Analisis Kadar Formalin pada Buah Impor yang Dijual di Beberapa Pasar Swalayan di Kota Medan Tahun 2015

(1)

ANALISIS KADAR FORMALIN PADA BUAH IMPOR

YANG DIJUAL DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN

DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

MARTHA ELNIST R. ZALUKHU NIM. 111000106

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ANALISIS KADAR FORMALIN PADA BUAH IMPOR

YANG DIJUAL DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN

DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MARTHA ELNIST R. ZALUKHU NIM. 111000106

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Formalin adalah zat yang dilarang ditambahkan pada makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999. Namun masih banyak produsen yang menggunakan formalin untuk mengawetkan buah impor untuk mempertahankan kesegaran buah mengingat proses pengiriman buah dari negara asal menuju Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar formalin pada buah impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian survai yang bersifat deskriptif. Metode yang digunakan adalah pemeriksaan laboratorium pada buah apel impor, anggur impor, dan jeruk impor dengan titrasi iodimetri.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap formalin pada buah impor diketahui bahwa seluruh sampel buah impor positif mengandung formalin. Kadar formalin tertinggi terkandung pada anggur Calmeria yang berasal dari Amerika yaitu sebesar 4,692 mg/ml, menyusul apel Fuji yang berasal dari Jepang sebesar 4,552 mg/ml dan apel Red Delicious yang berasal dari Amerika sebesar 4,412 mg/ml, sedangkan yang terendah adalah pada jeruk Imperial Seed yang berasal dari Australia yaitu sebesar 1,610 mg/ml.

Disarankan kepada pemerintah untuk semakin memperketat pengawasan masuknya buah impor ke dalam negeri untuk mengantisipasi masuknya buah-buahan yang mengandung zat berbahaya seperti formalin. Kepada BPOM diharapkan untuk mengadakan pemantauan , pengawasan, dan pembinaan terhadap pemakaian formalin pada makanan sebagai bahan tambahan pada makanan. Masyarakat disarankan untuk lebih selektif dalam memilih buah impor yang akan dikonsumsi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan dengan membandingkan kadar formalin pada buah impor yang dikupas kulitnya dengan buah impor yang tidak dikupas kulitnya. Serta membandingkan kadar formalin pada buah impor sebelum dicuci dengan setelah dicuci.


(5)

ABSTRACT

Formalin is substance which is banned to be added in food according to

the regulation of Indonesia Health Minister Number 1168/Health

Minister/Regulation/X/1999 But many manufacturers still use formalin to make durable import fruits to maintain the freshness of fruit because importing fruits from the origin country to Indonesia needs long time. The objective of this research is to know how many formalin in import fruits which is sold in some supermarket in Medan

This research is survey research in descriptive. The methode of the research is laboratory check of apple imports, grape imports, and orange imports by iodimetri titration.

Based on laboratory result from import fruits, can be known that all number of sample from import fruits contain formalin. The highest Formalin content in Calmeria Grapes from America is 4,692 mg/ml, Fuji Apple from Japan is 4,552 mg/ml, and Red Delicious Apple from America is 4,412 mg/ml, and the lowest formalin is in Imperial Seed Orange from Australia is 1,610 mg/ml.

It is suggested to government to tighten the controls of importing fruits in to country to prevent the coming fruits which have dangerous content like formalin. Suggested to BPOM to monitor, control, and educate about formalin using as added substance in food. It is suggested also to people to be selective in choosing import fruits to consume. Suggested for further research done by comparing the levels of formaldehyde in import fruits peeled with import fruits not peeled . And comparing the levels of formaldehyde in import fruits before washing with after washing .


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kadar Formalin pada Buah Impor yang Dijual di Beberapa Pasar Swalayan di Kota Medan Tahun 2015”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak sekali memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Pembimbing II yang telah


(7)

5. Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Lina Tarigan, MS, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, saran dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Depatemen Kesehatan Lingkungan.

9. Kepala Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan FMIPA USU yang telah bersedia memfasilitasi pemeriksaan sampel yang diperlukan pada penelitian ini.

10.Teristimewa untuk Ayahanda Fatolosa Zalukhu dan Ibunda Fatisia Zebua yang selalu memberikan doa, dukungan, nasihat dan semangat kepada penulis dalam menjalani pendidikan, terkhusus selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

11.Adik tersayang Mega Zalukhu dan David Zalukhu serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis.

12.Kelompok Kecil TABITA (Kak Ira, Delima, Elisabet, Lamtiur, Mei dan Yohana) dan Kelompok Kecil Cordero de Dios (Agnes, Anri, Christopher,


(8)

Firman, Kristian, dan Maruhum) yang telah memberikan doa, dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis.

13.Teman-teman terkasih Mitra Gulö, Dian Zendratö dan Herna Hura yang telah memberikan doa, bantuan, semangat dan dukungan kepada penulis. 14.Sahabat terkasih Anita Sitompul, Friska Tamba, Rismauli Hutahaean dan

Relita Saragih yang menjadi sahabat dalam susah dan senang serta banyak memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis.

15.Teman-teman Komisi Pemuda BNKP Maranatha yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

16.Teman-teman satu peminatan Kesehatan Lingkungan angkatan 2011. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2015


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

Riwayat Hidup ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP 2.1 Buah-Buahan ... 9

2.1.1 Klasifikasi Buah-Buahan ... 9

2.1.2 Memilih Buah yang Segar ... 11

2.1.3 Buah Impor ... 15

2.1.4 Buah Apel ... 16

2.1.5 Buah Anggur ... 17

2.1.6 Buah Jeruk ... 18

2.2 Formalin ... 19

2.2.1 Kegunaan Formalin ... 21

2.2.2 Penyalahgunaan Formalin ... 23

2.2.3 Bahaya Formalin ... 24

2.3 Proses Pengawetan Buah Impor ... 27

2.4 Ciri Buah Berformalin ... 28

2.5 Tips Memilih Buah Tanpa Formalin ... 29

2.6 Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31


(10)

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 33

3.4.2 Data Sekunder ... 33

3.5 Defenisi Operasional ... 33

3.6 Teknik Pengambilan Sampel ... 34

3.7 Teknik Analisa Data ... 34

3.7.1 Alat dan Bahan ... 34

3.7.1.1 Alat ... 34

3.7.1.2 Bahan ... 35

3.7.2 Prosedur Pemeriksaan Sampel ... 35

3.8 Pengolahan dan Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Pemeriksaan Kadar Formalin pada Buah Impor ... 37

4.1.2 Kadar Formalin pada Buah Apel Impor ... 37

4.1.3 Kadar Formalin pada Buah Anggur Impor ... 38

4.1.4 Kadar Formalin pada Buah Jeruk Impor ... 39

4.2 Observasi Karakteristik Fisik Buah Impor ... 40

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Formalin pada Buah Impor ... 42

5.1.1 Kandungan dan Kadar Formalin pada Buah Apel Impor ... 45

5.1.2 Kandungan dan Kadar Formalin pada Buah Anggur Impor 46 5.1.3 Kandungan dan Kadar Formalin pada Buah Jeruk Impor ... 46

5.2 Karakteristik Fisik Buah Impor ... 47

5.3 Proses Masuknya Buah Impor ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Gambar 1.Struktur Kimia Formalin ... 20 2. Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ... 30


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Tabel 4.1 Kadar Formalin pada Buah Apel Impor ... 38 2. Tabel 4.2 Kadar Formalin pada Buah Anggur Impor ... 39 3. Tabel 4.3 Kadar Formalin pada Buah Jeruk Impor ... 39 4. Tabel 4.4 Karakteristik Fisik Buah Impor yang Dijual di


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Lampiran 1.Lembar Observasi ... 58 2. Lampiran 2. Gambar Buah Impor ... 59 3. Lampiran 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan ... 67 4. Lampiran 4. Laporan Hasil Analisis Kadar Formalin ... 70 5. Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Analisis Kadar Formalin ... 71


(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Martha Elnist R. Zalukhu Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 20 Maret 1993 Suku Bangsa : Nias

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : F. Zalukhu Suku Bangsa Ayah : Nias

Nama Ibu : F. Zebua

Suku Bangsa Ibu : Nias

Alamat Rumah : Jl. Mangaan I Gg. Amal III No. 478 Mabar Hilir, Medan

Pendidikan Formal

1. TK Perguruan Kristen Hosana : 1998 – 1999 2. SD Perguruan Kristen Hosana : 1999 – 2005 3. SMP Perguruan Kristen Hosana : 2005 – 2008 4. SMA Methodist-8 Medan : 2008 – 2011 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : 2011 - 2015


(15)

ABSTRAK

Formalin adalah zat yang dilarang ditambahkan pada makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999. Namun masih banyak produsen yang menggunakan formalin untuk mengawetkan buah impor untuk mempertahankan kesegaran buah mengingat proses pengiriman buah dari negara asal menuju Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar formalin pada buah impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian survai yang bersifat deskriptif. Metode yang digunakan adalah pemeriksaan laboratorium pada buah apel impor, anggur impor, dan jeruk impor dengan titrasi iodimetri.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap formalin pada buah impor diketahui bahwa seluruh sampel buah impor positif mengandung formalin. Kadar formalin tertinggi terkandung pada anggur Calmeria yang berasal dari Amerika yaitu sebesar 4,692 mg/ml, menyusul apel Fuji yang berasal dari Jepang sebesar 4,552 mg/ml dan apel Red Delicious yang berasal dari Amerika sebesar 4,412 mg/ml, sedangkan yang terendah adalah pada jeruk Imperial Seed yang berasal dari Australia yaitu sebesar 1,610 mg/ml.

