BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Trends in International Mathematics and Science Study
TIMSS adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka membandingkan prestasi Matematika dan IPA
siswa kelas 8 delapan di beberapa negara. Secara umum TIMSS bertujuan untuk memonitor hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa
kelas 4 empat dan 8 delapan dalam bidang Matematika dan IPA. TIMSS didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya memahami tetapi juga meningkatkan
efektivitas sistem pendidikan.
TIMSS melakukan monitoring prestasi matematika dan IPA secara rutin setiap 4 empat tahun sekali, dimulai pada tahun 1995, kemudian tahun 1999, 2003 dan
2007. Indonesia bergabung sebagai salah satu negara peserta TIMSS sejak pertama kali, dan melakukan monitoring khusus pada kelas 8 umur 13 tahun. Namun
Indonesia masuk dalam laporan TIMSS baru 3 tiga periode, yaitu tahun 1999, 2003 dan 2007.
Hasil penilaian TIMSS terhadap prestasi siswa Indonesia adalah sebagai berikut: prestasi bidang Matematika dari siswa Indonesia pada tahun 1999 berada pada
peringkat 34 dari 38 negara. Tahun 2003, Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 peserta. Dan pada tahun 2007, Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 negara
peserta. Sedangkan pada bidang IPA, pada tahun 1999 Indonesia berada pada peringkat 32 dari 38 negara, pada tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 37 dari 46
negara dan pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 35 dari 49 negara. Data peringkat ini menunjukkan bahwa prestasi Matematika dan IPA Indonesia cukup rendah
dan berada pada kisaran peringkat 32 hingga 37 dari negara-negara anggota IEA yang jumlahnya sekarang lebih dari 50 negara. Hal ini akan lebih jelas bila acuan untuk
melihat perkembangan Matematika dan IPA adalah skor literasi yang dicapai oleh Indonesia. Skor literasi IPA Indonesia berturut-turut dari tahun 1999, 2003 dan 2007
adalah: 435, 420 dan 433. Sedangkan skor matematika pada tahun 1999 adalah 403, tahun 2003 adalah 411 dan tahun 2007 adalah 405. Rata-rata skor dari semua negara
peserta adalah 500 dengan simpangan baku 100.
Trend perkembangan skor, baik Matematika dan IPA siswa Indonesia tersebut menunjukkan kondisi yang memprihatinkan, tidak ada peningkatan prestasi dari tahun
ke tahun secara signifikan. Prestasi Matematika dan IPA ternyata berjalan di tempat. Hal ini tentu menimbulkan berbagai pertanyaan bagi pihak-pihak yang terlibat dan
peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Apalagi bila mengingat anggaran pendidikan yang selalu meningkat, bahkan berlipat-lipat. Kondisi atau faktor-faktor apa
sajakah yang menyebabkan prestasi siswa Indonesia di bidang Matematika dan IPA tidak mengalami kemajuan? Apa implikasinya bagi pembelajaran, kurikulum, guru dan
lembaga sekolah serta pengambilan kebijakan berkaitan dengan pendidikan?
Di samping memberikan informasi tentang kemampuan Matematika dan IPA, data TIMSS juga memberikan informasi tambahan berkaitan dengan siswa, guru dan
sekolah. Kuesioner untuk siswa meliputi latar belakang siswa jenis kelamin, pendidikan orang tua, dll, fasilitas belajar yang dimiliki di rumah, aktivitas di waktu
luang, pelajaran tambahan dan mengerjakan tugas sekolah, aspirasi siswa dalam pendidikan, sikap siswa terhadap Matematika dan IPA, sikap terhadap sekolah, self
efficacy siswa, serta locuss of control. Kuesioner guru memberikan gambaran mengenai
kualitas guru pengalaman mengajar, latar belakang pendidikan, tingkat pendidikan dan pengembangan diri guru. Sedangkan kuesioner sekolah memberikan gambaran
mengenai lokasi dan keadaan sekolah.
Pada studi TIMSS yang dilaporkan adalah perbandingan skor prestasi Matematika dan IPA dari berbagai negara anggota IEA. Mean skor antar-negara
dibandingkan untuk mendapatkan posisi ranking dari masing-masing Negara. Karena dilakukan secara berkala dengan siklus empat tahunan, maka trend dari kemajuan di
masing-masing Negara maupun perbandingan trend tersebut secara antar negara juga dapat dilakukan. Studi internasional lain yang hampir sama adalah “Program for
International Student Achievement PISA” yang dilakukan oleh negara-negara anggota OECD. Meskipun bukan anggota OECD, Indonesia juga ikut di dalamnya. Dengan
membandingkan skor prestasi siswa dari tahun ke tahun, baik secara internal maupun antar Negara, atau antar studi yaitu TIMSS dan PISA, diharapkan Indonesia dapat
memperoleh masukan berharga bagi pengambilan kebijakan pendidikan nasional yang paling tepat, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan.
