IMAGE DAN MOTIVASI PEREMPUAN MENJADI SPG (Sales Promotion Girl) Di Kota Bandar Lampung

(1)

ABSTRAK

IMAGE DAN MOTIVASI PEREMPUAN

MENJADI SPG (Sales Promotion Girl) Di Kota Bandar Lampung Oleh

Hendi Prayogi

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji image dan motivasi perempuan yang memilih bekerja sebagai SPG di Kota Bandar Lampung. Pekerjaan perempuan sebagai SPG (Sales Perempuan Girl) selama ini yang sering diasumsikan negatif oleh masyarakat luas. Hal ini dikarenakan sifat pekerjaan yang ingin merebut hati calon pembeli, ini juga terlihat dari cara berpakaian SPG (Sales Perempuan Girl) yang terkadang cenderung dinilai negatif oleh masarakat. Namun bekerja sebagai SPG (Sales Perempuan Girl) masih merupakan pilihan bagi para perempuan muda belia pada zaman ini. Berbagai image dan motivasi menjelaskan kenapa hal ini terjadi. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan. Informan dipilih secara sengaja (purposive). Analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data (display), dan tahap kesimpulan (verifikasi). Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandar Lampung khusunya di pusat keramaian yang umumnya terdapat SPG. Adapun hasil penelitian ini bahwa motivasi perempuan yang memilih bekerja sebagai SPG antara lain faktor uang, sebagai batu loncatan, mencari pengalaman dan hanya sebagai pekerjaan sementara, menjadi SPG bukanlah tujuan akhir dan cita-cita mereka. Image yang melekat kepada mereka cenderung negatif karena pakaiannya ketika berprofesi sebagai SPG terkadang terbawa dikehidupannya sehari-hari.


(2)

MENJADI SPG (

) Di Kota Bandar Lampung

Oleh

HENDI PRAYOGI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Penulis bernama Hendi Prayogi dilahirkan di Bandar Lampung, 16 November 1989. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sahil (alm) dan Ibu Suminah.

Jenjang pendidikan formal yang telah penulis tempuh antara lain Taman Kanak-kanak (TK) Daya Bandar Lampung pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Labuhan Ratu Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 20 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN). Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2011 di Kecamatan Anak Ratu Aji Kabupaten Lampung Tengah.

Satu hal yang tidak akan pernah dapat tergantikan, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Pembelajaran yang telah dilalui menjadikan seseorang dewasa dalam berfikir, mempunyai pemahaman terhadap berbagai sifat dan karakter manusia dan lebih bijak dalam bertindak.


(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat yang tak henti-hentinya kepada umat-Nya. Solawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak. Ku persembahkan skripsi sederhana ini kepada :

 Sang Pencipta Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

 Ayahanda Sahil Alm. dan Ibu tersayang Suminah, terima kasih atas semua doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Tak ada yang bisa menggantikan pengorbanan kalian, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan dan kebahagiaan baik di dunia maupun kelak di akhirat.

 Kakanda Agus Karyusup terima kasih atas didikan mu, pelajaran hidup yang selama ini kau ajarkan.

 Seluruh sahabat dan rekan-rekan Fisip, teman-teman Sosiologi, teman-teman angkatan 2008 terima kasih atas perhatian, bantuan, doa serta dukungan kalian semua semoga Allah melancarkan usaha kita semua.


(8)

sendiri yang mengubah apa apa yang ada pada diri mereka.

Q.S. ARa’ad:11

Gantungkan cita-citamu setinggi langit, jika engkau jatuh engkau akan

jatuh di antara bintang-bintang

Ir. Soekarno

Jenius adalah 1% inspirasi 99% keringat

Thomas Edison

Motto

Sukses adalah hak setiap manusia

Kesuksesan itu bukan hanya berhasil membuat pesawat, kesuksesan itu tidak sekadar berhasil menciptakan robot,

Tapi sukses itu menyelesaikan apa yang dimulai

Man Jadda Wajada

Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al Insyiraah : 6)


(9)

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan syarat mencapai gelar sarjana Sosiologi. Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Image dan Motifasi Perempuan menjadi SPG (Sales Promotion Girl) Di Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Universitas Lampung. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari peran, bantuan, bimbingan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan keyakinan bahwa Allah SWT yang bisa membalasnya, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Effendi, M.M. selaku Pembantu Dekan I FISIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung.

5. Ibu Dr. Bartoven Vivit Nurdin, M.Si. selaku Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing skripi saya, terima kasih ya bu atas semua bantuan


(10)

juga untuk setiap waktu yang telah ibu luangkan hanya untuk membimbing saya dalam memnyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Endry Fatimaningsih, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembahas dan sebagai salah satu dosen idolaku, terima kasih ya bu untuk semua ilmu, saran, dan kritiknya. Terima kasih juga untuk semua teori-teori yang sudah ibu ajarkan, maaf ya bu sudah bikin repot ibu. Semoga lancer pendidikannya untuk mencapai gelar Doktor.

7. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dengan segala ketulusannya.

8. Seluruh staf bagian akademik dan kemahasiswaan, terima kasih atas semua bantuannya.

9. Orang tuaku, terima kasih atas semua yang telah kalian berikan padaku. Apapun yang kulakukan tidak akan mungkin bisa menggantikan seluruh doa serta pengorbanan kalian semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan dan kebahagiaan baik di dunia maupun kelak di akhirat.. 10.Kakanda Agus Karyusup yang dengan sabar selalu mendidik, dan tak

kenal lelah memberikan arahan, serta memberikan pelajaran hidup dan kehidupan yang sangat amat berarti. Maaf ya mas selalu ngerepotin terus, maaf kalo belum bisa membanggakan.

11.Teman-teman seperjuangan yang masih d kampus, Nino yang kebonnya banyak, Sadam yang masih terus berjuang, Mizwad yang gawe, Sebastian yang masih terus semangat, Dedi yang insya Allah jadi S.Sos, Lova yg


(11)

jangan menyerah hingga tetes terakhir kawan, semangat.. semangat….  buat Kiki sukses trus ya sama cita-cita u masih banyak jalan menuju Roma kawan, Elyson semoga sukses ya di luar sana.

12.Buat Agus S.Sos. makasi banyak broh kebersamaan dan kekelurgaan selama ini, Aseng S.Sos. selamet ya ketrima PNS jngan lupa sama kite2, Obrin S.Sos. sory bin kitorang gx pada dteng d kwinan u doain aja kawan2 cpt nyusul, Toleng S.Sos woles broh akan indah pada waktunya tp kalo indah belum pindah yaaaa… , Wawang S.Sos. yg udah sukses dsna jngan lupa kampong halaman waw, Fitra S.Sos. yg bntr lg jd seorang Bapak, Bewok S.Sos sukses broh ma impian u, temen-temen seperjuangan satu angkatan yang gx bs di sebutin satu-satu yang udah pada sukses d luar sana makasih atas kebaikan kalian semua...

13.Buat temen dan sahabat semua Kirbo, Agus, Dedi, Iin, Pipet, Asep, Gumay, sepupu Dika makasih atas kebersamaannya, kalian udah ngasih pelajaran tentang kehidupan yang sebenarnya. Perjuangan itu insya Allah gx akan pernah sia-sia… oiya, urutan ya yg mau nusul Iin berumah tangga, jangan rebutan. Kita relain buat Kirbo kalo gx Agus yg duluan naek pelaminan .. buat Dika semangat meraih mimpi, semangat bntr lg jd sarjana, Dedi jngan lama2 d negeri orang ded nnti ke cantol bule u , Gumay ma Agus yang dah k‟belet jd pengusaha berjuang trus broh, Iin ma Pipet tetep jd diri sendiri broh, Kirbo kebaikan itu di atas segala-galanya broh tetep jd orang baek jangan kapok, Hhahahah… 


(12)

belajar broh ilmu gx cuman d dapet d bangku sekolah orang sekitar bs ngasih banya masukan dan pengalaman, Nino jangan mau bersahabat sama waktu no awas terlena sama waktu, Toleng astungkara broh awas murtad u, kang Ken jngan pelit2 ilmu ya coba d bagi2 rumus jitu togel itu Hhahahahahaha…. 

15.Buat Kepala Desa dan warga di Desa Bandar Putih Tuha Kecamatan Anak Ratu Aji Kabupaten Lampung Tengah yang sudah menerima penulis untuk bisa melakukan kegiatan KKN disana.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… I

HALAMAN PENGESAHAN ………. II

PERNYATAAN ………... III

RIWAYAT HIDUP ……….. IV

MOTTO ………. V

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. VI

SANWACANA ………. VII

DAFTAR ISI ………. VIII

Halaman

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Kegunaan Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Tentang Image ... 11

1. jenis Citra ……… 11

2. Penggambaran Citra ……….... 13

B. Tinjauan Tentang Perempuan dan Motivasi ... 14

C.Tinjauan Tentang Pekerja ... 17

1. Definisi Kerja ……….. 17

2. Makna Suatu Pekerjaan ……….. 20

a. Instrumen (instrumental) ……… 20

b. Kesenangan (enjoyment) ……… 20

c. Pemenuhan Diri (self-fulfillment) ……… .. 21

d. Institusi Sosial (socialinstitution) ……… .. 21

3. Jenis Pekerjaan ……… 22

a. Pekerjaan Sektor Formal ……… 22

b. Pekerjaan Sektor Informal ………. 23

D.Tinjauan Perempuan Pekerja ... 23

E. Tinjauan Tentang SPG (Sales Promotion Girl) ... 25


(14)

