Pemeriksaan Formalin Pada Bakso Yang Dijual Di Sekolah Dasar Di Kota Medan

(1)

PEMERIKSAAN FORMALIN PADA BAKSO YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

FERINA Y GINTING NIM 040804044

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PEMERIKSAAN FORMALIN PADA BAKSO YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FERINA Y GINTING NIM 040804044

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002

Lembar Pengesahan Skripsi

PEMERIKSAAN FORMALIN PADA BAKSO YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

OLEH:

FERINA Y GINTING NIM 040804044

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: November 2010

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof.Dr.Jansen Silalahi, MApp.Sc., Apt. Prof.Dr.rer.nat.Effendy De Lux Putra SU,Apt. NIP 195006071979031001 NIP 195306191983031001

Prof.Dr.Jansen Silalahi, MApp.Sc.Apt. Pembimbing II, NIP 195006071979031001

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP 195008281976032002 NIP 195006221980021001

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si.,Apt. NIP 195001261983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Papa U. Ginting dan Mama H. Br Purba, juga kepada adik-adik tersayang Felix Ivan Ginting dan Cindy Jessica Br Ginting, serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan dan cinta kasih yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dekan dan para Pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Jansen Silalahi, MApp.Sc., Apt dan Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt sebagai dosen pembimbing atas segala arahan serta nasehat selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof.Dr.rer.nat.Effendy De LuPutra,Apt., Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si.,Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak memberi masukan dan saran atas skripsi ini. 4. Ibu Dra. Nazliniwaty M.Si.,Apt., sebagai dosen penasehat akademik atas

segala nasehat dan bimbingannya selama proses perkuliahan. 5. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Fakultas Farmasi USU


(5)

6. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif, Bapak Drs. Nahitma Ginting M.Si.,Apt., selaku Kepala Laboratorium Sintesa Bahan Obat atas bimbingannya dan seluruh fasilitas yang diberikan selama proses penelitian dan juga kepada para asisten: Andi, Rianti, Harry, Hermin, Syabi, Uul, Ida, Rio, Niki, Yuyun, dan surya yang telah membantu penulis selama penelitian.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis : Fero, Monda, Titin, Renni, Kak Esmika, Kak Siska (kelompok kecil Sola Gratia), Pasukan CABE LOTISS : Lowysa, Fanny, Krisna, Adelina, Irma, Katarin, Ame, Trisna, Yessy, Corry, Eva, Parna, Jonerikson, Linghuat, Lambok, Adik-adik Farmasi 2007, Parlin, Arifin, Rotamba, Abang Johnson, serta yang terkasih Hardin W.H Parhusip untuk semua dukungan dan semangat yang diberikan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

8. Adik-adik kelompok kecilku yang telah memberikan semangat dan doa : Santa, Melati, Cory dan Triwati.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Oktober 2010 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Penggunaan formalin sudah dilarang dalam makanan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168 tahun 1999, tetapi kenyataannya masih banyak makanan termasuk bakso yang mengandung formalin. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa formalin yang terdapat pada bakso yang dijual di sekolah dasar di kota Medan.

Dua puluh satu sampel yang dianalisis diambil dari dua puluh satu Sekolah Dasar yang tersebar di dua puluh satu kecamatan. Pemeriksaan kualitatif dilakukan menggunakan pereaksi asam kromatropat menghasilkan perwarnaan violet. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak menggunakan pereaksi Nash pada panjang gelombang 412 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh sampel positif mengandung formalin. Kadar yang diperoleh berkisar antara 20,71 mcg/g hingga 49,44 mcg/g, dimana kadar yang paling rendah terdapat di SD Negeri 060794 dan kadar yang paling tinggi terdapat di SD Swasta Mardi Lestari. Hasil perolehan kembali yang diperoleh adalah 114,05% dengan batas deteksi sebesar 0,05 mcg/ml dan batas kuantitasi sebesar 0,19 mcg/ml.


(7)

ABSTRACT

Formaline is not allowed to add in foods according to Regulation of the Minister of Health number 1168 in 1999 but in fact, there is some food products including meat balls contain formaline. The purpose of this research was to examine formaline in the meat balls on sale in elementary school in Medan.

Twenty one samples analyzed collected from twenty one elementary schools located in twenty one districts. Qualitative examination conducted by Chromotropic Acid reagent producing violet in colour.Quantitative analysis was carried out by visible spectrofotometric method using Nash reagent at maximum wavelength of 412 nm.

Research results indicated that there were seven samples contained formaline. The levels of formaline ranged from 20.71 mcg/g to 49.44 mcg/g, where minimum concentration was in sample obtained from state elementary school 060794 and maximum level was in that one from elementary school Mardi Lestari. Recovery result was 114.05% with limit of detection 0.05 mcg/ml and limit of quantitation was 0.19 mcg/ml.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN ... 4

3.1 Alat-Alat ... 4

3.2 Bahan-Bahan ... 4

3.3 Sampel ... 4

3.4 Pembuatan Pereaksi... 5

3.5 Prosedur Penelitian ... 6

3.5.1 Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N... 6


(9)

3.5.3 Penetapan Kadar Formalin Baku Pembanding ... 7

3.5.4 Pemeriksaan Kualitatif Formalin pada Sampel ... 7

3.5.5 Penetapan Kadar Formalin ... 8

3.5.5.1 Penentuan Kurva Absorbansi dari Larutan Formalin ... 8

3.5.5.2 Penentuan Waktu Kerja Larutan Formalin... 8

3.5.5.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Larutan Formalin ... 9

3.5.6 Penentuan Kadar Formalin Pada Sampel ... 9

3.6 Uji Validasi ... 10

3.6.1 Penentuan Uji Perolehan Kembali... 10

3.6.2 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 11

3.7 Analisa Data Secara Statistik ... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1 Kadar Larutan Baku Formalin ... 13

4.2 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formalin pada Sampel ... 13

4.3.Kurva Absorbansi Larutan Formalin... 15

4.4 Kurva Waktu Kerja Larutan Formalin ... 15

4.5 Kurva kalibrasi Larutan Formalin ... 17

4.6 Kadar Formalin Pada Sampel ... 18

4.7 Uji Validasi ... 19

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20


(10)

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil Analisa Kualitatif Formalin

Dalam Sampel yang Diperiksa ... 13 Tabel 2. Kadar Formalin pada Bakso yang Dijual di Sekolah Dasar ... 18


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva Serapan Maksimum Larutan Formalin dengan

Konsentrasi 2 ppm secara Spektrofotometri Sinar Tampak

Pada Panjang Gelombang 360-460 nm ... 16 Gambar 2. Kurva Waktu Kerja Larutan Formalin ... 16 Gambar 3. Kurva Kalibrasi Larutan Formalin dengan Berbagai

Konsentrasi secara Spektrofotometri Sinar Tampak

Pada Panjang Gelombang 412 nm ... 17


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N ... 23 Lampiran 2. Perhitungan Pembakuan Asam Klorida 1 N ... 24 Lampiran 3. Perhitungan Pembakuan Larutan Formaldehida

Secara Titrasi Asam-Basa ... 25 Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Larutan Formaldehida 1000 ppm .. 26 Lampiran 5. Data Panjang Gelombang Maksimum

Larutan Formaldehida ... 27 Lampiran 6. Data Pengamatan Waktu Kerja Larutan Formaldehida ... 28 Lampiran 7. Data Kurva Kalibrasi Larutan Formaldehida pada

Panjang Gelombang 412 nm dan Nilai Koefisien

Determinasi ( r2) ... 29 Lampiran 8. Perhitungan Persamaan Regresi ... 30 Lampiran 9. Contoh Perhitungan Kadar Formaldehida pada Sampel ... 31 Lampiran 10. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar

Formalin pada Sampel Bakso pada

SD Swasta Antonius V ... 32 Lampiran 11. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar

Formalin pada Sampel Bakso pada

SD Negeri 060794 ... 34 Lampiran 12. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar

Formalin pada Sampel Bakso pada

SD Negeri 060910 ... 36 Lampiran 13. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar

Formalin pada Sampel Bakso pada

SD Negeri 060877 ... 39

Lampiran 14. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada Sampel Bakso pada


(14)

Lampiran 15. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada Sampel Bakso pada

SD Negeri 060890 ... 43 Lampiran 16. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar

Formalin pada Sampel Bakso pada

SD Negeri 070788 ... 45 Lampiran 17. Hasil Analisa Kadar Formalin dalam Sampel ... 47 Lampiran 18. Perhitungan Perolehan Kembali (%) Kadar Formalin

Pada Sampel Bakso pada SD Negeri 060877 ... 49 Lampiran 19. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 50 Lampiran 20. Tabel distribusi t ... 51 Lampiran 21. Hasil Pengujian Kualitatif Bakso yang Dijual


(15)

ABSTRAK

Penggunaan formalin sudah dilarang dalam makanan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168 tahun 1999, tetapi kenyataannya masih banyak makanan termasuk bakso yang mengandung formalin. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa formalin yang terdapat pada bakso yang dijual di sekolah dasar di kota Medan.

Dua puluh satu sampel yang dianalisis diambil dari dua puluh satu Sekolah Dasar yang tersebar di dua puluh satu kecamatan. Pemeriksaan kualitatif dilakukan menggunakan pereaksi asam kromatropat menghasilkan perwarnaan violet. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak menggunakan pereaksi Nash pada panjang gelombang 412 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh sampel positif mengandung formalin. Kadar yang diperoleh berkisar antara 20,71 mcg/g hingga 49,44 mcg/g, dimana kadar yang paling rendah terdapat di SD Negeri 060794 dan kadar yang paling tinggi terdapat di SD Swasta Mardi Lestari. Hasil perolehan kembali yang diperoleh adalah 114,05% dengan batas deteksi sebesar 0,05 mcg/ml dan batas kuantitasi sebesar 0,19 mcg/ml.


