43
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian  ini  merupakan  jenis  studi  analitik  dengan  menggunakan  desain cross sectional yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya sekali pada
satu saat, tidak ada follow up.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  di  Departemen  Aggregate  Assembly    Component AGC,  Departemen  Assembling  Commercial  Vehicle  ACV,  dan  Departemen
Vehicle  Ready  Delivery  Service  VRDS di PT “X” Indonesia bulan  Januari-Mei
2014.
4.3 Populasi dan sampel
Populasi  penelitian  ini  adalah  semua  pekerja  yang  bekerja  di  Departemen Aggregate  Assembly    Component  AGC,  Departemen  Assembling  Commercial
Vehicle  ACV,  dan  Departemen  Vehicle  Ready  Delivery  Service  VRDS  yang terpapar  kebisingan  di  PT  “X”  Indonesia.  Sebelum  menentukan  jumlah  sampel,
terlebih  dahulu  mencari  P1  dan  P2  untuk  masing-masing  variabel  yang  menjadi kerangka konsep. Hasil dari nilai P1 dan P2 terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel
Variabel P1
P2 n
Intensitas kebisingan 64,4
26,7 28
Massa kerja 68,4
31,8 31
Usia 54,2
55,6 21635
Status merokok 57,4
42,6 194
Setelah  itu  dilakukan  penentuan  jumlah  sampel  dengan  menggunakan  uji
hipotesis beda dua proporsi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : n
=  Jumlah sampel yang diteliti P
=  Rata-rata proporsi pada populasi P
1
+P
2
2 Z
1- 2
=  Derajat ke percayaan, CI  90, α = 10  two tail
Z
1- β
=  Kekuatan uji 90 P
1
=  Proporsi  kebisingan  diatas  Nilai  Ambang  Batas  dengan  kenaikan tekanan darah = 64,4 Eny Hastuti, 2005
P
2
=  Proporsi  kebisingan  dibawah  Nilai  Ambang  Batas  dengan  kenaikan tekanan darah = 26,7 Eny Hastuti, 2005
Sampel n  =
[ Z
1
- α2x√2P1-P + Z
1- β
x√P
1
1-P
1
+ P
2
1-P
2
]
2
P
1
-P
2 2
Berdasarkan rumus diatas, maka sampel yang dibutuhkan sebesar  28 orang, kemudian sampel dikalikan dua sehingga menjadi 56 orang. Namun karena jumlah
populasi yang sedikit maka dilakukan pengambilan sampel jenuh yaitu sebesar 50 responden. Teknik Sampel jenuh merupakan teknik penentuan sampel yang semua
anggota  populasi  digunakan  sebagai  sampel.  Ini  dilakukan  bila  jumlah  populasi relatif kecil Sugiyono: 2008
4.4 Pengumpulan data
4.4.1 Data primer
Data  primer  adalah  data  yang  diperoleh  dari  sumber-sumber  asli. Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana data tersebut
diperoleh Kandary, 2010.  Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini
diambil  dengan  pengukuran  langsung  pengambilan  tekanan  darah  sebelum dan  sesudah  kerja  serta  pengukuran  dosis  kebisingan,  dan  wawancara
status merokok. Pengukuran  kebisingan  dilakukan  menggunakan  alat  Sound  Level
Meter. Pengukurannya sebagai berikut: a.
Melakukan  kalibrasi  sebelum  alat  sound  level  meter  digunakan  untuk
mengukur kebisingan, agar menghasilkan data yang valid. b.
Mengukur kebisingan di lingkungan kerja c.
Angka  yang terlihat pada  layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik
d. Setelah selesai alat di matikan d
engan menekan tombol ”OFF”.
e. Setelah  mengetahui  besarnya  tingkat  kebisingan,  maka  dihitung  pula
seberapa besar waktu yang diperbolehkan untuk para pekerja terpapar pada  tingkat  kebisingan  tersebut.  Untuk  menghitungnya  menggunkan
rumus sebagai berikut :
f. Setelah mendapatkan waktu paparan yang diperbolehkan, maka sudah
bisa  dihitung  dosis  yang  diterima  pekerja  pada  masing-masing lokasistation. Perhitungan dosis tersebut menggunakan rumus sebagai
berikut :
Selanjutnya  untuk  pengukuran  tekanan  darah  menggunakan  alat tensimeter. Pengukurannya sebagai berikut:
a. Saat  diperiksa,  pekerja  duduk  dengan  santai,  sebaiknya  pengukuran
dilakukan  beberapa  menit  setelah  mulai  duduk  dan  dalam  ruangan yang tenang.
