Bandar Lampung dan Persepsi Masyarakat

Swasta, hingga pengusaha yang jauh dari bidang perkebunan meski ada sebagian yang enggan meninggalkan aktivitasnya untuk berkebun. Begitu pula dari segi poitik, tidak sedikit masyarakat asli Lampung terjun kebidang politik sebagai anggota DPR maupun pejabat Pemerintahan. Pada dasarnya masyarakat Lampung sangat terbuka terhadap pengaruh dari luar, terbuka pada perkembangan dan menerimanya untuk memajukan dirinya. Dengan demikian mereka tetap bisa eksis dan sejajar dengan suku bangsa lain yang ada di Indonesia. Sayangnya perkembangan ekonomi, budaya mapun politik tidak dibarengi dengan pola pemikiran yang terbuka pula. Sebagai contoh tentang kekolotan yang sering terjadi pada masyarakat Lampung adalah apa yang dilihat itullah yang dibenarkan, menyamaratakan seluruh padahal hanya satu atau stereotip. Stereotip adalah kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain, atau oleh seseorang terhadap orang lain Soekanto, 1993. Sebenarnya masyarakat Lampung sangat terbuka dengan hal baru terhadap pengaruh dari luar, terbuka pada perkembangan dan menerimanya selama itu untuk kemajuan. Sikap ini merupakan kecenderungan untuk menerima suatu hal tertentu, berdasarkan penilaian terhadap sesuatu hal, karena dianggap sebagai sesuatu yang berharga atau bermanfaat. Sikap ini juga merupakan faktor yang menentukan perilaku seseorangmasyarakat Lampung termasuk dalam memberikan pendapat dalam hal ini persepsinya terhadap perempuan yang bekerja sebagai SPG. Beragam kegiatan yang dilakukan oleh para SPG, betapa sulit dan tidak mudahnya profesi ini. Tetapi tidak begitu dengan image yang diterima oleh SPG. Bebagai image negatif yang bermunculan dimasyarakat termasuk masyarakat Lampung. Seperti yang telah diuraikan di paragrap sebelumnya, bahwasannya penilaian yang dilakukan terhadap sesuatu tidak dilihat secara menyeluruh tetapi hanya sebagian lantas menyamakan seluruhnya. SPG yang terlihat sebagai perempuan muda berparas cantik, make up yang mencolok mata, ditambah sebagian berpakaian minim atau ketat dan ditambah dengan cara berkomuniakasi yang terkesan merayu. Masyarakat awam pasti langsung memberikan kesan yang tidak baik kepada perempuan yang bekerja sebagai SPG tersebut. Padahal terlepas dari itu, tidak sedikit juga perempuan yang berprofesi sama adalah perempuan yang pendiam. Tidak sedikit juga diantaranya adalah perempuan- perempuan yang tidak suka berdandan atau memakai make up. Itu artinya tidak semua perempuan yang berprofesi sebagai SPG adalah perempuan yang kesannya negatif.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh sebuah simpulan tentang faktor yang mempengaruhi image dan motivasi perempuan yang memilih bekerja sebagai SPG : 1. Image negatif : Perempuan yang bekerja sebagai SPG memang berbeda dengan perempuan yang bekerja pada umumnya terutama dalam hal berpakaian dan berkomunikasi kepada konsumennya. Namun yang menjadi permasalahannya ada beberapa SPG yang mancapur adukan profesinya dengan kehidupannya sehari-hari, dengan berpakaian dan dengan cara berkomunikasinya. Image positif : Perempuan yang bekerja sebagai SPG sama seperti perempuan yang bekerja pada umumnya, yaitu mencari nafkah. 2. Beberapa hal yang memotivasi untuk memilih pekerjaannya menjadi SPG adalah sebagai berikut : a. Meskipun uang bukanlah segalanya tetapi uang menjadi alasan paling mendasar perempuan pekerja ini memilih bekerja sebagai SPG. b. Batu loncatan menjadi salah satu faktor pendukung yang dijadikan alasan untuk memilih pekerjaan sebagai SPG. c. Selain faktor uang dan sebagai batu loncatan, pengalaman menjadi pertimbangan perempuan yang bekerja sebagai SPG ini untuk memilih pekerjaannya. d. Perempuan-perempuan yang memilih bekerja sebagai SPG ini bukan sebagai pilihan terakhirnya, mereka mempunyai cita-cita masing-masing dan itu bukanlah menjadi SPG.