkelompok dengan jarak rumah yang berdekatan satu dengan yang lainnya dan dekat terhadap sumberdaya hutan.

Kekeluargaan di kecamatan ini masih sangat baik. Hal ini terlihat dari kehidupan sosial masyarakatnya, seperti adanya kerjabakti oleh masyarakat untuk acara hari-hari besar keagamaan atau hari besar nasional. Di kecamatan ini terdapat masyarakat Baduy Luar yang berada di dalam kawasan hutan Desa Sukanegara dan hidup secara berkelompok yang tersebar di 3 perkampungan. Untuk masyarakat non Baduy sendiri hidup tersebar di desa-desa lainnya.

Masyarakat Baduy hidup di wilayah Kanekes, secara umum terbagi menjadi 3 kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu

adalah Baduy Dalam yang tinggal di 3 kampung (Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana), kelompokpanampingadalah Baduy Luar yang tinggal dan tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, sedangkan kelompok dangka adalah Baduy Luar atau masyarakat Baduy yang telah keluar dari adat dan wilayah tatanan wilayah Baduy Dalam, masyarakat Baduy ini tinggal di luar wilayah kanekes, masyarakat sekitar biasanya menyebut mereka dengan sebutan orangkompol. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di Baduy Dalam dan Baduy Luar itu hampir sama, tetapi Baduy Luar lebih mengenal teknologi dibanding Baduy Dalam.

4.11 Hutan Gn. Kencana

Secara administrasi pemerintahan, di Kecamatan Gn. Kencana terdapat hutan negara yang termasuk ke dalam BKPH Gn. Kencana dengan luas hutan 8.988,01 Ha. Kawasan hutan BKPH Gn. Kencana merupakan Hutan Produksi dengan kelas perusahaan (KP) Acacia mangium. Luas kawasan hutan BKPH Gn. Kencana dapat dilihat pada tabel 7.


(50)

Tabel 7 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan.

No RPH Luas (Ha) Kecamatan Luas (Ha)

1 Gn. Kencana Utara 3.991,96 Gn. Kencana Cileles Jalupang

2.084,16 1.696,80 211,00 2 Gn. Kencana

Selatan

1.721,60 Gn. Kencana Bojongmanik Cijaku

439,45 1.197,65 84,50

Jumlah 8.988,01 8.988,01

Sumber : Buku I Rencana Kerja Lima Tahun (RKL) KPH Banten Tahun 2007-2011

Dengan demikian luas kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani di BKPH Gn. Kencana yang ada di wilayah Kecamatan Gn. Kencana meliputi 2.523,61 Ha, yang terletak di RPH Gn. Kencana Utara seluas 2.084,16 Ha dan di RPH Gn.Kencana Selatan 439,45 Ha.

Kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana termasuk ke dalam Bagian Hutan Gn. Kencana (RPH Gn. Kencana Utara) dan Gn. Kendeng (RPH Gn. Kencana Selatan) yang termasuk kedalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliman-Ciujung, dan sub DAS Cimanyangray, Cioray, Cicaraglu dan Cicaringin. Di dalam kawasan hutan terdapat sungai-sungai kecil seperti sungai Cimenekung, Cisireum, Cisaireun, Cicurahem, Cimayan, dan Cibeusi yang merupakan batas antar petak dalam kawasan hutan. Masyarakat Baduy Luar menggantungkan kebutuhan akan air dari sungai tersebut baik untuk mencuci, mandi ataupun keperluan lainnya.

Di dalam kawasan hutan Gn. Kencana selain ditanami jenis Acacia mangium sebagai komoditi utamanya, jenis yang banyak ditanami adalah Karet (Hevea sp) dan Mahoni (Swietenia sp). Selain ketiga jenis tersebut kawasan ini juga ditanami Meranti (Shorea sp), Pulai (Alstonia scholaris) dan Pinus (Pinus sp). Di RPH Gn. Kencana Utara terdapat blok hutan penelitian tanaman Meranti seluas 50 Ha yang merupakan hasil kerjasama antara Perum Perhutani KPH Banten dengan International Tropical timber Organization (ITTO) dan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1999. Kegiatan pengembangan tanaman Meranti tersebut dilakukan pada beberapa periode penanaman yaitu tahun 1999, tahun 2001 dan tahun 2002.


