Patogenesis dan Patofisiologi Ulkus Diabetik

memiliki hubungan erat dengan hiperglikemia yang telah menginduksi perubahan arteri perifer kaki khususnya pada tingkat sel. Disfungsi sel endotel yang terjadi mengakibatkan penurunan kemampuan vasodilator dan kadar tromboksan A2 plasma menjadi meningkat. Hasilnya, pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi dan hiperkoagulasi plasma yang kemudian akan menyebabkan terjadinya iskemia dan peningkatan faktor risiko ulserasi. 11 Dan terakhir, perubahan juga terjadi pada sistem imun termasuk penurunan respon perbaikan pada pasien ulkus diabetik. Peningkatan apoptosis limfosit T yang telah menghambat penyembuhan telah diobservasi pada pasien dengan ulkus diabetik. 11 Dari semua rangkaian mekanisme yang telah dijelaskan di atas, menjadi batas perbedaan sekaligus sebagai jawaban kenapa kejadian luka yang kecil dapat langsung bermanifestasi menjadi sebuah ulkus pada pasien diabetes mellitus khususnya yang tidak terkontrol sedangkan pada orang yang tidak menyandang diabetes mellitus tidak. c. Mekanisme Inflamasi Inflamasi merupakan respon proteksi yang melibatkan sel host, pembuluh darah, dan protein dan mediator lain yang bertujuan untuk menyingkirkan sumber pemicu kerusakan sel dan sel-sel nekrosis serta untuk menginduksi proses perbaikan jaringan. Namun, walaupun inflamasi berfungsi sebagai pembersih infeksi dan stimulus berbahaya yang lain dan penginduksi perbaikan, reaksi inflamasi dan proses perbaikan yang selanjutnya dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar. 14 Molekul dan sel pertahanan host, termasuk leukosit dan protein plasma, secara normal bersirkulasi di darah, dan tujuan reaksi inflamasi yakni membawa mereka menuju lokasi infeksi atau kerusakan jaringan. Ditambah lagi, sel residen dinding pembuluh darah dan sel dan protein matriks ekstraseluler juga terlibat dalam mekanisme inflamasi dan perbaikan jaringan. 14 Gambar 2.5. Komponen sel inflamasi akut dan kronik beserta fungsinya 14 Inflamasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu akut dan kronik. Inflamasi akut memiliki onset yang cepat dengan durasi yang pendek, dari beberapa menit hingga beberapa hari dan inflamasi ini dikategorikan sebagai eksudasi cairan dan protein plasma dan didominasi oleh akumulasi leukosit dengan jenis sel neutrofil. Sedangkan inflamasi kronik dapat terjadi tanpa diketahui, memiliki durasi onset yang lama hari hingga tahun dan dikategorikan sebagai masuknya limfosit dan makrofag dan berkaitan dengan poliferasi pembuluh darah dan fibrosis proses pembentukan skar. 14 Tabel 2.2. Ciri dari inflamasi akut dan kronik 14 Ciri Akut Kronik Onset Cepat: menit hingga jam Lambat: hari Sel Infiltrat Didominasi neutrofil Monosit.makrofag dan limfosit Kerusakan jaringan, fibrosis Biasanya ringan dan terbatas Seringnya Parah dan progresif Tanda lokal dan sistemik Menonjol Kurang menonjol, dapat tidak tampak Ada beberapa stimulus yang menyebabkan inflamasi, diantaranya yaitu:  Infeksi bakteri, virus, jamur, parasit merupakan penyebab tersering terjadinya inflamasi.  Truma tumpul dan tajam dan berbagai macam zat fisik ataupun kimia seperti: luka bakar, luka lapuk akibat lingkungan kimia dapat melukai sel host dan memicu reaksi inflamasi.  Nekrosis jaringan dari penyebab apapun termasuk iskemia seperi pada infark miokard dan luka akibat benda fisik atau kimia.  Benda asing  Reaksi imun dapat juga disebut dengan reaksi hipersensivitas melawan agen yang berasal dari lingkungan atau bahkan melawan jaringan sendiri. 14 Proses inflamasi bermula dari induksi mediator kimia yang diproduksi oleh sel host dalam rangka respon terhadap stimulus luka. Ketika mikroba masuk ke dalam jaringan atau ketika sebuah jaringan mengalami kerusakan, maka hal ini akan dideteksi oleh sel residen, terutama makrofag, tetapi juga oleh sel dendritik, sel mast dan tipe sel lainnya. Sel-sel tersebut kemudian mensekresi molekul sitokin dan mediator lain yang dapat menginduksi dan mengaktifkan respon inflamasi. Mediator inflamasi juga berasal protein plasma yang bereaksi dengan mikroba atau jaringan yang rusak. Beberapa mediator juga memicu kebocoran plasma dan rekrutmen leukosit pada aliran darah menuju lokasi dimana sumber inflamasi berada. Leukosit yang telah berkumpul kemudian diaktifkan dan bekerja menyingkirkan agen-agen yang bersifat patogen. Namun sayangnya, dampak lain dari aktifasi leukosit ini adalah merusak jaringan normal yang lain yang berada di sekitar jaringan yang rusak atau terinfeksi. 14 Dari proses inflamasi yang terjadi, maka akan muncul manifestasi atau gejala khas atau tanda kardinal yakni panas kalor, kemerahan rubor, bengkak tumor, nyeri dolor dan hilangmenurunnya fungsi functio laesa. Namun, terkadang semua gambaran inflamasi normal dapat tidak ditemukan pada pasien yang mengalami perjalanan penyakit ulkus diabetik hingga pada akhirnya pasien baru menyadari ketika terdapat manifestasi inflamasi yang lebih parah seperti saat disertai infeksi sekunder. 11,14