(16)

ABSTRACT

Formaline is not allowed to add in foods according to Regulation of the Minister of Health number 1168 in 1999 but in fact, there is some food products including meat balls contain formaline. The purpose of this research was to examine formaline in the meat balls on sale in elementary school in Medan.

Twenty one samples analyzed collected from twenty one elementary schools located in twenty one districts. Qualitative examination conducted by Chromotropic Acid reagent producing violet in colour.Quantitative analysis was carried out by visible spectrofotometric method using Nash reagent at maximum wavelength of 412 nm.

Research results indicated that there were seven samples contained formaline. The levels of formaline ranged from 20.71 mcg/g to 49.44 mcg/g, where minimum concentration was in sample obtained from state elementary school 060794 and maximum level was in that one from elementary school Mardi Lestari. Recovery result was 114.05% with limit of detection 0.05 mcg/ml and limit of quantitation was 0.19 mcg/ml.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keracunan dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya disebabkan oleh bahan kimia. Banyak bahan kimia yang dilarang, ditambahkan ke dalam makanan akan menyebabkan keracunan (Yuliarti, 2007). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988, ada beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan antara lain Asam borat, formalin, dietilpirokarbonat, kalium klorat (Menteri Kesehatan, 1999). Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pada tahun 2005 terhadap makanan jajanan anak yang dijual di sekolah dasar di 18 propinsi, menunjukkan adanya kandungan bahan kimia yang berbahaya di dalam sejumlah jajanan anak yaitu: boraks, formalin dalam jajanan berupa kue, gorengan, bakso, kerupuk, tahu dan mi (Rachmawati, 2006). Formalin juga ditemukan dalam ikan asin dan ebi (Pane, 2008).

Tujuan penambahan formalin pada makanan adalah sebagai pengawet sekaligus sebagai pengenyal pada mi basah dan bakso. Penyalahgunaan formalin pada makanan ini selain disebabkan harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, juga disebabkan karena minimnya pengetahuan produsen tentang bahaya penggunaan formalin pada makanan. Keracunan formalin dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan, iritasi lambung, alergi dan formalin juga bersifat karsinogenik (Yuliarti, 2007).


(18)

Menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari (Anonima, 2006). Bila terhirup akan segera diabsorpsi ke paru-paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar dan lakrimasi (Widyaningsih & Murtini, 2006). Keracunan formalin dapat terjadi melalui makanan, salah satunya adalah bakso sebagai jajanan anak-anak sekolah dasar. Ketertarikan anak-anak sekolah dasar membeli bakso dikarenakan harganya yang murah dan rasanya yang enak, sehingga anak-anak sekolah dasar menyukai makanan ini.

Pemeriksaan formalin secara kualitatif dapat dilakukan dengan menambahkan asam kromatropat dalam asam sulfat pekat dengan pemanasan beberapa menit akan terjadi warna violet (Schunack, Mayer & Haake, 1990). Penentuan kadar formalin dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain titrasi volumetri asam-basa (Ditjen POM, 1979) dan spektrofotometri sinar tampak menggunakan pereaksi Nash (Herlich, 1990).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa formalin dalam makanan jajanan anak sekolah dasar dan jajanan yang diperiksa adalah bakso secara spektrofotometri sinar tampak.

1.2 Perumusan Masalah

- Apakah terdapat formalin pada bakso yang dijual di Sekolah-sekolah Dasar di Kota Medan

- Apakah kadar formalin yang terdapat pada sampel masih dalam batas yang diperbolehkan masuk kedalam tubuh per harinya


(19)

1.3 Hipotesis

- Terdapat formalin pada bakso yang dijual di Sekolah-sekolah dasar di Kota

Medan

- Kadar formalin yang terdapat pada sampel masih dalam batas yang

diperbolehkan masuk kedalam tubuh per harinya

1.4 Tujuan Penelitian

- Memeriksa formalin pada bakso yang dijual di Sekolah Dasar di Kota Medan secara kualitatif dan kuantitatif

- Mengetahui kadar formalin yang terdapat pada sampel masih dalam batas yang diperbolehkan masuk kedalam tubuh per harinya


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Tambahan pangan

Pada umumnya dalam pengolahan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Makanan yang tersaji harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa enak dan konsistensinya baik serta awet. Untuk mendapatkan makanan seperti yang diinginkan maka sering pada proses pembuatannya dilakukan penambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) (Widyaningsih & Murtini, 2006). Pengertian Bahan Tambahan Pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan (Cahyadi, 2006).

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan adalah Antioksidan, Antikempal, Pengatur keasaman, Pemanis Buatan, Pemanis Buatan, Pengemulsi, pemantap, dan pengental, Pengawet, Pengeras, Pewarna, Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa, Sekuesteran (Cahyadi, 2006).


(21)

2.2 Bahan Pengawet

Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme (Menteri Kesehatan, 1988). Bahan pegawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak, karena bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses degradasi (Cahyadi, 2006).

Zat pengawet terdiri dari senyawa anorganik dan organik. Contoh zat pengawet anorganik yang masih sering digunakan adalah sulfit, nitrit dan nitrat. Zat pengawet organik lebih banyak digunakan daripada yang anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat. Zat pengawet organik yang sering digunakan untuk pengawet adalah asam propionat, asam benzoat, asam sorbat (Cahyadi, 2006).

Bahan pengawet digunakan untuk mengawetkan pangan dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur (Himpunan Alumni Fateta, 2005). Tidak menjadi masalah, jika makanan tersebut menggunakan pengawet yang tepat (menggunakan pengawet makanan yang dinyatakan aman), Tetapi pada kenyataannya banyak ditemukan bahan pengawet yang dilarang digunakan dalam makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168 Tahun 1999 antara lain Asam boraks, formalin, Asam salisilat dan garamnya, Kalium klorat, Kloramfenikol, Dietilkarbonat, dan kalium Bromat (Menteri Kesehatan RI, 1999).

2.3 Formalin

Larutan formalin mengandung formaldehida dan metanol sebagai stabilisator, dengan kadar formaldehida tidak kurang dari 34,0% dan tidak lebih


(22)

dari 38,0%. Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Formalin larut dalam air dan dengan etanol 95% (Ditjen POM, 1979) dan memiliki rumus bangun seperti Gambar 1.

Gambar 1. Rumus Bangun Formalin

Formalin merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu normal dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986). Larutan formalin pada pendingin membentuk kristal trimer siklik sebagai trioksimetilen (1,3,5-trioxan) yang larut dalam air (Schunack, Mayer & Haake, 1990). Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan sebaiknya pada suhu diatas 200C (Ditjen POM, 1979). LD50 untuk formalin secara oral pada tikus

adalah 0,80g/kg (Windholz et al, 1983).

Formalin dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai desinfektan, formalin dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian (Anonimb, 2010).Formalin juga digunakan sebagai germisida dan fungisida tanaman dan buah-buahan, dan banyak digunakan dalam industri

O

C

H

H


(23)

tekstil untuk mencegah bahan menjadi kusut. Dalam bidang farmasi formalin digunakan sebagai pendetoksifikasi toksin dalam vaksin, dan juga untuk obat penyakit kutil karena kemampuannya merusak protein (Cahyadi, 2006). Di dalam industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan (Yuliarti, 2007).

2.3.1 Dampak Terhadap Kesehatan

Semua substansi atau zat pada dasarnya adalah racun, tidak ada satupun yang tidak beracun. Perbedaan dosis yang tepat membedakan racun dan obat (Klaassen, 2008). Demikian juga dengan formalin yang dapat menjadi racun bagi tubuh pada paparan tertentu.

Formalin dapat masuk ke dalam tubuh dengan jalan inhalasi uap, kontak langsung dengan larutan yang mengandung formalin atau dengan jalan memakan atau meminum makanan yang mengandung formalin (Cahyadi, 2006). Uap formalin bisa saja terhirup dari lingkungan sekitar. Misalnya polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik mengandung formalin yang kemudian masu ke dalam tubuh (Yuliarti, 2007). Jika formalin terhirup (inhalasi) lewat pernafasan akan segera diabsorpsi ke paru-paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar dan lakrimasi, bronkhitis, edema pulmonari atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronkhus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan alergi, asma dan dermatitis (Widyaningsih & Murtini, 2006). Uap dari larutan formalin menyebabkan iritasi membran mukosa hidung, mata dan tenggorokan apabila terhisap dalam bentuk gas (Cahyadi, 2006).


(24)

Kontak langsung dengan larutan formalin mungkin untuk menyebabkan iritasi pada kulit (Cahyadi, 2006). Jika lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml (2 sendok makan) dari larutan formalin dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif formalin terhadap mukosa saluran cerna lambung, disertai mual, muntah, nyeri, pendarahan. Jika terpapar terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal dan jantung (Widyaningsih & Murtini, 2006).

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) paparan limit yang direkomendasikan untuk para pekerja adalah 0,016 ppm selama periode 8 jam, sedangkan untuk 15 menit 0,1 ppm dan menurut International programme on Chemical Safety, ambang batas aman formalin di dalam tubuh adalah 1 mg/L, dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk kedalam tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. NIOSH juga menyatakan formalin berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm (Anonima, 2006; Saraswati, Indraswari & Nurani, 2009).