Disarankan kepada pemerintah untuk semakin memperketat pengawasan masuknya buah impor ke dalam negeri untuk mengantisipasi masuknya buah-buahan yang mengandung zat berbahaya seperti formalin. Kepada BPOM diharapkan untuk mengadakan pemantauan , pengawasan, dan pembinaan terhadap pemakaian formalin pada makanan sebagai bahan tambahan pada makanan. Masyarakat disarankan untuk lebih selektif dalam memilih buah impor yang akan dikonsumsi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan dengan membandingkan kadar formalin pada buah impor yang dikupas kulitnya dengan buah impor yang tidak dikupas kulitnya. Serta membandingkan kadar formalin pada buah impor sebelum dicuci dengan setelah dicuci.


(16)

ABSTRACT

Formalin is substance which is banned to be added in food according to

the regulation of Indonesia Health Minister Number 1168/Health

Minister/Regulation/X/1999 But many manufacturers still use formalin to make durable import fruits to maintain the freshness of fruit because importing fruits from the origin country to Indonesia needs long time. The objective of this research is to know how many formalin in import fruits which is sold in some supermarket in Medan

This research is survey research in descriptive. The methode of the research is laboratory check of apple imports, grape imports, and orange imports by iodimetri titration.

Based on laboratory result from import fruits, can be known that all number of sample from import fruits contain formalin. The highest Formalin content in Calmeria Grapes from America is 4,692 mg/ml, Fuji Apple from Japan is 4,552 mg/ml, and Red Delicious Apple from America is 4,412 mg/ml, and the lowest formalin is in Imperial Seed Orange from Australia is 1,610 mg/ml.

It is suggested to government to tighten the controls of importing fruits in to country to prevent the coming fruits which have dangerous content like formalin. Suggested to BPOM to monitor, control, and educate about formalin using as added substance in food. It is suggested also to people to be selective in choosing import fruits to consume. Suggested for further research done by comparing the levels of formaldehyde in import fruits peeled with import fruits not peeled . And comparing the levels of formaldehyde in import fruits before washing with after washing .


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Berdasarkan data Departemen Pertanian, Indonesia menghasilkan lebih dari 400 jenis buah-buahan, baik jenis buah tropis maupun subtropis. Komoditas buah-buahan merupakan penyumbang keanekaragaman dan kecukupan gizi rakyat yang cukup besar. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap hari secara teratur akan mempertinggi daya tahan tubuh dan mencegah penyakit, membantu kerja jantung, mempertajam ingatan, meringankan tekanan mental, serta menyelaraskan pencernaan makanan, dan peredaran darah. Semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran akan pentingnya gizi masyarakat akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan permintaan buah-buahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008).

Menurut Rukmana (2004), sisi kualitas menjadi sangat penting karena ada kecenderungan bahwa dengan meningkatnya pendapatan (income) masyarakat, makin mengarah kepada pasar konsumen. Oleh karena itu, tidak heran kalau konsumen lebih menyukai buah impor karena dipandang lebih tinggi kualitasnya. Produksi buah-buahan di dalam negeri yang masih rendah dan kualitasnya yang belum memenuhi selera konsumen mendorong terjadinya impor buah-buahan dari luar negeri. Impor buah Indonesia cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.


(18)

Saat ini, kita telah banyak dibanjiri oleh bermacam-macam buah impor. Buah impor yang masuk sebagian besar merupakan jenis buah yang juga ada di negara kita. Padahal Indonesia adalah negara tropis dengan beraneka ragam flora dan faunanya, termasuk untuk buah-buahan.

Menurut Ridarineni (2013) buah impor hanya bisa masuk lewat empat lokasi yakni: Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng, Pelabuhan Laut Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Laut Belawan Medan dan Pelabuhan laut Makassar. Buah impor yang masuk ke Indonesia juga berasal dari banyak negara diantaranya Amerika, Australia, Cina, Jepang, dan Selandia Baru.

Pada tahun 2013 di Yogyakarta dilakukan pemeriksaan terhadap 13 sampel buah impor yang diambil secara acak dari dua jenis tempat penjualan yakni kios buah pinggir jalan dan supermarket besar untuk diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Jogja. Hanya satu buah yang tidak mengandung formalin yakni jeruk ponkam, sisanya semuanya mengandung zat formalin. Baik yang diambil dari kios buah yaitu pir kuning dan hijau, apel merah dari Amerika, apel fuji dan anggur merah maupun yang diambil dari supermarket yaitu tiga buah pir berbagai jenis dan merek, anggur, apel merah dan apel hijau (Zuhri dan Mediani, 2013).

Buah impor yang beredar di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, diketahui mengandung formalin setelah Badan Katahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) Kabupaten Indramayu melakukan rapid tes kit formalin terhadap sejumlah buah impor yang beredar di Kabupaten Indramayu. Pengujian pada buah impor tersebut di antaranya dilakukan pada apel merah, jeruk ponkam,


(19)

pir impor, dan anggur merah. Pada apel merah dan jeruk ponkam, hasil uji tes menunjukkan buah tersebut positif mengandung formaldehyde (formalin) sebesar 1,5 miligram per liter air. Sedangkan untuk buah pir impor dan anggur merah impor positif mengandung formalin sebesar 1,0 miligram per liter air (Roszandi, 2014).

Formalin adalah desinfektan yang kuat untuk menghancurkan bakteri pembusuk. Dalam pengawetan mayat atau pengawetan hewan, formalin digunakan sebagai zat yang mampu menekan aktivitas bakteri pembusuk. Dengan demikian, jaringan mayat atau hewan dapat bertahan berbulan-bulan. Masalah keamanan pangan di tingkat industry rumah tangga memang sudah sangat kronis. Pelaku-pelaku bisnis tidak memerhatikan keselamatan konsumen karena prinsip dagang yang dipegang adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya produksi minimal (Anwar dan Ali, 2009).

Formalin tidak hanya berbahaya jika dikonsumsi, melainkan juga dengan melakukan kontak terhadapnya. Sangat kita pahami bahwa formalin sangat berbahaya jika digunakan tidak sewajarnya mengingat formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker (Yuliarti, 2007).

Khusus mengenai sifatnya yang karsinogenik, formalin termasuk ke dalam karsinogenik golongan II A. Golongan I adalah yang sudah pasti menyebabkan kanker, berdasarkan uji lengkap. Sedangkan golongan IIA baru taraf diduga, karena data hasil uji pada manusia masih kurang lengkap. Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh.


(20)

Itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah (Cahyadi, 2006).

Menurut Yuliarti (2007) kekebalan tubuh sangat berperan pada berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika kekebalan tubuh atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin berkadar rendah sekalipun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Anak-anak, khususnya bayi dan balita, adalah salah satu kelompok usia yang rentan mengalami gangguan ini. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh.

Namun demikian, pada usia anak, usus imatur (belum sempurna) atau system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh dan sulit dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada penderita autism, penderita alergi dan sebagainya. Produk makanan berformalin tidak hanya ditemukan di sejumlah pasar tradisional, tetapi sering pula ditemukan di berbagai supermarket di berbagai wilayah di tanah air. Padahal perlu diketahui bahwa sebenarnya formalin bukanlah bahan pengawet untuk makanan. Penggunaan formalin umumnya adalah untuk pengawet mayat di samping pengawet berbagai jenis bahan industri non makanan sehingga


(21)

penggunaanya untuk pengawet makanan sengat membahayakan konsumen. Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum (Yuliarti, 2007).

Namun demikian, masalah klasik tersebut seringkali muncul menjadi pembicaraan hangat dengan kembali ditemukannya berbagai pengawet tersebut pada berbagai jenis bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Penambahan pengawet dimaksudkan untuk menghambat ataupun menghentikan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama. Selain itu, suatu pengawet ditambahkan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan cita rasa, memperbaiki warna, tekstur, sebagai bahan penstabil, pencegah lengket maupun memperkaya vitamin serta mineral. Sebenarnya makanan yang menggunakan pengawet yang tepat (menggunakan pengawet makanan yang dinyatakan aman) dengan dosis di bawah ambang batas yang ditentukan tidaklah berbahaya bagi konsumen. Namun demikian, seringkali produsen yang nakal menggunakan pengawet yang tidak tepat seperti pengawet non makanan ataupun pengawet yang tidak diizinkan oleh badan POM sehingga merugikan konsumen (Yuliarti, 2007).

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman formalin di dalam tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 miligram per liter. IPCS adalah lembaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi. Bila formalin yang masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan system tubuh


(22)

manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung, atau tertelan (Yuliarti, 2007). Menurut Judarwanto (2006) konsumsi formalin dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, dan ginjal.