b. Lengan yang diukur harus dalam keadaan bebas tidak tertutup pakaian
yang  ketat  di  bagian  lengan,  sehingga  manset  dapat  terlilit  dengan baik.
c. Memilih  manset  yang  baik,  yaitu  manset  yang  dapat  melilit  40
lengan atas  bagian tengah. Pemakaian  manset berukuran standar  pada lengan yang berukuran besar dapat mempengaruhi pembacaan tekanan
darah.  Sehingga  sebaiknya  jangan  memaksakan  manset  pada  lengan yang berukuran besar.
d. Lilitkan manset pada tengah lengan ke atas dengan bola manset berada
di  tengah  arteri brachialis,  dan  batas  bawah  manset  dengan  siku kurang lebih 1 inci sekitar 2,5 cm di atas lipat siku.
e. Pastikan manset sejajar dengan posisi jantung.
f. Pompa tensimeter sampai manset mengembang dan catat tekanan saat
bunyi denyut nadi terdengar jelas. Pompa kembali sampai kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan ini.
g. Lepaskan  pompa  perlahan  sekitar  2-3  mmHg,  dan  catat  tekanan  saat
bunyi nadi kembali terdengar. h.
Lepaskan  pompa  dan  tunggu  sekitar  30  detik  kemudian  memompa kembali sampai denyut terdengar lagi.
i. Catat  hasil  tekanan  darah  sistolik  dan  diastolik.  Untuk  pembacaan
sistolik,  catat  di  mana  denyut  terdengar  sebanyak  2  kali  secara berurutan  untuk  pertama  kali  setelah  pompa  dilepaskan.  Untuk
pembacaan  diastolik,  catat  saat  denyut  menghilang  tidak  terdengar lagi.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi  melalui  sumber  lain, baik  lisan  maupun tulis
Kateglo, 2010. Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini berasal dari data departemen terkait, seperti usia dan masa kerja pekerja.
4.5 Teknik pengolahan data
4.5.1 Coding
Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode  untuk  masing-masing  pertanyaan,  kode  yang  diberikan  akan  menjadi
panduan  untuk  menentukan  skor  yang  didapat  responden.  Adapun  cara penilaian  dengan  memberikan  skor  pada  masing
–masing  item  yang ditanyakan  sesuai  dengan  kode  yang  telah  ditetapkan  dengan  penggunaan
batas  skor  sebesar  75  dari  total  skor  jawaban  yang  diharapkan  sebagai variabel  yang  dikategorikan  lebih  tinggi  dari  variabel  lainnya,  penentuan
batas nilai skor ini ditetapkan berdasarkan pendapat Arikunto 1993. a.  Tekanan  darah,  variabel  ini  diukur  dengan  pengukuran  langsung  dan
menggunakan satu pertanyaan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah kerja.
kemudian  diberikan  kode  0  untuk  jawaban  ”tidak  meningkat”  dan kode 1 untuk jawaban ”meningkat”.
b. Dosis  kebisingan,  variabel  ini  diukur  dengan  pengukuran  langsung  dan menggunakan  satu  pertanyaan,  kemudian  diberikan  kode  0  untuk  jawaban
”≤ 100” dan kode 1 untuk jawaban ” 100”.
c.  Masa  kerja,  variabel  ini  diukur  dengan  satu  pertanyaan,  dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 8 tahun” dan kode 1 untuk “ 8 tahun”.
d. Usia,  variabel  ini  diukur  dengan  satu  pertanyaan,  dimana  jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 35 tahun” dan kode 1 untuk “ 35 tahun”.
e.  Status  merokok,  variabel  ini  diukur  dengan  satu  pertanyaan,  dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “tidak” dan kode 1 untuk “ya”.
4.5.2 Editing
Merupakan  suatu  kegiatan  memeriksa  kelengkapan  data-data  yang sudah  di  isi.  Kegiatan  ini  dilakukan  pada  saat  masih  dilapangan,  agar  data
yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kembali.
