Populasi dan sampel Keterbatasan Penelitian

43 BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan jenis studi analitik dengan menggunakan desain cross sectional yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya sekali pada satu saat, tidak ada follow up.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Aggregate Assembly Component AGC, Departemen Assembling Commercial Vehicle ACV, dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service VRDS di PT “X” Indonesia bulan Januari-Mei 2014.

4.3 Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah semua pekerja yang bekerja di Departemen Aggregate Assembly Component AGC, Departemen Assembling Commercial Vehicle ACV, dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service VRDS yang terpapar kebisingan di PT “X” Indonesia. Sebelum menentukan jumlah sampel, terlebih dahulu mencari P1 dan P2 untuk masing-masing variabel yang menjadi kerangka konsep. Hasil dari nilai P1 dan P2 terdapat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel Variabel P1 P2 n Intensitas kebisingan 64,4 26,7 28 Massa kerja 68,4 31,8 31 Usia 54,2 55,6 21635 Status merokok 57,4 42,6 194 Setelah itu dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : n = Jumlah sampel yang diteliti P = Rata-rata proporsi pada populasi P 1 +P 2 2 Z 1- 2 = Derajat ke percayaan, CI 90, α = 10 two tail Z 1- β = Kekuatan uji 90 P 1 = Proporsi kebisingan diatas Nilai Ambang Batas dengan kenaikan tekanan darah = 64,4 Eny Hastuti, 2005 P 2 = Proporsi kebisingan dibawah Nilai Ambang Batas dengan kenaikan tekanan darah = 26,7 Eny Hastuti, 2005 Sampel n = [ Z 1 - α2x√2P1-P + Z 1- β x√P 1 1-P 1 + P 2 1-P 2 ] 2 P 1 -P 2 2 Berdasarkan rumus diatas, maka sampel yang dibutuhkan sebesar 28 orang, kemudian sampel dikalikan dua sehingga menjadi 56 orang. Namun karena jumlah populasi yang sedikit maka dilakukan pengambilan sampel jenuh yaitu sebesar 50 responden. Teknik Sampel jenuh merupakan teknik penentuan sampel yang semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil Sugiyono: 2008

4.4 Pengumpulan data

4.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana data tersebut diperoleh Kandary, 2010. Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini diambil dengan pengukuran langsung pengambilan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja serta pengukuran dosis kebisingan, dan wawancara status merokok. Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukurannya sebagai berikut: a. Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk mengukur kebisingan, agar menghasilkan data yang valid. b. Mengukur kebisingan di lingkungan kerja c. Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik d. Setelah selesai alat di matikan d engan menekan tombol ”OFF”. e. Setelah mengetahui besarnya tingkat kebisingan, maka dihitung pula seberapa besar waktu yang diperbolehkan untuk para pekerja terpapar pada tingkat kebisingan tersebut. Untuk menghitungnya menggunkan rumus sebagai berikut : f. Setelah mendapatkan waktu paparan yang diperbolehkan, maka sudah bisa dihitung dosis yang diterima pekerja pada masing-masing lokasistation. Perhitungan dosis tersebut menggunakan rumus sebagai berikut : Selanjutnya untuk pengukuran tekanan darah menggunakan alat tensimeter. Pengukurannya sebagai berikut: a. Saat diperiksa, pekerja duduk dengan santai, sebaiknya pengukuran dilakukan beberapa menit setelah mulai duduk dan dalam ruangan yang tenang. b. Lengan yang diukur harus dalam keadaan bebas tidak tertutup pakaian yang ketat di bagian lengan, sehingga manset dapat terlilit dengan baik. c. Memilih manset yang baik, yaitu manset yang dapat melilit 40 lengan atas bagian tengah. Pemakaian manset berukuran standar pada lengan yang berukuran besar dapat mempengaruhi pembacaan tekanan darah. Sehingga sebaiknya jangan memaksakan manset pada lengan yang berukuran besar. d. Lilitkan manset pada tengah lengan ke atas dengan bola manset berada di tengah arteri brachialis, dan batas bawah manset dengan siku kurang lebih 1 inci sekitar 2,5 cm di atas lipat siku. e. Pastikan manset sejajar dengan posisi jantung. f. Pompa tensimeter sampai manset mengembang dan catat tekanan saat bunyi denyut nadi terdengar jelas. Pompa kembali sampai kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan ini. g. Lepaskan pompa perlahan sekitar 2-3 mmHg, dan catat tekanan saat bunyi nadi kembali terdengar. h. Lepaskan pompa dan tunggu sekitar 30 detik kemudian memompa kembali sampai denyut terdengar lagi. i. Catat hasil tekanan darah sistolik dan diastolik. Untuk pembacaan sistolik, catat di mana denyut terdengar sebanyak 2 kali secara berurutan untuk pertama kali setelah pompa dilepaskan. Untuk pembacaan diastolik, catat saat denyut menghilang tidak terdengar lagi.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulis Kateglo, 2010. Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini berasal dari data departemen terkait, seperti usia dan masa kerja pekerja.