2.2.4 Gambaran Klinis dan Kriteria Klasifikasi

Salah satu hal yang penting dalam menangani pasien ulkus diabetik selain mempertimbangkan etiologi dasar penyebab timbulnya ulkus seperti neuropati atau iskemia jaringan adalah dengan menentukan apakah pasien tersebut disertai dengan infeksi atau tidak, atau hanya bermanifestasi sebagai luka ulkus akibat diabetes saja. 11 Dalam praktiknya, penilaian ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, termasuk salah satunya melalui penggunaan teknik skoring atau teknik pengklasifikasian sebagai cara praktis dalam menetukan derajat keparahan ulkus atau juga derajat keparahan infeksi itu sendiri. Dan beberapa metode yang banyak digunakan yaitu: 15  Klasifikasi ulkus diabetik: Klasifikasi Wagner dan klasifikasi Texas University  Klasifikasi derajat keparahan infeksi: Infectious Disease Severity of America IDSA. Klasifikasi Wagner merupakan salah klasifikasi yang pertama kali digunakan dan sampai sekarang masih banyak diaplikasikan dalam menentukan derajat keparahan ulkus diabetik. Klasifikasi yang diperkenalkan oleh Wagner- Meggitt memiliki sistem grading dari 0 sampai 5, dengan penentuan derajatnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3. Klasifikasi Wagner 16 Grade 0 Tidak terdapat ulkus pada kaki dengan risiko tinggi Grade 1 Ulkus superfisial yang melibatkan seluruh lapisan kulit tanpa menyebar ke jaringan Grade 2 Ulkus dalam, menyebar hingga mencapai ligamen dan otot, tapi tidak terdapat keterlibatan dengan tulang dan pembentukan abses Grade 3 Ulkus dalam dengan selulitis atau pembentukan abses, sering disertai osteomielitis Grade 4 Gangren yang pada satu lokasi kaki Grade 5 Gangren yang meluas hingga melibatkan seluruh kaki Kemudian klasifikasi ulkus diabetik lain yang banyak digunakan adalah klasifikasi University of Texas UT. Berbeda dengan Wagner, klasifikasi UT menggunakan kombinasi antara grading berdasarkan kedalaman luka dan staging berdasarkan ada atau tidaknya infeksi atau iskemia, yang masing-masing memiliki 4 tingkatan. Dan salah satu keunggulan dari klasifikasi UT adalah dapat memprediksi hubungan antara kemungkinan komplikasi pada pasien dengan grade dan stage yang lebih tinggi. Tabel 2.4. Sistem Klasifikasi University of Texas 17 Stage Grade 1 2 3 A pre- or post-ulcerative lesi yang telah terepitelisasi dengan sempurna Luka superfisial Luka yang menyebar sampai tendon dan kapsul Luka yang menyebar sampai tulang dan sendi B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi C Iskemik Iskemik Iskemik Iskemik D Infeksi dan iskemik Infeksi dan iskemik Infeksi dan iskemik Infeksi dan iskemik Sebenarnya, klasifikasi derajat keparahan infeksi seperti IDSA pada pasien ulkus diabetik memepunyai fungsi yang sama dengan klasifikasi serupa Wagner maupun University of Texas yakni sama-sama menilai keparahan manifestasi infksi pada pasien ulkus diabetik. Namun, salah satu keunggulan dari klasifikasi IDSA adalah telah dilakukan validasi dalam memprediksi seorang pasien apakah perlu dilakukan perawatan di rumah sakit atau bahkan dilakukan sebuah amputasi anggota tubuh. Berikut kriteria klasifikasi yang ada dalam IDSA: Tabel 2.5. Klasifikasi Infectious Disease