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan yang didapat dalam penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal : 1. Peneliti menyarankan kepada perempuan yang bekerja sebagai SPG hendaknya lebih profesional dalam bekerja. Jangan sampai mencampur adukan profesi dengan kehidupan sehari-hari. 2. Peneliti menyarankan bila ada penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama tentang Sales Promotion Girl namun dengan dimensi yang bereda. Peneliti menyarankan teliti lebih mendalam tentang gaya hidup, komunikasi masyarakat dan yang berkaitan dengan masyarakat luas terkait tentang interaksi sosial. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. PT Rineka Cipta. Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta. Ambarsari, Dwi. 2002. Kebijakan Publik dan Partisipasi Perempuan Cet. I Surakarta: Pattiro, 2002, hlm. 3 http:jasapembuatanweb.co.idartikel-ilmiahpengertian- perempuan, akses 08-11-2013. Angger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritis. Yogyakarta. Kreasi Wacana. Basrowi. dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT Rineka Cipta. Bramanta, Rizky. 2012. Pengertian Motivasi dan Teori2 Motivasi. http:rizkybramanta.blogspot.com201207pengertian-motivasi-dan-teori2- motivasi.html, akses 08-11-2013. Damartoto, Argyo. 2009. Kebutuhan Praktis dan Strategis Gender. Sebelas Maret University Press. Surakarta, akses 09-11-2013. Della dan Wildan. 2012. SPG Hanya Menjual Bukan Untuk Dijual. http:wildandandella.blogspot.com201207, akses 20-11-2013. Febriyana, Eva. 2008. Skripsi Analisis Faktor Penghambat Kesempatan Kerja Penyandang Cacat Netra. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung. PT RefikaAditama. Grewal and Levy. 2008. Pengertian Sales Promotion Promosi Penjualan dan Tujuannya. http:id.shvoong.combusiness-managementmarketing2177086-pengertian- sales-promotion-promosi-penjualan, akses 02-01-2014. Hakim, Fransiska, Ayulia. 2013. Apa Itu Sales Promosi?. http:ekonomi.kompasiana.commarketing20130204apa-itu-sales-promotion- -525460.html, akses 26-01-2014. Hasyim, Syafik. 2005. Pengantar Feminisme dan Fundamentalisme Islam Cet. I. Yogyakarta: LKiS, 2005, hlm. 5 http:jasapembuatanweb.co.idartikel-ilmiahpengertian- perempuan, akses 08-11-2013. Illich, Ivan. 2002. Matinya Gender. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Jayanthi, Dwi. 2011. diskusi manajemen pemasaran - perbedaan sales promotion dan personal selling. http:dwi-jayanthi.blogspot.com201111diskusi-manajemen- pemasaran-perbedaan.html, akses 26-01-2014. Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. . Bandung. Mandar Maju. Krisna, Luther, Teguh, dan Teguh S. Gregorius. 1998. Bianglala Bisnis dan Pemasaran. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. Kukuh, Adiyan. 2012. Promosi Penjualan Sales Promotion. http:adiyanfarm.blogspot.com201212promosi-penjualan-sales- promotion.html, akses 26-01-2014. Muthahari, Murtadlo. 1995. Hak-hak Wanita dalam Islam Jakarta: Lentera, 1995, hlm. 107 http:jasapembuatanweb.co.idartikel-ilmiahpengertian-perempuan, akses 08- 11-2013. Narwoko, Dwi. 2013. Berkaos PDIP, 30 Cewek Cantik Promosikan Orang Muda Pemimpin. http:www.merdeka.comperistiwaberkaos-pdip-30-cewek-cantik-promosikan- orang-muda-pemimpin.html. akses 02-01-2014. Narwoko, Dwi. Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta. Kharisma Putra Utama. Prasetya, Eko. 2012. Gadis Cantik dan Senjata Maut Bersanding di Kemayoran. http:www.merdeka.comperistiwagadis-cantik-dan-senjata-maut-bersanding- di-kemayoran.html, akses 28-10-2013. Purwaningtiyas, Ike. 2005. Management Karier SPG Otomotif. http:ike- purwaningtiyas.mhs.narotama.ac.id20120424makalah-management-karier- spg-otomotif, akses 08-04-2013. Purwasih, Joan Hesti Gita. 2013. Fenomena Sales Promotion Girl SPG Freelance Pada Mahasiswa di Kota Surakarta. http:ebookbrowsee.netteori-tentang- kemampuan-spg-pdf-d414086046, 02-01-2013. Rai, Ayu. 2010. Jadi Sales Promotion Girl, Siapa Takut. http:ayuraimanagement.blogspot.com201011sales-promotion-girl.html, akses 09-11-2013.