(51)

Di kawasan hutan tersebut ditanam berbagai jenis prioritas Dipterocarpacea, melalui program pemulian antara lain : konservasi Ex-situ, arboretum, konservasi pseudo insitu, uji keturunan (progeny), uji spesies, uji tanaman serta kebun pangkas. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di kawasan hutan Gn. Kencana yaitu Shorea leprosula, Shorea parvifolia, Shorea dasifilla, Shorea fallax, Shorea johorensis, Shorea ovalis, Shorea selanica, Shorea palembanica, Shorea elliptica, Shorea splendida, Shorea balangeran, Shorea pinanga, Shorea stenoptera, Shorea javanica, Shorea brunuscens, Shorea pinanga, Shorea seminis, Shorea platylados, Shorea uliginosa, Shorea guiso, Shorea laevis dan lain-lain (Dishutbun Banten, 2006).

Gambar 3 Blok Penelitian Tanaman Meranti di RPH Gn. Kencana Utara.

Pada blok penelitian terdapat masyarakat Baduy Luar atau biasa disebut

orang kompololeh masyarakat sekitar yang hidup secara berkelompok dan tinggal di dalam kawasan hutan, dimana satu kelompok biasanya terdiri dari 7-10 keluarga. Jumlah masyarakat Baduy Luar di daerah ini mencapai 98 orang yang tersebar di 3 tempat (perkampungan), mereka memanfaatkan lahan di dalam kawasan hutan atas persetujuan dari pihak Perhutani, dengan syarat tidak merusak tanaman yang telah ditanam oleh pihak Perhutani. Dalam sistem pertaniannya, masyarakat Baduy Luar menggunakan sistem tumpang sari danagroforestryyang hasilnya digunakan sendiri untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian lagi dijual.


(52)

Berikut ini disajikan data potensi produksi hasil hutan kayu bulat dan olahan dengan kepentingan pemakaian dijual yang berasal dari hutan rakyat di Kecamatan Gn. Kencana.

Tabel 8. Potensi Produksi Kayu di Kec. Gn. Kencana

No Desa Jenis Komoditas Produksi Kayu (M

3

/Thn) Bulat Olahan

1 Keramatjaya KelompokShorea 4.500 1.152

Kelompok Rimba 7.200 5.760

2 Cimanyangray KelompokShorea 3.000

-Kelompok Rimba 4.500

-3 Sukanegara Swietenia sp 25 10

KlmpkShorea 800 30

Klmpk Rimba 4.500 800

Sumber : Dinas Kehutanan Kab.Lebak 2008

Dari Tabel 8, produksi kayu bulat di Kecamatan Gn. Kencana lebih besar dibandingkan dengan produksi kayu olahan. Dari ke 3 desa diatas Perbedaan produksi kayu bulat dan olahan terlihat di Desa Sukanegara dan Desa Cimanyangray.

Kedua kelompok masyarakat lokal di Kecamatan Gn. Kencana memanfaatkan lahan hutan untuk pertanian dengan sistem pertanian mereka (tumpangsari dan agroforestry) atau tanaman campuran, naghuma (padi lahan kering dan persawahan) yang mereka usahakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Keadaan hutan di Kecamatan Gn. Kencana masih sangat potensial untuk dikembangkan mengingat potensi lahan yang cukup baik dan luas areal yang memadai untuk pengembangan tanaman kehutanan lainnya. Pada kawasan hutan Gn. Kencana ini terdapat spesies pohon komersil yang berada di blok hutan penelitian tanaman Meranti (Shorea), hasil kerjasama antara Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banten dengan International Tropical timber Organization (ITTO) dan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM). Kegiatan pengembangan tanaman Meranti tersebut dilakukan dengan penanaman berbagai jenis prioritas Dipterocarpa melalui program pemulian antara lain : Konservasi Ex-Situ, Arboretum, Konservasi Pseudo insitu, Uji Keturunan (Progeny), Uji Spesies, Uji tanaman serta Kebun Pangkas.


(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan, dan luas lahan garapan responden. Karakteristik responden dapat mendeskripsikan keadaan sosial kedua masyarakat, yaitu masyarakat Baduy Luar dan non Baduy yang tinggal di Kecamatan Gn. Kencana.

5.1.1 Sebaran Umur Responden

Umur seseorang biasanya menentukan kemampuannya dalam melakukan aktifitas serta kematangan dalam perbuatan (tindakan). Berikut disajikan sebaran umur responden masyarakat lokal di Kecamatan Gn. Kencana pada tabel 9.