2.4 Penyalahgunaan Formalin

Sebenarnya formalin secara alamiah terdapat dalam makanan seperti pada udang halus (shrimp) dan roti (Schmidt & Rodrick, 2003) tetapi karena efek toksik formalin yang sangat tinggi dan bersifat karsinogenik maka Badan POM melarang penambahan formalin dalam makanan. Penyalahgunaan formalin dalam makanan ditemukan oleh Badan POM pada tahun 2005 yang menguji makanan jajanan anak di 195 Sekolah Dasar di 18 Propinsi. Dari 66 sampel bakso yang dianalisis satu (1) sampel bakso mengandung formalin, begitu juga dengan


(25)

sepuluh (10) sampel tahu yang dianalisis empat (4) diantaranya mengandung formalin, selain jajanan tersebut dua (2) dari delapan (8) sampel mi yang dianalisis juga mengandung formalin (Rachmawati, 2006).

Hasil serupa juga ditemukan oleh Badan POM pada Jajanan Anak Sekolah di sekolah dasar di seluruh ibukota provinsi di Indonesia pada tahun 2006. Hasilnya terdapat 5,76% mi yang mengandung formalin (434 sampel per parameter) dan 2,53% bakso yang mengandung formalin (474 sampel per parameter) (Anonimd, 2007).

Penyalahgunaan formalin tidak hanya ditemukan pada makanan jajanan anak sekolah tapi juga pada makanan yang dijual di pasar. Pada tahun 2003 hingga 2005 Badan POM menemukan lebih dari separuh sampel mie (51%) dan lebih dari seperlima (22%) tahu yang dianalisis mengandung formalin. Hanya satu sampel pangan yang lain (bakso) mengandung formalin. Sebanyak 13 sampel mi basah mengandung formalin (Anonime, 2004). Data kandungan formalin berdasarkan jenis pangan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Formalin Berdasarkan Jenis Pangan

Jenis Pangan

Jumlah sampel yang dianalisis

Tidak mengandung

formalin

Mengandung formalin

Mi (Basah) 103 50 (49%) 53 (51%)

Tahu 120 94 (78%) 26 (22%)

Lainnya 19 18 (99%) 1 (1%)

Total 242 162(67%) 80 (33%)

Sumber : (Anonim, 2004)

Formalin juga ditemukan pada ikan asin teri medan, ebi, ikan asin kristal, ikan gembung aso, udang dan cumi-cumi segar tapi tidak ditemukan adanya formalin


(26)

pada ikan dencis (Pane, 2009; Tarigan, 2008). Kadar formalin pada masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar formalin pada masing-masing sampel

No. Sampel Kadar (mcg/g) Sumber

1 Ikan asin teri medan 13,66 1

2 Ebi 2,33 1

3 Ikan asin Kristal 4,76 1

4 Ikan gembung aso 16,22 2

5 Udang 70,75 2

6 Cumi-cumi segar 77,78 2

Sumber : 1 : Pane, 2009, 2: Tarigan 2008 2.5 Bakso

Bakso merupakan produk gel dari protein daging, baik daging sapi, ayam, ikan maupun udang. Bakso dibuat dari daging giling dengan bahan tambahan utama garam dapur, tepung tapioka, dan bumbu, berbentuk bulat seperti kelereng dengan berat 25-30 g per butir. Setelah dimasak, bakso memiliki tekstur yang kenyal sebagai ciri spesifiknya (Widyaningsih & Murtini, 2006). Ada tiga jenis bakso yang biasa dijual di pasaran yaitu bakso daging, bakso urat (terbuat dari urat sapi), dan bakso aci (terbuat dari tepung tapioka). Bakso yang baik adalah bakso yang dibuat dari daging yang berkualitas yang biasanya mengandung 90% daging dan 10% tepung tapioka (Cahyadi, 2006).

Bakso memiliki sifat keasaman yang rendah sehingga bakso tidak dapat bertahan lama dan rentan terhadap kerusakan, sehingga bakso memiliki masa simpan maksimal satu hari pada suhu kamar (Widyaningsih & Murtini, 2006).


(27)

Bakso juga mengandung protein yang tinggi dan memiliki kadar air yang tinggi sehingga bakteri mudah berkembang biak (Cahyadi, 2006). Untuk memperpanjang daya awet bakso dilakukan dengan mencelupkan bakso ke dalam larutan formalin yang juga akan menyebabkan bakso menjadi lebih kenyal. Penambahan larutan formalin kepada bakso akan membuat bakso tidak akan rusak selama lima (5) hari pada suhu kamar (250C), teksturnya menjadi sangat kenyal dan akan membuat aroma khas dari bakso tidak tercium (Anonimc, 2009).

2.6 Analisis Formalin dalam Makanan

Formalin dengan adanya asam kromatropat dalam asam sulfat disertai pemanasan beberapa menit akan terjadi pewarnaan violet (Herlich, 1990). Reaksi asam kromatropat mengikuti prinsip kondensasi senyawa fenol dengan formaldehida membentuk senyawa berwarna (3,4,5,6-dibenzoxanthylium). Pewarnaan disebabkan terbentuknya ion karbenium- oksonium yang stabil karena mesomeri (Schunack, Mayer & Haake, 1990). Reaksi formalin dengan asam kromatropat dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Reaksi Formalin dengan asam kromatropat (Schunack, 1990)

Senyawa Fluoral P juga dapat digunakan untuk menguji adanya formalin dengan menetesi bahan yang diduga mengandung formalin yang akan

O

H H

+ 2

O O H S O O S O O O

H2SO4

Warna Violet Asam Kromatropat S H O O HO

HO S

O O O O S O O O S H O

O H


(28)

menghasilkan suatu senyawa kompleks yang berwarna ungu. (Widyaningsih & Murtini, 2006).

Formalin dapat ditentukan kadarnya secara titrasi asam – basa dengan menambahkan hidrogen peroksida dan NaOH 1 N dan pemanasan hingga pembuihan berhenti, dan dititrasi dengan HCl 1 N menggunakan indikator fenolftalein (Ditjen POM, 1979). Reaksi :

HCHO + H2O2→ HCOOH + H2O

HCOOH + NaOH → HCOONa + H2O

NaOH + HCl → NaCl + H2O

1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 30, 03 mg formalin

Formalin dengan penambahan pereaksi Nash dan pemanasan 30 menit menghasikan warna kuning yang mantap, yang kemudian diukur pada panjang gelombang 415 nm (Herlich, 1990). Reaksi formalin dengan pereaksi Nash dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Reaksi Formalin dengan Pereaksi Nash 2,4-pentadion CH3 H3C O O H2

C H3C CH3

OH O H C Bentuk enol O

H H

H H

N H

H3C

H O C

H3C

N O C CH3 CH3 CH H3 OH O H C

2 + +

-3

3,5-diasetil-2,6-dimetil-1,4-dihidropiridin (warna


(29)

Formalin ditemukan di dalam sejumlah makanan ikan asin teri medan, ebi, ikan asin kristal, ikan gembung aso, udang dan cumi-cumi segar. Preparasi sampel yang dilakukan adalah dengan merendam masing-masing sampel dalam air panas dan air dingin (Pane, 2009), dan dapat juga dilakukan dengan mendestilasi sampel dengan asam posfat (Tarigan, 2008). Analisa kualitiatif dilakukan dengan menggunakan asam kromatropat yang akan menghasilkan warna ungu setelah pemanasan, sedangkan untuk analisa kuantitatif dilakukan dengan metode spektrofotometri menggunakan pereaksi Nash pada panjang gelombang 412 nm.

2.7 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang dianalisis (Rohman, 2007).

2.7.1 Perolehan Kembali

Persen perolehan kembali digunakan untuk menyatakan kecermatan. Kecermatan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (“recovery”) analit yang ditambahkan. Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi dan metode penambahan baku. Dalam metode penambahan bahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalis lagi. Perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004):


(30)

% Perolehan kembali = −* ×100 A

A F

C C C

Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan

baku

CA = konsentrasi sampel awal

C*A = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan

2.7.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas- batas tersebut dapat diperoleh dari kalibrasi standar yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali.

Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004):

Batas deteksi = Slope

SB 3

Batas kuantitasi = Slope

SB 10


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu untuk karateristik dari suatu populasi, dalam hal ini untuk mengetahui ada atau tidak kandungan formalin dan kadar formalin yang terdapat dalam bakso yang dijual di seklah dasar di kota Medan. Penelitian untuk uji kualitatif dan kuantitatif dilakukan di Laboratorium Sintesis Bahan Obat dan Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu mini 1240), neraca listrik (Beico), hot plate, termometer, oven, desikator, penangas air dan alat-alat gelas seperti labu takar, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, gelas beker, buret.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan yang berkualitas pro analisis keluaran E-Merck yaitu : formalin 37%, asam kromatropat, asam sulfat 98%, ammonium asetat, asetil aseton, natrium hidroksida, hidrogen peroksida 30%, asam klorida 37%, kalium bifthalat, natrium karbonat anhidrat, merah metil, etanol 90%, fenolftalein, terkecuali akuades.

3.3 Sampel

Sampel penelitian adalah bakso sebagai makanan jajanan yang dijual di Sekolah Dasar di kota Medan dengan jumlah 21 sampel dari total 819 Sekolah Dasar. Untuk memilih sampel dilakukan dengan “sample numbering” kepada


(32)

masing masing sekolah setiap kecamatan, lalu diambil satu (1) sampel secara acak dari tiap kecamatan.

3.4 Pembuatan Pereaksi

Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Larutan Asam Kromatropat, Pereaksi Nash, Larutan Natrium Hidroksida 1 N, Larutan Asam Klorida 1 N, Indikator fenolftalein, Larutan Merah Metil, Larutan Hidrogen Peroksida 6%.

