Leukemia Tipe Mieloid 1 Acute Myeloid Leukemia AML
mieloid di kalangan pekerja. Peningkatan resiko ini berhubungan dengan peningkatan kadar paparan serta jangka masa terhadap paparan. Namun begitu
tidak ditemukan hubungan antara resiko kanker dengan paparan secara kumulatif. Penelitian ini kemudiannya dilanjutkan untuk selama 10 tahun terhadap pekerja
yang sama dan hasilnya juga menunjukkan adanya hubungan antara insidensi kanker terutama leukemia tipe mieloid dengan paparan terhadap zat formaldehida.
National Cancer Institue, 2009 Formaldehida akan mengalami perubahan kimiawi yang cepat selepas
diabsorbsi. Oleh yang demikian, segelintir saintis berpendapat bahwa formaldehida jarang sekali akan menimbulkan efek yang buruk pada organ –
organ selain saluran pernapasan atas. Namun begitu ada beberapa penelitian di laboratorium menunjukkan formaldehida dapat memberikan efek yang negatif
terhadap sistem limfatik dan hematopoetik. National Cancer Institue, 2009 Berdasarkan dari kedua jenis penelitian cohort dan case control dan data
serta eksperimen laboratorium, para penyelidik dari NCI telah menyimpulkan bahwa formaldehida berkemungkinan dapat mengakibatkan leukemia terutama
leukemia tipe mieloid pada manusia. National Cancer Institue, 2009
2.2. Leukemia Tipe Mieloid 2.2.1 Acute Myeloid Leukemia AML
Leukemia mieloid adalah penyakit golongan heterogenus yang ditandai dengan infiltrasi pada sel darah, sumsum tulang dan jaringan lain oleh sel–sel
neoplastik sistem hematopoesis. Leukemia jenis ini mempunyai spektrum malignan yang luas sekiranya tidak mendapatkan rawatan. Penyakit ini boleh saja
berkembang dengan cepat dan sangat membahayakan namun begitu ia juga boleh berkembang secara perlahan. Kasper et al, 2005
Insiden penyakit AML ini dianggarkan kira-kira 3,6 per 100.000 orang setiap tahun dan resiko terjadinya penyakit ini semakin meningkat mengikut
pertambahan usia iaitu dianggarkan 1,7 pada individu 65 tahun berbanding 16,2 pada individu berusia 65 tahun. Kasper et al, 2005
Universitas Sumatera Utara
Herideter, radiasi, zat kimiawi, paparan zat kimiawi berlebihan di tempat kerja serta beberapa jenis obat – obatan dikatakan memberi kesan terhadap
pembentukan AML . Namun begitu, masih tiada bukti yang kukuh menyatakan virus adalah salah satu penyebab penyakit ini. Kasper et al, 2005
Selain itu, insiden penyakit leukemia mieloid pada korban bom atom di Jepang meningkat kira-kira 5 hingga 7 tahun setelah pengeboman tersebut.
Dennis et al, 2005 Paparan terhadap zat kimiawi benzene yang digunakan sebagai zat pelarut
dalam industri juga ada menunjukkan hubungannya dengan peningkatan resiko AML. Selain itu bahan –bahan karsinogen lain seperti rokok, formaldehida juga
dilihat mempunyai hubungan dengan meningkatnya resiko AML. Kasper et al, 2005
Patogenesis utama bagi penyakit leukemia mieloblastik akut adalah adanya blockade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel myeloid
terhenti pada sel-sel muda blast akibat terjadinya akumulasi blast di sumsum tulang. Hal ini akan menyebabkan sistem hematoposesis normal terganggu dan
seterusnya akan mengakibatkan sindroma kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan adanya gejala anemia, lekopenia dan trombositopenia pada penderita.
Selain itu, sel-sel blast yang terhasil mampu untuk bermigrasi keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak
dan sistem saraf pusat seterusnya merusak organ-organ tersebut. Kurnianda, 2006
Pasien dengan AML sering mengalami gejala non spesifik dan bermula secara berperingkat dan biasanya merupakan akibat dari anemia, leukositosis,
lekopenia, atau trombositopenia. Lebih dari 50 pasien menderita gejala non spesifik kira –kira
≥ 3 bulan sebelum leukemia di diagnosa. Kasper et al, 2005 Sebagian dari penderita menderita kelelahan sebagai gejala pertama.
Anorexia dan penurunan berat badan sangat umum pada penderita. Selain itu lebih kurang 10 pasien mengalami demam dengan atau tanpa infeksi sebagai gejala
pertama mereka. Tanda –tanda menunjukkan ada gangguan hemostasis seperti perdarahan dan mudah luka dikesan oleh kira-kira 5 daripada seluruh pasien.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, kadang kala turut ditemukan nyeri tulang, limfadenopati, pusing dan batuk sebagai gejala penyerta. Kasper et al, 2005
Selain itu turut ditemukan adanya pembesaran pada kelenjar getah bening serta limfa. Hal ini juga mengakibatkan rasa tidak nyaman di abdomen akibat
adanya pembesaran hati dan limfa. Pasien juga turut mengalami gejala hematuria. Goldman L, 2007