Deteksi Formalin Dalam Bakso Yang Dijual Di Pasar-Pasar Kota Medan Tahun 2010

(1)

DETEKSI FORMALIN PADA BAKSO YANG DIJUAL

DI PASAR-PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010

Oleh:

MUHAMMAD FAIZ BIN ZULKIFLI

070100423

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

DETEKSI FORMALIN PADA BAKSO YANG DIJUAL

DI PASAR-PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

MUHAMMAD FAIZ BIN ZULKIFLI

070100423

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Deteksi formalin dalam bakso yang dijual di pasar-pasar kota Medan tahun 2010 Nama: Muhammad Faiz bin Zulkifli

NIM: 070100423

Pembimbing Penguji

………. . ...

(dr. Yahwardiah Siregar, PhD) ( dr. Almaycano Ginting, M.Kes) NIP: 131 459 296 NIP: 132 330 382

...………..

(dr. Sri Sofyani, Sp.A) NIP: 140 328 817

Medan, 22 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran Dekan


(4)

NIP: 19540220 198011 101 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin dan inayahNya peneliti dapat menyiapkan proposal karya tulisan ilmiah (KTI) yang bertajuk “Deteksi Formalin pada Bakso yang dijual di Pasar - Pasar Kota Medan Tahun 2010”. Karya tulisan ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pembelajaran peringkat S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan karya tulisan ilmiah ini, peneliti telah mendapat banyak sokongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh yang demikian peneliti ingin mengambil kesempatan untuk menyampaikan setinggi-tinggi penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Dr. Yahwardiah Siregar, dr, PHD. selaku dosen pembimbing karena banyak membantu dan memfasilitasi peneliti dalam menyiapkan karya tulisan ilmiah ini.

2. Majlis Amanah Rakyat (MARA) yang telah menaja peneliti dalam melanjutkan pelajaran dalam bidang kedokteran di Indonesia.

3. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara karena telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti. 4. Kedua orang tua peneliti Zulkifli Ariffin dan Zooridah Haron yang sentiasa memberikan sokongan moral, doa dan material dalam hidup peneliti.

5. Teman-teman kelompok penulisan karya tulisan ilmiah yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti semasa penulisan dilakukan.

6. Teman-teman peneliti di setambuk 2007 Fakultas Kedokteran


(5)

Semoga Allah memberi rahmat kepada mereka diatas sumbangan yang telah diberikan kepada peneliti dalam menyiapkan karya tulisan ilmiah ini

Peneliti menyedari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulisan ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk membaiki kesilapan dan juga menambah ilmu pengetahuan agar karya yang dihasilkan berkualitas.

Selain itu, peneliti berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan impak dan sumbangan kepada komuniti dan sesiapa saja yang ingin memanfaatkan ilmu yang diperoleh dari penelitian ini.

Medan, Nopember 2010, Peneliti,

(Muhammad Faiz bin Zulkifli) NIM : 070100423


(6)

ABSTRAK

Bakso adalah bebola daging yang dihasilkan dari campuran tepung tapioca dan daging tidak kira daging sapi, ayam maupun ikan. Bakso sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga ia boleh didapati dimana-mana mulai dari kaki lima maupun di hotel bintang lima. Walaubagaimanapun, menurut BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta penggunaan bahan pengawet terlarang formalin dalam produk makanan seperti bakso, tahu, ikan masin dan mie basah semakin berleluasa. Formalin adalah senyawa aldehid yang sering digunakan dalam bidang industri sebagai bahan antibakteri untuk membersih lantai gudang dan juga agen untuk pengawetan mayat dan spesimen. The International Agency for Resarch on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan formalin sebagai bahan karsinogen. Selain itu, kajian yang dilakukan oleh National Cancer Institute (NCI) telah menemukan bahawa paparan berlebihan terhadap formalin dapat meningkatkan resiko terkenanya kanker terutamanya leukemia.

Uji laboratorik ini bertujuan mengetahui keberadaan formalin dalam bakso yang dijual oleh 13 pengusaha berbeda di 11 buah pasar di kota Medan diantara bulan Juni dan Juli.