4.5 Teknik pengolahan data

4.5.1 Coding

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk masing-masing pertanyaan, kode yang diberikan akan menjadi panduan untuk menentukan skor yang didapat responden. Adapun cara penilaian dengan memberikan skor pada masing –masing item yang ditanyakan sesuai dengan kode yang telah ditetapkan dengan penggunaan batas skor sebesar 75 dari total skor jawaban yang diharapkan sebagai variabel yang dikategorikan lebih tinggi dari variabel lainnya, penentuan batas nilai skor ini ditetapkan berdasarkan pendapat Arikunto 1993. a. Tekanan darah, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan menggunakan satu pertanyaan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah kerja. kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban ”tidak meningkat” dan kode 1 untuk jawaban ”meningkat”. b. Dosis kebisingan, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan menggunakan satu pertanyaan, kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban ”≤ 100” dan kode 1 untuk jawaban ” 100”. c. Masa kerja, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 8 tahun” dan kode 1 untuk “ 8 tahun”. d. Usia, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 35 tahun” dan kode 1 untuk “ 35 tahun”. e. Status merokok, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “tidak” dan kode 1 untuk “ya”.

4.5.2 Editing

Merupakan suatu kegiatan memeriksa kelengkapan data-data yang sudah di isi. Kegiatan ini dilakukan pada saat masih dilapangan, agar data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kembali.

4.5.3 Entry

Merupakan suatu kegiatan pemprosesan data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data ini dilakukan dengan cara memasukkan data-data yang sudah didapat ke program statistik computer.

4.5.4 Cleaning

Merupakan suatu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data ke komputer

4.6 Analisis data

4.6.1 Analisis univariat

Analisis univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian berupa distribusi dan persentase pada setiap variabel yang meliputi variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, status merokok, dan tekanan darah

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi-square, dikarenakan data yang didapatkan berupa data kategorik. Uji Chi-square ini merupakan analisis hubungan variabel katego rik dengan batas kemaknaan α 0,1 estimasi Confidential Interval CI 90 yang akan digunakan untuk menguji variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, dan status merokok, terhadap variabel dependen, yaitu tekanan darah. Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat probabilitas suatu kejadian. Jika Pvalue 0,1 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya jika Pvalue 0,1 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 51 BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

5.1.1 Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja P2K3

A. Tujuan

Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

B. Audit

Audit sistem manajemen K3 meliputi unsur-unsur sebagai berikut: a Pembangunan dan pemeliharaan komitmen b Strategi pendokumentasian c Peninjauan ulang disain dan kontrak d Pengendalian dokumen e Pembelian f Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3 g Standar pemantauan h Pelaporan dan perbaikan kekurangan i Pengelolaan material dan pemindahan j Pengumpulan dan penggunaan data k Pemeriksaan sistem manajemen l Pengembangan keterampilan dan kemampuan

