Perkawinan Tidak dicatat Sirri

53

2. Perkawinan Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tata cara pencatatan nikah adalah proses pelaksanaan pencatatan nikah dari mulai permulaan pemberitahuan sampai tercatatnya nikah itu, yaitu pada saat penandatanganan akta oleh masing-masing pihak yang berkepentingan. Adapun tata cara atau prosedur malaksanakan perkawinan sesuai urutannya sebagai berikut: 1. Pemberitahuan kehendak nikah Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Perkawinan ditetapkan, bahwa setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan. Pemberitahuan tersebut dalam Pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 bahwa ditentukan paling lambat 10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan. Namun, ada pengecualiannya terhadap jangka waktu tersebut karena satu alasan yang penting diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah. 13 Bagi orang yang beragama Islam, pemberitahuan disampaikan kepada Kantor Urusan Agama, karena berlaku Undang-undang No. 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Sedangkan bagi orang 13 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta : Siraja, 2003, h. 126-127. 54 yang bukan beragama Islam, pemberitahuannya dilakukan kepada Kantor Catatan Sipil setempat. 14 Pemberitahuan kehendak nikah dapat dilakukan oleh calon mempelai atau orang tua atau wakilnya dengan membawa surat-surat seperti yang diperlukan,antara lain: a Surat persetujuan kedua calon mempelai. b Akta kelahiran atau surat kenal lahir atau surat keterangan asal-usul. c Surat keterangan mengenai orang tua. d Surat keterangan untuk kawin dari Kepala Desa yangmewilayahi tempat tinggal yang bersangkutan. Model Na. e Surat izin kawin dari pejabat yang ditunjuk oleh MENHAKAMPANGAB bagi calon mempelai anggota ABRI f Surat izin beristeri lebih dari satu 1 untuk Pegawai Negeri Sipil PNS 15 . g Surat kutipan buku pendaftaran talakcerai atau surat talakcerai jika calon mempelai seorang janda atau duda. h Surat keterangan kematian suamiistri dari Kepala Desa yang mewilayahi tempat tinggal atau tempat matinya suamiistri. i Surat izin dan atau dispensasi bagi calon mempelai yang belum mencapai umur menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 6 ayat 2 sd 6 dan Pasal 7 ayat 1 sd 3. j Surat dispensasi Camat bagi perkawinan yang akan dilangsungkan kurang dari 10 hari kerja setelah pengumuman. k Surat izin poligami dari Pengadilan Agama bagi calon suami yang hendak beristri lebih dari seorang. l Surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa mereka yang tidak mampu. 14 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2004, h. 125. 15 Untuk Pegawai Negeri Sipil, izin tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1990 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. 55 m Surat kuasa yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah apabila salah seorang mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena sesuatu alasan yang penting sehingga mewakilkan kepada orang lain. 16 2. Penelitian Setelah adanya pemberitahuan akan adanya perkawinan, prosedur selanjutnya diadakan penelitian yang dilakukan Pegawai Pencatatat Nikah. Sesuai Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, bahwa Pegawai Pencatat meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan larangan nikah baik menurut hukum munakahat 17 ataupun menurut perundang-undangan yang berlaku 18 . 3. Pengumuman Setelah dipenuhi tata cara dan syarat - syarat pemberitahuan serta tidak ada halangan perkawinan, maka tahap berikutnya adalah pegawai pencatat perkawinan menyelenggarakan pengumuman. Berdasarkan Pasal 8 PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang - undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pengumuman tentang adanya kehendak melangsungkan perkawinan. Pegawai pencatat menempelkan surat pengumuman dalam bentuk yang telah ditetapkan pada kantor - kantor pencatatan perkawinan yang daerah hukumnya meliputi wilayah tempat 16 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, 2001, h. 23-24. 17 Menurut pendapat para ulama fiqh bahwa yang terdapat larangan nikah apabila terdapat diantara calon mempelai adanya hubungan sedarah, hubungan perwalian, hubungan saudara karena tali pernikahan, dan hubungan sepersusuan. 18 Yang dimaksud Perundang – undangan yang berlaku adalah Undang – undang perkawinan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang – Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.