Penelitian ini adalah berbentuk uji laboratorik secara potong lintang (cross sectional). Pengambilan sampel di 11 buah pasar yang telah disenaraikan oleh dinas pasar Medan dilakukan secara total sampling . Deteksi formalin secara kualiatif dilakukan dengan menggunakan ujian Schiff. Hasil positif ditentukan dengan terbentuknya warna lembayung pada destilat apabila direaksikan dengan reagensia Schiff.

Sebanyak 13 biji bakso yang diperoleh dari 11 buah pasar di sekitar kota Medan, tiada satu pun didapati menunjukkan hasil yang positif terhadap formalin. Oleh yang demikian, bakso daging sapi yang terjual di pasar-pasar di kota Medan bebas dari formalin.


(7)

ABSTRACT

Bakso is a local meatballs made with mixture of tapioca flour and meat whether it is beef, chicken or fish. Bakso is very likeable by the people of Indonesia and it can be found anywhere from sidewalk stalls to five star hotels . Nevertheless, according to BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta, the usage of illegal preservatives , formalin in processed foods like bakso, tofu, salted fish and noodles is getting worst. Formalin derrived from aldehyde group and it has been used to desinfact warehouse’s floor and to preserve cadaver. The International Agency for Research on Cancer (IARC), has classified formalin as a carcinogenic substance. Meanwhile, research that has been conducted by National Cancer Institute (NCI) proves that the prolonged exposure towards the chemical could increase one’s risk of getting cancer particularly leukemia.

This laboratory research aims to detect the presence of formalin in the meatballs sold by 13 different vendors in 11 markets around the city of Medan

The research was designed to be a laboratory research with cross sectional point of view. Samples used in the research were obtained from 11 markets that has been listed by dinas pasar Medan through total sampling technique. The presence of formalin was detected through Schiff test. Colour change from colourless to violet indicates presence of formalin.

There were 13 meatballs from 11 markets were tested, but none of it tested positive with formalin. Therefore, meatballs sold in Medan is free from formalin.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan.………...…….... i

Kata Pengantar………...…….. ii-iii Abstrak... iv-v Daftar Isi………..…... vii-viii Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Singkatan... xi

Daftar Lampiran... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang……… ... 1

1.2. Rumusan Masalah………... ... 2

1.3. Tujuan penelitian………... 2

1.3.1. Tujuan Umum... 2

1.3.2. Tujuan Khusus... 2

1.4. Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Formalin 2.1.1. Formaldehida……….. 4

2.1.2. Efek Samping Formaldehida……….. 5

2.1.3. Destilasi Formaldehida………...…... 5


(9)

2.2. Leukemia Tipe Mieloid

2.2.1. Acute Myeloid Leukemia (AML)……….…….... 8

2.2.2 Chronic Myeloid Leukemia (CML)... 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL... 12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 12

3.2. Definisi Operasional………... 13

3.2.1. Bakso……….….. 13

3.2.2. Tes Deteksi Formalin………... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN... 14

4.1. Jenis Penelitian………....14

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………. 14

4.3. Populasi dan Sampel………...……... 14

4.4. Alat dan Bahan... 14

4.5. Teknik Pengumpulan Data………... 15

4.6. Pengolahan dan Analisa Data……….……... 16

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

5.1 Hasil Penelitian... 17

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 17

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel... 18

5.1.3 Hasil Analisa... 18


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 23

6.1 Kesimpulan... 23 6.2 Saran... 23

DAFTAR PUSTAKA……….... 24 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Perubahan warna terhadap hasil tes 16 5.1 Hasil penelitian 18


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Hasil tes yang negatif 19 Gambar 2. Hasil tes pada kontrol positif 19 Gambar 3. Reaksi Schiff terhadap aldehid 22


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ALL : Acute Lymphoblastic Leukemia

AML : Acute Myeloid Leukemia

BPOM : Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

CML : Chronic Myeloid Leukemia

EPA : U.S Environment Protection Agency

FAB : French, American & British

IARC : The International Agency for Resarch on Cancer

NCI : National Cancer Institute

PH : Philadelphia


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul


(15)