4.5.3 Entry
Merupakan  suatu  kegiatan  pemprosesan  data  agar  dapat  dianalisis. Pemprosesan  data  ini  dilakukan  dengan  cara  memasukkan  data-data  yang
sudah didapat ke program statistik computer.
4.5.4 Cleaning
Merupakan  suatu  kegiatan  pengecekan  kembali  data  yang  sudah dimasukkan,  apakah  ada  kesalahan  atau  tidak.  Kesalahan  tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data ke komputer
4.6 Analisis data
4.6.1 Analisis univariat
Analisis  univariat  ini  dilakukan  terhadap  tiap  variabel  dari  hasil penelitian  berupa  distribusi  dan  persentase  pada  setiap  variabel  yang
meliputi  variabel  dosis  kebisingan,  masa  kerja,  usia,  status  merokok,  dan
tekanan darah
4.6.2 Analisis Bivariat
Analisis  bivariat  pada  penelitian  ini  menggunakan    uji  chi-square, dikarenakan data yang didapatkan berupa data kategorik. Uji Chi-square ini
merupakan analisis  hubungan variabel katego rik dengan batas kemaknaan α
0,1  estimasi  Confidential  Interval    CI  90  yang  akan  digunakan  untuk
menguji  variabel  dosis  kebisingan,  masa  kerja,  usia,  dan  status  merokok,
terhadap variabel dependen, yaitu tekanan darah. Analisis  bivariat  ini  digunakan  untuk  melihat  probabilitas  suatu
kejadian.  Jika  Pvalue    0,1  maka  Ho  diterima  dan  Ha  ditolak  yang  berarti tidak  ada  hubungan  antara  variabel  independen  dengan  variabel  dependen.
Sebaliknya jika Pvalue  0,1 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
51
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Perusahaan
5.1.1 Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja P2K3
A. Tujuan
Menciptakan  suatu  sistem  keselamatan  dan  kesehatan  kerja  di tempat kerja dengan  melibatkan unsur  manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan  lingkungan  kerja  yang  terintegrasi  dalam  rangka  mencegah  dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
B. Audit
Audit sistem manajemen K3 meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
b Strategi pendokumentasian
c Peninjauan ulang disain dan kontrak
d Pengendalian dokumen
e Pembelian
f Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3
g Standar pemantauan
h Pelaporan dan perbaikan kekurangan
i Pengelolaan material dan pemindahan
j Pengumpulan dan penggunaan data
k Pemeriksaan sistem manajemen
l Pengembangan keterampilan dan kemampuan
5.1.2 Proses Produksi
A. Gambaran Umum Aggregate Assembly  Component AGC
Departemen  atau  bagian  perakitan  aggregate  merupakan  bagian yang  merakit  dan  menyiapkan  komponen-komponen  seperti  engine,
gearbox,  dan  axles  yang  nantinya  akan  digabungkan  pada  chassis. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut :
1 Engine
Proses  kerja  yang  dilakukan  pada  bagian  mesin  terdiri  dari preparation  engine  on  pallet  atau  persiapan  awal  yang
dilakukan sebelum ke proses selanjutnya.
2 Gearbox
Proses kerja yang dilakuakan pada bagian gearbox ini dimulai dengan  proses  perakitan  komponen-komponen  gearbox,  yang
terdiri dari: a
Sub Assembly Counter Shaft Merupakan  proses  perakitan  counter  shaft  yang  terdiri  dari
pengepresan gears dengan mesin hydrolic press, pemanasan gears dengan  oven  dan  pemasangan  bearings  pada  counter  shaft  yang
sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate.
b Sub Assembly Main Shaft
Merupakan proses perakitan gears dan synchronize gears satu sampai  lima  atau  enam  pada  main  shaft,  yang  sebelumnya
dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate. c
Sub Assembly Front Housing Merupakan  proses  pemasangan  bearing  pada  front  housing
atau  bagian  depan  yang  sebelumnya  dipanaskan  terlebih  dahulu dengan memakai heater plate kemudian diberi oil seal. Kemudian
bearing  yang  telah  dipasang  pada  front  housing  dieratkan  atau dikencangkan dengan memukulnya dengan palu tembaga.