3. Pentingnya SPG (Sales Promotion Girl) di Bagian Pemasaran.... 30

F. Kerangka Pikir ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 35

B. Fokus Penelitian ... 36

C. Setting Penelitian ………... 37

D. Penentuan Informan ... 38

E. Lokasi Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Wawancara ... 39

2.Observasi………. 40

3.Dokumentasi……… 41

G.Teknik Analisis Data……… 41 1. Reduksi Data………... 42 2. Penyajian Data………. 42 3. Penarikan Kesimpulan………. 43 IV. SETTING PENELITIAN A.Sejarah SPG (Sales Promotion Girl) ……….. 44

B. Tujuan, Peran, Ruang Lingkup dan SPG (Sales Promotion Girl) di Tengah Masyarakat……… 48

1. Tujuan Sales Promotion ……… 48

2. Peran Sales Promotion ……… 50

3. Ruang Lingkup Sales Promotion ……… 51

4. SPG (Sales Promotion Girl) di Tengah Masyarakat ……….. 52

C.Bandar Lampung dan Persepsi Masyarakat ………... 54

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Motivasi Menjadi SPG (Sales Promotion Girl)……… 59

1. Susan : Menjadi SPG (Sales Promotion Girl) Sebagai Batu Loncatan ……… 59

2. Wina : Bekerja Sebagai SPG (Sales Promotion Girl) Tidak Berat Tapi Berpenghasilan Lumayan …..……….. 63

3. Vina : Terkadang Suka Digoda ……….…….. 69

4. Ayu : Dari pada menganggur dan sambil mencari pekerjaan lain ………..………… 76


(15)

2. Image Masyarakat Terhadap SPG (Sales Promotion Girl).… 82 C.Pembahasan : Menjadi SPG (Sales Promotion Girl) :

Bukan sebagai tujuan akhir ………..………. 88

1. Ekonomi (Uang) ……… 89

2. Sementara (Batu Loncatan) ………...………… 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 93 B.Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Table

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung dirinci

menurut Tahun Sensus ……… 56

Table 2. Latar Belakang Informan ……….. 93 Tabel 3.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa industrialisasi di negara-negara maju dan negara berkembang, banyak perusahaan yang menggunakan tenaga sales promosi untuk menjajakan produk yang dikeluarkan agar dapat bersaing dan bertahan dalam pergulatan perindustrian khususnya nasional. Kebutuhan akan tenaga muda yang mempunyai penampilan menarik membuat lapangan pekerjaan baru bagi yang belum memiliki keahlian khusus ataupun baru memasuki dunia pekerjaan. Sales Promotion Girl mempunyai magnet tersendiri dalam upaya menarik minat pelanggan untuk membeli atau hanya sekedar ingin tahu produk dari suatu prusahaan yang dijajakan oleh perusahaan tersebut (Della, 2012). Di era global ini strategi pemasaran menurut Teguh Krisna dan Teguh S. (1998) dalam perspektif dan konteks pemasaran, pengusaha dapat mencermati fenomena sekitar dengan jeli memanfaatkannya demi pencapaian yang cerdas. Artinya konsep melibatkan tenaga sales untuk memperkenalkan produk langsung kepada konsumen adalah satu cara cerdas untuk menarik konsumen. Ayulia Hakim Fransiska (2013), Sales Promotion merupakan suatu bujukan langsung yang menawarkan insentif atau nilai lebih untuk suatu produk pada sales force, distributor atau konsumen langsung dengan tujuan utama yaitu menciptakan penjualan yang segera.


(18)

Sales merupakan satu cara promosi yang akhir-akhir ini banyak digunakan oleh produsen/perusahaan. Perusahaan merekrut perempuan dan laki-laki dengan syarat dan kreteria tertentu untuk bekerja memasarkan suatu jenis produk. Bagi laki-laki harus ulet dan pandai berbicara sedangkan yang perempuan harus berpenampilan menarik, ramah dan pintar menggunakan kata-kata yang menarik untuk menjaring konsumen. Dalam penelitian ini akan membahas tentang sales promosi perempuan atau yang disebut sales promotion girl. Menurut Murniarti dalam Argyo Damartoto (2009), perubahan peran dari sektor domestik ke sektor publik akan membuka kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang memungkinkan untuk melakukan pilihan-pilihan dalam menelusuri jalan kehidupan. Namun dalam kenyataannya sektor publik cenderung memanfaatkan pekerja perempuan sebagai alat promosi murah dalam upaya menarik investasi untuk memicu pertumbuhan ekonomi dalam suatu perusahaan (Effendi dalam Argyo Damartoto, 2009). Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi perempuan adalah suatu proses pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu dalam hal ini perempuan disebabkan oleh perbedaan gender (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2011).

Menurt Kotler 2004 (dalam Adiyan Kukuh, 2012), memberikan pengertian Sales Promotion sebagai insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa. Serupa dengan Kotler, Grewal and Levy (2008 dalam Dwi Jayanthi, 2011) memberikan pengertian Sales Promotioan sebagai insentif spesial atau program-program menarik yang mendorong


(19)

konsumen untuk melakukan pembelian produk dan jasa tertentu. Jadi, promosi penjualan adalah aktivitas promosi yang terdiri dari insentif jangka pendek yang dilakukan untuk mendorong pembelian dengan segera dan meningkatkan penjualan perusahaan. Menurut Hanafie (2010 dalam Adiyan Kukuh, 2012), promosi penjualan merupakan program dan penawaran khusus dalam jangka pendek yang dirancang untuk memikat para konsumen kebanyakan langsung kepada konsumen akhir yang terkait agar mengambil keputusan pembelian yang positif.

Secara umum, Sales Promotion Girl atau yang biasa disebut SPG adalah perempuan dengan keriteria tertentu yang direkrut oleh suatu perusahaan, yang tugasnya mempromosikan dan memberikan informasi secara langsung kepada kosumen tentang suatu produk. Biasanya SPG bekerja di tempat-tempat keramaian seperti, mall, pameran bazaar, perkantoran atau tempat lainnya sesuai kebutuhan dan produk yang ditawarkan. Profesi SPG menunutut sikap ramah dan keterampilan dalam berkomunikasi agar konsumen mendapatkan informasi yang jelas tentang produk yang ditawarkan. Beberapa perusahaan yang sering menggunakan jasa SPG adalah seperti perusahaan rokok, oprator selullar, minuman dan sebagainya. Pada beberapa perusahaan tersebut tenaga sales sangat berperan penting dalam mensosialisasikan dan memasarkan produk kepada masyarakat. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan berinteraksi langsung dengan konsumen. Melalui cara ini diharapkan target promosi dapat langsung mencapai sasaran yang akan berdampak pada kenaikan jumlah penjualan (Suswono, 2011).


(20)

Menurut Dandy Pawitan (dalam Susanto Darmawan, 2013) yang merupakan Chief Executive Astra Internasional dalam wawancara dengan merdeka.com disela kegiatan JIExpo menuturkan, setiap semua orang yang di sini termasuk (SPG) Sales Promotion Girl adalah semacam wakil perusahaan yang siap menjelaskan mengenai produk. Lebih jauh Dandy Pawitan menuturkan, SPG sebagai penjaga stand yang menarik konsumen dan itu setidaknya membantu mengarahkan atau mencarikan informasi yang detail kepada para konsumen sehingga secara tidak langsung juga bisa meningkatkan penjualan. Dari penuturan tersebut dapat dilihat peran SPG disebuah perusahaan merupakan wakil penting yang turut berperan dalam peningkatan penjualan.

Menurut Dwi Narwoko (2013), Bukan hanya perusahaan saja yang menggunakan jasa SPG, kini SPG mulai merambah pekerjaan yang lebih luas seperti yang terjadi di Ibu Kota Jakarta akhir-akhir ini, partai politik sudah melirik efektifitas yang ada di sisi SPG. Seperti yang dilakukan oleh Partai PDI Perjuangan yang menggunakan jasa SPG dalam melakukan kampanye sosial seperti pada Hari Sumpah Pemuda, partai menggunakan jasa SPG dan berpakaian dengan logo partai untuk membagikan stiker Indonesia Bangkit yang sedang dijadikan platform partai tersebut. Menggunakan jasa SPG agar animo masyarakat dalam partisipasi dan menerima stiker tersebut semakin banyak. Lebih jauh menurut Eko Prasetya (2013), dalam acara pameran Senjata dan Alat Berat dan Perthan Negara di bulan November 2013 SPG tetap menjadi primadona dalam memamerkan kekayaan senjata pertahanan Negara Indonesia. Bukan menggunakan tentara pilihan untuk memajangkannya melainkan menggunakan SPG agar masyarakat


(21)

tertarik untuk mengunjungi pameran tersebut. Selain itu, bahkan menurut Arbi Sumandoyo (2013), Mall Hewan Kurban di kawasan Depok menggunakan jasa SPG untuk meningkatkan penjualannya.

Perusahaan-perusaan besar yang mempromosikan produk barunya di daerah luar Pulau Jawa sangatlah jarang membawa SPG yang memang sudah pernah dikontraknya ketika melakukan promosi dikota besar, karena akan menimbulkan pembengkakkan pengeluaran mereka sehingga akan merekrut SPG dari daerah tujuan promosi tersebut. Disamping menekan pengeluaran promosi juga diuntungkan dengan mendapatkan SPG yang memang sudah memahami karakter masyarakat yang dijadikan target promosi baru. Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, tidak diragukan lagi berbagai produk yang akan masuk dan dikenalkan kepada masyarakat selalu didahulukan daripada daerah lain di Provinsi Lampung. kondisi ini merupakan suatu peluang pekerjaan baru bagi kaum perempuan yang menginginkan pengalaman kerja tanpa ada ikatan yang menyulitkan seperti karyawan atau buruh pabrik. Promosi-promosi produk baru pastilah membutuhkan SPG seperti yang dilakukan perusahaan di kota-kota besar, sehingga membuat SPG di kota Bandar Lampung mulai bermunculan dan berkembang, mulai dari Remaja Perempuan yang tidak melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi hingga mahasiswi yang membutuhkan dana tambahan untuk melengkapi kepentingan pribadinya.