Berbeda dengan banyak Negara maju, sampai saat ini Indonesia belum memanfaatkan secara optimal data dan informasi yang dihasilkan dari keikut-sertaannya
dalam studi internasional seperti TIMSS dan PISA ini. Padahal beaya untuk keikut- sertaan itu cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya analisis data yang
lebih mendalam, yang bukan sekedar menampilkan secara deskriptif serta mempublikasikan tabel ranking dari skor antar Negara. Misalnya, analisis mengenai
bagaimana dan mengapa skor Matematika dan IPA anak Indonesia tergolong sangat rendah di dunia. Kalaupun analisis seperti itu sudah dilakukan, tampaknya masih amat
sedikit yang menyangkut proses tercapainya prestasi tersebut, baik pada Matematika maupun IPA. Analisis yang melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
Matematika dan IPA perlu dilakukan agar dapat diketahui hal apa saja yang secara dominan mempengaruhi prestasi tersebut.
Ada beberapa variabel yang terdapat pada data TIMSS yang menarik untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi. Variabel-variabel tersebut berkaitan dengan
siswa, guru, sekolah dan orang tua meskipun informasi tentang orang tua siswa diperoleh melalui student questionnaire, pertanyaannya mengenai orang tua tapi
diajukan kepada siswa, misalnya pertanyaan yang berkaitan dengan pendidikan orang tua. Sedangkan variable tentang guru diperoleh melalui teacher questionaire. Misalnya
yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan guru, tingkat pendidikan guru, lama mengajar pengalaman mengajar, rasa aman yang dimiliki guru, kepuasan kerja yang
dirasakan, serta banyak hal yang berkenaan dengan metodeteknik yang digunakan guru dalam mengajar. Pada penelitian ini, metodeteknik mengajar guru tidak menjadi fokus.
Alasan utamanya adalah, variabel guru teknikmetode mengajar, dll. sudah dibahas dan menjadi fokus penelitian oleh tim yang lain. Fokus penelitian ini lebih kepada trend
prestasi siswa Indonesia pada studi TIMSS dari tahun 1999 sampai 2007, dikaitkan dengan beberapa variable psikologi siswa yang secara teoretis biasanya diyakini
berpengaruh kepada tinggi-rendahnya variasi prestasi belajar.
Walaupun kuesioner siswa pada TIMSS telah mencantumkan variabel yang terkait dengan aspekkonstruk psikologis seperti sikap dan konsep diri, tetapi secara
teoritis aspek konstruk yang dibuat tersebut tidaklah sepenuhnya sesuai dengan definisi yang sering digunakan di bidang ilmu psikologi. Artinya, apa yang dideklarasikan
sebagai konstruk psikologi yang hendak diukur oleh item pertanyaan yang
bersangkutan ternyata kurang mewakili konstruk yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dilakukan pengelompokan ulang item-item yang terkait agar dapat
ditentukan konstruk psikologis yang sesuai dengan item yang digunakan dalam angket siswa tersebut.
Seperti telah disebutkan dimuka, dalam penelitian ini akan dianalisis beberapa variable psikologis siswa yang terkait dengan Prestasi belajar. Ada beberapa alasan
yang mendasari pemilihan ini. Pertama, secara teoritik, prestasi belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh kondisi internal psikologis siswa yang bersangkutan.
Berdasarkan data yang tersedia dalam penelitian ini, kondisi psikologis tersebut antara lain adalah self efficacy, attitude, aspiration, beliefs, self concept, values, dan locus of
control . Pertanyaannya, apakah ada suatu model teoretis tertentu tentang struktur
hubungan antara kondisi psikologis tersebut dengan prestasi belajar yang dapat digunakan untuk menjelaskan prestasi siswa dari tahun ke tahun? Dalam hal ini akan
dikaji keterkaitan antara student atributes tersebut dengan prestasi belajar, khususnya pada bidang Matematika dan IPA.