d Sub Assembly Rear Housing
Merupakan  proses  pemasangan  bearings  pada  rear  housing atau  bagian  belakang  yang  sebelumnya  dipanaskan  terlebih
dahulu  dengan  heater  plate  kemudian  diberi  oil  seal.  Setelah  itu dilanjutkan dengan pemasangan plug busi atau steker pada cover
rear housing. Kemudian bearings yang telah dipasang pada front housing dieratkan atau dikencangkan dengan memukulnya dengan
palu tembaga. e
Main jig Merupakan  proses  penggabungan  antara  counter  shaft,  main
shaft,  front  housing  dengan  memakai  mesin  jig.  Kemudian pemasangan bearings yang sebelumnya dipanaskan dengan heater
plate dan dieratkan dengan memukulnya dengan palu
f Final Assembly
Merupakan  proses  penggabungan  rear  housing  dengan komponen  yang  telah  digabungkan  pada  proses  main  jig  serta
pemasangan perlengkapan akhir hingga menjadi satu unit. g
Testing Merupakan proses pengujian  gearbox  yang telah  dirakit  yang
terdiri dari leaking test yaitu test kebocoran pada gearbox dengan memasukkan gearbox pada kontainer yang berisi campuran bahan
kimia  yang  sifatnya  tidak  iritant.  Kemudian  pengisian  oli  pada gearbox,  yang  selanjutnya  akan  dilakukan  running  test  yaitu
pengujian fungsi gearbox dengan memakai mesin test bench.
3 Axle
Proses  kerja  yang  dilakukan  pada  bagian  axle  ini  dimulai dengan proses perakitan komponen-komponen  axle,  yang terbagi
menjadi dua proses yaitu : a  Assembly front axle
1.  Pre assembly steering knuckle Merupakan  proses  pemasangan  kuckle  dan  king  pin  pada
front axle beam 2.   Identification
Merupakan proses pemberian nomor pada front axle beam
3.  Pre assembly brake Merupakan  proses  pemasangan  seal  ring,  oil  buffle  dan
protective plate pada front axle 4.  Sub assembly wheel hub
Proses pengepresan  outer, inner roller bearing, shaft  seal ring dan dust cover dengan menggunakan mesin  hydrolyc
press  yang  kemudian  dipasangkan  pada  front  axle  dan diberi pelumas
5.  Final assembly Proses  perakitan  seluruh  komponen  pada  front  axle  beam
yang  terdiri  dari  brake  anchore,  steer  arm,  wheel  hub, brake  drum,  hub  cover,  steering  angle,  toe  in  dan  wheel
alignment. b  Assembly rear axle
1.   Identification Merupakan proses pemberian nomor pada rear axle beam
2.  Pre assembly Brake Proses  pemasangan  seal  ring,  oil  buffle,  protective  plate
pada rear axle 3.  Sub assembly wheel hub
Proses pengepresan  outer, inner roller bearing,  shaft  seal ring dan dipasangkan pada rear axle dan diberi pelumas
4.  Pre assembly diff case Proses  perakitan  ring  gear  dan  gears  ke  diff  case  serta
pemasangan bearings 5.  Pre assembly drive pinion
Proses pengepresan pinion bearings dan flange, kemudian proses pengukuran pre load pada pinion bearing
6.  Pre assembly gear set to housing Proses perakitan drive pinion dan diff case
7.  Final assembly Proses  perakitan  atau  penggabungan  komponen  yang
berasal  dari  pre  assembly  diff  gear,  pre  assembly  wheel hub, pre assembly bracket booster dan pre assembly brake
shoe menjadi satu unit.
B. Gambaran Umum Assembling Commercial Vehicle ACV
1 Frame Bolting
Proses  frame  bolting  adalah  proses  yang  diawali  dengan perakitan  chassis  menjadi  satu  rangkaian  kerangka  bus  dengan
menghubungkan  satu  chassis  ke  chassis  lainnya  kemudian disatukan  tiap  bagiannya  dengan  baut  dengan  memakai  alat
pemasang baut yaitu impact wrench, high frequency electric hand drill  dan  torque  moment  untuk  mengencangkan  baut-baut
tersebut.  Pada  proses  ini  selain  perakitan  chassis  menjadi  satu
bentuk  rangkaian,  juga  terdapat  proses  pemberian  nomor  pada chassis yang dilakukan dengan cara mencetak angka nomor pada
chassis  dengan  memukulnya  memakai  palu  dan  pemasangan brackets untuk pipa pada chassis.