Untuk berinteraksi langsung dengan konsumen, beberapa perusahaan memanfaatkan jasa SPG. Pada dasarnya SPG tidak sama dengan salesmen.


(22)

Salesmen adalah karyawan tetap perusahaan yang diberi fasilitas mobil atau sepeda motor, yang bertugas mendistribusikan produk dalam jumlah besar ke toko-toko grosir maupun supermarket. Sedangkan SPG adalah karyawan kontrak yang dipekerjakan berdasarkan event/acara tertentu untuk mempromosikan suatu produk, dengan cara berinteraksi langsung pada konsumen. Dari hasil wawancara dengan Susan, Susan mengaku biasanya dikontrak satu sampai enam bulan, atau hanya satu sampai tiga hari atau per minggu hal ini disesuaiakan dengan kebutuhan perusahaan. SPG hanya menerima gaji harian dan tidak berhak atas tunjangan dan fasilitas seperti yang didapat karyawan tetap. Untuk menjadi SPG, syarat yang diperlukan lebih kepada penampilan fisik yang menarik dan harus pintar bicara untuk menarik perhatian konsumen yang umumnya kalangan remaja dan dewasa. SPG terbagi dalam dua kategori yaitu tenaga SPG yang secara terus menerus selalu mendapatkan pekerjaan baik dari perusahaan maupun melalui teman-temannya. Kedua merupakan tenaga SPG yang mamilih-milih dan bekerja di saat hari libur kuliah. Di kalangan SPG sendiri mereka menyebut kelompok pertama sebagai SPG reguler dan SPG event bagi SPG kategori kedua. Satu tim SPG biasanya terdiri dari tiga sampai lima orang dan didampingi leader yang bertugas mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan promosi. Dengan menggunakan kendaraan mobil, SPG mengunjungi tempat-tempat keramaian seperti pasar, kafe, kampus, warung kopi, perkantoran, mall dan lain-lain untuk mempromosikan produknya.

Mereka menjual produk-produknya tersebut langsung kepada perorangan. Tujuan promosi dengan cara ini adalah agar SPG dapat menjelaskan secara langsung


(23)

kepada konsumen tentang keunggulan produknya. Untuk menarik minat calon konsumen, SPG membagi-bagi sample produk gratis serta hadiah-hadiah (merchandise) seperti gelas, asbak, payung, baju kaos dan lain sebagainya. Memakai jasa SPG maka perusahaan akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus yaitu dari segi promosi produk dapat dikenal luas oleh masyarakat dan dari segi penjualan SPG dibebani target penjualan yang harus dicapai setiap harinya. Perusahaan berharap dengan memakai jasa gadis-gadis cantik yang menarik dan pintar dalam berbicra maka penjualan produk akan lebih meningkat dan masyarakat akan lebih mengenal brand produk tersebut diantara merk-merk produk lainnya yang beredar di pasaran.

Begitu pentingnya peran SPG terhadap penjualan dalam suatu perusahaan atau pemikat suatu organisasi. Mereka bekerja bukan hanya mengandalkan penampilan fisik semata tetapi keterampilan berkomunikasi juga. Pentingnya peran SPG bagi perusahan berbanding terbalik dengan image yang melekat pada SPG itu sendiri. Anggapan-anggapan miring tentang profesi SPG yang berkembang di masyarakat menjadikan SPG dipandang sebelah mata. Gaya berpakain yang tidak umum atau yang lebih tepatnya agak sedikit terbuka yang menyebabkan image SPG negatif terhadap SPG di kalangan umum. SPG sebenarnya mengetahui tentang image negatif yang ditujukan tehadap dirinya, akan tetapi mereka berusaha untuk tidak menghiraukan dan justru menunjukan kepada masyarakat bahwasannya profesi tidak harus disangkut pautkan dengan kepribadian. Tidak hanya itu para SPG ini berusaha meyakinkan kepada masyarakat bahwasannya perempuan-perempuan yang dikatakan perempuan murahan itu hanyalah oknum, tidak semua pekerja


(24)

SPG seperti itu. Masyarakat pun sebenarnya mengatahui bahwasannya tidak semua para pekerja SPG ini adalah perempuan murahan yang imagenya negatif. Tetapi kenyataannya masyarakat tidak memilah dan memilih lagi tentang anggapan mereka terhadap suatu fenomena atau kejadian yang sering mereka jumpai ini. Masyrakat luas pada umumnya melihat sisi negatifnya saja lantas menyamaratakan atau mencari-cari buruknya lalu men-judge semua dan tidak memperdulikan aspek lainnya. Perspektif stereotip negatif yang berkembang dalam masyarakat sesungguhnya sangatlah merugikan SPG secara keseluruhan, menurut Bryand (1992 dalam Eva Febriyana 2008) stereotip termasuk penggeneralisasian tentang karakteristik yang menjadi ciri khusus dan karakteristik lainnya dari anggota-anggota berbagai kelompok sosial, menganggap semua anggota dari kelompok tersebut menampilkan tingkah laku tertentu yang menunjukan pada satu tingkat kesamaan.

SPG dapat juga dikatakan insentif spesial bagi para calon konsumen karena kinerjanya dalam mempromosikan sesuatu memiliki keramahan bahkan melebihi seorang penjaga toko besar yang menjadikan konsumennya raja. Loyalitas para SPG ini merupakan salah satu insentif yang juga menambah kenyamanan para calon konsumen untuk menggunakan atau mencoba produk yang ditawarkan, inilah yang membuat SPG berpengaruh besar dalam suatu perusahaan mencapai target penjualan yang ditetapkan perusahaan tersebut.

Selain itu, keramahan para SPG ini dalam menawarkan produk ataupun memperkenalkan suatu produk disalah artikan oleh para calon konsumen atau


(25)

pengunjung dalam suatu kegiatan. Sehingga kebanyakan dari mereka justru mendapat gangguan dari para calon konsumen yang sebenarnya hanya ingin menggoda yang sesungguhnya merugikan SPG itu sendiri karena memakan waktunya untuk mempromosikan produk perusahannya. Tetapi disebabkan target penjualan yang dipakai oleh perusahaan dalam memperkerjakan SPG membuat para mereka harus bersabar dan rela mendapat gangguan dari pengunjung atau calon konsumen yang sedang dihadapi. Kondisi demikianlah yang pada akhirnya membuat stigma negatif kepada SPG yang sesungguhnya hanya berusaha mengejar target yang diberikan kepada mereka terhadap perusahaan yang memperkerjakan mereka. Para SPG ini menunjukan sikap sebagai pekerja profesional, mungkin saat ini hanya itulah satu-satunya jalan yang bisa mereka perbuat. Pada dasarnya suatu fenomena atau kejadian yang belum banyak terjadi umumnya tidak dapat dikenal baik oleh masyarakat dan sebagaimanapun seseorang menjelaskan tentang fenomena tersebut tidak dapat merubah anggapan apapun sebelum mereka mengetahuinya sendiri. Mungkin kondisi seperti itulah yang dialami oleh para pekerja SPG ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok penelitian ini adalah : 1. Apakah motivasi perempuan memilih menjadi SPG ?.

2. Bagaimana image yang diberikan oleh masyarakat terhadap pekerjaan sebagai SPG ?


(26)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitiian ini adalah :

1. Mengkaji motivasi perempuan memilih bekerja sebagai SPG.

2. Mengkaji image yang melekat pada perempuan pekerja sebagai SPG.

D. Kegunaan Penelitian

Beberapa tujuan penelitian yang telah di ungkapkan di atas maka diharapkan penelitian ini mendatangkan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan sosial yang bertema sama serta dapat dijadikan sebagai titik tolak penelitian yang serupa dengan kajian berbeda yang lebih luas.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para pekerja SPG untuk dapat lebih profesional dalam menjalankan pekerjaannya. Selain itu juga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meminimalisir streotip yang negatif terhadap perempuan yang bekerja sebagai SPG.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Image

Image bila diartikan kedalam bahasa Indonesia bermakna gambar dapat pula bermakna citra. Dalam penelitian ini image yang dimaksud adalah citra. Citra disini bermakna gambaran yang ada di benak seseorang atau sama dengan persepsi seseorang. Persepsi sosial adalah kecakapan untuk dapat melihat dan memahami perasaan-perasaan, sikap-sikap, dan kebutuhan anggota kelompok (Gerungan, 2004). Menurut Aker dan Keller (1990) dalam Devi Miftia, image (citra) berkaitan dengan reputasi sebuah merek atau perusahaan. Image (citra) adalah persepsi konsumen tentang kualitas yang berkaitan dengan merek atau perusahaan. Pada tingkat perusahaan, image (citra) perusahaan didefinisikan sebagai persepsi tentang sebuah organisasi yang terefleksi dalam ingatan pelanggan.

1. Jenis Citra

Ada beberapa jenis citra menurut Frank Jefkins (1998) dalam Devi Miftia yaitu :

1. Citra Bayangan (Mirror Image), citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi–biasanya adalah pemimpinnya–mengenai


(28)

anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita. 2. Citra yang Berlaku (Current Image), citra yang berlaku adalah suatu citra

atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya.

3. Citra Majemuk (Multiple Image), yaitu adanya image yang bermacam-macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image), apa yang dimaksud dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

5. Citra Yang Diharapkan (Wish Image), citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.


(29)

2. Penggambaran Citra

MenurutSoleh Sumirat (2005 dalam Hilmi Firdaus, 2011) citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi, sikap:“proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap konsumen terhadap produk”. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari stimulus.Empat komponen tersebut dapat diartikan sebagai:

1. Persepsi.Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.

2. Kognisi.Yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat memengaruhi perkembangan informasinya.

3. Motif. Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. 4. Sikap. Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.


