Perkawinan Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974
55
m Surat kuasa yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah apabila salah
seorang mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena sesuatu alasan yang penting sehingga mewakilkan kepada orang lain.
16
2. Penelitian
Setelah adanya pemberitahuan akan adanya perkawinan, prosedur selanjutnya diadakan penelitian yang dilakukan Pegawai Pencatatat Nikah.
Sesuai Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
bahwa Pegawai Pencatat meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan larangan nikah baik
menurut hukum munakahat
17
ataupun menurut perundang-undangan yang berlaku
18
. 3.
Pengumuman Setelah dipenuhi tata cara dan syarat - syarat pemberitahuan serta
tidak ada halangan perkawinan, maka tahap berikutnya adalah pegawai pencatat perkawinan menyelenggarakan pengumuman. Berdasarkan Pasal
8 PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang - undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pengumuman tentang adanya kehendak
melangsungkan perkawinan. Pegawai pencatat menempelkan surat pengumuman dalam bentuk yang telah ditetapkan pada kantor - kantor
pencatatan perkawinan yang daerah hukumnya meliputi wilayah tempat
16
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman
Konselor Keluarga Sakinah, 2001, h. 23-24.
17
Menurut pendapat para ulama fiqh bahwa yang terdapat larangan nikah apabila terdapat diantara calon mempelai adanya hubungan sedarah, hubungan perwalian, hubungan
saudara karena tali pernikahan, dan hubungan sepersusuan.
18
Yang dimaksud Perundang – undangan yang berlaku adalah Undang – undang
perkawinan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang – Undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan.
56
dilangsungkannya perkawinan dan tempat kediaman masing - masing calon mempelai.
4. Pelaksanaan
Sesuai ketentuan pemberitahuan tentang kehendak calon mempelai untuk melangsungkan perkawinan, maka perkawinan itu dilangsungkan
setelah hari kesepuluh sejak pengumuman. 5.
Pencatatan Berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang
Pencatatan Perkawinan bahwa perkawinan dianggap sah tercatat secara resmi apabila akta perkawinan telah ditandatangani oleh kedua mempelai,
dua orang saksi, pegawai pencatat dan bagi yang beragama Islam juga wali atau yang mewakilinya. Dan pada pasal 11 ayat 3 Peraturan Pemerintah
No. 9 tahun 1975 dijelaskan bahwa dengan pencatatan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.
19
C.
Upaya Penanggulangan Penertiban Pencatatan Perkawinan 1.
Upaya Penertiban Pencatatan Perkawinan oleh Pihak Kantor Urusan Agama Kec. Bantargebang
Upaya yang dilakukan pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Bantargebang dalam menanggulangi efektifitas pencatatan perkawinan
adalah sebagai berikut
20
: Melakukan koordinasi kerja dengan setiap Lurah Kepala Desa yang ada di wilayah Kecamatan Bantargebang dalam
rangka mengatasi masalah yang disebabkan karena pekerjaan Amil Ulama yang dengan sengaja tidak menikahkan laki-laki dengan
19
Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2004, h. 126-129.
20
Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.
57
perempuan, dimana pernikahan itu tanpa dilaporkan kepada Pegawai Pencatat Nikah atau Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Bantargebang, koordinasi kerjanya adalah berupa rapat mingguan untuk sosialisasi, penyuluhan dan bimbingan pada masyarakat Kecamatan
Bantargebang mengenai betapa pentingnya suatu pernikahan dicatat dan dihadiri oleh Pegawai Pencatat Nikah atau petugas lain yang ditunjuk
21
. Penyuluhan dan bimbingan ini terutama ditunjukan untuk remaja usia
sekolah SLTP dan SLTA yang belum menikah dan orang tua yang dilakukan dalam setiap kesempatan seperti dalam acara Maulid Nabi, Isra
Mi’raj, Hari Kartini dan lainnya.