PENDAHULUAN Perbedaan Penyesuaian Perkawinan Pada Wanita Dewasa Dini yang Bekerja dan Tidak Bekerja

16

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah Havighurst dalam Hurlock, 1990 mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan setiap individu. Jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Individu yang tergolong dewasa dini young adulthood ialah yang berusia 20-40 tahun. Usia dewasa dini dituntut untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, yakni terpisah dari orang tua Santrock, dalam Dariyo, 2004. Di antara sekian banyak tugas perkembangan pada masa dewasa dini, tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan kehidupan berkeluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting, dan sangat sulit diatasi Hurlock, 1990. Ketika seseorang ditanya kenapa mereka menikah, hal yang paling sering dijawab adalah karena mereka mencari kebahagiaan Hirning Hirning, 1956. Pada dasarnya kebahagiaan adalah tujuan yang diinginkan dalam perkawinan, tapi ini terlalu umum dan terlalu kabur. Bila lebih spesifik lagi, akan didapatkan beberapa jawaban tentang tujuan menikah, seperti menikah adalah hal yang pantas untuk dilakukan, memberikan seseorang martabat ataupun gengsi, Universitas Sumatera Utara 17 atau akan memberikan satu atau lebih jenis-jenis kebutuhan atau keinginan, misalnya rasa aman dan dicintai mencintai. Magoun dalam Hirning Hirning, 1956 mengatakan bahwa suami menginginkan seseorang sebagai teman, yang memasak, nyonya rumah, penjahit, kekasih, untuk merawat, yang mengatur, dan yang menenangkan dalam segala situasi. Istri menginginkan seseorang yang mencintainya, yang melindunginya, sebagai kepala rumah tangga, pemberi nafkah, yang menemani atau mengawalnya, dan ayah dari anak-anaknya. Dalam perkawinan ditetapkan komitmen untuk hidup sebagai suami istri dan bagaimana hubungan tersebut dibentuk dan dipertahankan Dyer, 1983. Masalah yang muncul pada tahun pertama perkawinan adalah proses penyesuaian. Tidak hanya dengan pasangan tapi juga dengan kerabat-kerabat yang ada Hassan, 2005. Hurlock 1990 mengajukan beberapa kriteria keberhasilan penyesuaian perkawinan yang bisa digunakan untuk menilai tingkat penyesuaian perkawinan seseorang, yaitu kebahagiaan suami istri, kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan, dan penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan. Tahun pertama dan kedua perkawinan, pasangan suami istri biasanya harus melakukan penyesuaian perkawinan Hurlock, 1990. Dari penyesuaian perkawinan tersebut dapat dilihat beberapa permasalahan yang ada, misalnya masalah pribadi suami istri yang meliputi masa lampau mereka dan masa depan yang akan dijalani bersama Gunarsa, 2003. Tidak sepenuhnya pasangan Universitas Sumatera Utara 18 mengetahui apa yang dialami pasangannya pada masa lampau dan kesepakatan sehubungan dengan tugas baru dalam rumah tangga. Pada saat wanita memasuki perkawinan sebagai istri yang baru new wife’s , diharapkan melakukan aturan rumah tangga dan sebagai pasangan sex, wanita kepercayaan, teman, social secretary, dan perencana keluarga Duvall Miller, 1985. Suami, tetangga, dan orang-orang lain yang berada dilingkungan akan mengecam jika istri mengabaikan keluarganya. Jika dia melakukan aturan perkawinannya dengan baik, suaminya, keluarganya, dan teman-teman akan menganggap dia adalah istri yang baik. Istri yang baru memiliki tugas-tugas perkembangan sebagai wanita dewasa dan istri yang diharapkan dapat memiliki peranan penting dalam rumah tangga dan dalam kehidupan sosial pasangan baru. Kamo dalam Santrock, 1997 mengatakan bahwa istri dua hingga tiga kali lebih banyak melakukan pekerjaan keluarga dibandingkan dengan suaminya. Dari hasil penelitian, hanya 10 dari suami yang melakukan pekerjaan keluarga seperti istrinya Berk, dalam Santrock, 1997. Berdasarkan bagaimana aturan kerja dalam rumah atau keluarga diselesaikan oleh seseorang dan siapa yang akan mengambil keputusan, perkawinan dapat diidentifikasikan sebagai perkawinan tradisional Lemme, 1995. Pada perkawinan tradisional, suami yang dominan dan sebagai kepala rumah tangga. Tugas-tugas rumah tangga berdasarkan aturan yang sudah ada yaitu wanita memegang bagian dalam dan pria cenderung dibagian luar. Wanita yang mengatur rumah tangga sedangkan pria bekerja diluar untuk mendapatkan gaji atau bayaran, wanita tersebut disebut ibu rumah tangga housewife . Housewife disebut juga sebagai non-working woman Who Is A Universitas Sumatera Utara 19 Working Woman , 2001. Pada dasarnya baik wanita maupun pria dituntut untuk mampu