(30)

B. Tinjauan Tentang Perempuan dan Motivasi

Kaum perempuan dalam menghadapi pembangunan bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan makmur baik materi maupun spiritual, mereka bener-bener dituntut untuk mampu mengendalikan diri dalam menjalankan aktivitasnya baik di dalam maupun di luar rumah bersama-sama masyarakat luas. Peran perempan di dalam rumah bersifat universal, dimana ia harus melahirkan, mendidik, mengasuh anak, mengurus dan mengatur rumah tangga oleh karena itu perempuan dalam beraktivitas di luar rumah hendaknya jangan sampai mengingkari kodrat kewanitaannya.Secara sosiologis perempuan merupakan bagian dari masyarakat sekitarnya, anggota keluarga satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Didalam hidup bermasyarakat dituntut adanya saling pengertian antara individu satu dengan yang lainnya. Perempuan sebagai makhluk insani memiliki hak-hak antara lain :

1. Hak memenuhi kebutuhan jasmani, seperti mencari nafkah untuk mandapatkan dan mempertahakan hidup yang layak.

2. Hak berfikir, hak bersuara, mengeluarkan pendapat, hak berkumpul dan bermasyarakat.

Menurut Syafiq Hasyim (2005), Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar di sekitar kita.


(31)

Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan.

Para ilmuan seperti Plato dalam Murtadlo Muthahari (1995), mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya. Secara biologis dari segi fisik, perempuan dibedakan atas perempuan lebih kecil dari laki-laki, suaranya lebih halus, perkembangan tubuh perempuan terjadi lebih dini, kekuatan perempuan tidak sekuat laki-laki dan sebagainya. Perempuan mempunyai sikap pembawaan yang kalem, perasaan perempuan lebih cepat menangis dan bahkan pingsan apabila menghadapi persoalan berat. Dari uraian Plato diatas, menunjukan bahwa perempuan memiliki nilai kemanusiaan yang lebih dari pada laki-laki dimana perasaan perempuan lebih jeli dalam melihat perasaan orang lain.

Sementara Kartini Kartono (1989) mengatakan, bahwa perbedaan fisiologis yang alami sejak lahir pada umumnya kemudian diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada, khususnya oleh adat istiadat, sistem sosial-ekonomi dan pengaruh-pengaruh pendidikan. Pengaruh kultural dan pedagogis tersebut diarahkan pada perkembangan pribadi perempuan menurut satu pola hidup dan satu ide tertentu. Perkembangan tadi sebagian disesuaikan dengan bakat dan kemampuan


(32)

perempuan, dan sebagian lagi disesuaikan dengan pendapat-pendapat umum atas tradisi menurut kriteria-kriteria feminis tertentu.

Menurut Dwi Ambarsari (2002), Konstruksi sosial yang membentuk pembedaan antara laki-laki dan perempuan itu pada kenyataannya mengakibatkan ketidakadilan terhadap perempuan. Pembedaan peran, status, wilayah dan sifat mengakibatkan perempuan tidak otonom. Perempuan tidak memiliki kebebasan untuk memilih dan membuat keputusan baik untuk pribadinya maupun lingkungan karena adanya pembedaan-pembedaan tersebut. Berbagai bentuk ketidakadilan terhadap perempuan tersebut adalah, marginalisasi, stereotipe, beban ganda dan kekerasan terhadap perempuan. Sesungguhnya jika dicermati lebih mendalam, perempuan mampu melakukan pekerjaan laki-laki walaupun dengan berbagai keterbatasan, tetapi laki-laki tidak dapat sama sekali melakukan beberapa pekerjaan yang dibebankan oleh perempuan seperti harus bekerja sementara dia mengurus anaknya seharian, itu disebabkan perbandingan emosional yang cukup jauh antara laki-laki dan perempuan.

Secara eksistensial, setiap manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama, sehingga secara asasi berhak untuk dihormati dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya. Secara mendasar, Hak Asasi Manusia meliputi, hak untuk hidup, hak untuk merdeka, hak untuk memiliki sesuatu, serta hak untuk mengenyam pendidikan. Ketiga hak tersebut merupakan kodrat manusia. Siapapun tidak boleh mengganggu dan harus dilindungi. Hak untuk hidup bersama dengan harkat dan martabat meliputi hak untuk mendapatkan pekerjaan dan berkarir dengan baik tanpa ada pembatasan dan penilaian buruk dimasyarakat.


(33)

Serangkaian pengertian dan penjabaran tentang perempuan mengenai hak dan ketidak adilan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah perempuan yang sudah bekerja sebagai SPG. Malihat dari sisi pekerjaanya yang mendapat stereotip negatif dari masyarakat.

C. Tinjauan Tentang Pekerja 1. Definisi Kerja

Kerja merupakan suatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada suatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya (Anoraga2005 dalam skripsi Eva Febriyana 2008). Pada dasarnya kerja merupakan konsepsi yang dapat berbeda berdasarkan masyarakat yang menilainya.Ditinjau dari perspektif sosiologis kerja dipandang sebagai aktivitas yang dapat memberikan hal-hal sebagai berikut :

1. Income atau pendapatan

2. Jadwal teratur sehingga kerja dapat diatur

3. Alat-alat yang dapat memberikan seseorangg identitas 4. Hubungan dengan orang lain yang bukan keluarga

5. Kesempatan untuk mengartikan kegiatan di luar rumah sebagai suatu hal yang produktif atau menghasilkan sesuatu yang mengandung kretivitas dan bisa memenuhi kebutuhan (Clayton: 1991dalam skripsi Yusriyah2005).


(34)

Dari pendapat tersebut ternyata makna suatu pekerjaan di dalam kehidupan masyarakat tidak hanya dipandang dari motif ekonomi saja melainkan terdapat hal-hal lain yang dibutuhkan oleh individu baik yang berupa prestise maupun aktualisasi diri dan sebagainya.

Sementara itu menurut Hegel dalam (Anoraga2005 dalam skripsi Eva Febriyana 2008) inti pekerjaan adalah kesadaran manusia. Pekerjaan memungkinkan orang dapat menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan dirinya. Pendapat ini semakin menyiratkan bahwa ternyata nilai sebuah pekerjaan termasuk juga ke dalam proses pembuktian identitas diri.Dalam buku Psikologi Pekerjaan karya Anoraga,May Smith berpendapat bahwa bahwa tujuan dari kerja adalah untuk hidup. Dengan demikian maka mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan sarana kegiatan untuk hidup, berarti bekerja. Dari pendapat tersebut maka hanya kegiatan-kegiatan orang yang bermotifasikan kebutuhan ekonomis sajalah yang bisa dikategorikan sebagai kerja (Anoraga2005 dalam skripsi Eva Febriyana 2008).Menurut Brown seorang psikiater (dalam Anoraga, 2005 yang dikutip dari skripsi Eva Febriyana 2008) berpendapat bahwa, kerja itu sesungguh nya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat.Dewasa ini uang bukanlah faktor utama seseorang bekerja. Pandangan paling modern mengenai kerja dikatakan bahwa :

1. Kerja merupakan bagian yang paling mendasar/ esensial dari kebutuhan manusia. Sebagai bagian yang paling mendasar, dia akan memberiakan


(35)

status dari masyarakat yang ada di lingkungan. Juga bisa mengikat individu lain baik yang bekerja maupun kerja. Sehingga kerja akan memberikan isi dan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan. 2. Baik laki-laki maupun perempuan menyukai pekerjaan kalaupun orang

tersebut tidak menyukai pekerjaan, hal ini biasanya disebabkan kondisi psikologis dan sosial dari pekerjaan itu.

3. Moral dari pekerja tidak mempunyai hubungan langsung dengan kondisi material yang menyangkut pekerjaan tersebut.

4. Insentif dari kerja banyak bentuk dan tidak selalu bergantung pada uang. Insentif ini adalah hal-hal yang mendorong tenaga kerja lebih giat (Anoraga2005 dalam skripsi Eva Febriyana 2008).

Menurut Anoraga berdasarkan penelitian dewasa ini prestasi kerja dan status sosial yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah faktor kemungkinan atau kesempatan untuk mendapat kemajuan (opportunities for advencement). Faktor ini menjadi penting karena bertalian dengan kebutuhan manusia untuk mendapatkan penghargaan, perhatian, terhadap dirinya dan juga prestasinya.

Jadi kita dapat cermati bahwa ternyata keinginan untuk mempertahankan hidup merupakan salah satu sebab yang terkuat yang dapat menjelaskan mengapa seseorang bekerja. Melalui kerja kita dapat memperoleh uang dan uang tersebut dapat dipakai untuk memuaskan semua tipe kebutuhan.


