perusahaan individu tak bisa mempengaruhi tingkat upah karena permintaan tenaga kerja sangat kecil dibandingkan dengan besarnya pasar. Karena itu,
perusahaan pada kasus pertama seperti pada Tabel 8.2 yang beroperasi di pasar persaingan, baik di pasar input maupun output, akan menambah tenaga
kerja sampai pada titik di mana upah ME sama dengan MRP.
Kurva permintaan tenaga kerja menunjukkan berbagai jumlah tenaga kerja yang diminta pada berbagai tingkat upah. Misalkan tingkat upah adalah
Rp32.000,00, bila perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan maka ia akan mempekerjakan seorang tenaga kerja karena pada tingkat upah ini
ME = MRP = Rp32.000,00. Bila tingkat upah Rp26.000,00 maka perusahaan akan mempekerjakan 2 orang tenaga kerja. Selanjutnya bila tingkat upahnya
Rp20.000,00 maka perusahaan akan mempekerjakan sebanyak 3 orang pekerja; dan begitu selanjutnya.
Jadi, skedul MRP merupakan permintaan
perusahaan akan
tenaga kerja karena setiap titik pada skedul atau
kurva ini menunjukkan banyaknya tenaga
kerja yang dipekerjakan oleh perusahaan pada berbagai tingkat
upah. Kurva permintaan tenaga kerja
oleh perusahaan
yang menghadapi
pasar persaingan
murni di pasar produk ataupun di pasar input akan berlereng negatif
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 8.1.
Kurva permintaan tenaga kerja d
N
yang ditunjukkan oleh kurva MRP ditentukan oleh dua hal yaitu Produktivitas Faktor Produksi MPP dan harga
output P. Bila WP atau harga output naik maka kurva permintaan input
bergeser ke kanan, sebaliknya bila MPP atau harga output turun maka kurva permintaan input tersebut bergeser ke kiri.
2. Monopoli Murni di Pasar Output
Ini merupakan kasus kedua seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8.1. Dibandingkan kasus pertama, di sini harga output menurun bila semakin
banyak output yang diproduksi dan dijual.
Input +
, Output
Input
Dalam kasus ini, produsen adalah perusahaan monopolis murni yang bisa mempengaruhi harga pasar dengan mengubah kuantitas output yang
ditawarkan. Pada Tabel 8.2 nampak harga output tetap yakni sebesar Rp2.000,00 pada berapapun output yang diproduksi dan ditawarkan kasus di
pasar persaingan murni. Pada Tabel 8.3 ditunjukkan permintaan tenaga kerja di mana pasar output merupakan pasar monopoli murni, terlihat harga output
turun bila output yang diproduksi dan ditawarkan bertambah. Harga output per satuan harus diturunkan agar perusahaan monopolis dapat menjual lebih
banyak yang merupakan tambahan pendapatan akibat digunakannya satu satuan tambahan tenaga kerja. Pada perusahaan yang bergerak di pasar
persaingan murni, bila tenaga kerja yang digunakan naik maka MRP perusahaan turun hanya karena turunnya MPP, sementara harga output tetap
meskipun kuantitas output bertambah. Tetapi MRP perusahaan monopolis murni turun lebih cepat daripada penurunan MRP perusahaan pesaing murni.
MRP perusahaan monopolis murni turun karena dua sebab, yaitu karena penurunan Produk Fisik Marjinal dan karena penurunan harga produk
sementara output yang diproduksi bertambah.
Untuk menyederhanakan, misalkan perusahaan monopolis membeli faktor produksi di pasar persaingan murni, untuk mencapai keuntungan
maksimal, perusahaan harus menggunakan tenaga kerja sampai tingkat di mana MRP = ME. Karena pasar tenaga kerja merupakan pasar persaingan
murni maka tingkat upah tak berubah berapa pun kuantitas yang diminta. Tingkat upah merupakan ME. Jadi, bila tingkat upah Rp36.800,00 maka
banyaknya tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan tersebut sebanyak I
satuan karena di sini MRP = ME. Selanjutnya bila tingkat upah Rp27.000,00 maka tenaga kerja yang diminta sebanyak 2 satuan, dan begitu seterusnya.
Jadi skedul MRP merupakan skedul permintaan perusahaan akan tenaga kerja atau permintaan faktor produksi. Gambar 8.2 menunjukkan kurva permintaan
,tenaga kerja, perhatikan kurvanya pada perusahaan monopolis di pasar output
lebih tak elastis dibandingkan dengan permintaan yang sama oleh perusahaan di pasar persaingan murni. Dengan demikian, perusahaan
monopolis di pasar output kurang responsif terhadap perubahan tingkat upah; Bila harga input turun, perusahaan monopolis murni secara relatif lebih segan
menambah output, hal ini merupakan dampak pasar output yang cenderung membatasi output-nya, dengan output lebih sedikit maka permintaan input
pun menjadi lebih sedikit.
Permintaan pasar atas faktor produksi secara total diperoleh
dengan menjumlahkan
secara horizontal
semua kurva-kurva
permintaan perusahaan
faktor produksi individu. Karena kurva
permintaan faktor
produksi perusahaan sama dengan kurva
MRP maka kurvanya dapat dicari dengan
menjumlahkan secara
horizontal semua
kurva MRP
perusahaan yang
menggunakan input
tersebut. +
3. Perubahan Kurva dan Elastisitas Permintaan Faktor Produksi