Kedua, setelah suatu model ditemukan, apakah model tersebut dapat menjelaskan prestasi dengan sama baiknya jika digunakan pada waktu dan populasi
yang berbeda? Bila benar ada satu model yang sama yang dapat digunakan, maka akan dapat dilihat trend prestasi Matematika dan IPA pada tahun 1999, 2003 dan 2007 secara
lebih akurat dan obyektif. Artinya, adakah terjadi kenaikan atau penurunan prestasi jika perbandingan dilakukan dalam konstrain berlakunya suatu teori yang sama?.
Ketiga, seandainya teorinya sama , parameter dari teori tersebut misalnya besarnya pengaruh suatu variable dapat sama atau berbeda pada waktu dan kondisi
yang berbeda. Perbandingan secara statistik baik yang bersifat cross sectional maupun longitudinal akan menjadi bias jika dampak dari model teoretis serta parameternya
tesebut tidak dikontrol. Biasanya control terhadap dampak variable lain di luar yang dijadikan focus penelitian dapat dilakukan melalui disain eksperimen. Namun pada
penelitian survey non eksperimen seperti TIMSS ini, control tersebut dapat dilakukan secara statistical. Misalnya, dalam keadaan restriktif equalitas baik dari segi model
teori yang digunakan maupun parameternya, perbandingan yang lebih “murni” dapat dilakukan. Selanjutnya, mengingat bahwa pengukuran atribut psikologis hanya dapat
dilakukan secara tidak langsung sehingga dampak buruk dari “measurement- error”
terhadap kesimpulan penelitian sering kali justru lebih serius daripada pengaruh “sampling error”, maka diperlukan teknik analisis yang dapat memperhitungkan hal
tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian
Ada dua tujuan utama dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk menemukan suatu model teoretis tentang hubungan antar variabel yang
dapat digunakan untuk menjelaskan serta memprediksikan bervariasinya prestasi belajar matematika dan IPA. Model teoretis ini akan dapat dijadikan
dasar pertimbangan dalam menetapkan kebijakan strategi intervensi di bidang peningkatan mutu pendidikan.
2. Untuk mendapatkan hasil perbandingan antar tahun atau trend dari prestasi belajar di bidang matematika dan IPA secara lebih akurat, yaitu dengan cara
turut memperhitungkan pengaruh dari variabel lain dalam konteks berlakunya model teoretis tertentu, serta memperhitungkan pengaruh dari ”measurement
error” di dalam teknik analisis yang dilakukan. Jadi tidak sekedar membuat perbandingan hanya berdasarkan ”mean” dan ”standar deviasi” dari prestasi
belajar saja.
Secara lebih spesifik, tujuan penelitian ini dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui model struktural tentang proses terjadinya prestasi matematika dan IPA di tahun 1999, 2003 dan 2007.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari model tentang proses terjadinya prestasi matematika dan IPA di tahun 1999, 2003, dan 2007.
3. Untuk mengetahui perbandingan prestasi matematika dan IPA tahun 1999, 2003 dan 2007 jika perbedaan model teoritis serta karakteristiknya tersebut
diperhitungkan di dalam analisis dan pengaruh ”measurement error” pun diperhitungkan.
Dalam bentuk pertanyaan penelitian, dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur model teoretis yang dapat menjelaskan prestasi siswa
dalam bidang Matematika dan IPA? 2. Apakah ada model yang sama untuk menjelaskan variasi dari prestasi belajar
dari tahun ke tahun? 3. Andaikan iya, apakah dampak dari masing-masing komponen teori tersebut
nilai parameter nya akan sama dari waktu ke waktu? 4. Dengan kondisi teori yang sama dan dampak yang sama pula, apakah ada
perubahan achievement dari tahun ke tahun? Penelitian ini diharapkan dapat memberikanmenambah informasi bagi kepentingan
penyusunan kebijakan dalam rangka meningkatkan prestasi murid dibidang Matematika dan IPA. Selain itu juga bisa menjadi sumbangan bagi pengembangan model teoritis
tentang prestasi belajar siswa di Indonesia.
Jika kita dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dalam Matematika dan IPA, maka kita dapat menyesuaikan kebijakan pendidikan baik
dalam hal teknis pendidikan maupun aspek manajemen, seperti alokasi anggaran, sistem organisasi, dsb. Dari sisi teknis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat pula untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan kurikulum Matematika dan IPA di Indonesia.
BAB II MODEL UNTUK PRESTASI BELAJAR