(36)

2. Makna Suatu Pekerjaan

Seiring dengan adanya berbagai kebutuhan individu, maka alasan individu untuk bekerja pun menjadi beragam mengikuti kebutuhan tersebut sehingga pekerjaan memiliki makna tertentu bagi individu. Makna suatu pekerjaan bukan lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dasar tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Johanes Papu (2002), berpendapat bahwa jika dilihat dari sudut pandang psikologis, maka suatu pekerjaan memiliki beberapa makna sebagai berikut :

a. Instrumen (instrumental)

Dalam memahami bahwa bekerja adalah suatu alat atau instrumen, maka dapat kita bagi menjadi dua bagian yaitu sebagai alat untuk mendapatkan penghasilan dan sebagai alat untuk melakukan aktivitas. Bahwa bekerja merupakan suaatu alat untuk memperoleh penghasilan mengkin tidak perlu dijelaskan lagi karena hal tersebut sudah merupakan hal yang umum dan sangat terkait dengan kebutuhan fisiologis dasar.Dalam hal bekerja merupakan instrumen untuk beraktifitas, sangatlah jelas bagi kita bahwa dengan bekerja seseorang dapat memiliki serangkaian aktifitas yang pasti dan jelas. Dengan bekerja maka semua kegiatan seolah-olah menjadi terprogram.

b. Kesenangan (enjoyment)

Sejalan dengan aktifitas yang dilakukan sebagai konsekuensi logis dari bekerja, maka tidak jarang individu menemukan berbagai kesenangan dalam bekerja. Pada pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan minat dan


(37)

bakat serta cita-citanya maka aktifitas kerja adalah hiburan dan pendorong semangat hidup.Dengan kesenangan yang dimilikinya tersebt maaka individu akan dapat berfungsi secara optimal sehingga bermanfaat bagi perkembangan jiwanya dan juga memudahkannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarna.

c. Pemenuhan Diri (self-fulfillment)

Setiap oaring ingin mengaplikasikan semua talenta yang dimiliki. Dengan bekerja maka indiidu memiliki kesempatan untuk mengaplikasika semua kemampuan yang dimilikinya atau dengan kata lain bekerja memugkinkan seseorang unuk dapat mengaktualiasikan dirinya. Dengan bekerja individu akan terus menerus meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampian diri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Lewat pekerjaan ia menghasilkan suatu karya cipta dan akan memperoleh pengakuan atau hasil karya tersebut. Dengan demikian maka ia akan semakin memiliki konsep diri yang positif dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

d. Institusi Sosial (socialinstitution)

Tak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan menciptakan suatu institusi social. Dengan bekerja mau tidak mau individu terkait dalam suatu institusi social yang memiliki aturan main tersendiri yang seringkali berbeda antara institusi satu dengan yang lain. Dengan bekerja maka relasi social akan terbuka lebar dan akan terjalin hubungan interpersonal.Hubungan tersebut memungkinkan individu untuk bias berbagi pengalaman, tukar menukar informasi, bertanya bahkan memperoleh bimbingan dari orang lain,


(38)

sehingga memperluas wawasan individu tersebut. Dalam interaksi social di dunia kerja, sang individu mungkin akan menemukan teman akrab bahkan mungkin juga teman hidup. Selain itu dengan bekerja individu memiliki status social yang jelas dan diakui oleh masyarakat, sehingga ia merasa diterima dan menjadi bagian masyarakat.Dapat disimpulkan bahwa bekerja adalah aktivittas manusia baik fisik maupun mental yang dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan yaitu mendapatkan kepuasan. Ini tidak berarti bahwa semua aktivitas itu adalah bekerja, hal ini tergantung pada motivasi yang mendasari dilakukannya aktitas tersebut. Setiap manusia di dunia membutuhkan pekerjaan.

3. Jenis Pekerjaan

Ratna Saptari dan Brigite Holzner dalam buku Perempuan Kerja dan Perubahaan Sosial yang dikutip dari Skrtipsi Eva Febriyana (2008), secara garis besar pekerjaan dibedakan dalam 2 sektor yakni sektor formal dan sector informal. Secara garis besar pembedaan kedua sektor ini didasarkan atas pertama, ciri pekerjaan yang dilakukan beserta pola pengarahan tenaga kerja dan kedua biasa juga atas ciri-ciri unit produksi yang melakukan pekerjan tersebut serta hubungan kerja eksternalnya.

a. Pekerjaan Sektor Formal

Apabila dillihat dari cirri pekerjaan yang dilakukan sector formal diartikan sebagai sector dimana pekerjaan yang dilakukan didasarkan atas kontrak kerja yang jelas, dan system upah diberikan secara tetap atau kurang lebih permanent. Sector ini menuntut beberapa persyaratan ketat. Apabila dilihat


(39)

dari unit proksina sector formal biasanya bermodal besar, pemilik usaha seringkali (bukan hanya satu individu saja) bahkan biasa konglomerat, berskala besar berteknologi tinggi, dan beroprasi di pasar internasional. Sector formal ini meliputi BUMN, dan perusahaan swasta.

b. Pekerjaan Sektor Informal

Berdasarkan ciri pekerjaannya sector informal diartikan sebagai sector dimana pekerjaan tidak didasarkan kontrak kerja yang jelas bahkan seringkali si pekerja bekerja untuk dirinya sendiri, penghasilannnya bersifat tidak tetap dan tidak permanent. Sector ini tidak membutuhkan persyaratan ketat. Apabila didasarkan atas unit produksinya sector informal bermodal local atau dalam negri yang relatif kecil, pemilikan oleh satu individu atau keluarga, padat karya, dengan teknologi madya dan umunya beroprasi di pasar local. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang berada pada sector informal yang diarahkan berdasarkan definisi menurut ciri pekerjaan yang dilakukan beserta pola pengarah tenaga kerja.

D. Perempuan Pekerja

Ideologi patriarki telah berkembang di dalam masyarakat sejak berabad-abad, ideology ini menganut pembagian kerja secara seksual, yakni bahwa perempuan itu lemah, kurang bertanggung jawab dan lain-lain, sehingga pekerjaan yang cocok baginya adalah disektor rumah tangga (Budiman 1985 dalam Argyo Damartoto, 2009). Namun menurut Stuart Mill dalam Argyo Damartoto (2009), apa yang disebut sifat keperempuanan adalah hasil pemupukan masyarakat


(40)

melalui system pendidikan.Kenyataan pembangunan yang menempatkan perempuan sebagai tenaga produktif murah dalam upaya memicu pertumbuhan ekonomi, baik itu dalam suatu perusahaan maupun Negara yang memperkerjakan Buruh ke luar negeri dengan alasan devisa Negara. Diskriminasi upah, keterbatasan jaminan sosial menyebabkan pekerja perempuan tetap berada dalam posisi marginal (Effendi 1995 dalam Argyo Damartoto 2009:21). Lebih jauh ia mengungkapkan, banyak pekerja perempuan kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja. Program jarring pengamanan social yang diintrodusir pemerintah untuk membantu korban pemutusan hubungan kerja cenderung bias gender.

Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2011), sebagai akibat bias gender, beban beban kerja diperkuat lagi dengan pandangan masyarakat bahwa semua pekerjaan yang dilakukan perempuan dalam rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan perempuan. Karenanya dianggap rendah, disbanding jenis pekerjaan yang dianggap pekerjaan laki-laki dan dianggap tidak produktif sehingga tidak diperhitungkan dalam statistic ekonomi enaga dan sebagai konsekuensinya upah perempuan lebih rendah disbanding laki-laki, bahkan pada jenis pekerjaan yang sama.Perempuan sesungguhnya mempunyai peran ganda dalam kesehariannya, dimana perempuan mempunyai perannya sendiri sebagai perempuan normatif dan peran sebagai laki-laki yang menjadi tulang punggung dalam suatu keluarga. Menurut Mosser (1999 dalam Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2011), menyebutkan bahwa perempuan tidak hanya berperan ganda, akan tetapi perempuan mempunyai triple role (triple burden): peran reproduksi, yaitu peran


(41)

yang berhubungan dengan peran tradisional di sektor domestik; peran produktif, yaitu peran ekonomis disektor publik; dan peran social, yaitu peran di komunitas.Menurut Fakih (1977 dalam Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2011), dalam ilmu sosial yang dikembangkan Robert Merton dan Talcott Parsons, teori ini tidak secara langsung menyinggung persoalan perempuan, akan tetapi aliran ini berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian dan saling berkaitan (agama, pendidikan, struktur politik, sampai keluarga) dan masing-masing bagian selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan sehingga dapat menjelaskan posisi kaum perempuan.

E. Tinjauan Tentang SPG (Sales Promotion Girl)

Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu bagian yang memiliki keterkaitan langsung dengan konsumen, yaitu pada bagian salesproduk. Bagian ini terdiri dari beberapa bagian, terutama yang berkaitan dengan sistem pemasaran yang dilakukan suatu pemasaran.Sebagai tenaga sales produk, saat ini terdapat bagian pemasaran langsung yang menawarkan produk maupun sample produk. Bagian ini biasanya dikenal sebagai sales promotion, dan karena adanya karakter gender maka terdapat sales promotion girldan sales promotion boys. Pada penelitian ini akan dilakukan suatu analisis terhadap penggunaan sales promotion girl dari suatu produk perusahaan berkaitan dengan pemasaran produk tersebut.


(42)

Pengertian sales promotion girls dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara penggunaan bahasa, menurut Poerwodarminto (1987 dalam Ayu Rai, 2010), sales promotion girl merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik yang menarik sebagai usaha untuk menarik perhatian konsumen.Menurut Carter (1999:37, dalam Ayu Rai, 2010), kebutuhan perusahaan terhadap tenaga sales promotion girl disesuaikan dengan karakteristik suatu produk yang akan dipasarkan. Promosi produk untuk kebutuhan sehari-hari biasanya menggunakan tenaga sales promotion girl dengan kriteria yang dimungkinkan lebih rendah dibandingkan dengan sales promotion girl untuk produk semisal produk alat rumah tangga elektronik seperti halnya otomotif.Dengan demikian, pemilihan penggunaan tenaga sales promotion girl dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan produk yang akan dipromosikan. Kesesuaian antara produk yang dipromosikan dengan kualifikasi sales promotion girl memungkinkan akan meningkatkan daya tarik konsumen pada produk yang dipromosikan. Keberadaan karakter fisik seorang sales promotion girl tersebut, secara fungsional dapat mengangkat citra produk, terutama produk konsumsi langsung.