Larutan asam kromatroprat 0,05% b/v dibuat dengan larutkan 5 mg natrium kromatropat dalam 10 ml campuran 9 ml asam sulfat 98% dan 4 ml air (Ditjen POM, 1979). Pereaksi nash dibuat dengan 30 g ammonium asetat dan 0,4 ml asetil aseton ditambahkan air hingga 100 ml (Gibson & Skett,1991). Larutan natrium hidroksida 1 N dibuat dengan larutkan 40 g natrium hidroksida dengan air bebas CO2 di dalam labu 1000 ml tambahkan air bebas CO2 sampai garis tanda

(Ditjen POM, 1979). Larutan sam klorida 1 N dibuat dengan encerkan 9,8 ml HCl 37% dengan akuades hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995). Indikator fenolftalein 0,2% dibuat dengan larutkan 200 mg fenolftalein dalam 60 ml etanol 90% dan tambahkan akuades hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979). Larutan merah metil 0,1% dibuat dengan larutkan 100 mg merah metil dalam 100 ml etanol 90% (Ditjen POM, 1995). Larutan hidrogen peroksida 6% dibuat dengan encerkan 20 ml hidrogen peroksida 30% dalam 100 ml air dan dihomogenkan sampai garis tanda (Ditjen POM, 1979)

Pembuatan Larutan formalin 1000 ppm dibuat dengan cara timbang formalin 27,81% sebanyak 3,5950 g pada wadah yang sudah ditara dan pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 1 liter. Ke dalam labu tentukur tersebut


(33)

tambahkan akuades secukupnya dan kocok hingga homogen. Kemudian cukupkan larutan hingga garis tanda dan dihomogenkan. Pembuatan larutan kerja formalin 40 ppm dibuat dengan cara pipet 10 ml larutan formalin 1000 ppm menggunakan pipet volum kemudian masukkan ke dalam labu tentukur 250 ml. Ke dalam labu tentukur tersebut tambahkan air suling secukupnya dan dikocok hingga homogen. Cukupkan larutan hingga garis tanda dan dihomogenkan.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N

Timbang seksama 1 g kalium bifthalat yang sebelumnya telah dikeringkan selama 2 jam pada 120oC , kemudian larutkan dalam 15 ml air bebas CO2. Titrasi

dengan NaOH menggunakan indikator fenolftalein hingga terjadi warna merah jambu yang mantap. Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak tiga kali dan dihitung normalitas larutan (Ditjen POM, 1979).

1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 204, 2 mg kalium bifthalat.

Normalitas NaOH =

2 , 204 ) ( .

) (

x ml NaOH Vol

mg Bifthalat m

BeratKaliu

3.5.2 Pembakuan Asam Klorida 1 N

Timbang seksama 150 mg natrium karbonat anhidrat yang sebelumnya telah dikeringkan selama 1 jam pada suhu 270oC, kemudian larutkan dalam 15 ml air. Tambah 2 tetes indikator merah metil, ditambahkan asam klorida perlahan dari buret sambil diaduk hingga larutan berwarna merah muda pucat. Panaskan larutan hingga mendidih, dinginkan. Titrasi kembali bila perlu hingga warna merah muda pucat tidak hilang dengan pendidihan lebih lanjut. Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak tiga kali dan dihitung normalitas larutan (Ditjen


(34)

1 ml asam klorida 1 N setara dengan 52, 99 mg natrium karbonat anhidrat.

Normalitas HCl =

52,99 ) ( . ) ( CO

Na2 3

x ml HCl Vol mg anhidrat Berat

3.5.3 Penetapan Kadar Larutan Baku Formalin

Timbang seksama 1,5 g larutan formalin, tambahkan pada campuran 12,5 ml hidrogen peroksida 6% dan 25 ml NaOH 1 N, hangatkan di atas penangas air hingga pembuihan berhenti. Titrasi dengan asam klorida 1 N menggunakan indikator fenolftalein. Dilakukan titrasi blanko (Ditjen POM, 1979). Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak tiga kali dan dihitung kadar larutan.

1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 30,03 mg formaldehida

% Kadar = 100%

) ( . 03 , 30 ) ( x mg Formalin Lar Berat x HCl Normalitas x Vt Vb

Dimana : Vb = Volume blanko

Vt = Volume titrasi

3.5.4 Pemeriksaan Kualitatif Formalin pada Sampel

Sampel bakso diambil sebanyak 100 g dihaluskan dan dicuci dengan air panas sebanyak 100 ml, kemudian disaring dan dilakukan pengujian pada filtrat. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 5 ml larutan asam kromatropat 0,05%. Larutan kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit. Diamati selama pemanasan, jika terbentuk warna violet menunjukkan adanya formalin (Herlich, 1990). Bakso dicuci lagi dengan 100 ml air panas, disaring dan dilakukan pemeriksaan kualitatif seperti cara diatas. Dengan pencucian lebih lanjut hingga 800 ml air, air cucian menunjukkan hasil negatif jika direaksikan dengan larutan asam kromatropat.


(35)

3.5.5 Penetapan Kadar Formalin

3.5.5.1 Penentuan Kurva Absorbansi dari Larutan Formalin

Dipipet 5 ml larutan kerja formalin 40 ppm dengan menggunakan pipet volum, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml (konsentrasi 2 ppm), Ditmbahkan 10 ml Pereaksi Nash dalam labu tentukur tersebut lalu ditambahkan air suling hingga garis tanda dan dihomogenkan. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer, ditutup dengan plastik dan dipanaskan di dalam penangas air pada suhu 37oC ± 1oC selama 30 menit hingga terbentuk warna kuning. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 360-460 nm dengan menggunakan blanko. Blanko yang digunakan adalah air suling yang dimasukkkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambah 10 ml Pereaksi Nash dan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda (Pane, 2008). Kemudian diperoleh kurva antara absorbansi dengan panjang gelombang.

3.5.5.2 Penentuan Waktu Kerja Larutan Formalin

Dipipet 5 ml larutan kerja formalin 40 ppm dengan menggunakan pipet volum, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml (konsentrasi 2 ppm), ditambahkan 10 ml pereaksi Nash, lalu ditambahkan air suling hingga garis tanda dan dihomogenkan. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer, ditutup dengan plastik dan dipanaskan di dalam penangas air pada suhu 37oC ± 1oC selama 30 menit hingga terbentuk warna kuning yang mantap. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum (Pane, 2008).

3.5.5.3 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Formalin

Dipipet larutan kerja formalin 40 ppm dengan menggunakan pipet volum, kedalam labu tentukur 100 ml berturut-turut 2,5ml; 3,75ml; 5ml; 6,25ml; dan


(36)

7,5ml dengan konsentrasi masing-masing 1; 1,5; 2; 2,5; 3 ppm. Ke dalam masing-masing labu tentukur tersebut ditambahkan 10 ml pereaksi Nash, lalu ditambahkan air suling hingga garis tanda dan dihomogenkan. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer, ditutup dengan plastik dan dipanaskan di dalam penangas air pada suhu 37oC ± 1oC selama 30 menit hingga terbentuk warna kuning yang mantap. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh serta menggunakan blanko (Pane, 2008). Grafik dibuat antara konsentrasi dan absorbansi, dan dihitung linearitas dari larutan formalin.

3.5.6 Penentuan Kadar Formalin Pada Sampel

Sebanyak 100 g bakso yang positif mengandung formalin direndam dalam air panas 800 ml selama 5 menit kemudian disaring. Masing-masing filtrat diambil sebanyak 20 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. selanjutnya larutan tersebut ditambahkan 10 ml pereaksi Nash. lalu dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan dihomogenkan. Larutan dipanaskan di penangas air pada suhu 37oC ± 1oC selama 30 menit hingga terbentuk warna kuning yang mantap. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 412 nm. Perlakuan ini diulang sebanyak 6 (enam) kali (Pane, 2008; Herlich,1990). Rumus perhitungan kadar formalin dalam sampel :

K =

BS Fp V

x× ×

Dimana : K = Kadar formalin dalam sampel (mcg/g)

x = Kadar formalin sesudah pengenceran (mcg/ml) V = Volume sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran


(37)

3.6 Uji Validasi

Uji validasi yang dilakukan yaitu uji akurasi (dengan parameter % perolehan kembali) dan uji presisi (dengan parameter batas deteksi dan batas kuantitasi).

3.6.1 Penentuan Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan 2,5 ml larutan baku formalin 1000 ppm ke dalam sampel kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada sampel.

Perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% Perolehan Kembali = −* ×100 A

A F

C C C

Keterangan :

CF = kadar sampel rata-rata setelah penambahan larutan baku

CA = kadar sampel rata-rata sebelum penambahan larutan baku

C*A = jumlah larutan baku yang ditambahkan

3.6.2 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dari persamaan regresi

yang diperoleh dari kurva kalibrasi.

Batas Deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Batas deteksi = Slope

SB 3

Batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Batas kuantitasi = Slope

SB 10


(38)

3.7 Analisa Data secara Statistik

Untuk menghitung kadar formalin dalam sampel digunakan rumus : K =

BS Fp V

x× ×

Dimana : K = Kadar formalin dalam sampel (mcg/g)

x = Kadar formalin sesudah pengenceran (mcg/ml) V = Volume Sampel (ml)

Fp = Faktor Pengenceran

BS = Berat Sampel (gram)

Data diterima jika thitung lebih kecil daripada ttabel pada interval kepercayaan 95%

dengan nilai α = 0,05.