Tabel 9 Sebaran Umur Responden

No Umur (Tahun)

Kelompok Masyarakat

Baduy Non Baduy

Orang % Orang %

1 20 – 30 2 6,7 3 10

2 31 – 40 14 46,7 9 30

3 41 – 50 11 36,7 11 36,7

4 51 Keatas 3 10 7 23,3

Total 30 100 30 100

Sumber : Diolah dari observasi lapang

Berdasarkan Tabel 9 diperoleh bahwa sebaran umur tersebar merata di setiap kelompok masyarakat lokal yang menjadi responden. Sebagian besar atau 46,7% masyarakat Baduy Luar berada pada kelas umur 31 - 40 tahun, sedangkan masyarakat non Baduy atau 36,7% berada pada kelas umur 41 - 50 tahun, pada kondisi umur ini umumnya responden berada pada masa produktif dimana mereka bisa melakukan kegiatan bertani atau berladang dengan sangat semangat, artinya aktifitas mereka terhadap pemanfaatan kawasan hutan berupa lahan hutan, sumber kayu dan sumber air dikatakan bisa maksimal pada masa produktif.


(54)

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan menentukan persepsi dan motivasi kedua kelompok masyarakat lokal yang terbentuk dari penyerapan informasi yang diterima serta kesadaran responden yang timbul terhadap pemanfaatan kawasan hutan. Kurangnya sarana prasarana pendidikan di Kecamatan Gn. Kencana berdampak langsung terhadap tingkat pendidikan masyarakat. Pendidikan masyarakat lokal yang menjadi responden tertinggi hanya terbatas pada tingkat SMA/MA saja. Tabel 10 Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat pendidikan

Kelompok Masyarakat

Baduy Non Baduy

Orang % Orang %

1 Tidak tamat/tamat SD 0 0 17 56,7

2 SMP 0 0 12 40

3 SMA/MA 0 0 1 3,3

4 PT 0 0 0 0

Total 0 0 30 100

Sumber : Diolah dari observasi lapang

Dari hasil pengambilan sampel responden pada Tabel 10 dapat disimpulkan tingkat pendidikan masyarakat yang berada di Kecamatan Gn. Kencana masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Gn. Kencana. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua masyarakat Baduy Luar tidak mengenyam pendidikan atau tidak sekolah karena larangan adat masyarakat Baduy untuk bersekolah. Hal ini berkaitan dengan anggapan mereka yang menyatakan bahwa pendidikan yang diberikan oleh aturan adat lebih baik dibandingkan dengan pendidikan formal sekolah. Untuk masyarakat non Baduy sebanyak 56,67% tidak mengenyam pendidikan atau hanya tamatan SD, 40% tamatan SLTP, dan 3,33% tamatan SMU.

5.1.3 Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu parameter yang digunakan untuk melihat kehidupan ekonomi masyarakat adalah jenis pekerjaan. Pekerjaan bagi sebagian besar orang merupakan hak dan kewajiban untuk mencukupi kebutuhan hidup.


(55)

Di bawah ini disajikan tabel jenis pekerjaan responden yang dibagi menjadi 4 kategori.

Tabel 11 Jenis Pekerjaan Responden

No Jenis Pekerjaan

Kelompok Masyarakat

Baduy Non Baduy

Orang % Orang %

1 Petani 30 100 19 65,5

2 Wiraswasta 0 0 10 34,5

3 Peg. Swata 0 0 0 0

4 PNS 0 0 0 0

Total 30 100 29 100

Sumber : Diolah dari observasi lapang

Dari Tabel 11 dapat disimpulkan sebagian besar pekerjaan utama masyarakat lokal di dalam dan di sekitar hutan baik masyarakat Baduy Luar maupun masyarakat non Baduy adalah petani (pekerjaan utama), sisanya berwiraswasta (responden masyarakat non Baduy). Jenis tanaman yang diusahakan dalam lahan pertaniannya adalah jenis tanaman yang mempunyai nilai jual tinggi, selain menanam padi kedua kelompok masyarakat ini menanam tanaman semusim dengan sistem tumpangsari atau agroforestry. Sistem tanaman semusim yang mereka tanam adalah tanaman campuran seperti pisang, kopi, jenis palawija (singkong, jagung, kacang-kacangan) dan tanaman tahunan/kayu-kayuan seperti petai, durian, melinjo dan cengkeh.