Menurut Darmono (1998:35, dalam Ayu Rai, 2010), seorang Sales Promotion Girl dituntut untuk mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, terutama terhadap pengetahuan produk yang dipromosikan maupun yang dipasarkan dan juga mempunyai penampilan fisik yang mendukung terhadap karakter produk.Pengertian sales promotion girl ditinjau dari sistem pemasaran, Nitisemito


(43)

(2001:53, dalam Ayu Rai, 2010) berpendapat bahwa sebagai salah satu pendukung pemasaran suatu produk maka diperlukan tenaga promosi suatu produk sehingga mampu menarik konsumen. Selanjutnya,dengan kemampuan berpromosi yang dimiliki seorang sales promotion girl akan mampu memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk.Retnasih (2001:23, dalam Ayu Rai, 2010) menyatakan: "Sales promotion girl adalah seorang perempuan yang direkrut oleh perusahaan untuk mempromosikan produk." Pendapat ini melihat keberadaan sales promotion girl dari fungsinya yaitu sebagai pihak presenter dari suatu produk. Lebih lanjut pendapat ini mengilustrasikan bahwa tugas utama dari sales promotion girladalah promosi produk, pada umumnya status sales promotion girl adalah karyawan kontrakan. Mereka dikontrak dalam kurun waktu tertentu untuk mempromosikan produk.

1. Syarat yang Harus Dimiliki SPG (Sales Promotion Girl)

Setiap bidang pekerjaan mempunyai kriteria tertentu untuk merekrut karyawannya, begitupun SPG. Raharti (2001:223, dalam Ayu Rai, 2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sales promotion girls, yaitu:

1. Performance. Performance ini merupakan tampilan fisik yang dapat diindera dengan menggunakan penglihatan. Dalam perspektif ini, performance juga mengilustrasikan tentang pembawaan seseorang. Pembawaan ini diukur dari penampilan outlook (penampilan fisik) dan desain dress code (desain pakaian), ukuran dari pembawaan ini subyektif (setiap orang dimungkinkan berbeda).


(44)

2. Communicating Style. Komunikasi mutlak harus terpenuhi oleh sales promotion girl karena melalui komunikasi ini akan mampu tercipta interaksi antara konsumen dan sales promotion girls. Komunikasi ini diukur dari gaya bicara dan cara berkomunikasi. Pengukuran atas communicating style ini dikembalikan kepada konsumen karena bisa bersifat subyektif.

3. Body Language. Body language ini lebih mengarah pada gerakan fisik (lemah lembut, lemah gemulai, dan lainnya). Gerak tubuh ketika menawarkan produk dan sentuhan fisik (body touch) adalah deskripsi dari body language ini. Pengukuran atas body language dikembalikan kepada konsumen karena bisa bersifat subyektif.

4. Jika memenuhi unsur tersebut, sangat dimungkinkan sales promotion girls yang direkrut perusahaan akan mampu menciptakan persepsi yang baik tentang produk yang diiklankan, dan akan diikuti dengan minat pembelian.

2. Posisi SPG (Sales Promotion Girl) di Bagian Pemasaran

SPG yang memang merupakan bagian organik dari perusahan, namun ada juga yang non organik. Organik dalam arti SPG tersebut memanglah karyawan atau pegawai tetap perusahaan tersebut yang bertugas menjadi tenaga promosi atas barang yang dihasilkan perusahaan. Non organik artinya SPG tersebut hanyalah tenaga temporer yang di sewa atau dibayar dengan perjanjian kontrak kerja atas waktu tertentu. Kehadiran seorang SPG dalam sebuah acara promosi baik yang berupa acara festival musik ataupun, pameran otomotif ataupun bazar sedikit banyak membantu perusahaan dalam menggaet calon pembelinya. Ini didasarkan


(45)

pada penampilan pertama yang di tunjukkan oleh SPG dengan penampilan fisik yang memang biasanya menarik. Setelah melihat penampilan SPG dan penawarannya yang menarik, biasanya calon pembeli berpikir untuk mencoba produk atau sekedar menerima sampel/brosur yang di sodorkan oleh SPG. Sampel atau brosur inilah yang kemudian menjadi sebuah awaladanya komunikasi antara SPG dengan calon pembeli. Sampel biasanya diberikan oleh perusahaan yang menjual produk makanan, minuman atau produk rokok. Namun banyak juga perusahaan yang sering kali merasa tidak terbantukan secara optimal oleh SPG ini. Terutama SPG yang non organik. Hal ini terjadi karena SPG non organik biasanya tidak memiliki kompetensi yang baik terhadap produk yang di jual. Product knowledge sering kali tak dikuasainya dengan baik. Hal ini lantaran tak ada waktu yang cukup untuk mempelajarinya karena SPG seperti ini sering menerima job secara dadakan. Namun banyak juga SPG yang sedikit masa bodoh dengan product knowledge. Mereka berpikir hanya bagaimana menarik calon pembeli dengan penampilannya dan selanjutnya mereka menyodorkan brosur lalu menjelaskan secara garis besarnya saja dan mereka hanya berpikir bagaimana jam kerja yang ia jalani segera berakhir untuk kemudian mendapatkan upahnya. (Della : 2012)

Berbeda dengan SPG yang organik, mereka menguasai lebih banyak product knowledge karena memang ia menjadi bagian secara tak terpisahkan pada perusahaan yang menghasilkan produk yang ia jual. Namun bukan berarti semua SPG memiliki kekurangan seperti kebanyakan SPG non organik tadi. Banyak juga SPG yang berusaha mempelajari pengetahuan tentang produk yang ia jual.


(46)

Mereka memposisikan dirinya seperti calon konsumen kebanyakan, dimana selalu ingin mengerti detail produk yang akan ia belinya dan menguasai lebih banyak pengetahuan atas produk tersebut.Bahkan jika perlu SPG professional seperti ini membeli produk yang akan ia tawarkan agar ia sendiri paham atas apa yang dirasakan konsumen yang membeli produk tersebut dan kemudian ia membandingkan dengan produk kompetitor. Karena selain menguasai hampir seluruh produk knowledge yang ia tawarkan, SPG juga harus paham atas apa saja yang dilakukan oleh kompetitor atau pesaing. Baik itu mengenai keunggulan produk maupun program-program yang sedang dijalankan kompetitor.Jika sudah menguasai lebih banyak product knowledge baik produk yang dijualnya sendiri maupun produk kompetitor, maka SPG seperti ini merupakan SPG yang kualified. Dan tak jarang SPG non organik yang handal seperti ini seringkali bisa menembus masuk ke jajaran posisi bergengsi pada perusahaan yang dulunya ia ikuti secara parsial.

3. Pentingnya SPG (Sales Promotion Girl) di Bagian Pemasaran

Saat ini keberadaan SPG seperti sudah menjadi sebuah standar untuk memasarkan produk atau jasa. Hal ini dapat dilihat di mall, supermarket, apotek, toko obat, pameran, pasar, SPBU, bahkan di tepi jalan, dimanapun ada aktivitas promosi hampir dapat dipastikan SPG selalu hadir. SPG merupakan singkatan Sales Promotion Girl yang bila diterjemahkan secara bebas berarti perempuan yang bertugas mempromosikan (meningkatkan) penjualan. Dapat pula diartikan sebagai perempuan yang bertugas untuk berpromosi dan menjual. Kata penjualan atau menjual melekat pada profesi SPG karena fungsi keberadaan mereka adalah untuk


(47)

membantu perusahaan mengembangkan bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung.Bila dirunut lebih lanjut, salah satu ukuran sebuah perusahaan atau bisnis berkembang adalah meningkatnya profit atau keuntungan. Keuntungan didapat dari selisih pemasukan dan pengeluaran. Salah satu cara meningkatkan pemasukan adalah meningkatkan penjualan. Peningkatan penjualan dapat diperoleh dari customer yang sudah ada maupun menambah customer-customer baru. Customer baru dapat diperoleh jika mereka cukup tertarik dan yakin dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Nah, disinilah peran penting SPG, untuk membuat calon customer tertarik dan yakin dengan kualitas produk dan jasa yang ditawarkan melalui komunikasi dan edukasi yang disampaikan. Memang iklan di TV, radio, papan reklame, internet dan sebagainya diperlukan untuk memberikan informasi atau mengingatkan tentang keberadaan sebuah produk/jasa, membangun image atau citra, dan mendorong calon customer untuk mengambil tindakan atas sebuah promosi produk/jasa. Namun ada beberapa tantangan yang harus dihadapi iklan tersebut, misalnya harga, daya ingat otak dan remote control.Mengapa harga menjadi tantangan karena dengan semakin banyaknya produk/jasa yang berusaha untuk dikenal melalui iklan sementara kapasitas penempatan iklan justru terbatas, maka harga iklan akan semakin mahal. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Lalu apa hubungannya dengan daya ingat otak, tentu saja berhubungan. Ingatan adalah merupakan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan dan 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah menerima kesan-kesan, menyimpan dan memproduksi (Ahmadi, 2009).


(48)

Informasi yang diterima indera manusia sangat banyak jumlahnya, terdiri dari suara-suara lingkungan sekitar, gambaran suatu obyek, suhu, sentuhan dan sebagainya. Informasi yang tidak terlalu penting akan disisihkan oleh sebuah mekanisme penyaring agar otak manusia tidak penuh oleh informasi-informasi tersebut. Dengan adanya mekanisme penyaringan dalam otak manusia, sangat wajar jika informasi yang dirasa tidak terlalu penting dan dibutuhkan saat itu „seperti dilupakan‟ sampai ada „pemicu‟ yang memerintahkan otak untuk mengingat kembali informasi tersebut. Informasi yang disaring ini tentu saja termasuk iklan produk/jasa yang didengar, dilihat oleh calon customer.Berkaitan dengan iklan yang dilihat calon customer, salah satunya adalah iklan melalui televisi. Saat ini semua televisi yang diproduksi selalu dilengkapi remote control. Mengapa kita jadi membahas alat pengendali kecil yang mempunyai banyak tombol ini, karena ada kecenderungan pemirsa televisi memindahkan channel saat jeda iklan. Ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi produk/jasa yang beriklan. Mari kita menggunakan ilustrasi calon customer yang akan berbelanja ke supermarket. Sebelum berangkat, di rumah dia sempat melihat sekilas iklan sebuah produk sebelum akhirnya mengambil remote control dan mengganti channel televisi.