Rumus yang digunakan : SD =

(

)

1

2

− −

n x xi

t hitung =

n SD

x xi

/

Untuk menghitung kadar formalin secara statistik dalam sampel digunakan rumus:

Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n ) Keterangan : SD = standar deviasi

x = kadar rata-rata formalin dalam sampel Xi = kadar formalin dalam satu perlakuan\

μ = kadar formalin pada sampel n = jumlah perlakuan

α = tingkat kepercayaan

dk = derajat kebebasan (dk = n-1) t = harga t sesuai dk


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kadar Larutan Baku Formalin

Kadar larutan baku formalin yang diperoleh adalah sebesar 27, 81% dengan persen deviasi 0,001, sedangkan Kadar larutan formalin p.a yang tertera pada label adalah 37%. Hal ini diduga karena formalin mengalami perubahan kadar selama penyimpanan, akibat dari sifat fisika formalin yang mudah menguap (Ditjen POM, 1979). Hasil pembakuan NaOH 1 N, HCl 1 N dan larutan formalin pada Lampiran 1, 2 dan 3.

4.2 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formalin pada Sampel

Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan laruatan asam kromatropat. Pada sampel ditambahkan larutan asam kromatropat setelah dipanaskan beberapa menit akan terjadi warna violet (Schunack, Mayer & Haake, 1990). Hasil analisa kualitatif formalin dalam sampel yang diperiksa dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisa Kualitatif Formalin dalam Sampel yang Diperiksa No Tempat Pengambilan Sampel Kecamatan Hasil

1 SD Negeri 060924 Medan Amplas -

2 SD Swt. Antonius V Medan Kota +++

3 SD Negeri 060794 Medan Area +

4 SD Negeri 060910 Medan Denai ++

5 SD Negeri 060858 Medan Tembung -


(40)

7 SD Negeri 060792 Medan Timur -

8 SD Negeri 060849 Medan Barat -

9 SD Negeri 060944 Medan Deli -

10 SD Negeri 066429 Medan Marelan -

11 SD Negeri 067265 Medan Labuhan -

12 SD Swt. Hangtuah I Medan Belawan -

13 SD Negeri 064985 Medan Helvetia -

14 SD Negeri 064979 Medan Sunggal -

15 SD Swt. Mardi Lestari Medan Petisah +++

16 SD Percobaan Medan Baru -

17 SD Swt. Advent 2 Medan Selayang -

18 SD Kaisarea Medan Tuntungan -

19 SD Negeri 060890 Medan Polonia +++

20 SD Negeri 060788 Medan Maimun ++

21 SD Negeri 067776 Medan Johor -

Keterangan: - : Tidak terdapat formalin

+ : Sedikit formalin (Warna violet lemah) ++ : Banyak formalin (Warna violet kuat)

+++ : Lebih banyak formalin (Warna violet sangat kuat)

. Dari 21 sampel yang diperiksa terdapat 7 (tujuh) sampel yang positif mengandung formalin yaitu dari tempat pengambilan sampel SD Swt. Antonius V, SD Negeri 060794, SD Negeri 060910, SD Negeri 060877, SD Swt. Mardi


(41)

Lestari, SD Negeri 060890, SD Negeri 060788. Hasil nya sekitar 30 % sampel bakso yang dijual di Sekolah Dasar di kota Medan mengandung formalin.

4.3. Kurva Absorbansi Larutan Formalin

Kurva absorbansi dibuat untuk mengetahui panjang gelombang maksimum dari larutan formalin. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan formalin dengan konsentrasi 2 ppm diperoleh pada 412 nm. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh ini berbeda dengan yang terdapat dalam literatur yaitu 415 nm (Herlich, 1990). Perbedaan panjang gelombang 3 nm ini masih dalam batas toleransi yang diperkenankan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu lebih kurang 3 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang maksimum ini dapat diterima untuk analisis formalin pada sampel. Kurva serapan maksimum larutan formalin dengan konsentrasi 2 ppm secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 360nm – 460 nm dapat dilihat pada Gambar 3, dan Data panjang gelombang maksimum larutan formalin dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 3. Kurva serapan maksimum Larutan Formalin dengan konsentrasi

2 ppm secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 360nm – 460 nm.


(42)

Penentuan waktu kerja ( kestabilan warna) larutan formalin baku dengan pereaksi Nash secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan selang waktu 1 menit selama 30 menit (Pane, 2008). Dari data yang diperoleh, waktu pengukuran yang stabil dimulai dari menit ke-17 sampai menit ke-18. Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan formalin dengan pereaksi Nash stabil selama 1 menit. Data Pengamatan pada Lampiran 6. Kurva waktu kerja larutan Formalin dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva Waktu Kerja Larutan Formalin 4.5 Kurva Kalibrasi Larutan formalin

Penentuan kurva kalibrasi larutan formalin dilakukan dengan membuat konsentrasi pengukuran yaitu 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 ppm. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 412 nm. Dari hasil perhitungan persamaan regresi kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis Y = = 0,2082 x - 0,0019 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9700. Sehingga, hasil koefisien korelasi yang diperoleh dapat dikatakan mempunyai interpretasi yang tinggi dimana adanya korelasi yang positif antara kadar dengan serapan. Artinya, dengan meningkatnya

0,37 0,38 0,39 0,4 0,41 0,42 0,43

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Waktu (menit) A

b s o r b a n s i


(43)

konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat (Usman & Akbar, 2006). Kurva kalibrasi larutan formalin dengan berbagai konsentrasi secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 412 nm. Data kurva kalibrasi larutan formalin dan perhitungan persamaan regresi pada Lampiran 7

dan 8. Kurva kalibrasi larutan formalin dengan berbagai konsentrasi secara

spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 412 nm dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Formalin dengan Berbagai Konsentrasi

secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada Panjang Gelombang 412 nm.

4.6 Kadar Formalin Pada Sampel

Hasil perhitungan kadar, analisa statistik, dan analisa kadar formalin pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 9-17. Kadar Formalin pada bakso yang dijual di Sekolah Dasar dapat dilihat pada Tabel 4.

Y= 0,2082x – 0,0019 r = 0,9700


(44)

Tabel 4. Kadar Formalin pada Bakso yang dijual di Sekolah Dasar

Keterangan : Untuk setiap sampel dilakukan 6 (enam) kali perulangan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar formalin yang paling tinggi terdapat pada bakso yang dijual di SD Swasta Mardi Lestari yaitu sebesar 49,44mcg/g dan kadar formalin yang paling rendah terdapat pada SD Negeri 060794 yaitu sebesar 20,71 mcg/g. Hasil analisa kuantitatif yang diperoleh sesuai dengan hasil kualitatif secara visualisasi, dimana sampel bakso yang memiliki warna violet sangat kuat ternyata mengandung kadar formalin yang lebih tinggi.

Menurut PerMenKes tahun 1999 tentang bahan tambahan pangan, formalin dilarang digunakan dalam makanan (Menteri Kesehatan, 1999), tetapi International Programme on Chemical Safety (IPCS) menetapkan batas formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh dalam bentuk makanan sebesar 1,5 mg hingga 14 mg per hari untuk orang dewasa. IPCS merupakan program kerjasama dari tiga organisasi yaitu World Health Organization (WHO), The International Labour Organization (ILO) dan United Nation Environment Programme (UNEP) (Anonima, 2006). Jika diasumsikan berat badan anak-anak adalah setengah dari berat badan orang dewasa maka batas aman formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh anak-anak adalah maksimal 7 mg per hari. Menurut data dari informasi ini maka kadar formalin yang diperoleh dari semua sampel kurang dari 7 mg per hari

No. Tempat Pengambilan Sampel Kadar Formalin (mcg/g) 1. SD Swasta Antonius V 43,83 ± 3,39 2. SD Negeri 060794 20,71 ± 0,18 3. SD Negeri 060910 33,43 ± 1,05 4. SD Negeri 060877 37,15 ± 0,17 5. SD Swasta Mardi Lestari 49,44 ± 0,17 6. SD Negeri 060890 42,12 ± 5,49 7. SD Negeri 060788 38,59 ± 0,26


(45)

sehingga kadar formalin dalam keseluruhan sampel bakso masih diperbolehkan masuk kedalam tubuh jika konsumsi formalin dari sampel hanya sehari satu kali.

4.7 Uji Validasi

Dalam hal ini uji perolehan kembali dilakukan pada sampel bakso yang dijual pada SD Negeri 060877, dimana 2,5 ml larutan baku 1000 ppm ditambahkan ke dalam sampel bakso yang telah diketahui kadarnya. Dari hasil percobaan didapatkan nilai uji perolehan kembali rata-rata sebesar 114, 05% Hasil perhitungan pada Lampiran 18. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persen perolehan kembali tidak memenuhi uji persyaratan validasi dan dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan kurang memiliki kecermatan yang baik, dan kurang akurat digunakan untuk penetapan kadar formalin.

Batas deteksi dan batas kuantitasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah berturut-turut 0,0567 mcg/ml dan 0,1891 mcg/ml. Hasil perhitungan pada


(46)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tujuh sampel dari dua puluh satu sampel bakso yang diperiksa positif mengandung formalin. Sebanyak 30% jajanan bakso yang dijual di sekolah dasar di Kota Medan mengandung formalin. Kadar formalin berkisar antara 20,71 mcg/g hingga 49,44 mcg/g, dimana kadar yang paling rendah terdapat di SD Negeri 060794 dan kadar yang paling tinggi terdapat di SD Swasta Mardi Lestari. Berdasarkan data yang diperoleh dari IPCS batas aman formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh dalam bentukmakanan untuk orang dewasa adalah maksimal 14 mg per hari. Jika diasumsikan berat badan anak-anak adalah setengah dari berat badan orang dewasa, maka batas aman formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh anak-anak adalah maksimal 7 mg per hari. Kadar formalin yang diperoleh dari semua sampel kurang dari 7 mg per hari sehingga kadar formalin dalam keseluruhan sampel bakso masih diperbolehkan masuk kedalam tubuh

4.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memeriksa formalin pada


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2006). Formalin bukan Formalitas. Buletin CP. Edisi Januari 2006. Hal 1-3.