Perbedaan dari kedua kelompok masyarakat lokal baik masyarakat Baduy Luar maupun masyarakat non Baduy yang bekerja sebagai petani adalah terletak dari adanya usaha sampingan bagi masyarakat non Baduy selain petani (tidak tergantung dari satu jenis pekerjaan). Sebagai gambaran pekerjaan utama masyarakat Baduy Luar adalah petani berladang (ngahuma), tidak ada pekerjaan sampingan bagi masyarakat Baduy Luar dan hanya bekerja sebagai petani dilahan yang mereka garap. Untuk masyarakat non Baduy sebanyak 65,5% bekerja sebagai petani baik petani yang menggarap di lahan sendiri (lahan milik) maupun yang menggarap di kawasan hutan Perhutani. Selain bekerja sebagai petani, pekerjaan sampingan masyarakat non Baduy adalah berjualan bensin, makanan, buah-buahan dan menjadi supir untuk orang lain.


(56)

5.1.4 Pendapatan Rata-Rata Responden

Sebagian besar masyarakat lokal baik masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy yang menjadi responden dalam penelitian memiliki tingkat pendapatan yang relatif rendah. Hal ini disebabkan karena kedua masyarakat lokal baik masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy hanya tergantung kepada satu jenis pekerjaan saja, yaitu bertani. Tabel 12 menggambarkan pendapatan rata-rata masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy yang menjadi responden di Kecamatan Gn. Kencana.

Tabel 12 Pendapatan Rata-Rata Responden

No Pendapatan rata-rata/bulan

Kelompok Masyarakat

Baduy Non Baduy

Orang % Orang %

1 < 500.000 17 56,7 10 33,3

2 500.000 – 1.000.000 13 43,3 7 23,3

3 1.000.000 – 1.500.000 0 0 5 16,7

4 ≥1.500.000 0 0 8 26,7

Total 30 100 30 100

Sumber : Diolah dari observasi lapang

Berdasarkan Tabel 12, dapat disimpulkan dari kedua masyarakat lokal baik masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy yang menjadi responden. Responden masyarakat Baduy Luar mempunyai tingkat pendapatan dibawah satu juta rupiah (tidak ada pekerjaan selain bertani), sehingga pendapatan masyarakat Baduy Luar ini dikatakan rendah. Untuk masyarakat non Baduy memiliki tingkat pendapatan yang bervariasi, ada yang berpendapatan di atas satu juta rupiah per bulan yaitu 12 orang responden. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat non Baduy yang menjadi reponden mempunyai pekerjaan sampingan selain bertani, sehingga pendapatannya bisa di atas satu juta rupiah.

Perbedaan dari tingkat pendapatan ini mencerminkan kehidupan ekonomi dari kedua masyarakat lokal di Kecamatan Gn. Kencana. Apabila dibandingkan dari tingkat pendapatan dari kedua masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy yang menjadi responden dapat menjelaskan bahwa masyarakat non Baduy dapat dikatakan lebih sejahtera daripada masyarakat Baduy Luar.


(57)

5.1.5 Luas Lahan Garapan Responden

Pada umumnya masyarakat Gn. Kencana mengelola lahan garapan sendiri atau lahan garapan pinjaman dari pihak Perhutani (menggarap lahan tanpa merusak pohon milik Perhutani). Berikut disajikan tabel luas lahan garapan (Ha) responden yang dibagi menjadi 3 kategori.

Tabel 13 Luas Lahan Garapan Responden

No Luas lahan garapan (Ha)

Kelompok Masyarakat

Baduy Non Baduy

Orang % Orang %

1 < 0,5 15 51,7 3 12

2 0,5 – 1 10 34,5 15 60

3 ≥1 4 13,8 7 28

Total 30 100 30 100

Sumber : Diolah dari observasi lapang

Berdasarkan Tabel 13, kedua masyarakat Baduy Luar dan non Baduy memiliki luas lahan garapan yang bervariasi. Dari 30 orang masyarakat Baduy Luar yang menjadi sampel, 1 orang tidak mempunyai lahan garapan, sebanyak 51,7% mempunyai lahan garapan <0.5 Ha, 34,5% dengan lahan garapan 0.5-1 Ha, dan 13,8% mempunyai lahan garapan ≥1 Ha. Untuk masyarakat non Baduy sebanyak 12% mempunyai luas lahan garapan <0.5 Ha, 60% dengan luas lahan garapan 0.5-1 Ha, dan masing-masing sebanyak 28% mempunyai luas lahan garapan ≥1 Ha dan tidak memiliki lahan garapan. Lahan garapan tersebut dimanfaatkan untuk berbagai jenis komoditas yang dianggap mempunyai nilai jual yang tinggi seperti padi, kopi, cengkeh dan melinjo.