Sementara itu menurut Putranto (2011) berdasarkan hasil uji klinis, dosis toleransi tubuh manusia pada pemakaian secara terus-menerus (Recommended

Dietary Daily Allowances / RDDA) untuk formalin sebesar 0,2 mg per kilogram

berat badan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan, formalin (formaldehid) termasuk ke dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan ke dalam makanan.

Apabila melanggar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, diantaranya termasuk penggunaan bahan yang dilarang dipakai sebagai bahan tambahan pangan seperti formalin, pelakunya diancam hukuman penjara maksimal lima tahun dan atau denda paling banyak Rp 600 juta. Penggunaan formalin dalam produk pangan melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Anonymous, 2006).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Perlu dilakukan penelitian terhadap buah impor untuk mengetahui apakah buah impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan mengandung formalin atau tidak”.


(23)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar formalin pada buah impor.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis dan asal buah impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin dan kadarnya pada buah apel impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin dan kadarnya pada

buah anggur impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan. 4. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin dan kadarnya pada

buah jeruk impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan. 5. Untuk mengetahui karakteristik fisik dari buah impor yang dijual di

beberapa pasar swalayan di kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi konsumen buah impor agar lebih hati-hati dalam memilih dan mengonsumsi buah-buahan impor.

2. Sebagai bahan masukan bagi BPOM dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap buah-buahan impor.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang kadar formalin pada buah impor.


(24)

4. Sebagai data awal tentang kadar formalin pada buah impor yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi penulis lain untuk penelitian lebih lanjut.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah-Buahan

Menurut Zulkarnain (2009), secara botani, buah dapat didefinisikan sebagai ovari matang dari suatu bunga dengan segala isinya serta bagian-bagian yang terkait erat dari bunga tersebut. Oleh karena itu, buah terdiri atas bagian-bagian seperti dinding ovari atau pericarp (yang berdiferensiasi menjadi eksocarp, endocarp, dan mesocarp), biji, jaringan plasenta, partisi, reseptakel, dan sumbu tangkai bunga.

Buah merupakan sumber antioksidan yang mampu menghancurkan radikal bebas penyebab timbulnya berbagai penyakit dan tanda-tanda penuaan dini. Buah juga mengandung banyak serat yang dapat mencegah timbulnya sembelit dan gangguan pencernaan pada lambung. Selain serat, buah juga mengandung berbagai vitamin dan air yang merupakan komponen penting dalam metabolisme tubuh (Ramadhani, 2014).

Menurut Tarwotjo (1998) buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karotin atau provitamin A) dan mineral (seperti zat kalsium, zat pospor, dan lain-lain mineral) dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buah-buahan di bagian kulitnya.

2.1.1 Klasifikasi Buah-Buahan


(26)

diklasifikasikan atas beberapa kelompok, yaitu :

a. Buah sederhana, yaitu buah yang berkembang dari satu ovari. Buah sederhana dikelompokkan lagi menjadi :

1. Buah sederhana berdaging (pericarpnya berdaging). Tipe buah demikian dapat dikelompokkan lagi menjadi :

a. Tipe berry, misalnya buah tomat dan anggur (Vitis vinifera)

b. Tipe drupe, misalnya buah zaitun, peach, cherry (Prununs, sp.), dan plum

c. Tipe pome, misalnya buah apel (Malus domestica) d. Tipe hesperidium, misalnya buah jeruk (Citrus sp.)

e. Tipe pepo, misalnya buah tanaman yang tergolong ke dalam famili

Cucurbitaceae.

2. Buah sederhana tidak berdaging (pericarpnya kering), yang dapat digolongkan menjadi :

a. Golongan dehiscent (membuka dan menyebarkan biji pada saaat matang), yang dapat dikelompokkan lagi menjadi :

1. Tipe legume (polong), misalnya buah kacang-kacangan 2. Tipe follicle, misalnya buah peony dan Hekea

3. Tipe capsule, misalnya buah Eucalyptus sp.

4. Tipe silique, misalnya buah mustard (Brassica nigra).

b. Golongan indehiscent (tidak membuka dan tidak menyebarkan biji pada saat matang), yang dapat dikelompokkan lagi menjadi :


(27)

1. Tipe achene, misalnya buah bunga matahari (Helianthus

annuus)

2. Tipe caryopsis (biji-bijian), misalnya buah jagung 3. Tipe nut, misalnya buah hazel nut

4. Tipe samara, misalnya buah maple.

b. Buah agregat, yaitu buah yang berasal dari beberapa ovari pada bunga yang sama, baik ovari tersebut bergerombol maupun menyebar pada satu eseptakel, yang kemudian menyatu menjadi satu buah. Contoh buah tipe ini misalnya pada tanaman stroberi (Fragaria vesca)

c. Buah majemuk, yaitu buah yang berasal dari beberapa ovari dari beberapa bunga, lalu menyatu menjadi satu massa. Contoh buah tipe ini misalnya pada tanaman nanas (Ananas comosus).

2.1.2 Memilih Buah yang Segar

Menurut Sjaifullah (1996) kriteria dalam memilih buah segar antara lain : 1. Kriteria Fisik

a. Warna kulit

Setiap jenis buah, bahkan setiap varietasnya, mempunyai warna kulit khas. Umumnya buah yang mengalami proses pematangan akan berubah warna kulitnya dari hijau gelap menjadi kuning, merah, atau ungu.

b. Kesegaran dan kebersihan kulit

Buah yang baik terlihat segar, kulitnya berkilap, tidak keriput, dan tidak terdapat noda, baik noda bekas gigitan serangga maupun noda


(28)

getah.

c. Ukuran dan bentuk buah

Umumnya pada saat layak petik, buah mempunyai ukuran maksimum dengan bentuk yang khas pula. Selain ukuran, bentuk dapat dijadikan patokan untuk menentukan mutu buah. Buah yang baik mempunyai bentuk sesuai dengan bentuk baku normalnya. Buah cacat atau tidak normal akan mempunyai rasa yang kurang enak pula.

d. Kerapatan rambut atau duri

Buah yang berambut atau berduri telah layak dipetik untuk dikonsumsi apabila rambut atau durinya telah merenggang.

e. Kekerasan

Kekerasan buah dapat dirasakan melalui pijatan jari. Buah yang matang dan siap dikonsumsi relative lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah yang baik mempunyai kekerasan merata. Contoh yang paling jelas pada jeruk. Bila kekerasannya tidak merata, maka sebagian dari daging buahnya akan berbeda rasanya.

f. Berat jenis

Sejalan dengan matangnya buah, berat jenis buah juga naik. Sifat ini telah dijadikan salah satu prinsip dasar untuk memisahkan antara buah yang cukup tua dan yang masih muda saat buah baru panen.

g. Bunyi ketukan

Semangka dan alpukat yang masih muda bila diketuk dengan jari berbunyi relative lebih nyaring (seperti tepukan di dahi) daripada yang


(29)

matang (seperti tepukan di dada), atau yang terlalu matang (seperti ketukan di perut).

2. Kriteria Kimiawi

Walaupun setiap jenis dan varietas buah mempunyai komposisi kimiawi tertentu, namun buah dari varietas yang sama dapat mempunyai komposisi bervariasi. Hal ini tergantung pada jumlah cahaya matahari yang diserap, suhu selama pertumbuhan, serta jenis dan frekuensi pemupukan.

a. Kandungan pati

Umumnya sejalan dengan pematangan buah, zat pati akan diubah menjadi gula.

b. Kandungan gula

Kandungan gula atau total padatan terlarut merupakan refleksi dari rasa manis, yang juga menunjukkan derajat ketuaan dan kematangan. c. Keasaman

Keasaman buah umumnya turut sejalan dengan matangnya buah, sampai mencapai titik tertentu pada saat matang. Umunya rasa buah ditentukan oleh adanya perpaduan antara rasa manis dan asam pada perbandingan yang tepat.

d. Kadar lemak

Analisis kandungan lemak sebagai parameter mutu biasanya hanya dilakukan di negara-negara maju terhadap alpukat. Kandungan lemak pada buah alpukat merupakan salah satu indeks penting dalam menentukan tingkat ketuaan buah yang layak panen.


(30)

e. Kandungan vitamin dan mineral

Buah-buahan yang berwarna lebih banyak mengandung vitamin daripada yang tidak berwarna.

3. Kriteria Fisiologis

Kandungan air buah umumnya berkisar 70 - 90 %. Apabila buah telah dipetik, secara alamiah kandungan air akan berkurang sehingga terjadi penyusutan melalui proses transpirasi. Selain menyebabkan kehilangan berat, transpirasi pada buah juga menyebabkan keriput, terdapatnya lekukan-lekukan coklat kehitaman yang kering, perubahan warna (pencoklatan), dan perubahan tekstur. Sebagai akibat tidak langsung dari penguapan, nilai gizi buah terutama vitamin C juga berkurang.