2 Painting Spray Wall
Proses  painting  adalah  proses  pengecatan  pada  rangkaian chassis  yang  telah  terbentuk  menjadi  satu  rangkaian  dan
komponen  dari  aggregate  seperti  engine  dengan  tujuan  untuk melindungi  permukaan  chassis  dan  engine  dari  elemen-elemen
yang  bisa  merusak,  selain  itu  juga  memberika  perlindungan terhadap karat.
3 Pre Assembly Podest
Proses  perakitan  dan  pemasangan  berbagai  instrumen  dan perangkat  awal  yang  terdiri  dari  pemasangan  clutch  pedal,
handbrake lever dan electric board pada front frame, pemasangan floor pada center frame, pemasangan steering column pada floor,
pemasangan bracket instrumen cluster, pemasangan cover unntuk steering  column,  pemasangan  instrument  cluster  pada  bracket,
pemasangan  kabel  dan  pitman  arm,  pemasangan  steering  wheel dan yang terakhir pemasangan driver seat.
4 Pre Assembly Radiator Frame
Proses ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu : a  Radiator frame lower
Menempatkan  radiator  dan  intercooler  pada  frame,  pemasangan fan shroud dan fan
b  Radiator frame upper Menempatkan  frame  pada  jig  kemudian  dilanjutkan  dengan
pemasangan  beberapa  komponen  pada  frame  yaitu,  rubber  pad, spannband  untuk  reservoir,  rubber  dibawah  reservoir,  hoses,
pulley,  T-pieces  untuk  reservoir,  house  untuk  T-pieces  dan  air filter.
Setelah semua
dipasang kemudian
dilanjutkan dengan
pemasangan  komponen  lain  yaitu  pemasangan  hose  selang untuk  intercooler,  cover  radiator  frame,  fuel  filter,  pulley  untuk
kipas,  radiator  hose  bottom  side  dan  pemasangan  intake  pipa untuk penyaringan udara
5 Chassis Assembly
Proses  ini  dilakukan  penggabungan  antara  rangkaian  chassis yang  telah  dicat  dengan  komponen-komponen  yang  berasal  dari
Aggregate  Assembly  Components  AGC  yang  terdiri  dari  brake system,  axles  dan  gearbox.  Sebelum  itu  dilakukan  pemasangan
ban, pipa untuk oil system, pipa udara, air dryer dengan valve dan
small  air  tank,  big  air  tank  dan  perlengkapan  lainnya  pada chassis.
Setelah  itu  dilakukan  pemasangan  kabel-kabel  konektivitas shifting  cable,  steering  box  dan  proses  paint  touch  up  yaitu
proses  pengecatan  pada  chassis  atau  bagian  lainnya  yang dianggap kurang sempurna.
6 Final Assembly
Proses  ini  terdiri  dari  persiapan  kabel  untuk  mesin, pemasangan  muffler  saringan  pada  chassis,  pemasangan  mesin,
pemasangan radiator frame, podest, tempat untuk baterai wooden bed  pada  chassis,  pengisian  oli,  air  pendingin  dan  campurannya
cooling  water  mixing.  Setelah  itu  dilakukan  pengujian  pada seluruh fungsi yang terdapat di chassis ini atau star diagnosis dan
engine running untuk menguji kemampuan kerja mesin
C. Gambaran Umum Vehicle Ready Delivery Service VRDS
1. Car Inspection
Merupakan  suatu  proses  dimana  kendaraan  didiagnosis  untuk menguji kemampuan kerja mesin.
2. Washing
Merupakan suatu proses dimana mobil-mobil sedan dicuci
5.2 Hasil Analisis Univariat
5.2.1 Gambaran  Tekanan  Darah  Sebelum  dan  Sesudah  Bekerja  Di  PT
“X” Indonesia Tahun 2014
Dalam  penelitian  ini  tekanan  darah  responden  diukur  sebanyak dua  kali  yaitu  sebelum  bekerja  dan  setelah  bekerja.  Gambaran  tekanan
darah  sebelum  dan  sesudah  b ekerja  Di  PT  “X”  Indonesia  Tahun  2014
dapat dilihat pada table 5.1
Tabel 5.1 Gambaran Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah Bekerja
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Tekanan Darah Mean
Minimum Maksimum
SD Sistole Sebelum
117 100
140 9,313
Sistole Sesudah 124
100 140
9,258 Selisih Sistole
7 -10
30 9,091
Berdasarkan  tebel  5.1  dapat  diketahui  bahwa  nilai  rata-rata  untuk systole  sebelum  kerja  sebesar  117  mmHg  dan  systole  sesudah  kerja
sebesar  124  mmHg.  Selain  itu,  rata-rata  untuk  kenaikan  tekanan  darah systole sebelum dan sesudah kerja sebesar 7 mmHg.