Hal diatas dapat dibandingkan dengan data potensi hutan rakyat dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab.Lebak dengan data penduduk dari jumlah keluarga masing-masing desa contoh, seperti pada Tabel 14.

Tabel 14. Luas Areal Hutan Rakyat di Kec. Gn. Kencana

No. Desa Luas (Ha) Jenis Tanaman Jumlah Keluarga

1 Keramatjaya 46 R.Campuran 648

2 Cimanyangray 58 R.Campuran 552

3 Sukanegara 31 R.Campuran 549

Total 135 1749


(58)

Dengan perbandingan menggunakan data hutan rakyat saja (tidak termasuk hutan milik Perhutani) yang ditanami jenis rimba campuran dengan asumsi 1 keluarga mewakili 1 penggarap tanah dan 76,93% dari penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani (lihat di Tabel 6). Diperoleh luas lahan garapan tiap petani Baduy Luar dan non Baduy seluas 0.13 Ha. Hal ini mendukung hasil penelitian terhadap luas lahan garapan responden dimana mayoritas petani pada kedua masyarakat Baduy Luar dan non Baduy memiliki luas lahan garapan lebih kecil dari 1 Ha.

5.2 Persepsi

Persepsi adalah pemahaman terhadap sesuatu serta pandangan seseorang setelah menerima stimuli yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau tidak melakukan dalam bentuk sikap dan perilaku terhadap suatu kegiatan. Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan, dan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku seseorang (Mulyana, 2001).

5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kawasan Hutan

Persepsi dari kedua masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan non Baduy yang menjadi responden adalah menanyakan arti dan fungsi hutan bagi kedua masyarakat tersebut. Berikut ini salah satu pernyataan responden masyarakat Baduy Luar mengenai persepsi mereka terhadap hutan : ”Leuweung aya jeung kahirupan manusa, ngan manusa kudu bisa nagajaga eta leuweung jeung anak incuna”, artinya bagi sebagian masyarakat Baduy Luar menganggap hutan adalah titipan dari yang maha kuasa untuk dijaga dan dilindungi serta bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang menjaganya.

Salah satu pernyataan responden masyarakat non Baduy mengenai persepsi mereka terhadap hutan: ”Leuweung di hiji daerah boga masyarakat nu cicing didinya, jadi bisa dimanfaatken ku masyarakatna”, artinya masyarakat non Baduy menganggap keberadaan hutan di suatu daerah adalah milik masyarakat di daerah tersebut, masyarakat diberi keleluasaan untuk memanfaatkan dan mengelola hutan bagi keperluan hidupnya.


(1)

KUISIONER PENELITIAN

PERSEPSI, MOTIVASI SIKAP DAN PERILAKU

MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN (Kasus di Kec. Gunung Kencana, Kab. Lebak, Prop. Banten) A. Identitas Responden

1. Nama Responden : ... 2. Umur : ... 3. Pendidikan : ... 4. Alamat : ... 5. Pekerjaan

a. Pokok : ………..

b. Sampingan : ……….. 6. Pendapatan rata-rata

perbulan

a. <Rp. 500.000

b. Rp. 500.000-Rp. 1.000.000 c. Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000 d. >Rp. 1.500.000

B. Persepsi

1. Tahukah Anda kawasan hutan Gn. Kencana merupakan milik Negara dan dikelola oleh Perhutani?

a. Tahu b. Tidak tahu

2. Status Anda memanfaatkan hasil hutan dari kawasan hutan Gn. Kencana? a. Secara sendiri (ilegal) b. Kerjasama dengan Perhutan (legal) 3. Alasan Anda memanfaatkan hasil hutan

a. Secara sendiri : ……….. b. Kerjasama dengan Perhutani : ……….. 4. Apakah keberadaan hutan Gn. Kencana memberikan manfaat bagi Anda?

a. Ya b. tidak

5. Jika ya, manfaat apa yang Anda rasakan (pilihan bisa lebih dari satu) Manfaat langsung :

□ Sumber kayu □ Sumber air □ Lahan pertanian Manfaat Tidak langsung □ Pengendali banjir dan erosi □ Kesejukan dan kenyamanan

□ Keindahan alam dari kawasan hutan 6. Sumber kayu

a. Bagaimana kondisi tegakan hutan Gunung Kencana menurut Anda? a. Baik b. Tidak baik c. Tidak tahu

b. Apa yang menjadi tujuan Anda mengambil kayu dari kawasan hutan Gn.Kencana?

a. Kayu bakar b. Kayu pertukangan c. Kayu yang Anda ambil digunakan untuk apa?