4. Kriteria Organoleptik

a. Semua yang dapat dilihat oleh mata dapat dijadikan parameter penampakan, seperti ukuran, bentuk, kecemerlangan, dan kebenaran warna dari buah.

b. Flavor atau aroma

Selain melalui penilaian mata, indera hidung dan mulut biasa digunakan untuk menilai atau memberikan keterangan tambahan tentang mutu buah. Flavor atau aroma ini terutama dipengaruhi oleh komposisi kimiawi dari buah sepeti kandungan gula, asam, alkohol, aldehida, ester, dan lain-lain.

c. Tekstur


(31)

kasar, berserat, empuk, lembek, berair, keras, padat, renyah, liat, dan lain-lain. Kandungan air dalam sel berpengaruh terhadap pembentukan tekstur ini, selain faktor genetik, seperti jenis atau varietas buah.

2.1.3 Buah Impor

Menjamurnya buah impor sebenarnya sangat merugikan petani dalam negeri, namun untuk memenuhi kebutuhan buah bagi masyarakat Indonesia masih diperlukan pasokan buah impor. Walaupun masih mempunyai peluang dalam meningkatkan hasil produksi buah-buahan untuk konsumsi dalam negeri, tetapi sampai saat ini, pemenuhan permintaan buah dalam negeri, Indonesia masih harus mengimpor buah dari berbagai negara seperti Australia, Amerika, Thailand, Taiwan dan negara lainnya. Membanjirnya buah impor di pasaran dalam negeri mengakibatkan ancaman nyata terhadap masyarakat Indonesia (Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, 2013).

Tidak bisa dipungkiri bahwa konsumen cenderung menyukai buah dengan penampilan fisik yang mulus, bersih, dan menarik dipandang mata. Namun dilemanya, banyak buah-buahan lokal yang memiliki cita rasa yang unggul kalah bersaing dengan buah-buahan impor hanya karena tampilan fisiknya yang kurang menarik. Akibatnya, buah impor lebih merajai rak-rak buah di supermarket (Suhartanto dan Endang, 2012).

Buah impor yang kita konsumsi mungkin dipetik entah berapa bulan berselang. Sudah harus membayar lebih mahal untuk buah impor, sudah tak segar pula (Nadesul, 2006). Banyak ditemukan buah (terutama buah impor) yang tidak


(32)

layak dikonsumsi karena mengandung berbagai zat berbahaya, salah satunya formalin.

2.1.4 Buah Apel

Apel bernama latin Pyrus malus, dapat hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur udara dingin. Di Eropa tumbuhan ini dibudidayakan terutama pada daerah subtropis bagian utara. Sedangkan apel lokal di Indonesia terkenal berasal di daerah Malang, Jawa Timur. Pada usia produktif, apel biasa berbunga sekitar Juli. Buah ini sebenarnya merupakan bunga yang membesar atau mengembang menjadi buah yang padat dan berisi. Apel umumnya bentuknya bulat, dengan cekungan pada pangkal pucuknya. Daging buah apel berwarna putih, renyah dan berair dengan rasa manis. Daging buah dilindungi kulit tipis yang mengkilap (Suwarto, 2010).

Buah apel bertekstur renyah dan rasanya agak masam-manis. Rasa tersebut timbul dari komposisi antara asam malat dan gula. Di dunia diperkirakan terdapat lebih dari 100 jenis apel yang kebanyakan terdapat di daerah subtropis (Fachruddin, 1998).

Tanaman apel mempunyai sistematika sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Rosales Famili : Rosaceae


(33)

Genus : Pyrus

Spesies : Pyrus malus L.

Buah apel selain mempunyai kandungan senyawa pectin juga mengandung zat gizi, antara lain kalori sebesar 58 kalori, hidrat arang 14,9 gram, lemak 0,4 gram, protein 0,3 gram, kalsium 6 miligram, fosfor 10 miligram, besi 0,3 miligram, vitamin A 90 SI, vitamin B1 0,04 miligram, vitamin C 5 miligram dan air 84,1 persen untuk setiap 100 gramnya (Thomas, 2007).

Beberapa jenis buah apel di Indonesia diimpor dari negara-negara lain. Jenis apel tersebut antara lain apel Fuji Wang Shan dan apel Fuji RRC yang berasal dari Cina, apel Granny Smith, apel Red Delicious dan apel Blue Cheland yang berasal dari Amerika, apel Honey NZ yang berasal dari Selandia Baru, serta apel Fuji yang berasal dari Jepang.

2.1.5 Buah Anggur

Tanaman anggur mempuyai sistematika sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Rhamnales Famili : Vitaceae Genus : Vitis


(34)

Di pasaran, warna buah anggur beragam, ada yang hijau, ungu, hijau kekuningan, dan merah. Rasanya juga ada yang manis keasaman sampai manis. Jumlah kalori setiap 1 cangkir anggur (sekitar 8-10 buah anggur) 60 kkal. Kandungan potasiumnya cukup tinggi, sementara vitamin C-nya hanya 6,7 mg. Mengandung karotenoid, flavonoid, polifenol, dan quercetin yang berfungsi sebagai antioksidan. Warna kulit anggur yang gelap mengandung antioksidan yang lebih tinggi daripada yang warnanya terang. Selain kaya antioksidan, anggur juga bermanfaat untuk mencegah penyakit kanker, mencegah konstipasi, dan menurunkan kadar kolesterol (Rozaline dan Titi, 2006).

Anggur merah sangat baik untuk menjaga kesehatan jantung karena kandungan flavonoid. Sedangkan anggur hijau disinyalir mengandung asam alegat yang bersifat sebagai zat antioksidan, juga mengandung kalium yang bagus untuk menstabilkan tekanan darah (Muaris, 2007).

Beberapa jenis buah anggur di Indonesia diimpor dari negara-negara lain. Jenis anggur tersebut diantaranya anggur Red Globe, anggur Autum Royal, dan anggur Calmeria. Ketiganya berasal dari Amerika.

2.1.6 Buah Jeruk

Jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Tanaman jeruk mempunyai sistematika sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Rosidae


(35)

Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus sp.

Buah jeruk tergolong buah sejati, tunggal dan berdaging. Oleh karena itu, buah yang masak tidak pecah. Satu bunga menjadi satu bakal buah saja. Dinding buah tebal dengan lapisan kulit luar yang kaku, bau menyengat dan banyak mengandung atsiri. Lapisan ini disebut flavedo, dimana mulanya berwarna hijau dan bila masak berwarna kuning atau jingga. Lapisan tengah seperti spon yang terdiri atas jaringan bunga karang berwarna putih disebut albedo, sedangkan lapisan dalam bersekat membentuk ruang (Soelarso, 1996).

Beberapa jenis buah jeruk di Indonesia diimpor dari negara-negara lain. Jenis jeruk tersebut diantaranya jeruk Ponkam RRC yang berasal dari Cina, jeruk Imperial Seed dan jeruk Nova Daisy yang berasal dari Australia, jeruk Valencia dan jeruk Navel yang berasal dari Amerika.

2.2 Formalin

Menurut Cahyadi (2006) senyawa formaldehid di pasaran dikenal dengan nama formalin. Formaldehid merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan), tetapi ada kemungkinan digunakan dalam pengawetan susu, tahu, mie, ikan asin, ikan basah, dan produk pangan lainnya.


(36)

Struktur kimia dari formalin dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur Kimia Formalin

Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung kira-kira 37% gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10-15% methanol untuk menghindari polimerisasi. Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan formalin 100% atau formalin 40%, yang mengandung 40 gram formaldehid dalam 100 ml pelarut. Formaldehid adalah gas dengan titik didih 21˚C sehingga tidak dapat disimpan dalam keadaan cair ataupun gas. Dalam perdagangan dijumpai formalin, yaitu larutan formaldehid yang mengandung 34-38% b/b CH2O dengan metal alcohol sebagai stabilisator untuk memperlambat polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid yang padat (Cahyadi, 2006).

Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan, dan rasa membakar. Bobot tiap milliliter ialah 1,08 gram. Dapat bercampur dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dalam kloroform dan eter. Sifatnya yang mudah larut dalam air dikarenakan adanya elektron sunyi pada oksigen sehingga dapat mengadakan ikatan hydrogen molekul air. Formaldehid


(37)

mengandung air. Formalin (37% CH2O) adalah larutan yang paling umum. Pada umumnya methanol atau unsur-unsur lain ditambahkan ke dalam larutan sebagai alat penstabil untuk mengurangi polimerisasi formaldehid, dalam bentuk padat, formaldehid dijual sebagai trioxane [(CH2O)3] dan polimernya paraformaldehid,

dengan 8-100 unit formaldehid (Cahyadi, 2006).

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Penggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan, melainkan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet non makanan. Formalin mempunyai banyak nama kimia yang biasa kita dengar di masyarakat, di antaranya formol, methylene adehyde, paraforin, morbicid, oxomethane, polyoxymethylene glycols, methanal, formoform, superlysoform, formic aldehyde, formalith, tertraoxymethylene, methyl oxide, karsan, trioxane, oxymethylene dan methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40 persen (Yuliarti, 2007).

Menurut Sari (2008) Formalin memiliki karakteristik tidak berwarna, bau yang keras dan mempunyai berat jenis 1,09 kg/l dalam suhu 20 derajat Celcius. Formalin sendiri sebenarnya dikenal sebagai obat untuk pengawet mayat.

2.2.1 Kegunaan Formalin

Menurut Yuliarti (2007) formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan


(38)

pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa.

Formalin boleh juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet. Di dalam industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir (Yuliarti, 2007).

Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah sehingga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan sampel ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan mayat yang akan dipelajari dalam pendidikan mahasiswa kedokteran maupun kedokteran hewan. Untuk pengawetan, biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10% (Yuliarti, 2007).


(39)

baku perekat untuk kayu lapis, resin, desinfektan untuk sabun cuci piring, pembersih lantai, dan detergen, sebagai fungisida pada tanaman dan sayuran, serta sebagai insektisida (Widmer dan Heinz, 2007).

Formalin juga digunakan pada pembuatan plastik dan resin, pengawet, dan zat perantara dalam pembuatan bahan kimia. Dipakai juga dalam industri tekstil sebagai bahan tahan lipatan (Harrington dan Gill, 2005).

2.2.2 Penyalahgunaan Formalin

Menurut Yuliarti (2007) besarnya manfaat di bidang industri tersebut ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahkan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin, dan beberapa makanan lainnya. Sangat dimengerti mengapa formalin sering disalahgunakan. Selain harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, produsen seringkali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang memakannya. Formalin juga tidak dapat hilang dengan pemanasan. Oleh karena bahayanya bagi manusia maka penggunaan formalin dalam makanan tidak dapat ditoleransi dalam jumlah sekecil apapun.

Formalin juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer yang dapat menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Oleh karena itu, formalin juga banyak dipakai dalam produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas


(40)

tersebut terkena makanan atau minuman panas maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas akan larut (Yuliarti, 2007).

2.2.3 Bahaya Formalin

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman formalin di dalam tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 miligram per liter. Bila formalin yang masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut makan dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan system tubuh manusia (Yuliarti, 2007). Menurut Judarwanto (2006) konsumsi formalin dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, dan ginjal.

Menurut Putranto (2011) berdasarkan hasil uji klinis, dosis toleransi tubuh manusia pada pemakaian secara terus-menerus (Recommended Dietary Daily

Allowances / RDDA) untuk formalin sebesar 0,2 mg per kilogram berat badan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan, formalin (formaldehid) termasuk ke dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan ke dalam makanan.

Formalin diketahui sebagai zat beracun, karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Formalin juga dapat merusak system syaraf tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persyarafan tubuh kita (neurotoksik), seperti mengakibatkan gangguan persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi


(41)

dan infertilitas (Sari, 2008).

Menurut Saparinto dan Diana (2006) efek penggunaan formalin bagi tubuh terbagi menjadi dua, efek akut dan efek kronis. Efek akut penggunaan formalin adalah:

a. Tenggorokan dan perut terasa terbakar, tenggorokan terasa sakit untuk menelan

b. Mual, muntah dan diare

c. Mungkin terjadi pendarahan dan sakit perut yang hebat d. Sakit kepala dan hipotensi (tekanan darah rendah) e. Kejang, tidak sadar hingga koma

f. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa, penkreas, serta system susunan saraf pusat dan ginjal.

Sementara itu efek kronis akibat penggunaan formalin adalah a. Iritasi pada saluran pernapasan

b. Muntah-muntah dan kepala pusing c. Rasa terbakar pada tenggororkan

d. Penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada

e. Bila dikonsumsi menahun dapat mengakibatkan kanker.

Menurut Yuliarti (2007) formalin tidak hanya berbahaya jika dikonsumsi, melainkan juga dengan melakukan kontak terhadapnya. Umumnya formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yakni melalui mulut dan saluran pernapasan. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat kontak dengan formalin sangat tergantung cara masuk zat ini ke dalam tubuh. Kita bisa saja


(42)

menghirup uap formalin dari lingkungan sekitar. Misalnya polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Kemudian asap rokok ataupun air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin.

Kontak dengan formalin bisa mengakibatkan luka bakar jika mengenai kulit, iritasi pada saluran pernapasan bila menghirup uapnya dalam konsentrasi yang tinggi, maupun reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi maka akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang berujung pada kerusakan organ tubuh (Yuliarti, 2007).

Menurut Widyaningsih dan Erni (2006) jika formalin terhirup (inhalasi) lewat pernapasan akan segera diabsorpsi ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar, dan lakrimasi (keluar air mata dan pada dosis lebih tinggi bisa buta), bronchitis, edema pulmonari atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan alergi, asma, dan dermatitis. Jika lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml (2 sendok makan) dari larutan formalin dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif formalin terhadap mukosa saluran cerna lambung, disertai mual, muntah, nyeri, perdarahan, dan perforasi. Jika terpapar secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung.

Lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat (EPA) dan lembaga internasional untuk penelitian kanker (IARC) menggolongkan formalin sebagai


(43)

senyawa yang bersifat karsinogen, yaitu senyawa yang dapat memacu pertumbuhan sel-sel kanker. Formalin akan mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentuk DNA di dalam tubuh manusia. Jika susunan DNA kacau, maka akan memicu terjadinya sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tentu prosesnya memakan waktu lama, tetapi cepat atau lambat jika tiap hari tubuh kita mengonsumsi makanan yang mengandung formalin, maka kemungkinan besar terjadinya kanker sangat besar (Widyaningsih dan Erni, 2006).

Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan karena masih ada pengawet makanan yang aman. Oleh karena itu, yang terbaik adalah menjalankan fungsi pengawasan dengan ketat yang dalam hal ini melibatkan Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait. Tidak boleh dilupakan adalah partisipasi masyarakat. Jelasnya, diharapkan pedagang makanan tidak semena-mena menambahkan formalin untuk makanan hanya demi keuntungannya sendiri, demikian pula konsumen selayaknya mengenal lebih dekat tentang formalin ini sehingga tidak mudah tertipu oleh pedagang “nakal” yang mencampurkan formalin sebagai pengawet makanan (Yuliarti, 2007).

2.3Proses Pengawetan Buah Impor

Secara ilmiah untuk mendatangkan buah impor hingga ke tangan konsumen butuh waktu yang panjang, sementara itu buah hanya tahan beberapa hari supaya tetap segar setelah dipetik dari pohonnya Karena itu para produsen


(44)

buah ini melakukan metode bagaimana cara agar buah tetap segar sampai ke tangan konsumen. Sebagian besar buah impor dipanen sebelum matang, sebab proses pengepakan dan pengiriman ke negara lain akan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar buah impor harus dilakukan proses kimiawi agar tidak cepat layu atau busuk. Oleh sebab itu sebelum pengiriman harus dilakukan beberapa proses terlebih dahulu. Agar buah tetap kelihatan segar dan mengkilap, tidak sedikit produsen buah-buahan menggunakan formalin dan lapisan sejenis lilin parafin untuk menghambat penguapan saat proses pembusukan buah berlangsung. Namun sayang meskipun tertutup parafin masih saja ada zat-zat yang menempel pada buah seperti yang sering terjadi di perkebunan buah non organik. Biasanya para petani menyemprotkan pestisida beberapa saat sebelum buah dipetik, sehingga pestisida masih menempel di kulit buah (Prasko, 2012).

Menurut Malau (2015) untuk pengaplikasian formalin pada buah impor, buah-buahan yang akan diawetkan direndam dalam larutan formalin dan kemudian dikeringkan.

2.4Ciri Buah Berformalin

Menurut Badan Inteligen Negara Republik Indonesia (2013) ciri-ciri buah berformalin antara lain:

a. Permukaan bagian kulit terlihat kencang dan segar meski telah berbulan-bulan dipanen maupun dipajang di supermarket, lapak/kios/pasar, namun apabila hendak dipegang buahnya terasa keras


(45)

c. Sementara untuk formalin pada buah yang dijual secara bertangkai, dapat ditemukan misalnya lengkeng dan anggur, dapat lebih mudah dikenali. Jika tangkainya tampak layu, sementara buahnya masih sangat segar dengan bau menyengat yang bukan buah, kemungkinan mengandung zat kimia berbahaya.

2.5Tips Memilih Buah Tanpa Formalin

Untuk mengetahui suatu bahan pangan mengandung formalin atau tidak dapat dilakukan dengan melihat tanda-tanda fisik makanan tersebut (bau yang menyengat, tekstur yang kaku, warna yang lebih terang) dan tingkat keawetan produk yang lebih lama. Namun tanda-tanda tersebut tidak akan terdeteksi bila kandungan formalin terlalu rendah. Karena itu uji laboratorium perlu dilakukan untuk memastikannya (Widyaningsih dan Erni, 2006).


(46)

2.6Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Pemeriksaan Laboratorium Permenkes RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan

Apel, Anggur, Jeruk Amerika

Jeruk Australia

Apel, Jeruk Cina

Ada Formalin

Tidak Ada Formalin

Tidak Memenuhi

Syarat

Memenuhi Syarat

Karakteristik Fisik Buah Impor Apel Jepang

Apel Selandia Baru


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan kadar formalin yang terdapat pada buah impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga pasar swalayan di kota Medan yaitu : Swalayan Berastagi, Swalayan Carrefour, dan Swalayan Hypermart tahun 2015.