ABSTRAK

Bakso adalah bebola daging yang dihasilkan dari campuran tepung tapioca dan daging tidak kira daging sapi, ayam maupun ikan. Bakso sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga ia boleh didapati dimana-mana mulai dari kaki lima maupun di hotel bintang lima. Walaubagaimanapun, menurut BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta penggunaan bahan pengawet terlarang formalin dalam produk makanan seperti bakso, tahu, ikan masin dan mie basah semakin berleluasa. Formalin adalah senyawa aldehid yang sering digunakan dalam bidang industri sebagai bahan antibakteri untuk membersih lantai gudang dan juga agen untuk pengawetan mayat dan spesimen. The International Agency for Resarch on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan formalin sebagai bahan karsinogen. Selain itu, kajian yang dilakukan oleh National Cancer Institute (NCI) telah menemukan bahawa paparan berlebihan terhadap formalin dapat meningkatkan resiko terkenanya kanker terutamanya leukemia.

Uji laboratorik ini bertujuan mengetahui keberadaan formalin dalam bakso yang dijual oleh 13 pengusaha berbeda di 11 buah pasar di kota Medan diantara bulan Juni dan Juli.

Penelitian ini adalah berbentuk uji laboratorik secara potong lintang (cross sectional). Pengambilan sampel di 11 buah pasar yang telah disenaraikan oleh dinas pasar Medan dilakukan secara total sampling . Deteksi formalin secara kualiatif dilakukan dengan menggunakan ujian Schiff. Hasil positif ditentukan dengan terbentuknya warna lembayung pada destilat apabila direaksikan dengan reagensia Schiff.

Sebanyak 13 biji bakso yang diperoleh dari 11 buah pasar di sekitar kota Medan, tiada satu pun didapati menunjukkan hasil yang positif terhadap formalin. Oleh yang demikian, bakso daging sapi yang terjual di pasar-pasar di kota Medan bebas dari formalin.


(16)

ABSTRACT

Bakso is a local meatballs made with mixture of tapioca flour and meat whether it is beef, chicken or fish. Bakso is very likeable by the people of Indonesia and it can be found anywhere from sidewalk stalls to five star hotels . Nevertheless, according to BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta, the usage of illegal preservatives , formalin in processed foods like bakso, tofu, salted fish and noodles is getting worst. Formalin derrived from aldehyde group and it has been used to desinfact warehouse’s floor and to preserve cadaver. The International Agency for Research on Cancer (IARC), has classified formalin as a carcinogenic substance. Meanwhile, research that has been conducted by National Cancer Institute (NCI) proves that the prolonged exposure towards the chemical could increase one’s risk of getting cancer particularly leukemia.

This laboratory research aims to detect the presence of formalin in the meatballs sold by 13 different vendors in 11 markets around the city of Medan

The research was designed to be a laboratory research with cross sectional point of view. Samples used in the research were obtained from 11 markets that has been listed by dinas pasar Medan through total sampling technique. The presence of formalin was detected through Schiff test. Colour change from colourless to violet indicates presence of formalin.

There were 13 meatballs from 11 markets were tested, but none of it tested positive with formalin. Therefore, meatballs sold in Medan is free from formalin.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :

Indonesia terkenal dengan berbagai jenis makanan yang lazat dan bakso merupakan salah satu daripadanya. Bakso merupakan bebola daging yang dihasilkan dari tepung dan terdapat berbagai jenis seperti bakso sapi, bakso ayam, bakso ikan dan lain-lain. Bakso sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga ia boleh didapati dimana-mana dari kaki lima maupun hotel bintang lima. Namun begitu, masih ramai lagi diantara kita yang tidak sadar apakah makanan yang menjadi sumber protein ini benar-benar selamat untuk dikonsumsi.