Anonimb. (2010). Formaldehyda. Tanggal akses 5 Agustus 2010.

Anonimc. (2009). Formalin Bahan Tambahan Pangan yang Berbahaya. Tanggal akses 16 Juli 2010

Anonimd. ( 2007). Jajanan Anak Sekolah. Tanggal akses 23 April 2010.

Anonime. (2004). Bahan Tambahan Ilegal - Boraks, Formalin dan Rhodamin B. Tanggal akses 23 April 2010.

Cahyadi, W. (2006). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara. Hal 1-6, 9, 230, 232, 235, 266-267.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Hal 259-260,589-590, 650, 653, 675, 748.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Hal 1061, 1160, 1212, 1176.

Gibson, G.G., dan Skett, P. (1991). Pengantar Metabolime Obat. Penerjemah: Iis Aisyah. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Hal 275.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I. No. 3. Hal 117- 119, 130-131.

Herlich, K. (1990). Official Methods of Analysis. Fifteenth Edition. Station Washington D.C. AOAC Inc. Pages 934, 1037,1149.

Himpunan Alumni Fateta. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor. Hal 4-5, 7, 18.

Klaassen, C.D. (2008). Casarett and Doull’s Toxicology The Basic Science of Poisons. Seventh Edition. The McGraw-Hill Companies. USA. Page 4. Menteri Kesehatan RI (1988). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


(48)

Menteri Kesehatan RI (1999). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/99. Bahan Tambahan Makanan. Jakarta.

Moffat, A.C. (1986). Clarke’s Isolation and Identification of Drugs. Second Edition. London. The Pharmaceutical Press. Page 633.

Pane, S. N. (2009). Pengaruh Pencucian terhadap Pelepasan Kadar Formalin pada Ikan Asin dan Ebi secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Skripsi Fakultas Farmasi USU.

Rachmawati, E. (2006). Waspadai Jajanan Anak di Sekolah. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta. Penerbit Kompas. Hal 201-205.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar. Hal 242-243, 262, 463.

Saraswati T.R., Indraswari. E., Nurani. (2009). Pengaruh Formalin, Diazepam dan Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi Pakan, Minum dan Bobot Tubuh. Jurnal Sains dan Mat. Vol 17. No. 3. Hal 141-144.

Schmidt, R.H., Rodrick, G.E. (2003). Food Safety Handbook. USA. John Wiley & Sons Publication. Page 216.

Schunack, W., Mayer, K., dan Haake, M. (1990). Senyawa Obat. Edisi Kedua. Penerjemah : Joke Wattimena dan Sriwoelan Soebito. Yogyakarta. Penerbit Universitas Gadjah Mada. Hal 78-79, 765-768.

Tarigan, S., (2008). Pemeriksaan Formalin pada Ikan, Udang dan Cumi-cumi Segar yang Beredar di Pasar Kota Medan Secara Kualitatif dan Kuantitatif. Skripsi Fakultas Farmasi USU.

Usman, H., Akbar, P.S. (2006). Pengantar Statistika. Edisi kedua. Jakarta. Bumi Aksara. Halaman 201, 210.

Widyaningsih, D.T., Murtini, E.S. (2006). Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Surabaya. Penerbit Trubus Agrisarana. Hal 2-5, 8-9, 22, 34-35.

Windholz, M., Budavari, S., Blumetti, R.F., Otterbein, E.S. (1983). Tne Merck Index an Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals. Tenth Edition. New Jersey. Merck & Co., Inc.

Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta. Penerbit Andi. Hal 1-2, 4, 8, 31-32, 36, 38, 42.


(49)

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N.

No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml)

1. 1000 5,1

2. 1003 5,14

3. 1021 5,2

Berat Kalium Biftalat (mg) Normalitas NaOH =

Volume NaOH (ml) × Berat Ekivalen Kalium Biftalat

BE K-Bifthalat = 204, 2 N1 = 0,9602 N

N2 = 0,9556 N

N3 = 0,9615 N

Normalitas rata-rata (Nr) dan persen deviasi (%d)

Nr1 =

2 2 1 N N + = 2 9556 , 0 9602 ,

0 N+ N

= 0,9579 N

%d1 = 100%

) (

1 1 2 − ×

Nr Nr N

=

(

)

100%

9579 , 0 9579 , 0 9556 , × − N N N O

= 0,24%

Nr2 =

2 3 2 N N + = 2 9615 , 0 9556 ,

0 N + N

= 0,9585 N

%d2 =

(

)

100%

2 2 3 − ×

Nr Nr N

=

(

)

100%

9585 , 0 9585 , 0 9615 , 0 × − N N N

= 0,31%

Nr3 =

2 3 1 N N + = 2 9615 , 0 9602 ,

0 N+ N

= 0,9608 N

%d3 =

(

)

100%

3 3 3 − ×

Nr Nr N

=

(

)

100%

9608 , 0 9608 , 0 9615 , 0 × − N N N

= 0,07%

Normalitas NaOH adalah normalitas rata-rata dengan persen deviasi terkecil yaitu Nr3 = 0,9608 N dengan %d2 = 0,07%


(50)

Lampiran 2. Perhitungan Pembakuan Asam Klorida 1 N.

No. Berat Na2CO3 anhidrat (mg) Volume HCl (ml)

1. 302 6,12

2. 302 6

3. 307 6,1

Berat Na2CO3 anhidrat (mg)

Normalitas HCl =

Volume HCl (ml) × Berat Ekivalen Na2CO3 anhidrat

BE Na2CO3 anhidrat = 52,99

N1 = 0,9312 N

N2 = 0,9498 N

N3 = 0,9497 N

Normalitas rata-rata (Nr) dan persen deviasi (%d)

Nr1 =

2 2 1 N N + = 2 9498 , 0 9312 ,

0 N+ N

= 0,9405 N

%d1 = 100%

) (

1 1 2 − ×

Nr Nr N

=

(

)

100%

9405 , 0 9405 , 0 9498 , 0 × − N N N

= 0,98%

Nr2 =

2 3 2 N N + = 2 9497 , 0 9498 ,

0 N+ N

= 0,9497 N

%d2 =

(

)

100%

2 2 2 − ×

Nr Nr N

=

(

)

100%

9497 , 0 9497 , 0 9498 , 0 × − N N N

= 0,01%

Nr3 =

2 3 1 N N + = 2 9497 , 0 9312 ,

0 N + N

= 0,9404 N

%d3 =

(

)

100%

3 3 1 − ×

Nr Nr N

=

(

)

100%

9404 , 0 9404 , 0 9312 , 0 × − N N N

= 0,97%

Normalitas HCl adalah normalitas rata-rata dengan persen deviasi terkecil yaitu Nr3 = 0,9497 N dengan %d3 = 0,01%


(51)

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Larutan Baku Formalin

No. Berat Formalin (mg) Volume NaOH(ml) Volume HCl (ml)

1. 1502 25 10,12

2. 1501 25 10,02

3. 1503 25 10

(Vb – Vt) × Normalitas HCl × BE Formalin Kadar Formalin =

Berat Larutan Formalin (mg) Keterangan :

Vt = Volume HCl (ml)

Vb = Volume blanko (ml) = 24,66 ml Normalitas HCl = 0,9497 N

BE Formalin = 30,03 K1 = 27,6080%

K2 = 27,8164%

K3 = 27,8174%

Kadar rata-rata (Kr)dan persen deviasi (%d)

Kr1 =

2 2 1 K K + = 2 % 8164 , 27 % 6080 , 27 + = 27,7122%

%d1 =

(

)

100%

1 1 2 − ×

Kr Kr K

=

(

)

100%

% 7122 , 27 % 7122 , 27 % 8164 , 27 × −

= 0,37%

Kr2 =

2 3 2 K K + = 2 % 8174 , 27 % 8164 , 27 +

= 27,8169%

%d2 =

(

)

100%

2 2 3 − ×

Kr Kr K

=

(

)

100%

% 8169 , 27 % 8169 , 27 % 8174 , 27 ×

= 0,001%

Kr3 =

2 3 1 K K + = 2 % 8174 , 27 % 6080 , 27 +

= 27,7127%

%d3 =

(

)

100%

3 3 3 − ×

Kr Kr K

=

(

)

100%

% 7127 , 27 % 7127 , 27 % 8174 , 27 ×

= 0,37%

Kadar larutan formalin adalah kadar rata-rata dengan persen deviasi terkecil yaitu Kr2 = 27,8169% dengan %d2 = 0,001%


(52)

Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Larutan Formalin 1000 ppm

Kadar formalin yang diperoleh dari hasil pembakuan adalah 27,8169% b/v

27,8169 gr 27,8169 x 106 mcg 27,8169 x 104 mcg 27,8169% b/v = = =

100 ml 100 ml ml

= 27,8169 x 104 ppm

Pembuatan Larutan Formalin 1000 ppm dalam Labu 1000 ml V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 27,8169 x 104 ppm = 1000 ml x 1000 ppm

V1 = 3,5950 ml

Ρ = m (gr) / V (ml) m = ρ x V

m = 1 x 3,5959 = 3,5950 gr


(53)

(54)

Lampiran 6. Data Pengamatan Waktu Kerja Larutan Formalin.