Adapun alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Ketiga swalayan tersebut ramai dikunjungi orang

2. Ketiga swalayan tersebut menyediakan berbagai jenis buah impor dengan berbagai merek.

Pemeriksaan akan dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Mei 2015 sampai Agustus 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua buah apel impor, anggur impor, dan jeruk impor yang dijual pada 3 pasar swalayan di kota


(48)

Medan yaitu : Swalayan Berastagi, Swalayan Carrefour, dan Swalayan Hypermart.

3.3.2 Sampel

Sampel buah impor yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 buah. Sampel diambil berdasarkan jenis buah impor yang paling banyak dibeli oleh konsumen. Sampel buah impor yang digunakan terdiri dari :

a. 7 jenis apel impor 1. Apel Fuji Wangshan 2. Apel Fuji RRC 3. Apel Fuji Jepang

4. Apel Red Delicious USA 5. Apel Blue Cheland 6. Apel Granny Smith 7. Apel Honey NZ b. 3 jenis anggur impor

1. Anggur Red Globe 2. Anggur Autum Royal 3. Anggur Calmeria c. 5 jenis jeruk impor

1. Jeruk Ponkam RRC 2. Jeruk Imperial Seed 3. Jeruk Valencia 4. Jeruk Navel


(49)

5. Jeruk Nova Daisy

Semua buah ini tidak diberikan perlakuan (misalnya dicuci atau dikupas kulitnya) sebelum diperiksa.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu tentang kadar formalin yang terkandung pada buah apel impor, anggur impor, dan jeruk impor yang diambil dari 3 pasar swalayan di kota Medan melalui pemeriksaan kadar formalin di Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian yang berhubungan serta referensi atau literatur-literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3.5 Defenisi Operasional

1. Apel, Anggur, Jeruk Amerika adalah buah apel, anggur, dan jeruk dengan jenis dan merek tertentu yang berasal dari Amerika dan dijual kepada konsumen.

2. Jeruk Australia adalah buah jeruk dengan jenis dan merek tertentu yang berasal dari Australia dan dijual kepada konsumen.

3. Apel, Jeruk Cina adalah buah apel dan jeruk dengan jenis dan merek tertentu yang berasal dari Cina dan dijual kepada konsumen.

4. Apel Jepang adalah buah apel dengan jenis dan merek tertentu yang berasal dari jepang dan dijual kepada konsumen.


(50)

5. Apel Selandia Baru adalah buah apel dengan jenis dan merek tertentu yang berasal dari Selandia Baru dan dijual kepada konsumen.

6. Karakteristik fisik buah impor adalah ciri fisik dari buah impor yang dapat dilihat, diraba, dan dirasa.

7. Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid yang tidak berwarna, mudah larut dalam air, mudah menguap, dan mempunyai bau yang tajam. 8. Memenuhi syarat adalah apabila tidak ada formalin pada buah impor. 9. Tidak memenuhi syarat adalah apabila terdapat formalin pada buah impor.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel

1. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel buah impor, misalnya plastik, kertas dan alat tulis.

2. Sampel diambil lalu dimasukkan ke dalam kantongan plastik untuk menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran kemudian dicatat nama dan sumber buah yang dijual di tiga pasar swalayan yaitu, swalayan Berastagi, swalayan Carrefour, dan swalayan Hypermart.

3. Mengumpulkan sampel dan dibawa ke Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU untuk diteliti.

3.7 Teknik Analisa Data 3.7.1 Alat dan Bahan 3.7.1.1 Alat

1. Neraca Analitik atau timbangan 2. Pipet tetes


(51)

3. Labu ukur 100 ml 4. Erlenmeyer 5. Buret

6. Statif dan Klem 7. Gelas ukur 8. Plastik 9. Karet

3.7.1.2 Bahan

1. Buah impor 2. Aquades

3. Larutan yodium 0,1 N

4. Larutan natrium tiosulfat 0,1 N 5. Larutan NaOH 4 N

6. Larutan HCl 4 N 7. Larutan kanji 0,5 %

3.7.2 Prosedur Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan kadar formalin melalui prosedur berupa:

1. Timbang dengan teliti 1 gram sampel buah impor tanpa dikupas kulitnya 2. Larutkan dan encerkan sampel buah impor ke dalam labu takar 100 ml

dengan aquades sampai garis batas

3. Pipet 10 ml larutan yang telah encer ke dalam erlenmeyer 4. Tambahkan 3 ml NaOH dan 25 ml larutan yodium 0,1 N 5. Tutup dengan plastik dan ikat dengan karet


(52)

6. Simpan di tempat gelap selama 15 menit

7. Tambahkan 6 ml HCl 4 N dan larutan tiosulfat 0,1 N sampai muncul warna kuning muda

8. Tambahkan larutan kanji 0,5 % dan titrasi diteruskan sampai larutan menjadi tidak berwarna

9. Lakukan titrasi blangko untuk 25 ml yodium 0,1 N.

Untuk menentukan kadar formalin dari masing-masing sampel dilakukan dengan menggunakan perhitungan :

ml Na2S2O3 x N x 14,008 x 10 mg/ml x 10 ml 100

Keterangan:

ml Na2S2O3 : Jumlah penitrasi N : Konsentrasi Na2S2O3 14,008 : Koefisien (ketetapan)

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di Laboratorium, diolah secara manual dan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menurut jenis buah impor dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pemeriksaan kadar formalin pada buah impor dimulai dari pengambilan sampel yang berasal dari beberapa pasar swalayan di kota Medan yaitu Swalayan Berastagi, Swalayan Carrefour, dan Swalayan Hypermart, kemudian dibawa ke Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU.

Jumlah sampel yang diperiksa adalah sebanyak 15 (lima belas) buah, yang terdiri dari 7 buah apel, 3 buah anggur, dan 5 buah jeruk. Masing-masing buah diambil dari jenis dan merek yang berbeda-beda.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pemeriksaan Kadar Formalin pada Buah Impor

Pemeriksaan kandungan formalin pada seluruh sampel buah impor yang berasal dari beberapa pasar swalayan di kota Medan, dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU. Diperoleh hasil positif pada pemeriksaan sampel tersebut, artinya terdapat kandungan formalin yang digunakan sebagai pengawet pada buah impor yang telah diperiksa. Hasil analisis formalin yang dilakukan menunjukkan terdapat formalin pada 15 (lima belas) sampel buah impor dengan kadar yang bervariasi.

4.1.2 Kadar Formalin pada Buah Apel Impor


(54)

apel impor didapatkan besar kadar masing-masing buah apel impor dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Kadar Formalin pada Buah Apel Impor Kode Sampel Nama Buah Impor Negara Asal

Satuan Hasil Analisa

Metode Analisa

Apel 1 Apel Fuji Wang Shan

Cina mg/ml 1,779 Titrasi

Iodimetri Apel 2 Apel Blue

Cheland

Amerika mg/ml 2,451 Titrasi

Iodimetri Apel 3 Apel

Granny Smith

Amerika mg/ml 1,863 Titrasi

Iodimetri Apel 4 Apel Honey

NZ

Selandia Baru

mg/ml 1,863 Titrasi

Iodimetri Apel 5 Apel Fuji

RRC

Cina mg/ml 3,152 Titrasi

Iodimetri Apel 6 Apel Red

Delicious

Amerika mg/ml 4,412 Titrasi

Iodimetri Apel 7 Apel Fuji

Jepang

Jepang mg/ml 4,552 Titrasi

Iodimetri

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sampel buah apel impor yang kadar formalinnya tertinggi adalah buah apel Fuji yang berasal dari negara Jepang yaitu sebesar 4,552 mg/ml. Sedangkan sampel buah apel impor yang kadar formalinnya terendah adalah buah apel Fuji Wang Shan yang berasal dari negara Cina yaitu sebesar 1,779 mg/ml.

4.1.3 Kadar Formalin pada Buah Anggur Impor

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan pada buah anggur impor didapatkan besar kadar masing-masing buah anggur impor dapat


(55)

dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Kadar Formalin pada Buah Anggur Impor Kode Sampel Nama Buah Impor Negara Asal

Satuan Hasil Analisa

Metode Analisa

Anggur 1 Anggur Autum Royal

Amerika mg/ml 3,165 Titrasi

Iodimetri Anggur 2 Anggur Red

Globe

Amerika mg/ml 3,572 Titrasi

Iodimetri Anggur 3 Anggur

Calmeria

Amerika mg/ml 4,692 Titrasi

Iodimetri

Tabel 4.2 di atas menunjukkan buah anggur impor yang kadar formalinnya tertinggi adalah buah anggur Calmeria yaitu sebesar 4,692 mg/ml. Sedangkan buah anggur impor yang kadar formalinnya terendah adalah buah anggur Autum Royal yaitu sebesar 3,165 mg/ml. Semua sampel buah anggur impor berasal dari negara Amerika.