5.1.2 Proses Produksi

A. Gambaran Umum Aggregate Assembly Component AGC

Departemen atau bagian perakitan aggregate merupakan bagian yang merakit dan menyiapkan komponen-komponen seperti engine, gearbox, dan axles yang nantinya akan digabungkan pada chassis. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut : 1 Engine Proses kerja yang dilakukan pada bagian mesin terdiri dari preparation engine on pallet atau persiapan awal yang dilakukan sebelum ke proses selanjutnya. 2 Gearbox Proses kerja yang dilakuakan pada bagian gearbox ini dimulai dengan proses perakitan komponen-komponen gearbox, yang terdiri dari: a Sub Assembly Counter Shaft Merupakan proses perakitan counter shaft yang terdiri dari pengepresan gears dengan mesin hydrolic press, pemanasan gears dengan oven dan pemasangan bearings pada counter shaft yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate. b Sub Assembly Main Shaft Merupakan proses perakitan gears dan synchronize gears satu sampai lima atau enam pada main shaft, yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate. c Sub Assembly Front Housing Merupakan proses pemasangan bearing pada front housing atau bagian depan yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan memakai heater plate kemudian diberi oil seal. Kemudian bearing yang telah dipasang pada front housing dieratkan atau dikencangkan dengan memukulnya dengan palu tembaga. d Sub Assembly Rear Housing Merupakan proses pemasangan bearings pada rear housing atau bagian belakang yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate kemudian diberi oil seal. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan plug busi atau steker pada cover rear housing. Kemudian bearings yang telah dipasang pada front housing dieratkan atau dikencangkan dengan memukulnya dengan palu tembaga. e Main jig Merupakan proses penggabungan antara counter shaft, main shaft, front housing dengan memakai mesin jig. Kemudian pemasangan bearings yang sebelumnya dipanaskan dengan heater plate dan dieratkan dengan memukulnya dengan palu f Final Assembly Merupakan proses penggabungan rear housing dengan komponen yang telah digabungkan pada proses main jig serta pemasangan perlengkapan akhir hingga menjadi satu unit. g Testing Merupakan proses pengujian gearbox yang telah dirakit yang terdiri dari leaking test yaitu test kebocoran pada gearbox dengan memasukkan gearbox pada kontainer yang berisi campuran bahan kimia yang sifatnya tidak iritant. Kemudian pengisian oli pada gearbox, yang selanjutnya akan dilakukan running test yaitu pengujian fungsi gearbox dengan memakai mesin test bench. 3 Axle Proses kerja yang dilakukan pada bagian axle ini dimulai dengan proses perakitan komponen-komponen axle, yang terbagi menjadi dua proses yaitu : a Assembly front axle 1. Pre assembly steering knuckle Merupakan proses pemasangan kuckle dan king pin pada front axle beam 2. Identification Merupakan proses pemberian nomor pada front axle beam 3. Pre assembly brake Merupakan proses pemasangan seal ring, oil buffle dan protective plate pada front axle 4. Sub assembly wheel hub Proses pengepresan outer, inner roller bearing, shaft seal ring dan dust cover dengan menggunakan mesin hydrolyc press yang kemudian dipasangkan pada front axle dan diberi pelumas 5. Final assembly Proses perakitan seluruh komponen pada front axle beam yang terdiri dari brake anchore, steer arm, wheel hub, brake drum, hub cover, steering angle, toe in dan wheel alignment. b Assembly rear axle 1. Identification Merupakan proses pemberian nomor pada rear axle beam 2. Pre assembly Brake Proses pemasangan seal ring, oil buffle, protective plate pada rear axle 3. Sub assembly wheel hub Proses pengepresan outer, inner roller bearing, shaft seal ring dan dipasangkan pada rear axle dan diberi pelumas 4. Pre assembly diff case Proses perakitan ring gear dan gears ke diff case serta pemasangan bearings 5. Pre assembly drive pinion Proses pengepresan pinion bearings dan flange, kemudian proses pengukuran pre load pada pinion bearing 6. Pre assembly gear set to housing Proses perakitan drive pinion dan diff case 7. Final assembly Proses perakitan atau penggabungan komponen yang berasal dari pre assembly diff gear, pre assembly wheel hub, pre assembly bracket booster dan pre assembly brake shoe menjadi satu unit.

