Realitas Pencatatan Perkawinan PROBLEM PENCATATAN PERKAWINAN

50 hasil penelitian terdapat setidaknya terdapat 2.625 17 perkawinan yang belum tercatat dari survey perkawinan yang ada berbanding dengan grafik perkawinan secara keseluruhan. 7 Berdasarkan uraian diatas menggambarkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat di Kecamatan Bantargebang masih relatif rendah. Praktek perkawinan tidak dicatatkan yang saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia tidak lepas dari pengaruh tradisi Islam kuno di Negara-negara Jazirah Arab. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan pemahaman di Indonesia. Bahkan istilah nikah siri berkembang dan di Indonesiakan menjadi kawin bawah tangan atau nikah siri 8 , meski antara istilah kawin siri dan kawin bawah tangan tidak selalu sama. Setidaknya ketidak-samaan itu adalah bila kawin siri identik dengan orang-orang pelaku Islam sementara istilah kawin bawah tangan biasa dilakukan oleh siapa saja berbagai agama. Akibat negatif yang ditimbulkan terkait kepastian hukum terhadap perkawinan tidak dicatat, seharusnya masyarakat menyadari tentang pentingnya pencatatan perkawinan. Untuk mencegah adanya korban terkait perkawinan tidak dicatat, maka seharusnya perkawinan itu harus dicatat dihadapan Pegawai Pencatat Nikah PPN untuk mendapatkan jaminan stastus 7 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015. 8 K.H. Ma’ruf Amin , Ketua Komisi Fatwa MUI menggunakan istilah Kawin Bawah tangan untuk istilah Kawin Siri, suatu perkawinan antara pasangan Muslim yang tidak dicatatkan melalui Pegawai Pencatat Nikah di KUA tetapi tetap sah sepanjang memenuhi syarat dan rukun perkawinan berdasarkan syariat Islam. Lihat penjelasannya pada www.Hukumonline.comberitabacahol15651pencatatan-nikah-akan-memperjelas-status- hukum , diakses pada 4 mei 2015. 51 hukum atas akibat hukum yang ditimbulkan seperti hak waris, nafkah istri dan anak serta pengasuhan anak dan lain sebagainya. 9

B. Tata Cara dan Prosedur Perkawinan

1. Perkawinan Tidak dicatat Sirri

Perkawinan adalah suatu peristiwa hukum. Sebagai suatu peristiwa hukum maka suatu perkawinan akan mengikuti hukum yang dianut oleh pelakunya. Hukum yang dianut bisa mengacu kepada hukum agama dan kepercayaannya serta hukum negara, mengikuti hukum agama dan kepercayaannya saja atau mengikuti hukum negara saja. 10 Semua tergantung pada kemauan para pelakunya meski negara telah mengaturnya. Seperti halnya perkawinan siri, yang dianut oleh sebagian masyarakat di Indonesia, akan mengikuti ketentuan dan tata cara menurut hukum perkawinan Islam. Tata cara perkawinan siri itu sendiri sebenarnya adalah sama dengan tata cara perkawinan yang telah ditentukan dan diatur dalam hukum perkawinan Islam. Hal demikian tentunya berbeda dengan tata cara perkawinan yang telah ditentukan dan diatur dalam Undang - Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 Pasal 12 yang menentukan tata cara pelaksanaan perkawinan untuk selanjutnya diatur dan dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama 9 K.H. Ma’ruf Amin , Ketua Komisi Fatwa MUI menggunakan istilah Kawin Bawah tangan untuk istilah Kawin Siri, suatu perkawinan antara pasangan Muslim yang tidak dicatatkan melalui Pegawai Pencatat Nikah di KUA tetapi tetap sah sepanjang memenuhi syarat dan rukun perkawinan berdasarkan syariat Islam. Lihat penjelasannya pada www.Hukumonline.comberitabacahol15651pencatatan-nikah-akan-memperjelas-status- hukum , diakses pada 4 mei 2015. 10 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015. 52 No. 11 tahun 2007 serta juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam KHI yakni Inpres No. 1 tahun 1991. Perkawinan yang tidak dicatat dilakukan di hadapan tokoh agama atau di pondok pesantren atau di kediaman tokoh ulama setempat yang dipimpin oleh seorang kyai atau Ustadz dengan dihadiri oleh beberapa orang yang berfungsi sebagai saksi. Bagi pasangan yang ingin melakukan perkawinan tersebut, cukup datang ke tempat Kyai yang diinginkan dengan membawa seorang wali bagi mempelai wanita dan dua orang saksi. 11 Biasanya bagi Kyai setelah menikahkan pasangan kawin siri ini, Kyai menyarankan pada mereka agar segera mendaftarkan perkawinan mereka ke Kantor Urusan Agama setempat. Dalam perkawinan siri ini yang bertindak sebagai Qadhi atau orang yang menikahkan adalah tokoh agama atau kyai tersebut setelah menerima pelimpahan dari wali nikah calon mempelai wanita. Dengan demikian pelaksanaan perkawinan siri ini dilakukan secara lisan dan tidak dicatat dalam suatu bukti tertulis atau akta atau dalam bentuk pencatatan lain. Semua identitas para pihak dan hari, tanggal, tahun dan lain-lain tidak dicatat. Setelah prosesi perkawinan tidak meninggalkan jejak yang bisa dijadikan bukti telah terjadi perkawinan kecuali kamera atau video perekam, bila diabadikan dengan media itu. Setidaknya dalam kasus perkawinan tidak dicatat, terdapat sedikitnya 17 perkawinan tidak dicatat yang terdapat di daerah yang menjadi tempat penelitian. 12 11 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015. 12 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015. 53

2. Perkawinan Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tata cara pencatatan nikah adalah proses pelaksanaan pencatatan nikah dari mulai permulaan pemberitahuan sampai tercatatnya nikah itu, yaitu pada saat penandatanganan akta oleh masing-masing pihak yang berkepentingan. Adapun tata cara atau prosedur malaksanakan perkawinan sesuai urutannya sebagai berikut: 1. Pemberitahuan kehendak nikah Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Perkawinan ditetapkan, bahwa setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan. Pemberitahuan tersebut dalam Pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 bahwa ditentukan paling lambat 10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan. Namun, ada pengecualiannya terhadap jangka waktu tersebut karena satu alasan yang penting diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah. 13 Bagi orang yang beragama Islam, pemberitahuan disampaikan kepada Kantor Urusan Agama, karena berlaku Undang-undang No. 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Sedangkan bagi orang 13 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta : Siraja, 2003, h. 126-127.