antibakteri sering digunakan untuk membersih lantai gudang dan kapal. Selain itu ia juga digunakan untuk mengawet mayat dan spesimen – spesimen untuk
kegunaan medis. Menurut laporan komisi keselamatan produk konsumen Amerika pada
tahun 1997, kadar normal formaldehida di udara adalah kurang dari 0,03 ppm. Materi yang mengandungi yang mengandungi formaldehida boleh melepaskan gas
formaldehida di udara. Apabila kadar formaldehida di udara melebihi 0,1 ppm 50 individu yang terpapar berkemungkinan mengalami efek samping dalam
masa yang singkat seperti mata berair, sensasi terbakar pada daerah mata, hidung dan tenggorokan serta iritasi pada kulit jika terdapat kontak pada kulit.
Oleh karena bakso merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, maka sebagian besar diantara kita boleh dikatakan rentan terhadap
paparan zat kimiawi formaldehida yang berlebihan dan dalam jangka masa yang lama. Hal ini dapat memberi dampak yang serius terahadap kesehatan masyarakat
kita karena The International Agency for Research on Cancer IARC telah mengklasifikasikan formaldehida sebagai zat karsinogen terhadap manusia. Selain
itu , ada kajian yang dilakukan oleh National Cancer Institute NCI menemukan paparan formaldehida yang berlebihan dalam tempoh yang lama dapat
meningkatkan resiko terkenanya kanker terutamanya leukemia.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana keberadaan formalin dalam bakso yang dijual di
beberapa pasar di kota Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui keberadaan formalin dalam bakso yang dijual
di beberapa pasar di kota Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Universitas Sumatera Utara
1.3.2.1 Mendeteksi keberadaan formalin dalam bakso yang berasal dari
pasar di kota Medan.
1.3.2.2 Mendapatkan nilai kandungan formalin dalam bakso yang dijual
di kota Medan.
2. Manfaat Penelitian 2.1 Bagi komuniti
2.1.1 Sebagai dasar untuk melalukan penyuluhan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang bahayanya penggunaan formalin sebagai zat pengawet makanan.
2.2 Bagi pelayanan kesehatan 2.2.1 Sebagai dasar untuk meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat
akan keberadaan formalin dalam makanan yang dijual.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fornalin: 2.1.1 Formaldehida
Formaldehida CH2O adalah derivasi aldehida yang mempunyai bau yang menyengat . Zat kimiawi ini mempunyai kecenderungan untuk berpolimerisasi di
mana, molekul secara individu bergabung membentuk suatu satuan dari bobot molar yang tinggi. Aktivitas polimerisasi ini melepaskan panas yang sering terjadi
secara letupan. Jesteru itu, sediaan formaldehida adalah di dalam bentuk cairan bagi mengurangi konsentrasi. Sediaan ini lebih dikenali sebagai formalin.
Formalin biasanya terbentuk dari campuran formaldehida yang tepu kira 40 persen dari volumenya dan sedikit penstabil biasanya methanol bagi
mengurangkan oksidasi dan derajat polimerisasi. Formaldehida mempunyai takat didih yang sangat rendah iaitu -21°C manakala setelah menjadi formalin, takat
didihnya berubah menjadi 96 °C. Chang, 2007 Oleh karena harganya yang terjangkau, formalin banyak digunakan dalam
berbagai jenis industri seperti pembuatan perabot dan juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan bangunan. Selain itu, formalin juga digunakan
sebagai bahan pengawet mayat dan agen fiksasi di laboratorium. Bahan pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono
2006, memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein dan mudah berikatan dengan unsur protein mulai dari permukaan hingga terus
meresap ke jaringan yang dalam. Dengan matinya protein setelah terikat dengan unsur kimia dari formalin, maka ia tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam. Selain itu, formalin juga membunuh bakteri dengan membuat jaringan
dalam bakteri yang menyebabkan bakteri itu kekeringan dan membentuk lapisan
Universitas Sumatera Utara