5.2.2 Gambaran  Kenaikan  Tekanan  Darah  Sistole  Di  PT  “X”  Indonesia
Tahun 2014
Kenaikan tekanan darah systole pada pekerja dikategorikan menjadi dua  2  yaitu  tidak  meningkat  dan  meningkat.  Gambaran  kenaikan
tekanan darah systole pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Tekanan
Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Tekanan Darah Sistole Jumlah
Tidak Meningkat 19
38 Meningkat
31 62
Total 50
100
Berdasarkan  tebel  5.2  dapat  diketahui  bahwa  dari  50  pekerja,  ada sebanyak 31 pekerja 62 mengalami kenaikan tekanan darah systole.
5.2.3 Gambaran Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dosis Kebisingan pada pekerja dikategorikan menjadi dua 2 yaitu 100 dan   100. Gambaran
dosis kebisingan pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dosis Kebisingan Jumlah
100 25
50 100
25 50
Total 50
100
Berdasarkan  tebel  5.3  dapat  diketahui  bahwa  jumlah  pekerja  yang terpapar  dosis  kebisingan    100  dan    100  memliki  jumlah  yang
sama, yaitu sebanyak 25 pekerja 50.
5.2.4 Gambaran Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Masa  kerja  pada  pekerja  dikategorikan  menjadi  dua  2  yaitu    8 tahun  dan    8  tahun.  Gambaran
masa  kerja  pada  pekerja  PT  “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Masa Kerja Jumlah
8 Tahun 27
54 8 Tahun
23 46
Total 50
100
Berdasarkan  tebel  5.4  dapat  diketahui  bahwa  dari  50  pekerja,  ada sebanyak 23 pekerja 46 yang mempunyai masa kerja  8 tahun.
5.2.5 Gambaran Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Usia  pada  pekerja  dikategorikan  menjadi  dua  2  yaitu    8  tahun dan    8  tahun.  Gambaran
masa  kerja  pada  pekerja  PT  “X”  Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Usia Jumlah
35 Tahun 23
46 35 Tahun
27 54
Total 50
100
Berdasarkan  tebel  5.5  dapat  diketahui  bahwa  dari  50  pekerja,  ada sebanyak 27 pekerja 54 yang berusia  35 tahun.
5.2.6 Gambaran Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Status merokok pada pekerja dikategorikan menjadi dua 2 yaitu ya dan  tidak.  Gambaran
status  merokok  pada  pekerja  PT  “X”  Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.6
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Merokok
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Status Merokok Jumlah
Tidak 19
38 Ya
31 62
Total 50
100
Berdasarkan  tebel  5.6  dapat  diketahui  bahwa  dari  50  pekerja,  ada sebanyak 31 pekerja 62 yang merokok.
5.3 Hasil Analisis Bivariat
Analisis  Bivariat  dilakukan  untuk  melihat  hubungan  antara  variabel independen  dengan  variabel  dependen.  dalam  penelitian  ini  menggunakan  uji
chi-square.  Uji  chi-square  dilakukan  untuk  mencari  hubungan  antara  variabel Dosis  Kebisingan,  Masa  Kerja,  Usia  dan  Status  Merokok  dengan  variabel
Kenaikan Tekanan Darah Sistole.
5.3.1 Hubungan  antara  Dosis  Kebisingan  terhadap  Kenaikan  Tekanan
Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.7
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan dengan
Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dosis Kebisingan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total
P value Tidak
Meningkat Meningkat
n n
n ≤ 100
15 60
10 40
25  100 0,004
100
4 16
21 84
25  100
Berdasarkan  tabel  5.7  dapat  diketaui  bahwa  responden  yang terpapar dosis kebisingan  100 dan mengalami kenaikan tekanan darah
sistole  yaitu  sebanyak  21  responden  84.  Sedangkan  pada  responden yang  terpapar  dosis  kebisingan    100  dan  tidak  mengalami  kenaikan
tekanan  darah  sistole  yaitu  sebanyak  15  responden  40.  Sehingga berdasarkan  hasil  uji  statistik  chi-square  diketahui  dosis  kebisingan
memiliki  hubungan  yang  bermakna  P  value      0,1  dengan  kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,004.
