Model Prestasi Belajar HASIL PENELITIAN

Tabel-7. Mean dan SD Prestasi Matematika, Fisika dan Biologi TAHUN MATEMATIKA FISIKA BIOLOGI Mean SD N Mean SD N Mean SD N 1999 152,96 11,10 2710 - - - - - - 2003 151,23 10,16 1856 444,88 80,59 3905 438,26 71,69 3685 2007 151,21 10,10 2526 441,62 77,84 3239 437,61 80,10 3220 Catatan: untuk mata pelajaran matematika skor yang dianalisis adalah salah satu dari skor PV Plausible Values sehingga menggunakan skala yang lebih kecil dari pada Fisika dan Biologi.

4.2 Model Prestasi Belajar

Berikut ini adalah model yang fit dengan data, masing-masing: 1 Gambar-17, 18, dan 19 untuk prestasi Matematika tahun 1999, 2003, dan 2007; 2 Gambar-20 dan 21 untuk prestasi Fisika tahun 2003 dan 2007; serta 3 Gambar-22 dan 23 untuk prestasi Biologi tahun 2003 dan 2007. Model fit dapat dilihat pada nilai 2  di setiap gambar. Gambar-17. Model Prestasi Matematika 1999 Gambar-18. Model Prestasi Matematika 2003 Gambar-19. Model Prestasi Matematika 2007 Gambar-20. Model Prestasi Fisika 2003 Gambar-21. Model Prestasi Fisika 2007 Gambar-22. Model Prestasi Biologi tahun 2003 Gambar-23. Model Prestasi Biologi tahun 2007 Dari gambar-gambar di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum terbukti adanya suatu model yang sama dan fit dengan data, yang berlaku untuk seluruh mata pelajaran dan seluruh tahun studi walaupun dengan nilai parameter yang berbeda-beda dan beberapa measurement error harus dibuat berkorelasi satu sama lain. Adanya korelasi ini menunjukkan sifat multidimensional dari butir-butir kuesioner yang digunakan untuk mengukur self efficacy dan attitude. Model yang sedikit berbeda di mana tak terdapat pengaruh langsung dari attitude terhadap prestasi adalah pada matematika tahun 1999 dan fisika tahun 2003. Adapun temuan secara umum dari bagian ini adalah: 1. Pengaruh self efficacy terhadap prestasi belajar adalah signifikan dan ditemukan secara konsisten pada seluruh model yang diuji. Ini berarti bahwa self efficacy atau keyakinan bahwa dirinya akan mampu berhasil dalam pelajaran matematika, fisika, dan biologi, sangat menentukan tinggi rendahnya prestasi di bidang tersebut. 2. Pengaruh attitude terhadap self efficacy adalah negatif pada studi matematika tahun 1999 dan 2007, dan fisika tahun 2003; sedangkan pada studi matematika 2003, fisika 2007, biologi 2003 dan biologi 2007, pengaruh tersebut adalah positif. Perlu diperhatikan bahwa koefisien negatif tersebut seluruhnya terjadi pada model di mana tidak ada dampak langsung dari attitude terhadap prestasi matematika tahun 1999 dan fisika 2003 atau pada model di mana koefisien tersebut tidak signifikan matematika tahun 2007. Padahal, pada semua model lainnya, pengaruh langsung dari attitude terhadap prestasi itu negatif dan signifikan. Ini berarti bahwa dampak dari attitude terhadap self efficacy adalah sebenarnya positif, namun menjadi negatif pada model di mana dampak langsung yang negatif dari attitude terhadap prestas itu tidak signifikan, karena mengakomodasi dampak langsung dari attitude yang negatif tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mereka yang mengaku menyenangi dan bersikap positif terhadap pelajaran matematika, fisika, dan biologi cenderung memiliki keyakinan akan berhasil dalam pelajaran tersebut. 3. Pengaruh langsung attitude terhadap prestasi tidak ada yang positif dan signifikan. Pada model matematika tahun 1999 dan 2007 serta fisika tahun 2003 ditemukan tak ada pengaruh, sedangkan pada seluruh model lainnya ditemukan pengaruh itu negatif dan signifikan. Ini berarti bahwa pada lebih separuh dari studi yang ada, pengaruh tersebut negatif dan signifikan. Hal ini secara konsisten juga ditemukan dalam banyak studi, terutama di Amerika misalnya studi oleh Nhuan Le, Lockwood, Stecher, Hamilton, dan Martinez, 2009, bahkan juga pada studi dengan data TIMSS Hamilton dan Martinez, 2007. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa sikap menyenangi suatu mata pelajaran memang tak dapat secara langsung mempengaruhi prestasi belajar, melainkan hanya secara tidak langsung, yaitu jika sikap menyenangi pelajaran tersebut dapat meningkatkan self efficacy. Oleh karenanya, kebijakan atau slogan ”belajar menyenangkan” perlu dipertimbangkan kembali dan sebaiknya diganti dengan kebijakan dalam rangka meningkatkan self efficacy siswa. Ini karena self efficacy selalu terbukti berdampak langsung dan positif terhadap prestasi, sedangkan sikap menyenangi hanya dapat berdampak tidak langsung yang dalam hal ini melalui self efficacy. Begitu pula halnya dengan kebijakan yang cenderung mengarahkan agar setiap kurikulum memiliki sifat ”entertaining” tampaknya lebih banyak merugikan. Sedangkan kebijakan yang lebih menanamkan keyakinan diri efficacy seperti ”belajar adalah perjuangan” atau ”berakit-rakit ke hulu - berenang-renang ketepian”, serta kurikulum yang lebih menuntut ”kerja keras” dan ”banyak berlatih untuk meningkatkan keyakinan diri”, kiranya akan lebih menjamin nasib dan masa depan bangsa ini. Pola hubungan antara Attitude, Self Efficacy, dan Prestasi ini adalah konsisten dan sesuai dengan teori-teori psikologi yang ada, misalnya jika dikaitkan dengan ”theory of planned behavior” Ajzen and Fishbein, 1991 yang menyatakan bahwa motivasi pun hanya menimbulkan intensi, bukan behavior. Sedangkan attitude hanya membangkitkan motivasi.

4.3 Trend Prestasi Belajar