4.1.4 Kadar Formalin pada Buah Jeruk Impor

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan pada buah jeruk impor didapatkan besar kadar masing-masing buah jeruk impor dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Kadar Formalin pada Buah Jeruk Impor Kode Sampel Nama Buah Impor Negara Asal

Satuan Hasil Analisa

Metode Analisa

Jeruk 1 Jeruk Imperial Seed

Australia mg/ml 1,610 Titrasi Iodimetri Jeruk 2 Jeruk Navel Amerika mg/ml 2,311 Titrasi

Iodimetri Jeruk 3 Jeruk Nova

Daisy

Australia mg/ml 2,451 Titrasi Iodimetri Jeruk 4 Jeruk

Valencia

Amerika mg/ml 1,863 Titrasi

Iodimetri Jeruk 5 Jeruk

Ponkam

Cina mg/ml 3,082 Titrasi


(56)

Tabel 4.3 di atas menunjukkan buah jeruk impor yang kadar formalinnya tertinggi adalah buah jeruk Ponkam yang berasal dari negara Cina yaitu sebesar 3,082 mg/ml. Sedangkan buah jeruk impor yang kadar formalinnya terendah adalah buah jeruk Imperial Seed yang berasal dari negara Australia yaitu sebesar 1,610 mg/ml.

4.2 Observasi Karakteristik Fisik Buah Impor

Observasi dilakukan dengan mengamati karakteristik fisik dari sampel buah impor untuk menunjukkan ciri fisik dari buah impor yang mengandung formalin. Adapun karakteristik fisik dari sampel buah impor dapat dilihat dari tabel 4.4.


(57)

Tabel 4.4 Karakteristik Fisik Buah Impor yang Dijual di Beberapa Pasar Swalayan di Kota Medan

Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar sampel buah impor dalam kondisi segar dengan kulit yang masih kencang dan terasa keras ketika dipegang namun tangkainya telah layu.


(58)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Formalin pada Buah Impor

Formalin adalah salah satu bahan tambahan makanan untuk pengawet yang dilarang melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999.

Penggunaan formalin sebagai pengawet pada makanan masih sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat sekarang ini dan masih banyak pedagang yang menambahkan formalin pada buah impor. Para pedagang tersebut tidak memikirkan dampak yang diakibatkan oleh konsumsi formalin terhadap kesehatan konsumen.

Mengingat proses pengiriman buah dari negara asal menuju Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga begitu buah tiba di tanah air kondisi buah sudah tidak lagi segar. Untuk menjaga kesegaran itulah, buah-buahan tersebut diberi formalin sehingga tetap segar hingga sampai ke tangan konsumen.

Tidak bisa dipungkiri bahwa konsumen cenderung menyukai buah dengan penampilan fisik yang mulus, bersih, dan menarik dipandang mata (Suhartanto dan Endang, 2012).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan didukung dengan pemeriksaan di laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan FMIPA USU


(59)

Medan yaitu swalayan Berastagi, swalayan Carefour, dan swalayan Hypermart diperoleh hasil bahwa seluruh sampel buah impor positif mengandung formalin.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri untuk mengetahui besar kadar formalin yang terkandung dalam sampel buah impor. Sampel buah impor yang digunakan berasal dari beberapa negara yaitu buah apel yang berasal dari Amerika, Cina, Jepang, dan Selandia Baru, buah anggur yang berasal dari Amerika, serta buah jeruk yang berasal dari Amerika, Australia, dan Cina.

Hasilnya diperoleh kadar formalin tertinggi terdapat pada buah anggur Calmeria yang berasal dari Amerika yaitu sebesar 4,692 mg/ml. Sedangkan kadar formalin terendah terdapat pada buah jeruk Imperial Seed yang berasal dari Australia yaitu 1,610 mg/ml.

Hal ini berarti semua sampel buah impor yang diperiksa tidak memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan karena mengandung formalin.

Penambahan formalin ke dalam makanan dapat menimbulkan efek bagi tubuh yaitu efek akut dan efek kronis. Menurut Saparinto dan Diana (2006) efek akut penggunaan formalin adalah:

a. Tenggorokan dan perut terasa terbakar, tenggorokan terasa sakit untuk menelan

b. Mual, muntah dan diare


(60)

d. Sakit kepala dan hipotensi (tekanan darah rendah) e. Kejang, tidak sadar hingga koma

f. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, serta system susunan saraf pusat dan ginjal.

Sementara itu efek kronis akibat penggunaan formalin adalah: a. Iritasi pada saluran pernapasan

b. Muntah-muntah dan kepala pusing c. Rasa terbakar pada tenggororkan

d. Penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada

e. Bila dikonsumsi menahun dapat mengakibatkan kanker.

Lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat (EPA) dan lembaga internasional untuk penelitian kanker (IARC) menggolongkan formalin sebagai senyawa yang bersifat karsinogen, yaitu senyawa yang dapat memacu pertumbuhan sel-sel kanker. Formalin akan mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentuk DNA di dalam tubuh manusia. Jika susunan DNA kacau, maka akan memicu terjadinya sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tentu prosesnya memakan waktu lama, tetapi cepat atau lambat jika tiap hari tubuh kita mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin, maka kemungkinan terjadinya kanker sangat besar (Widyaningsih dan Erni, 2006).

Penggunaan bahan yang dilarang dipakai sebagai bahan tambahan pangan seperti formalin melanggar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pelakunya diancam hukuman penjara maksimal lima tahun dan atau denda paling banyak Rp 600 juta. Penggunaan formalin dalam produk pangan


(61)

juga melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Anonymous, 2006).

5.1.1 Kandungan dan Kadar Formalin pada buah Apel Impor

Sampel buah apel impor yang diperiksa berjumlah 7 buah yaitu apel Fuji Wang Shan dan apel Fuji RRC yang berasal dari negara Cina, apel Blue Cheland, apel Granny Smith dan apel Red Delicious yang berasal dari negara Amerika, apel Honey NZ yang berasal dari Selandia Baru, serta apel Fuji yang berasal dari negara Jepang.

Buah apel impor diperiksa tanpa dikupas kulitnya karena banyak orang yang memakan buah apel bersama kulitnya sebab kulit apel memiliki serat yang cukup tinggi (Ellis, 2010).

Berdasarkan pemerikasaan laboratorium yang telah dilakukan pada semua sampel buah apel impor diketahui bahwa semua sampel buah apel impor positif mengandung formalin.

Sampel buah apel impor yang mengandung kadar formalin tertinggi adalah apel Fuji yang berasal dari negara Jepang yaitu sebesar 4,552 mg/ml dan terendah adalah apel Fuji Wang Shan yang berasal dari negara Cina yaitu sebesar 1,779 mg/ml. Hal ini berarti bahwa semua sampel buah apel impor tidak memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan karena mengandung formalin.


(62)

5.1.2 Kandungan dan Kadar Formalin pada Buah Anggur Impor

Sampel buah anggur impor yang diperiksa berjumlah 3 buah yaitu anggur Autum Royal, anggur Red Globe dan anggur Calmeria. Semua sampel buah anggur impor berasal dari negara Amerika.

Buah anggur impor diperiksa tanpa dikupas kulitnya karena banyak orang yang memakan buah anggur tanpa dikupas kulitnya sebab kulit anggur sangat kaya akan flavonoid, yaitu zat yang mampu menghalau radikal bebas karena kulit anggur mengandung zat antioksidan lebih tinggi dibanding dengan vitamin C sehingga kulit anggur sangat bagus untuk mencegah proses penuaan pada kulit dan membuat kulit tampak lebih segar (Soraya, 2014).

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan pada sampel buah anggur impor diketahui bahwa semua sampel buah anggur impor positif mengandung formalin.

Sampel buah anggur yang mengandung kadar formalin tertinggi adalah anggur Calmeria yaitu sebesar 4,692 mg/ml dan terendah adalah anggur Autum Royal yaitu sebesar 3,165 mg/ml. Hal ini berarti semua sampel anggur impor tidak memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan karena mengandung formalin.

5.1.3 Kandungan dan Kadar Formalin pada Buah Jeruk Impor

Sampel buah jeruk impor yang diperiksa berjumlah 5 buah yaitu jeruk Imperial Seed dan jeruk Nova Daisy yang berasal dari negara Australia, jeruk Navel dan jeruk Valencia yang berasal dari negara Amerika, serta jeruk Ponkam


(63)

yang berasal dari negara Cina.

Buah jeruk impor diperiksa tanpa dikupas kulitnya karena ada beberapa orang yang memanfaatkan kulit jeruk sebagai bahan baku dalam pembuatan kalua atau manisan (Rukmana, 2002). Kulit jeruk juga sering digunakan dalam pembuatan marmalade. Marmalade tidak jauh berbeda dengan selai dan jam. Bahan baku pembuatan marmalade hanya berasal dari buah jeruk beserta kulitnya (Rahardi, 2007).

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan pada sampel buah jeruk impor diketahui bahwa semua sampel buah jeruk impor positif mengandung formalin.

Sampel buah jeruk impor yang kadar formalinnya tertinggi adalah jeruk Ponkam yang berasal dari negara Cina yaitu sebesar 3,082 mg/ml. Sedangkan sampel buah jeruk impor yang kadar formalinnya terendah adalah jeruk Imperial Seed yang berasal dari negara Australia yaitu sebesar 1,610 mg/ml. Hal ini berarti semua sampel buah jeruk impor tidak memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan karena mengandung formalin.