B. Gambaran Umum Assembling Commercial Vehicle ACV

1 Frame Bolting Proses frame bolting adalah proses yang diawali dengan perakitan chassis menjadi satu rangkaian kerangka bus dengan menghubungkan satu chassis ke chassis lainnya kemudian disatukan tiap bagiannya dengan baut dengan memakai alat pemasang baut yaitu impact wrench, high frequency electric hand drill dan torque moment untuk mengencangkan baut-baut tersebut. Pada proses ini selain perakitan chassis menjadi satu bentuk rangkaian, juga terdapat proses pemberian nomor pada chassis yang dilakukan dengan cara mencetak angka nomor pada chassis dengan memukulnya memakai palu dan pemasangan brackets untuk pipa pada chassis. 2 Painting Spray Wall Proses painting adalah proses pengecatan pada rangkaian chassis yang telah terbentuk menjadi satu rangkaian dan komponen dari aggregate seperti engine dengan tujuan untuk melindungi permukaan chassis dan engine dari elemen-elemen yang bisa merusak, selain itu juga memberika perlindungan terhadap karat. 3 Pre Assembly Podest Proses perakitan dan pemasangan berbagai instrumen dan perangkat awal yang terdiri dari pemasangan clutch pedal, handbrake lever dan electric board pada front frame, pemasangan floor pada center frame, pemasangan steering column pada floor, pemasangan bracket instrumen cluster, pemasangan cover unntuk steering column, pemasangan instrument cluster pada bracket, pemasangan kabel dan pitman arm, pemasangan steering wheel dan yang terakhir pemasangan driver seat. 4 Pre Assembly Radiator Frame Proses ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu : a Radiator frame lower Menempatkan radiator dan intercooler pada frame, pemasangan fan shroud dan fan b Radiator frame upper Menempatkan frame pada jig kemudian dilanjutkan dengan pemasangan beberapa komponen pada frame yaitu, rubber pad, spannband untuk reservoir, rubber dibawah reservoir, hoses, pulley, T-pieces untuk reservoir, house untuk T-pieces dan air filter. Setelah semua dipasang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan komponen lain yaitu pemasangan hose selang untuk intercooler, cover radiator frame, fuel filter, pulley untuk kipas, radiator hose bottom side dan pemasangan intake pipa untuk penyaringan udara 5 Chassis Assembly Proses ini dilakukan penggabungan antara rangkaian chassis yang telah dicat dengan komponen-komponen yang berasal dari Aggregate Assembly Components AGC yang terdiri dari brake system, axles dan gearbox. Sebelum itu dilakukan pemasangan ban, pipa untuk oil system, pipa udara, air dryer dengan valve dan small air tank, big air tank dan perlengkapan lainnya pada chassis. Setelah itu dilakukan pemasangan kabel-kabel konektivitas shifting cable, steering box dan proses paint touch up yaitu proses pengecatan pada chassis atau bagian lainnya yang dianggap kurang sempurna. 6 Final Assembly Proses ini terdiri dari persiapan kabel untuk mesin, pemasangan muffler saringan pada chassis, pemasangan mesin, pemasangan radiator frame, podest, tempat untuk baterai wooden bed pada chassis, pengisian oli, air pendingin dan campurannya cooling water mixing. Setelah itu dilakukan pengujian pada seluruh fungsi yang terdapat di chassis ini atau star diagnosis dan engine running untuk menguji kemampuan kerja mesin

C. Gambaran Umum Vehicle Ready Delivery Service VRDS

1. Car Inspection

Merupakan suatu proses dimana kendaraan didiagnosis untuk menguji kemampuan kerja mesin.

2. Washing

Merupakan suatu proses dimana mobil-mobil sedan dicuci

5.2 Hasil Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Di PT

“X” Indonesia Tahun 2014 Dalam penelitian ini tekanan darah responden diukur sebanyak dua kali yaitu sebelum bekerja dan setelah bekerja. Gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah b ekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 dapat dilihat pada table 5.1 Tabel 5.1 Gambaran Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah Bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Tekanan Darah Mean Minimum Maksimum SD Sistole Sebelum 117 100 140 9,313 Sistole Sesudah 124 100 140 9,258 Selisih Sistole 7 -10 30 9,091 Berdasarkan tebel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata untuk systole sebelum kerja sebesar 117 mmHg dan systole sesudah kerja sebesar 124 mmHg. Selain itu, rata-rata untuk kenaikan tekanan darah systole sebelum dan sesudah kerja sebesar 7 mmHg.

5.2.2 Gambaran Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia

Tahun 2014 Kenaikan tekanan darah systole pada pekerja dikategorikan menjadi dua 2 yaitu tidak meningkat dan meningkat. Gambaran kenaikan tekanan darah systole pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Tekanan Darah Sistole Jumlah Tidak Meningkat 19 38 Meningkat 31 62 Total 50 100 Berdasarkan tebel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 31 pekerja 62 mengalami kenaikan tekanan darah systole.

5.2.3 Gambaran Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014

Dosis Kebisingan pada pekerja dikategorikan menjadi dua 2 yaitu 100 dan 100. Gambaran dosis kebisingan pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Dosis Kebisingan Jumlah 100 25 50 100 25 50 Total 50 100 Berdasarkan tebel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang terpapar dosis kebisingan 100 dan 100 memliki jumlah yang sama, yaitu sebanyak 25 pekerja 50.