Severity of America IDSA 15 Manifestasi klinis infeksi IDSA Severity Tidak didapatkan tanda dan gejala infeksi Tidak terinfeksi Didapatkan yang ditandai dengan ditemukannya 2 dari tanda berikut: • Bengkak lokal atau indurasi • Kemerahan • Keterbatasan lokal atau nyeri • Hangat disekitar luka • Terbentuk nanah tebal, opak sampai putih atau sekresi dengan darah Infeksi lokal yang hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan tanpa disertai penyebaran ke jaringan yang lebh dalam dan tanda sistemik seperti yang dijelaskan di bawah jika terdapat kemerahan, harus berukuran 0.5 cm hingga ≤ 2 cm disekitar ulkus. Tidak termasuk penyebab respon inflamasi kulit eg, trauma, gout, acute Charcot neuro-osteoarthropathy, fracture, thrombosis, venous stasis. Ringan Infeksi lokal seperti yang dijelaskan di atas disertai kemerahan 2 cm atau melibatkan struktur yang lebih dalam dari kulit dan jaringan subkutan seperti abses, osteomielitis, artritis sepsis, fascitis dan tanpa disertai tanda dari respon inflamasi sistemik seperti yang dijelaskan di bawah Sedang Infeksi lokal seperti yang dijelaskan di atas dengan disertai tanda SIRS, ditandai dengan ditemukannya 2 dari manifestasi di bawah ini:  Suhu 38 o C atau 36 o C  Denyut nadi 90 kalimenit  RR 20 kalimenit atau PaCO2 32 mmHg  Hitung sel darah putiht 12 000 atau 4000 atau 10 bentuk imatur Berat

2.2.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Pasien dengan diabetes harus diperiksa untuk mendeteksi insufisiensi arteri dan neuropati berdasarkan faktor risikonya. Menilai suhu pasien, pernafasan, denyut nadi dan tekanan darah pada kedua ekstremitas dan mencatat keadaan yang abnormal. Demam, takikardi atau takipneu dapat mengindikasikan ulkus yang terinfeksi. Mengevaluasi status vaskular dengan melakukan palpasi pada seluruh nadi perifer dan menilai penampakan dan suhu ekstremitas pasien. Mengukur index arterial-branchial ABI dengan nilai normal yakni 1 sampai 1.2 dan hasil di bawah 0.6 mengindikasikan terdapat klaudikasio. Untuk pasien dengan sklerosis medial,

Dokumen yang terkait

Profil pasien kusta dengan ulkus plantaris di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang pada bulan Juli tahun 2012

2 50 97

Profil Pasien Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Tahun 2014

1 14 72

Profil Pasien Pneumonia Komunitas di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Tahun 2013-2014

2 26 124

Profil Pasien Usia Lanjut dengan Pneumonia Komunitas di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Tahun 2013 - 2014

0 19 97

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

0 2 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

1 10 13

Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

0 3 13

GAMBARAN RISIKO TERJADINYA ULKUS PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

0 4 13

PROFIL EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI ISOLAT DARI PASIEN ULKUS DIABETIK DI BAGIAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG PERIODE OKTOBER-DESEMBER 2015 -

0 1 98

PROFIL PENGGUNAAN INSULIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN ULKUS GANGREN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

0 0 17