No Menit ke- Serapan (A)

1 1 0,3796

2 2 0,3824

3 3 0,3864

4 4 0,3888

5 5 0,3901

6 6 0,3926

7 7 0,3948

8 8 0,3961

9 9 0,3979

10 10 0,4005

11 11 0,4022

12 12 0,4034

13 13 0,4048

14 14 0,4063

15 15 0,4077

16 16 0,4088

17 17 0,4110

18 18 0,4122

19 19 0,4122

20 20 0,4133

21 21 0,4149

22 22 0,4166

23 23 0,4177

24 24 0,4186

25 25 0,4197

26 26 0,4209

27 27 0,4220

28 28 0,4231

29 29 0,4242

30 30 0,4250

Keterangan :

Operating time larutan formalin dengan pereaksi Nash diperoleh pada menit ke-18 sampai menit ke-19


(55)

Lampiran 7. Data Kurva Kalibrasi Larutan Formalin pada Panjang Gelombang


(56)

Lampiran 8 Perhitungan Persamaan Regresi

No. x y xy x2 y2

1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2. 1,0000 0,2040 0,2040 1,0000 0,0576 3. 1,5000 0,3090 0,4635 2,2500 0,0954 4. 2,0000 0,4120 0,8240 4,0000 0,1697 5. 2,5000 0,5260 1,3150 6,2500 0,2766 6. 3,0000 0,6200 1,8600 9,0000 0,3844 n=6 Σ x = 10,000 Σ y = 2,071 Σ xy =

4,6665

Σ x2 = 22,5000

Σ y2 = 0,9837 x = 1,6667 y = 0,3451

a

( )( )

( )

x n x n y x xy / / 2 2

− − =

a =

(

)(

)

(

10,0000

)

/6 5000 , 22 6 / 071 , 2 0000 , 10 6665 , 4 2 − − a = 6667 , 16 5000 , 22 4516 , 3 6665 , 4 − −

a = 0,208269

b = yax

b = (0,3451) – (0,2082 x 1,6667) b = -0,0019

Maka, persamaan regresinya adalah : y = 0,2082 x + 0,0019

( )( )

( ) ( )

[

x x n

]

[

( ) ( )

y y n

]

n y x xy r / / / 2 2 2 2

− − =

(

)(

)

] 6 / ) 0710 , 2 ( ) 9837 , 0 ].[( 6 / ) 0000 , 10 ( ) 5000 , 22 [( 6 / 0710 , 2 0000 , 10 6665 , 4 2 2 − − − = r


(57)

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Kadar Formalin pada Sampel

Berat sampel yang ditimbang = 100,0421 gram

Serapan (y) = 0,4512

Persamaan regresi :

y = 0,2082 x - 0,0019

Konsentrasi formalin (x) =

2082 , 0 0019 , 0 + y

x =

2082 , 0 0019 , 0 4512 , 0 +

x = 2,1762 mcg/ml

Rumus perhitungan kadar formalin dalam sampel : K =

BS Fp V

x× ×

Dimana : K = Kadar formalin dalam sampel (mcg/g)

x = Kadar formalin sesudah pengenceran (mcg/ml) V = Volume Sampel (ml)

Fp = Faktor Pengenceran

BS = Berat Sampel (gram)

Kadar formalin dalam sampel =

g ml ml mcg 0421 , 100 20 / 50 800 / 1762 ,

2 × ×

= 43,5071 mcg/g

= 43,5071 ppm

Kadar formalin pada sampel yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama seperti contoh di atas.


(58)

Lampiran 10. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada

Sampel Bakso pada SD Swasta Antonius V

No. Kadar Formalin (mcg/g) xi – x ( xi - x )2

1. 43,5071 0,0535 0,0028

2. 43,8652 0,4131 0,1706

3. 38,6132 -4,8389 23,4149

4. 41,3901 -2,062 4,2518

5. 46,5933 3,1412 9,8671

6. 46,7457 3,2936 10,8478

n = 6 x = 43,4521

( xi - x )

2 =

48,555

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

5 555 , 48

= 3,1162

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = 2,57

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 0,0420 (data diterima)

t hitung 2 = 0,3247 (data diterima)

t hitung 3 = 3,8035 (data ditolak)

t hitung 4 = 1,6208 (data diterima)

t hitung 5 = 2,4691 (data diterima)


(59)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-3 dan 6

No Xi xi – x ( xi - x )2

1. 43,5056 -0,3329 0,11082241

2. 43,8652 0,0267 0,00071289

4. 41,3901 -2,4484 5,99466256

5. 46,5933 2,7548 7,58892304

n = 4 x = 43,8385

( xi - x )2 = 13,6951

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

= 3 6951 , 13

= 2,1365

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 3 diperoleh nilai t tabel = 3,18

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 0,3116 (data diterima)

t hitung 2 = 0,0249 (data diterima)

t hitung 4 = 2,2919 (data diterima)

t hitung 5 = 2,5787 (data diterima)

(Semua data diterima)

Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n ) = 43,8385 ± (3,18 x 1,06825 ) = 43,8385 ± 3,3970 mcg/g


(60)

Lampiran 11. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada

Sampel Bakso pada SD Negeri 060794

No. Kadar Formalin (mcg/g) xi – x ( xi - x )2

1. 20,7808 0,1279 0,01635841

2. 20,6880 0,0352 0,00123904

3. 20,4692 -0,1836 0,03370896

4. 20,6349 -0,0179 0,00032041

5. 20,8919 0,2391 0,05716881

6. 20,4522 -0,2006 0,04024036

n = 6 x = 20,6528

( xi - x )

2 =

0,14903599

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

5 14903599 ,

0

= 0,1726

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = 2,57

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 1,8167 (data diterima)

t hitung 2 = 0,5 (data diterima)

t hitung 3 = 2,6079 (data ditolak)

t hitung 4 = 0,2542 (data diterima)

t hitung 5 = 3,3963 (data ditolak)


(61)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-3 5 dan 6

No Xi xi - x ( xi - x )2

1. 20,7808 0,0796 0,00633616

2. 20,6880 -0,0132 0,00017424

4. 20,6349 -0,0663 0,00439569

n = 3 x = 20,7012

( xi - x )

2 =

0,01090609

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

2 01090609 ,

0

= 0,0738

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 2 diperoleh nilai t tabel = 4,30

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 1,8685 (data diterima)

t hitung 2 = 0,3098 (data diterima)

t hitung 4 = 1,5563 (data diterima)

(Semua data diterima)

Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n ) = 20,7012 ± (4,30 x 0,0426 ) = 20,7012 ± 0,1831 mcg/g


(62)

Lampiran 12. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada

Sampel Bakso pada SD Negeri 060910

No. Kadar Formalin (mcg/g) xi – x ( xi - x )2

1. 41,7520 6,2577 39,1588

2. 37,4700 1,9757 3,9033

3. 32,9418 -2,5525 6,5152

4. 33,3302 -2,1641 4,6833

5. 33,0749 -2,4194 5,8534

6. 34,3973 -1,097 1,2034

n = 6 x = 35,4943

( xi - x )

2 =

61,3174

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

5 3174 , 61

= 3,5019

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = 2,57

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 4,3772 (data ditolak)

t hitung 2 = 1,3819 (data diterima)

t hitung 3 = 1,7854 (data diterima)

t hitung 4 = 1,5137 (data diterima)

t hitung 5 = 1,6923 (data diterima)


(63)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-1

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

= 4 3279 , 14

= 1,8926

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 4 diperoleh nilai t tabel = 2,78

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 2 = 3,8133 (data ditolak)

t hitung 3 = 1,5372 (data diterima)

t hitung 4 = 1,0783 (data diterima)

t hitung 5 = 1,3800 (data diterima)

t hitung 6 = 0,1825 (data diterima)

No Xi xi - x ( xi - x )2

2. 37,4700 3,2272 10,4148

3. 32,9418 -1,301 1,6926

4. 33,3302 -0,9126 0,8328

5. 33,0749 -1,1679 1,3639

6. 34,3973 0,1545 0,0238


(64)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-2

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

3 30991818 ,

1

= 0,6607

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 3 diperoleh nilai t tabel = 3,18

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 3 = 1,4962 (data diterima)

t hitung 4 = 0,3203 (data diterima)

t hitung 5 = 1,0932 (data diterima)

t hitung 6 = 2,9103 (data diterima)

(Semua data diterima)

Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n )

= 33,4360 ± (3,18 x 0,3303 ) = 33,4360 ± 1,0503 mcg/g

No Xi xi - x ( xi - x )2

3. 32,9418 -0,4942 0,24423364

4. 33,3302 -0,1058 0,01119364

5. 33,0749 -0,3611 0,13039321

6. 34,3973 0,9613 0,92409769

n = 4 x = 33,4360

( xi - x )

2 =


(65)

Lampiran 13. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada

Sampel Bakso pada SD Negeri 060877

No. Kadar Formalin (mcg/g) xi – x ( xi - x )2

1. 37,0094 -0,1454 0,0211

2. 36,8962 -0,2586 0,0668

3. 37,2155 0,0607 0,0036

4. 37,4114 0,2566 0,0658

5. 37,1376 -0,0172 0,000295

6. 37,2587 0.1039 0,0107

n = 6 x = 37,1548

( xi - x )

2 =

0,168295

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

5 168295 ,

0

= 0,1834

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = 2,57

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 1,9438 (data diterima)

t hitung 2 = 3,4572 (data ditolak)

t hitung 3 = 0,8114 (data diterima)

t hitung 4 = 3,4304 (data ditolak)

t hitung 5 = 0,2299 (data diterima)


(66)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-2 dan 4

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

= 3 0358 , 0

= 0,1092

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 3 diperoleh nilai t tabel = 3,18

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 2,6721 (data diterima)

t hitung 3 = 1,1025 (data diterima)

t hitung 5 = 0,3241 (data diterima)

t hitung 6 = 1,8937 (data diterima)