menjaga keseimbangan dan keserasian dalam berperan sebagai anggota keluarga, sebagai anggota masyarakat, sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing Zein, 2002. Sesuai dengan peran wanita sebagai ibu rumah tangga, hal ini dapat memberikan kesempatan lebih besar untuk bisa menjalankan perannya itu. Pada masa sekarang ini karena adanya perubahan sosial, wanita lebih mempunyai kesempatan besar untuk memilih. Wanita dapat melakukan aktifitas berkarier seperti laki-laki tetapi tidak meninggalkan tanggung jawabnya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga. Menurut Biro Pusat Statistik, jumlah pekerja wanita di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya Mulyawati, 2003. Tahun 2001 di Jakarta jumlah wanita yang bekerja naik empat kali lipat selama enam tahun terakhir dari 8.365.655 jiwa menjadi 33.908.174 jiwa. Pada awal tahun 1900, banyak wanita yang bekerja masih muda dan lajang. Lalu perubahan penting terjadi pada jenis pekerjaan wanita, dimana beberapa wanita bekerja berhubungan dengan juru tulis dan banyak yang bekerja di pabrik dan agrikultur Keith Schafe, dalam Lemme, 1995. Lalu pada pertengahan abad ke-20, wanita yang bekerja di pabrik meningkat dua kali lipat, dan mayoritas dari pekerja wanita itu berstatus menikah Keith Schafer, Spitze, dalam Lemme, 1995. Bentuk yang menonjol pada masa sekarang adalah dimana suami dan istri bekerja diluar rumah, yang disebut dual-earner atau dual-career family Piotrkowski, Rapoport, Rapoport, dalam Lemme, 1995. Universitas Sumatera Utara 20 Menurut Williams dalam Lemme, 1995, wanita dimotivasi untuk bekerja karena tiga alasan, yaitu kebutuhan ekonomi, adanya aturan atau aspek dalam rumah tangga yang memotivasi mereka ; misalnya merasa terisolasi, dan adanya kebutuhan psikologis seperti status dan kontak sosial, mengembangkan potensi, dan keinginan untuk bermanfaat bagi masyarakat. Selain hal tersebut, masa dewasa dini disebut juga sebagai masa pengaturan Hurlock, 1990. Ada keinginan untuk mencoba berbagai pola kehidupan dan menentukan pola hidup mana yang akan dipilih. Wanita muda sekarang ingin mencoba-coba berbagai pekerjaan sebelum mereka menentukan pilihan. Mereka bekerja untuk mengetahui apakah mereka lebih suka bekerja daripada berumah tangga atau apakah mereka ingin melakukan keduanya, dan tentunya hal ini akan membutuhkan waktu. Fenomena yang berkembang di masyarakat menunjukkan bahwa ada kesulitan yang dialami oleh wanita bekerja untuk tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga. Salah satu contoh pengakuan seorang wanita bekerja yang mengalami kebingungan dalam memilih sebagai wanita bekerja atau ibu rumah tangga dikutip dari Hassan 2006 : “Saya wanita yang baru berumah tangga, bekerja di instansi pemerintahan yang serba teratur. Saya sangat mencintai pekerjaan ini, bahkan keputusan untuk menikah pun merupakan hal tersulit yang pernah saya ambil. Dalam bayangan saya, dunia rumah tangga itu super sibuk, tidak mengenal jam kerja dan upah. Saya bekerja 5 hari seminggu, pukul 7 pagi hingga 5 sore. Selama ini, saya sering membawa pekerjaan kerumah. Saya cemas ketika membangun sebuah harapan tentang keluarga ideal yang harmonis, dimana terdapat anak-anak yang mendapatkan bimbingan dan perhatian penuh dari orang tuanya. Saya khawatir, semua itu mustahil terwujud karena kesibukan kami berdua. Saya takut keluarga menjadi terbengkalai”. Universitas Sumatera Utara 21 Dilema identitas yang terjadi dipicu oleh kebingungan antara akulturasi peran dan peran yang diterima Rapaport, dalam Sekaran, 1986. Sebagai seorang isteri, peranan berdasarkan gender dan nilai internal memunculkan konflik dengan peran wanita bekerja yang ia ambil. Seorang isteri dianggap bukan seorang isteri yang baik serta bukan ibu yang baik ketika ia pergi dari rumah dan menghabiskan waktu seharian di tempat kerjanya. Pada waktu wanita mengejar karir, mereka dihadapkan pada pertanyaan menyangkut karir dan keluarga Anderson Leslie; Gustafson Magnusson; Spade Reese; Steil Weltman, dalam Santrock, 1990. Mereka menikah, melahirkan anak dan mengabdikan seluruh hidupnya menjadi ibu. Tapi banyak perempuan lain berbelok dari jalur yang menghabiskan waktu tersebut. Mereka menunda peran sebagai ibu, atau dalam beberapa kasus, memilih tidak memiliki anak. Mereka membangun komitmen, ikatan permanen dengan tempat kerja yang pada awalnya pola tersebut hanya dilakukan laki-laki. Ketika mereka memiliki anak, mereka berusaha keras untuk mengkombinasikan antara karir dan peran ibu. Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita, ibu rumah tangga yang bekerja diluar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Ada yang bisa menikmati perannya, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit kian berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Padahal proses penyesuaian perkawinan itu membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri Duvall Miller, 1985. Universitas Sumatera Utara 22 Ada beberapa penelitian yang mengemukakan apakah wanita yang bekerja memberikan pengaruh yang positif atau negatif terhadap penyesuaian perkawinan mereka. Namun beberapa penelitian yang dipakai untuk menjawab pertanyaan di atas masih belum meyakinkan. Burgess dan Cottrell dalam Dyer, 1983 mengatakan dalam situasi yang tidak stress wanita bekerja dapat melakukan penyesuaian perkawinan yang baik. Sementara Locke dan Mackeprang dalam Dyer, 1983 menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam hal penyesuaian perkawinan bagi pasangan yang kedua-duanya bekerja dan pasangan yang istrinya tidak bekerja. Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat bahwa masih ada perbedaan pendapat tentang penyesuaian perkawinan yang dilakukan oleh wanita bekerja dan wanita tidak bekerja. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan penyesuaian perkawinan pada wanita dewasa dini yang bekerja dan tidak bekerja. I.B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan penyesuaian perkawinan pada wanita dewasa dini yang bekerja dan tidak bekerja. I.C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Universitas Sumatera Utara 23 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi disiplin ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan, terutama mengenai penyesuaian perkawinan pada wanita dewasa dini baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja, dalam hal ini kriteria-kriteria keberhasilan dalam melakukan penyesuaian perkawinan. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi wanita yang hendak menikah pada usia dewasa dini, baik pada wanita bekerja atau tidak bekerja. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi masyarakat mengenai penyesuaian perkawinan, agar mereka mereka dapat memandang masalah ini dari sudut pandang wanita yang bekerja dan tidak bekerja. c. Hasil dari penelitian ini juga memberi masukan bagi praktisi psikologi, misalnya dalam hal konseling perkawinan mengenai arti penting dari penyesuaian perkawinan pada wanita dewasa dini yang mengalami kesulitan dalam perkawinannya karena pekerjaan diluar rumah atau sebagai ibu rumah tangga, sehingga penanganan yang diberikan dapat menjadi lebih efektif. d. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 24 I.D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Dalam bab ini digambarkan tentang perkawinan dan masalah yang mungkin muncul di dalam perkawinan, seperti penyesuaian perkawinan, yang dialami oleh wanita dewasa dini. Dimana pada masa dewasa dini, tugas perkembangan yang utama adalah karir atau pekerjaan dan kehidupan berkeluarga. Penyesuaian perkawinan tersebut harus dijalani pada wanita dewasa dini, baik yang bekerja atau tidak bekerja. Bab II Landasan teori Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang penyesuaian perkawinan, kriteria keberhasilan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan dan teori mengenai wanita bekerja dan wanita tidak bekerja, serta hipotesa yang diajukan. Bab III Metode penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji validitas dan Universitas Sumatera Utara 25 reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian. Variabel bebas yang diambil dalam penelitian ini adalah status wanita yaitu wanita bekerja dan wanita tidak bekerja, dan variabel tergantungya adalah penyesuaian perkawinan. Alat ukur yang digunakan adalah skala penyesuaian perkawinan. Teknik yang digunakan untuk menganalisa data penelitian adalah t-test. Bab IV Analisa dan Interpretasi Data Bab ini terdiri dari gambaran data penelitian, hasil penelitian, uji hipotesa dan interpretasi data yang didapatkan dari penelitian yang diolah secara statistik Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran Didalam bab ini dipaparkan jawaban atas masalah yang diajukan dalam penelitian, dimana kesimpulan akhir yang dibuat didasarkan atas analisa dan interpretasi data yang didapatkan dari hasil penelitian. Selain itu juga bab ini berisi diskusi dengan membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian lain serta saran-saran metodologis dan praktis yang diberikan peneliti sesuai hasil penelitian. Universitas Sumatera Utara 26

BAB II LANDASAN TEORI