5.2.4 Gambaran Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014

Masa kerja pada pekerja dikategorikan menjadi dua 2 yaitu 8 tahun dan 8 tahun. Gambaran masa kerja pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Masa Kerja Jumlah 8 Tahun 27 54 8 Tahun 23 46 Total 50 100 Berdasarkan tebel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 23 pekerja 46 yang mempunyai masa kerja 8 tahun.

5.2.5 Gambaran Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014

Usia pada pekerja dikategorikan menjadi dua 2 yaitu 8 tahun dan 8 tahun. Gambaran masa kerja pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Usia Jumlah 35 Tahun 23 46 35 Tahun 27 54 Total 50 100 Berdasarkan tebel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 27 pekerja 54 yang berusia 35 tahun.

5.2.6 Gambaran Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014

Status merokok pada pekerja dikategorikan menjadi dua 2 yaitu ya dan tidak. Gambaran status merokok pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.6 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Status Merokok Jumlah Tidak 19 38 Ya 31 62 Total 50 100 Berdasarkan tebel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 31 pekerja 62 yang merokok.

5.3 Hasil Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square. Uji chi-square dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel Dosis Kebisingan, Masa Kerja, Usia dan Status Merokok dengan variabel Kenaikan Tekanan Darah Sistole.

5.3.1 Hubungan antara Dosis Kebisingan terhadap Kenaikan Tekanan

Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.7 Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Dosis Kebisingan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Total P value Tidak Meningkat Meningkat n n n ≤ 100 15 60 10 40 25 100 0,004 100 4 16 21 84 25 100 Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketaui bahwa responden yang terpapar dosis kebisingan 100 dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 21 responden 84. Sedangkan pada responden yang terpapar dosis kebisingan 100 dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 15 responden 40. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui dosis kebisingan memiliki hubungan yang bermakna P value 0,1 dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,004.

5.3.2 Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kenaikan Tekanan Darah

Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.8 Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Masa Kerja Kenaikan Tekanan Darah Sistole Total P value Tidak Meningkat Meningkat n n n 8 tahun 12 44,4 15 55,6 27 100 0,469 8 tahun 7 30.4 16 69,6 23 100 Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden yang bekerja 8 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 16 responden 69,6. Sedangkan pada responden yang bekerja 8 tahun dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 12 responden 44,4. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui Masa Kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna P value 0,1 dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,469.

5.3.3 Hubungan antara Usia terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di

PT “X” Indonesia Tahun 2014 Hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.9 Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Usia Kenaikan Tekanan Darah Sistole Total P value Tidak Meningkat Meningkat n n n 35 tahun 6 26,1 17 73,9 23 100 0,190 35 tahun 13 48,1 14 51,9 27 100 Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang berusia 35 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 14 responden 51,9. Sedangkan pada responden yang berusia 35 tahun dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 6 responden 26,1. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui usia tidak memiliki hubungan yang bermakna P value 0,1 dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,190.

5.3.4 Hubungan antara Status Merokok terhadap Kenaikan Tekanan

Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.10 Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Status Merokok Kenaikan Tekanan Darah Sistole Total P value Tidak Meningkat Meningkat n n n Tidak 12 63,2 7 36,8 19 100 0,010 Ya 7 22,6 24 77,4 31 100 Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa responden yang merokok dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 24 responden 77,4. Sedangkan pada responden yang tidak merokok dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 12 responden 63,2. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui Status Merokok memiliki hubungan yang bermakna P value 0,1 dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,010. 69 BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan tahun 2014 ini, peneliti mengumpulkan data primer dan sekunder terhadap 50 pekerja di Departemen Aggregate Assembly Component AGC, Departemen Assembling Commercial Vehicle ACV, dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service VRDS di PT “X” Indonesia bulan Januari-Mei 2014. Dan penulis menyadari terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan, diantaranya adalah : 1. Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan yaitu sound level meter, bukan dosimeter. sehingga hal ini bisa saja mempengaruhi hasil pengukuran yang ada. 2. Alat yang digunakan dalam pengukuran tekanan darah hanya tensimeter biasa bukan tensimeter digital, yang keakuratan dalam membaca hasilnya bisa saja salah. 3. Pada variabel status merokok bisa saja responden tidak menjawab apa yang sebenarnya melainkan apa yang menurutnya baik untuk dijawab.

6.2 Peningkatan tekanan darah