(2)

d. Tegakan hutan merupakan aset yang harus dijaga kelestariannya untuk generasi yang akan datang

a. Setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu e. Jumlah kayu bakar yang diambil perminggu dari hutan

a. Tidak pernah b. tetap tiap bulan c. meningkat tiap bulan f. Cara pengambilan kayu bakar

a. Tidak pernah

b. dari ranting atau dari pohon yang tumbang alami c. dari pohon yang ditebang

g. Cara pengambilan ranting kayu a. Tidak pernah

b.Hanya mengambil ranting tertentu (yang kering, tidak berdaun, di bagian bawah pohon)

c. Mengambil semua ranting yang dijumpai dan dapat dijangkau 7. Sumber Air

a. Bagaimana kondisi air yang tersedia di kawasan hutan Gunung Kencana menurut Anda?

a. Baik (jernih) b. Tidak baik (keruh) c. Tidak tahu b. Bagaimana ketersediaan air dari hutan Gn. Kencana?

a. Mengalir setiap bulan

b. Hanya tersedia pada musim hujan c. Air di kawasan hutan digunakan untuk

a. sumber air minum, cuci, mandi b. pengairan

d. Sumber air dari hutan harus dijaga kelestariannya untuk generasi yang akan datang

a. Setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu e. Cara memanfaatkan/mengambil air

a. irigasi untuk pertanian

b. dipikul untuk dibawa ke rumah masing-masing c langsung digunakan di sumber air

f. Jumlah air yang digunakan yang bersumber dari Gn. Kencana perhari? a. Tidak pernah b. tetap tiap bulan c. meningkat tiap bulan 8. Lahan Pertanian

a. Apakah Anda menggarap lahan di kawasan hutan Gn. Kencana?

a. Ya b. Tidak

b. Bagaimana kondisi lahan yang Anda garap di kawasan hutan Gn. Kencana menurut Anda?

a. Subur b. Tidak subur c. Tidak tahu c. Berapa luas lahan yang Anda garap?

a. >0,5 ha b.0.5-1 ha c.> 1 ha

d. Jenis apa saja yang Anda tanam

a. Tanaman pertanian :……… b. Tanaman kehutanan :……… c. Tanaman lainnya :………


(3)

e. Hasil dari lahan garapan digunakan untuk apa ? a. Digunakan untuk kebutuhan sendiri b. Dijual

f. Masyarakat diikutsertakan dalam pengelolaan hutan

a.Setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu e. Bagaiman cara Anda dalam pembukaan lahan?

a. Dibakar

b. Ditebang habis

c. Lainnya………

f. Bagaimana sistem/pola yang anda gunakan dalam penggarapan lahan? ………. g. Apa saja faktor penggangu dalam mengolah lahan garapan?


(4)

Lokasi Penentuan Responden


(5)

Lokasi Penentuan Responden


(6)

Lokasi Penentuan Responden


Dokumen yang terkait

Determinan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013

2 60 151

Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Fungsi Hutan (Studi Deskriptif tentang Kehadiran Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari di Desa Tapian Nauli III, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 41 87

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 35 181

Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Tindakan Penanggulangan Kasus Demam Berdarah Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2004

0 40 87

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin Di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

3 37 118

Respon Masyarakat Terhadap Program Credit Union Arih Ersada Di Desa Namomirah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 41 102

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Masyarakat Terhadap Kejadian Filariasis Di Desa Pardamean Kecamatan Muara Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009

1 39 105

Identifikasi Dampak Pendapatan Masyarakat Terhadap Penggunaan Hutan Mangrove Berbasis Silvofishery Di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang

0 33 52

Persepsi, Sikap, Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan terhadap Keberadaan hutan Penelitian Haurbentes (Studi Kasus desa Jugalaya, RPH Jasinga, BKPH Jasinga, KPH Bogor

0 6 92

Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Hutan Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten

0 13 78