5.3.2 Hubungan  antara  Masa  Kerja  terhadap  Kenaikan  Tekanan  Darah
Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan  antara  masa  kerja  dengan  kenaikan  tekanan  darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.8
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dengan Kenaikan
Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Masa Kerja Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total
P value Tidak
Meningkat Meningkat
n n
n 8 tahun
12 44,4
15 55,6  27  100
0,469
8 tahun
7 30.4
16 69,6  23  100
Berdasarkan  tabel  5.8  dapat  diketahui  bahwa  responden  yang bekerja    8  tahun  dan  mengalami  kenaikan  tekanan  darah  sistole  yaitu
sebanyak 16 responden 69,6. Sedangkan pada responden yang bekerja 8  tahun  dan  tidak  mengalami  kenaikan  tekanan  darah  sistole  yaitu
sebanyak 12 responden 44,4.  Sehingga  berdasarkan  hasil uji statistik chi-square  diketahui  Masa  Kerja  tidak  memiliki  hubungan  yang
bermakna P value   0,1 dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,469.
5.3.3 Hubungan antara Usia terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di
PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.9
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kenaikan Tekanan
Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Usia Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total
P value Tidak
Meningkat Meningkat
n n
n 35 tahun
6 26,1
17 73,9  23  100
0,190
35 tahun
13 48,1
14 51,9  27  100
Berdasarkan  tabel  5.9  dapat  diketahui  bahwa  responden  yang berusia    35  tahun  dan  mengalami  kenaikan  tekanan  darah  sistole  yaitu
sebanyak 14 responden 51,9. Sedangkan pada responden yang berusia 35  tahun  dan  tidak  mengalami  kenaikan  tekanan  darah  sistole  yaitu
sebanyak  6  responden  26,1.  Sehingga  berdasarkan  hasil  uji  statistik chi-square  diketahui  usia  tidak  memiliki  hubungan  yang  bermakna  P
value   0,1 dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,190.
5.3.4 Hubungan  antara  Status  Merokok  terhadap  Kenaikan  Tekanan
Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara  status merokok dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.10
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok dengan
Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Status Merokok Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total
P value Tidak
Meningkat Meningkat
n n
n Tidak
12 63,2
7 36,8  19  100
0,010
Ya
7 22,6
24 77,4  31  100
Berdasarkan  tabel  5.10  dapat  diketahui  bahwa  responden  yang merokok  dan  mengalami  kenaikan  tekanan  darah  sistole  yaitu  sebanyak
24  responden  77,4.  Sedangkan  pada  responden  yang  tidak  merokok dan  tidak  mengalami  kenaikan  tekanan  darah  sistole  yaitu  sebanyak  12
responden  63,2.  Sehingga  berdasarkan  hasil  uji  statistik  chi-square diketahui Status Merokok memiliki hubungan yang bermakna P value
0,1 dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,010.
69
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam  penelitian  mengenai  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan tahun 2014 ini, peneliti mengumpulkan
data  primer  dan  sekunder  terhadap  50  pekerja  di  Departemen  Aggregate Assembly    Component  AGC,  Departemen  Assembling  Commercial  Vehicle
ACV,  dan  Departemen  Vehicle  Ready  Delivery  Service  VRDS di  PT  “X”
Indonesia  bulan  Januari-Mei  2014.  Dan  penulis  menyadari  terdapat  beberapa keterbatasan dan kelemahan, diantaranya adalah :
1. Alat  yang  digunakan  dalam  pengukuran  kebisingan  yaitu  sound  level
meter,  bukan  dosimeter.  sehingga  hal  ini  bisa  saja  mempengaruhi  hasil pengukuran yang ada.
2. Alat  yang digunakan dalam  pengukuran tekanan  darah  hanya tensimeter
biasa bukan tensimeter digital, yang keakuratan dalam membaca hasilnya bisa saja salah.
3. Pada  variabel  status  merokok  bisa  saja  responden  tidak  menjawab  apa
yang sebenarnya melainkan apa yang menurutnya baik untuk dijawab.
6.2 Peningkatan tekanan darah