Saat mengemudi mobil, dia sempat mendengar iklan yang dibacakan oleh penyiar radio kesayangannya, berisi informasi produk yang sama. Sampai di depan supermarket dia melihat banner/spanduk yang menginformasikan promosi produk yang iklannya sudah dia lihat di tv dan dengar di radio. Setelah masuk dan meyusuri lorong-lorong supermarket, dia bertemu dengan SPG kompetitor produk


(49)

yang sudah dia lihat dan dengar iklannya. SPG tersebut begitu bersahabat, mampu berkomunikasi dengan baik dan meyakinkan, menguasai product knowledge dengan benar. Akhirnya calon customer tersebut menentukan pilihan kepada produk kompetitor. Keputusan membeli memang dapat dikatakan terjadi di toko. Disini semakin terlihat pentingnya peran SPG, untuk membantu calon customer mengambil keputusan pembelian.

F. Kerangka pikir

Berdasarkan kajian pustaka, dapat ditarik suatu kerangka berpikir bahwa perempuan yang bekerja sebagai SPG adalah perempuan biasa yang terlihat gelamor pada saat berprofesi sebagai SPG. Menjadi perempuan biasa pada saat kesehariannya. Namun pada kenyataannya mungkin ada SPG yang mencampurkan profesinya dengan kehidupan sehari-hari, tapi tidak tidak semuanya seperti itu. Masyarakat yang melihat lantas memberikan citra yang negatif kepada perempuan pekerja SPG. Lantas image yang negatif tersebut diberikan kepada seluruh pekerja SPG yang sebenarnya tidak semuanya seperti itu. Mereka perempuan yang berprofesi sebagai SPG hanya bekerja dan tidak bermaksud apa yang di image-kan kepada mereka.


(50)

Berikut bagan kerangka berpikir:

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir

Pekerja sebagai SPG

Image negatif Perempuan

pekerja

Persepsi masyarakat


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting), oleh sebab itu penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Usman (2009) metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif penelitian sendiri.

Selain itu menurut Usman (2009), sebenarnya tidak ada langkah baku dalam penelitian kualitatif karena langkah-langkahnya tidak linier seperti dalam penelitian kuantitatif melainkan sirkuler sehingga dapat dimulai dari manapun. Tidak terdapat langkah yang yang pasti dalam penelitian ini, namun demikian dapat disajikan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Studi pendahuluan

2. Pembuatan Pradesain Penelitian 3. Seminar Pradesain


(52)

4. Memasuki Lapangan 5. Pengumpulan Data 6. Analisis Data

a. Reduksi data b. Display Data

c. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi

Berdasarkan uraian di atas, maka tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif, karena data yang diperoleh dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian. Selain itu menggunakan tipe penelitian kualitatif juga dirasa cocok dipakai dalam penelitian ini, karena diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang terjadi pada masyarakat ataupun SPG itu sendiri berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini akan memberikan informasi serta gambaran tentang motivasi SPG dan image yang melekat.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif sangat penting karena dengan adanya fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan batasan pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini peneliti akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Oleh sebab itu menurut Iqbal (2002) penetapan fokus penelitian memiliki dua tujuan, yaitu:

1. Penetapan fokus penelitian untuk membatasi studi, bahwa dengan adanya fokus penelitian, tempat penelitian menjadi layak, sekaligus membatasi


(53)

penelitian pada kategori yang mengandung data atau informasi dari kategori-kategori tersebut.

2. Penetapan fokus penelitian secara efektif untuk menentukan kriteria sumber informasi dalam menjaring informasi yang mengalir masuk, agar temuannya memiliki arti dan nilai yang strategis bagi informan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka, fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perempuan yang bekerja sebagai SPG yang berada di Kota Bandar Lampung 2. Masyarakat Kota Bandar Lampung yang umumnya sering berhubungan

dengan SPG.

C. Setting Penelitian

Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1995: 208-217) menyatakan bahwa objek penelitian kualitatif diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya dalam keadaan sewajarnya atau secara naturalistik (natural setting). Ini berarti bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif harus berada dalam kondisi yang sewajarnya (natural setting). Selanjutnya melalui sumber data, dapat ditentukan lokasi penelitian, dengan tidak menetapkan berapa jumlah pada suatu lokasi. Usaha mengumpulkan data hanya terhenti setelah mencapai taraf ketuntasan atau kejenuhan (redundancy). Tahap ini terjadi bila tidak ada lagi sumber data yang memberikan informasi. Selanjutnya, Lexi J. Moleong (2000: 86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi penelitian, cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk mencari


(54)

kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis, seperti waktu, biaya dan tenaga juga perlu dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan di wilayah kota Bandar Lampung, khususnya perempuan yang bekerja sebagai SPG di Kota Bandar Lampung.

D. Penentuan Informan

Informan adalah sumber data utama dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Menurut Lexy Moleong (1989) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Dalam penelitian ini, penentuan informan ditentukan melalui Informan dipilih secara sengaja (purposive), sehingga segenap karakteristik, elemen yang diperlukan, diperoleh data informan lanjutan yang memang sudah dipersiapkan. Sehingga menjamin validitas data yang diperoleh. Pemilihan informan dalam penelitian ini difokuskan kepada perempuan yang bekerja sebagai SPG yang berada di Kota Bandar Lampung.


(55)

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung merupakan pusat pemerintahan maupun pusat ekonominya masyarakat Lampung. Penelitian ini dilaksanakan di tempat-tempat keramaian atau tempat terselenggara event/acara yang berada di Kota Bandar Lampung, karena pada umumnya tempat-tempat seperti itulah yang efektif bagi SPG untuk mempromosikan produknya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian merupakan unsur yang sangat penting digunakan untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan informan mengenai pokok bahasan penelitian. Wawancara merupakan alat utama yang akan digunakan dalam penelitian ini. Wawancara digunakan untuk memproleh data mengenai gaya hidup SPG dan image yang melekat terhadap perempuan yang bekerja sebagai SPG yang berada di Kota Bandar Lampung. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara dengan tujuan mendapatkan keterangan yang diperlukan dari permasalahan yang dikemukakan. Wawancara ini


(56)

dilakukan melalui berbincang-bincang secara langsung atau berhadapan muka dengan yang diwawancarai. Penyusunan panduan wawancara dilakukan sebelum penelitian dilakukan, pokok–pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara (Moleong, 2002:136)

2. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti memiliki peranan yang besar dalam proses penelitian yang dilakukan. Pengamatan merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitif karena teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung, memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data (Moleong, 2002:126).

Mengamati adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati aktifitas individu lain. Alat utama peneliti adalah panca indera, sedangkan kesengajaan dan sistematis merupakan sifat-sifat tindakan yang secara eksplisit dicantumkan disini. Faktor kesengajaan itu bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah yang melakukan pengamatan, sedangkan sistematis merupakan ciri kerja ilmiah. Dalam penelitian ini, metode pengamatan yang digunakan adalah metode observasi partisipan. Peneliti ikut serta dalam objek yang diteliti, dengan metode ini, peneliti berusaha mengetahui bagaimana gaya hidup yang mereka jalani sehari-hari dengan


(57)

mengamati cara subjek melakukan hubungan interpersonal, dan kegiatan apa saja yang dilakukannya sehari-hari.

3. Dokumentasi

Metode ini tidak kalah pentingnya dengan metode lain. Selain itu, dalam melaksanakan metode inipun tidak terlalu sulit. Artinya apabila ada kekeliruan sumber datanya tetap belum berubah. Dalam metode dokumentasi, benda mati bukan benda hidup. Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, surat kabar, majalah. Sedangkan Guba dan Lincoln mengatakan bahwa dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode dokumentasi ini sangat perlu sekali bagi peneliti untuk menguatkan data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara. Dengan metode ini, keadaan data yang diperoleh dengan cara observasi dan wawancara akan semakin kuat keadaanya.

G. Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif yang menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Penentuan penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka data yang muncul berupa rangkaian kata-kata bukan rangkaian angka. Data itu mungkin


(58)

telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (pengamatan, wawancara, dan intisari dokumentasi) dan biasanya diproses kira-kira sebelum digunakan (melalui pencatatan, pengetikan) tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun atau teks yang diperluas.

Analisa data kualitatif menurut Milles dan Huberman (1992:16-19) meliputi tiga komponen analisa yaitu:

1. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang telah terkumpul. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilikan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data-data tertulis di lapangan. Selain itu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi, cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau singkat menggolongkan kedalam suatu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data (Display)

Pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi melalui bentuk teks terlebih dahulu. Selanjutnya hasil teks tersebut diringkas kedalam bentuk uraian sederhana yang menggambarkan alurnya. Masing-masing komponen dalam uraian merupakan abstraksi dari teks data lapangan.


(59)

Kemudian peneliti menyajikan informasi hasil penelitian mendasarkan pada susunan yang telah diabstrakan dalam uraian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data)

Pada tahap ini peneliti melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data. Disamping menyandarkan pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data yang tertuang dalam uraian. Setiap data yang menunjang komponen uraian diklarifikasi kembali, baik dengan informan di lapangan ataupun melalui diskusi dengan dosen pembimbing. Apabila hasil klarifikasi memperkuat kesimpulan atas data, maka pengumpulan data untuk komponen tersebut siap dihentikan.