5.2 Karakteristik Fisik Buah Impor

Untuk melihat karakteristik fisik dari buah impor yang mengandung formalin dilakukan observasi terhadap sampel buah impor. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, sampel buah impor dalam kondisi segar dan kulitnya masih kencang, hanya apel Fuji RRC dan jeruk Ponkam yang tidak dalam kondisi segar lagi dan kulit buah jeruk Ponkam sudah tidak kencang lagi. Kondisi tangkai


(64)

semua sampel buah impor dalam keadaan layu dan buahnya bila dipegang terasa keras. Hanya buah jeruk Imperial Seed dan anggur Red Globe yang bila dipegang terasa lembek serta anggur Calmeria yang bila dipegang terasa agak lembek.

Menurut Badan Inteligen Negara Republik Indonesia (2013) karakteristik fisik buah berformalin antara lain:

a. Permukaan bagian kulit terlihat kencang dan segar meski telah berbulan-bulan dipanen maupun dipajang di supermarket, lapak/kios/pasar, namun apabila hendak dipegang buahnya terasa keras

b. Umumnya buah yang diberi formalin adalah jeruk, anggur, dan apel

c. Sementara untuk formalin pada buah yang dijual secara bertangkai, dapat ditemukan misalnya lengkeng dan anggur, dapat lebih mudah dikenali. Jika tangkainya tampak layu, sementara buahnya masih sangat segar dengan bau menyengat yang bukan buah, kemungkinan mengandung zat kimia berbahaya.

5.3 Proses Masuknya Buah Impor

Secara ilmiah untuk mendatangkan buah impor hingga ke tangan konsumen butuh waktu yang panjang, sementara itu buah hanya tahan beberapa hari supaya tetap segar setelah dipetik dari pohonnya Karena itu para produsen buah ini melakukan metode bagaimana cara agar buah tetap segar sampai ke tangan konsumen. Sebagian besar buah impor dipanen sebelum matang, sebab proses pengepakan dan pengiriman ke negara lain akan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar buah impor harus dilakukan proses kimiawi agar tidak


(65)

cepat layu atau busuk. Oleh sebab itu sebelum pengiriman harus dilakukan beberapa proses terlebih dahulu (Prasko, 2012).

Pemanenan buah sebelum matang akan sangat berpengaruh pada kandungan nutrisi dalam buah. Maka tidak heran juga, telah banyak ditemukan buah yang diawetkan dengan formalin, guna tampak lebih menarik, bagian kulitnya terlihat kencang dan segar meski sudah berbulan-bulan di panen. Kepala Pusat Karantina Badan Karantina Kementerian Pertanian, Arifin Tasrif, telah menyatakan sekitar 800 ribu ton buah impor adalah buah yang tak laku alias kualitasnya buruk di negara asalnya, terdapat juga yang tidak layak serta mengandung bahan berbahaya. Sehingga, Indonesia menjadi keranjang sampah buah impor (Anonymous, 2012).

Menurut Malau (2015) untuk pengaplikasian formalin pada buah impor, buah-buahan yang akan diawetkan direndam dalam larutan formalin dan kemudian dikeringkan.

Mudahnya buah impor masuk ke Indonesia tak terlepas dari sulitnya pengawasan di lapangan. Dengan pintu impor yang terlalu banyak, baik yang bersifat legal maupun ilegal, membuat buah impor dengan mudah merangsek masuk ke pasar dalam negeri. Untuk jalur yang legal (resmi) saja tercatat ada 14 pelabuhan, dimana buah impor bisa masuk dengan bebas. Ini belum termasuk jalur tidak resmi alias ilegal. Kondisi ini membuat petugas kesulitan melakukan pengawasan (Faisal, 2012).

Upaya memperketat masuknya buah dan sayur impor, terhitung tahun 2012, pemerintah membatasi jalur masuk impor buah dan sayur. Jika semula ada


(66)

14 pelabuhan, maka mulai sekarang, impor buah dan sayuran hanya bisa masuk melalui 4 jalur resmi yakni 3 pelabuhan dan 1 bandara. Pelabuhan dan bandara tersebut adalah Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya), Makasar, Belawan, dan Bandara Soekarno-Hatta. Pengurangan pintu masuk dari 14 menjadi 4 pintu ini sempat mengundang protes dari sejumlah importir sayur dan buah (Faisal, 2012).

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Srie Agustina, mengatakan buah impor yang masuk ke Indonesia harus memenuhi beberapa ketentuan diantaranya harus melalui pelabuhan-pelabuhan tertentu, harus melewati karantina, harus melewati ketentuan-ketentuan yang berlaku, kemasan-kemasannya harus yang bisa didaur ulang (Glinmourinse, 2014).

Pasokan buah impor sejatinya melewati prosedur yang panjang . Pengujian harus dilakukan sebelum melepas buah impor ke pasar. Namun pengujian yang dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian hanya dilakukan pada sebagian kecil buah impor yang digunakan sampel. Dengan begitu, masih terbuka lebar peluang bagi buah impor lainnya yang terkontaminasi formalin beredar di pasaran karena tidak diuji seluruhnya (Jusuf, 2013).

Di samping itu Kementrian Perdagangan RI mengatakan kadar formaldehyde (formalin) yang ditemukan dalam sejumlah buah masih aman untuk dikonsumsi menurut ketentuan internasional yang diatur oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut kaedah ilmiah WHO, buah memang secara alamiah mengeluarkan zat serupa formalin dengan ambang batas pada angka 6 – 60 miligram per kilogram barang (Burhani, 2012). Hal ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


(67)

1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan yang mengatakan formalin tidak boleh terdapat dalam makanan.

Berbeda dengan negara Australia yang juga merupakan salah satu pemasok buah impor di Indonesia, sebagai suatu negara dengan industri pertanian yang memainkan peranan sangat penting di dalam menggerakkan roda perekonomiannya, maka peraturan karantina di negara Australia diberlakukan secara ketat. Peraturan karantina ditujukan untuk membantu melindungi lingkungan dan berbagai industri pertanian yang penting di Australia. Semua impor makanan, tanaman, yang hidup maupun yang mati, atau bagian dari tanaman seperti buah, biji atau daun, kayu, rotan, produk yang dibuat dari kayu atau rotan (yang dapat membawa masuk hama dan menimbulkan penyakit) diwajibkan diperiksa oleh pejabat Karantina. Bila produk tersebut ternyata membawa infeksi hama atau penyakit, maka pihak karantina akan membersihkannya, memusnahkannya atau mengembalikannya kepada pengekspor (Ketentuan Impor Australia, 2006).


(68)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan kadar formalin yang dilakukan terhadap buah impor yang diambil dari beberapa pasar swalayan di kota Medan dapat disimpulkan:

1. Buah impor berasal dari beberapa negara yaitu buah apel yang berasal dari Amerika, Cina, Jepang, dan Selandia Baru, buah anggur yang berasal dari Amerika, serta buah jeruk yang berasal dari Amerika, Australia, dan Cina. 2. Seluruh sampel buah apel impor positif mengandung formalin. Sampel buah apel impor yang mengandung kadar formalin tertinggi adalah apel Fuji yang berasal dari negara Jepang yaitu sebesar 4,552 mg/ml dan terendah adalah apel Fuji Wang Shan yang berasal dari negara Cina yaitu sebesar 1,779 mg/ml.

3. Seluruh sampel buah anggur impor yang diperiksa positif mengandung formalin. Sampel buah anggur yang mengandung kadar formalin tertinggi adalah anggur Calmeria yang berasal dari negara Amerika yaitu sebesar 4,692 mg/ml dan terendah adalah anggur Autum Royal yang juga berasal dari negara Amerika yaitu sebesar 3,165 mg/ml.

4. Seluruh sampel buah jeruk impor yang diperiksa positif mengandung formalin. Sampel buah jeruk impor yang kadar formalinnya tertinggi


(69)

mg/ml. Sedangkan sampel buah jeruk impor yang kadar formalinnya terendah adalah jeruk Imperial Seed yang berasal dari negara Australia yaitu sebesar 1,610 mg/ml.

5. Semua sampel buah impor dalam kondisi segar dan kulitnya kencang kecuali buah apel Fuji RRC dan jeruk Ponkam. Kondisi tangkai semua sampel buah impor dalam keadaan layu. Semua sampel buah impor bila dipegang terasa keras, kecuali buah jeruk Imperial Seed, anggur Red Globe, dan anggur Calmeria.

6.2 Saran

Menyikapi permasalahan penggunaan formalin pada buah impor yang terbukti ternyata menggunakan formalin sebagai pengawet, maka:

1. Pemerintah diharapkan untuk semakin memperketat pengawasan masuknya buah impor ke Indonesia untuk mengantisipasi masuknya buah-buahan yang mengandung zat berbahaya seperti formalin.

2. Badan BPOM diharapkan mengadakan pemantauan, pengawasan, dan pembinaan terhadap pemakaian formalin sebagai bahan tambahan pada makanan mengingat masih banyak pedagang yang menjual makanan yang mengandung formalin.

3. Masyarakat diharapkan lebih selektif dalam memilih buah impor yang akan dikonsumsi.

4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan dengan membandingkan kadar formalin pada buah impor yang dikupas kulitnya


(70)

dengan buah impor yang tidak dikupas kulitnya. Serta membandingkan kadar formalin pada buah impor sebelum dicuci dengan setelah dicuci.


(1)

Gambar Lampiran 15. Jeruk Nova Daisy


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)