(Semua data diterima)

Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n ) = 37,1553 ± (3,18 x 0,0546 ) = 37,1553 ± 0,1736 mcg/g

No Xi xi - x ( xi - x )2

1. 37,0094 -0.1459 0,0212

3. 37,2155 0,0602 0,00362

5. 37,1376 -0,0177 0,000313

6. 37,2587 0,1034 0,01069


(67)

Lampiran 14. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada

Sampel Bakso pada SD Swasta Mardi Lestari

No. Kadar Formalin (mcg/g) xi – x ( xi - x )2

1. 51,5707 3,3704 11,3595

2. 49,5191 1,3188 1,7392

3. 44,9342 3,2661 10,6674

4. 49,4240 1,2237 1,4974

5. 49,3767 1,1764 1,3839

6. 44,3772 3,8231 14,6160

n = 6 x = 48,2003

( xi - x )

2 =

41,2634

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

5 2634 , 41

= 2,8727

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = 2,57

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 2,8738 (data ditolak)

t hitung 2 = 1,1244 (data diterima)

t hitung 3 = 2,7848 (data ditolak)

t hitung 4 = 1,0434 (data diterima)

t hitung 5 = 1,0030 (data diterima)


(68)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-1, 3 dan 6

No Xi xi - x (xi – x )2

2 49,5191 0,0791 0,00625681

4 49,4240 0,016 0,000256

5 49,3767 0,0633 0,00400689

n =3 x = 49,4400

( xi - x )2 =

0,0105197

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

2 0105197 ,

0

= 0,0725

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 2 diperoleh nilai t tabel = 4,30

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung 2 = 1,8923 (data diterima)

t hitung 4 = 0,3827 (data diterima)

t hitung 5 = 1,5143 (data diterima)

(Semua data diterima)

Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n ) = 49,4400 ± (4,30 x 0,0418 ) = 49,4400 ± 0,1797 mcg/g


(69)

Lampiran 15. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada

Sampel Bakso pada SD Negeri 060890

No. Kadar Formalin (mcg/g) xi – x ( xi - x )2

1. 42,3003 -2,5241 6,3710

2. 45,0675 0,2431 0,0590

3. 52,9164 8,0920 65,4804

4. 37,7476 -7,0768 50,0810

5. 39,0143 -5,8101 33,7572

6. 51,9004 7,076 50,0697

n = 6 x = 44,8244

( xi - x )

2 =

205,8183

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

5 8183 , 205

= 6,4158

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = 2,57

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 0,9636 (data diterima)

t hitung 2 = 0,00928 (data diterima)

t hitung 3 = 3,0893 (data ditolak)

t hitung 4 = 2,7017 (data ditolak)

t hitung 5 = 2,2181 (data diterima)


(70)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-3, 4 dan 6

No Xi xi - x (xi – x )2

1 42,3003 0,173 0,0029929

2 45,0675 2,9402 8,64477604

5 39,0143 -3,113 9,690769

n =3 x = 42,1273

( xi - x )2 =

18,3651756

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

2 3651756 ,

18

= 3,0302

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 2 diperoleh nilai t tabel = 4,30

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 0,0988 (data diterima)

t hitung 2 = 1,6806 (data diterima)

t hitung 5 = 1,7794 (data diterima)

(Semua data diterima)

Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n ) = 42,1273 ± (3,14 x 1,7494 ) = 42,1273 ± 5,4931 mcg/g


(71)

Lampiran 16. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Formalin pada

Sampel Bakso pada SD Negeri 060788

No. Kadar Formalin (mcg/g) xi – x ( xi - x )2

1. 39,4906 1,0209 1,04223681

2. 38,4581 -0,0116 0,00013456

3. 38,8102 0,3405 0,11594025

4. 36,9450 1,5247 2,32471009

5. 38,4660 0,1786 0,00001369

6. 38,6483 0,1786 0,03189796

n = 6 x = 38,4697

( xi - x )

2 =

3,5146

SD =

(

)

1 2

− −

n x xi

=

5 5146 , 3

= 0,8384

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = 2,57

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 1 = 2,9833 (data ditolak)

t hitung 2 = 0,0338 (data diterima)

t hitung 3 = 0,9950 (data diterima)

t hitung 4 = 4,4555 (data ditolak)

t hitung 5 = 0,0108 (data diterima)


(1)

Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-1, dan 4

No Xi xi - x (xi – x )2

2 38,4581 -0,1375 0,01890625

3 38,8102 0,2146 0,04605316

5 38,4660 -0,1296 0,01679616

6 38,6483 0,0527 0,00277729

n =4 x = 38,5956

( xi - x )2 =

0,08453286

SD =

(

)

1 2 −

n

x xi

=

3 08453286 ,

0

= 0,1678

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, dk = 3 diperoleh nilai t tabel = 3,18

Data diterima jika t hitung < t tabel t hitung =

n SD

x xi

/

t hitung 2 = 1,6388 (data diterima) t hitung 3 = 2,5578 (data diterima) t hitung 5 = 1,5446 (data diterima) t hitung 6 = 0,6281 (data diterima)

(Semua data diterima) Kadar Formalin (μ) = x± ( t(1-α/2) x SD/ n )

= 38,5956 ± (3,14 x 0,0839 ) = 38,5956 ± 0,2668 mcg/g


(2)

Lampiran 17. Hasil Analisa Kadar Fomalin dalam Sampel NO. TEMPAT PENGAMBILAN SAMPEL BERAT (gram)

Fp ABSORBANSI KADAR

(ppm)

KADAR SEBENARNYA

(ppm)

1. SD Swasta

Antonius V

100,0421 2,5 0,4512 43,5071 43,8385±

3,3970

2. 100,0564 0,4550 43,8652

3. 100,0537 0,4003 38,6132

4. 100,0528 0,4292 41,3901

5. 100,0530 0,4834 46,5933

6. 100,0562 0,4850 46,7457

1. SD Negeri 060794 100,0328 2,5 0,2145 20,7808 20,7012±

0,1831

2. 100,0637 0,2136 20,6880

3. 100,0541 0,2113 20,4692

4. 100,0421 0,2130 20,6349

5. 100,0530 0,2157 20,8919

6. 100,0432 0,2111 20,4522

1. SD Negeri 060910 100,0370 2,5 0,4329 41,7520 33,4360±

1,0503

2. 100,0350 0,3883 37,4700

3. 100,0222 0,3411 32,9418

4. 100,0382 0,3452 33,3302

5. 100,0260 0,3425 33,0749

6. 100,0345 0,3563 34,3973

1. SD Negeri 060877 100,1637 2,5 0,3840 37,0094 37,1553±

0,1736

2 100,1328 0,3827 36,8962

3. 100,1512 0,3861 37,2155

4. 100,1662 0,3882 37,4114

5. 100,1027 0,3851 37,1376

6. 100,1382 0,3865 37,2587

1. SD Swasta Mardi Lestari

100,0450 2,5 0,5352 51,5707 49,4400±

0,1797

2. 100,0380 0,5138 49,5191

3. 100,0484 0,4661 44,9342

4. 100,0363 0,5128 49,4240

5. 100,0350 0,5123 49,3767

6. 100,0468 0,4603 44,3772

1. SD Negeri

060890

100,0560 5 0,2184 42,3003 42,1273 ±

5,4931

2. 100,0453 0,2328 45,0675

3. 100,0596 0,2737 52,9164

4. 100,0539 0,1947 37,7476


(3)

Lampiran 18. Perhitungan perolehan kembali(%) kadar formalin pada sampel

bakso pada SD Negeri 060877

No. Berat

(gram)

Absorbansi CA

(mcg/g)

CF (mcg/g)

1. 100,1827 0,6808 37,0094 65,4616

2. 100,1526 0,6824 36,8962 65,6347

3. 100,1854 0,6831 37,2155 65,6803

4. 100,1872 0,6798 37,4114 65,3627

5. 100,1326 0,6831 37,1376 65,7149

6. 100,1578 0,6849 37,2587 65,8710

x = 100,1663 CA = 37,1548 CF =

65,6208

% Perolehan Kembali = −* ×100 A A F C C C Keterangan :

CF = kadar sampel rata-rata setelah penambahan larutan baku CA = kadar sampel rata-rata sebelum penambahan larutan baku C*A = jumlah larutan baku yang ditambahkan

C*A = mcg g

g ml x ml mcg / 9584 , 24 1663 , 100 5 , 2 / 1000 = =

% Perolehan Kembali 100%

9584 , 24 1548 , 37 6208 , 65 × − = = 114,05%


(4)

Lampiran 19. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

No. Konsentrasi X

Absorbansi Y

Yi Y-Yi (Y-Yi)2

1. 0,0000 0,0000 0,0019 -0,0019 0,00000361

2. 1,0000 0,2040 0,2063 -0,0023 0,00000529

3. 1,5000 0,3090 0,3104 -0,0014 0,00000196

4. 2,0000 0,4120 0,4145 -0,0025 0,00000625

5. 2,5000 0,5260 0,5186 -0,0074 0,00005476

6. 3,0000 0,6200 0,6227 -0,0027 0,00000729

n =6

− 2

) (Y Yi = 62,05 x 10

-6

Simpangan Baku (SB)

(

)

2 2 − − =

n yi y = 4 10 05 ,

62 × −6

= 3,9386 × 10-3 Batas Deteksi Slope SB 3 = = 2082 , 0 10 9386 , 3

3× × −3

= 0,0567 mcg/ml

Batas Kuantitasi Slope SB 10 = = 2082 , 0 10 9386 , 3

10× × −3

= 0,1891 mcg/ml Keterangan:


(5)

(6)