(60)

BAB IV

SETTING PENELITIAN

A. Sejarah SPG (Sales Promotion Girl)

Istilah sales promotion girl atau yang sering dikenal sebagai SPG mungkin tidak banyak dipakai di luar sana. Banyak buku yang menulis terkait SPG, namun tidak banyak yang mengulas tentang sejarah maupun pengertian dari SPG itu sendiri. Tidak jarang buku tersebut bukanlah buku ilmiah yang diharapkan akan tetapi buku-buku fiksi yang ditemukan seperti novel dan lain-lain. Terdapat pula beberapa buku-buku karangan luar negri yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, itupun tidak ada yang membahas tentang SPG tetapi membahas sales marketing yang jelas jauh berbeda dengan SPG. Kalau kita membuka laman pencarian Google dan memasukkan kata „sales promotion girl’, dengan asumsi Googlekita disetel dalam bahasa Inggris, maka yang keluar di halaman pertama tetaplah hasil dari Indonesia. Hal lebih spesifik akan keluar jika laman Google Anda disetel dalam bahasa Indonesia. Cukup mengetikkan kata „SPG‟ maka semua hasil, dari berita hingga konten porno bisa keluar.


(1)

58

begitu dengan image yang diterima oleh SPG. Bebagai image negatif yang bermunculan dimasyarakat termasuk masyarakat Lampung. Seperti yang telah diuraikan di paragrap sebelumnya, bahwasannya penilaian yang dilakukan terhadap sesuatu tidak dilihat secara menyeluruh tetapi hanya sebagian lantas menyamakan seluruhnya. SPG yang terlihat sebagai perempuan muda berparas cantik, make up yang mencolok mata, ditambah sebagian berpakaian minim atau ketat dan ditambah dengan cara berkomuniakasi yang terkesan merayu. Masyarakat awam pasti langsung memberikan kesan yang tidak baik kepada perempuan yang bekerja sebagai SPG tersebut. Padahal terlepas dari itu, tidak sedikit juga perempuan yang berprofesi sama adalah perempuan yang pendiam. Tidak sedikit juga diantaranya adalah perempuan-perempuan yang tidak suka berdandan atau memakai make up. Itu artinya tidak semua perempuan yang berprofesi sebagai SPG adalah perempuan yang kesannya negatif.


(2)

93

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh sebuah simpulan tentang faktor yang mempengaruhi image dan motivasi perempuan yang memilih bekerja sebagai SPG :

1. Image negatif : Perempuan yang bekerja sebagai SPG memang berbeda dengan perempuan yang bekerja pada umumnya terutama dalam hal berpakaian dan berkomunikasi kepada konsumennya. Namun yang menjadi permasalahannya ada beberapa SPG yang mancapur adukan profesinya dengan kehidupannya sehari-hari, dengan berpakaian dan dengan cara berkomunikasinya.

Image positif : Perempuan yang bekerja sebagai SPG sama seperti perempuan yang bekerja pada umumnya, yaitu mencari nafkah.

2. Beberapa hal yang memotivasi untuk memilih pekerjaannya menjadi SPG adalah sebagai berikut :


(3)

94

a. Meskipun uang bukanlah segalanya tetapi uang menjadi alasan paling mendasar perempuan pekerja ini memilih bekerja sebagai SPG.

b. Batu loncatan menjadi salah satu faktor pendukung yang dijadikan alasan untuk memilih pekerjaan sebagai SPG.

c. Selain faktor uang dan sebagai batu loncatan, pengalaman menjadi pertimbangan perempuan yang bekerja sebagai SPG ini untuk memilih pekerjaannya.

d. Perempuan-perempuan yang memilih bekerja sebagai SPG ini bukan sebagai pilihan terakhirnya, mereka mempunyai cita-cita masing-masing dan itu bukanlah menjadi SPG.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan yang didapat dalam penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal :

1. Peneliti menyarankan kepada perempuan yang bekerja sebagai SPG hendaknya lebih profesional dalam bekerja. Jangan sampai mencampur adukan profesi dengan kehidupan sehari-hari.

2. Peneliti menyarankan bila ada penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama tentang Sales Promotion Girl namun dengan dimensi yang bereda. Peneliti menyarankan teliti lebih mendalam tentang gaya hidup, komunikasi masyarakat dan yang berkaitan dengan masyarakat luas terkait tentang interaksi sosial.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. PT Rineka Cipta. Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Ambarsari, Dwi. 2002. Kebijakan Publik dan Partisipasi Perempuan Cet. I (Surakarta: Pattiro, 2002), hlm. 3 (http://jasapembuatanweb.co.id/artikel-ilmiah/pengertian-perempuan), akses 08-11-2013.

Angger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritis. Yogyakarta. Kreasi Wacana.

Basrowi. dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT Rineka Cipta. Bramanta, Rizky. 2012. Pengertian Motivasi dan Teori2 Motivasi.

http://rizkybramanta.blogspot.com/2012/07/pengertian-motivasi-dan-teori2-motivasi.html, akses 08-11-2013.

Damartoto, Argyo. 2009. Kebutuhan Praktis dan Strategis Gender. Sebelas Maret University Press. Surakarta, akses 09-11-2013.

Della dan Wildan. 2012. SPG Hanya Menjual Bukan Untuk Dijual.

http://wildandandella.blogspot.com/2012/07/, akses 20-11-2013.

Febriyana, Eva. 2008. (Skripsi) Analisis Faktor Penghambat Kesempatan Kerja Penyandang Cacat Netra. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung. PT RefikaAditama.

Grewal and Levy. 2008. Pengertian Sales Promotion (Promosi Penjualan) dan Tujuannya. http://id.shvoong.com/business-management/marketing/2177086-pengertian-sales-promotion-promosi-penjualan/, akses 02-01-2014.

Hakim, Fransiska, Ayulia. 2013. Apa Itu Sales Promosi?.

http://ekonomi.kompasiana.com/marketing/2013/02/04/apa-itu-sales-promotion--525460.html, akses 26-01-2014.


(5)

Hasyim, Syafik. 2005. Pengantar Feminisme dan Fundamentalisme Islam Cet. I. (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. 5 (http://jasapembuatanweb.co.id/artikel-ilmiah/pengertian-perempuan), akses 08-11-2013.

Illich, Ivan. 2002. Matinya Gender. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Jayanthi, Dwi. 2011. diskusi manajemen pemasaran -> perbedaan sales promotion dan personal selling.

http://dwi-jayanthi.blogspot.com/2011/11/diskusi-manajemen-pemasaran-perbedaan.html, akses 26-01-2014.

Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. . Bandung. Mandar Maju. Krisna, Luther, Teguh, dan Teguh S. Gregorius. 1998. Bianglala Bisnis dan Pemasaran.

Universitas Atmajaya. Yogyakarta.

Kukuh, Adiyan. 2012. Promosi Penjualan (Sales Promotion).

http://adiyanfarm.blogspot.com/2012/12/promosi-penjualan-sales-promotion.html, akses 26-01-2014.

Muthahari, Murtadlo. 1995. Hak-hak Wanita dalam Islam (Jakarta: Lentera, 1995), hlm. 107 (http://jasapembuatanweb.co.id/artikel-ilmiah/pengertian-perempuan), akses 08-11-2013.

Narwoko, Dwi. 2013. Berkaos PDIP, 30 Cewek Cantik Promosikan 'Orang Muda Pemimpin'. http://www.merdeka.com/peristiwa/berkaos-pdip-30-cewek-cantik-promosikan-orang-muda-pemimpin.html. akses 02-01-2014.

Narwoko, Dwi. Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta. Kharisma Putra Utama.

Prasetya, Eko. 2012. Gadis Cantik dan Senjata Maut Bersanding di Kemayoran.

http://www.merdeka.com/peristiwa/gadis-cantik-dan-senjata-maut-bersanding-di-kemayoran.html, akses 28-10-2013.

Purwaningtiyas, Ike. 2005. Management Karier SPG Otomotif.

http://ike- purwaningtiyas.mhs.narotama.ac.id/2012/04/24/makalah-management-karier-spg-otomotif, akses 08-04-2013.

Purwasih, Joan Hesti Gita. 2013. Fenomena Sales Promotion Girl (SPG) Freelance Pada Mahasiswa di Kota Surakarta. http://ebookbrowsee.net/teori-tentang-kemampuan-spg-pdf-d414086046, 02-01-2013.

Rai, Ayu. 2010. Jadi Sales Promotion Girl, Siapa Takut.

http://ayuraimanagement.blogspot.com/2010/11/sales-promotion-girl.html, akses 09-11-2013.


(6)

Ratmoyo. 2012. ES-PE-GE Cara Menjadi Profesional di Bidang Direct Marketing. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Samsuni.2014.Kisah Rara Mendut.http://ceritarakyatnusantara.com, akses 11-06-2014. Sindo,Fandi.2013.Dari Mana Istilah “spg”.http://m.kompasiana.com, akses 15-06-2014 Sumandoyo, Arbi. 2012. Cerita Doni, Pekerjakan SPG Cantik Jual Sapi Kurban.

http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-doni-pekerjakan-spg-cantik-jual-sapi-kurban.html, akses 02-01-2013.

Sumedi, Pudjo. Tahrizur, Rahim, Ahmat. 1986. Islam dan Peranan Wanita Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Ting Negar. Solo. Aneka Solo.

Susanto, Dharmawan. 2013. SPG Otomotif Bukan Cuma Pemanis, Tapi Harus Pintar. Minggu. http://www.merdeka.com/peristiwa/spg-otomotif-bukan-cuma-pemanis-tapi-harus-pintar.html, akses 02-01-2013.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo, Setiadi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Yusriyah. 2005. (Skripsi) Motivasi dan Tujuan Anak Petani Miskin Usia Remaja Bekerja

Sebagai Pembantu Rumah Tangga Pada Etnis Tionghoa. Universitas Lampung. Bandar Lampung.