Permasalahan penggunaan formalin dalam makanan telah lama dibincangkan tetapi masyarakat tidak ambil peduli karena dampaknya tidak terlihat dengan jelas. Namun , hanya pada tahun 2005 masyarakat mulai sadar tentang pentingnya keamanan bahan makanan.

Peredaran sejumlah produk makanan seperti bakso, tahu, ikan masin dan mie basah yang mengandungi formalin telah ditemukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor dan berbagai daerah lainnya. Produk ini tidak hanya dijual di pasar-pasar tradisional, malah juga terdapat di supermarket. Hasil pengujian BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta pada beberapa tahun yang lalu terhadap 98 sampel produk pangan yang dicurigai mengandug formalin, 56 daripadanya dinyatakan positif mengandung formalin.

Para pengusaha tahu akan bahaya penggunaan formalin dalam makanan, tetapi alas an mereka adalah dengan menggunakan formalin produk mereka tahan lebih lama, penggunaannya yang praktis dan harganya lebih terjangkau berbanding bahan pengawet yang lain.

. Formalin adalah senyawa aldehida yang terdiri daripada bahan aktif formaldehid 40 % dan aquadest serta ditambah methanol sebagai agen penstabil. Formalin tidak berwarna dan mempunyai bau yang menyengat. Dalam sektor


(18)

antibakteri sering digunakan untuk membersih lantai gudang dan kapal. Selain itu ia juga digunakan untuk mengawet mayat dan spesimen – spesimen untuk kegunaan medis.

Menurut laporan komisi keselamatan produk konsumen Amerika pada tahun 1997, kadar normal formaldehida di udara adalah kurang dari 0,03 ppm. Materi yang mengandungi yang mengandungi formaldehida boleh melepaskan gas formaldehida di udara. Apabila kadar formaldehida di udara melebihi 0,1 ppm 50% individu yang terpapar berkemungkinan mengalami efek samping dalam masa yang singkat seperti mata berair, sensasi terbakar pada daerah mata, hidung dan tenggorokan serta iritasi pada kulit jika terdapat kontak pada kulit.

Oleh karena bakso merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, maka sebagian besar diantara kita boleh dikatakan rentan terhadap paparan zat kimiawi formaldehida yang berlebihan dan dalam jangka masa yang lama. Hal ini dapat memberi dampak yang serius terahadap kesehatan masyarakat kita karena The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan formaldehida sebagai zat karsinogen terhadap manusia. Selain itu , ada kajian yang dilakukan oleh National Cancer Institute (NCI) menemukan paparan formaldehida yang berlebihan dalam tempoh yang lama dapat meningkatkan resiko terkenanya kanker terutamanya leukemia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana keberadaan formalin dalam bakso yang dijual di beberapa pasar di kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum


(19)

1.3.2.1 Mendeteksi keberadaan formalin dalam bakso yang berasal dari pasar di kota Medan.

1.3.2.2 Mendapatkan nilai kandungan formalin dalam bakso yang dijual di kota Medan.

2. Manfaat Penelitian 2.1 Bagi komuniti

2.1.1 Sebagai dasar untuk melalukan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahayanya penggunaan formalin sebagai zat pengawet makanan.

2.2 Bagi pelayanan kesehatan

2.2.1 Sebagai dasar untuk meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat akan keberadaan formalin dalam makanan yang dijual.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fornalin: 2.1.1 Formaldehida

Formaldehida (CH2O) adalah derivasi aldehida yang mempunyai bau yang menyengat . Zat kimiawi ini mempunyai kecenderungan untuk berpolimerisasi di mana, molekul secara individu bergabung membentuk suatu satuan dari bobot molar yang tinggi. Aktivitas polimerisasi ini melepaskan panas yang sering terjadi secara letupan. Jesteru itu, sediaan formaldehida adalah di dalam bentuk cairan bagi mengurangi konsentrasi. Sediaan ini lebih dikenali sebagai formalin. Formalin biasanya terbentuk dari campuran formaldehida yang tepu kira 40 persen dari volumenya dan sedikit penstabil biasanya methanol bagi mengurangkan oksidasi dan derajat polimerisasi. Formaldehida mempunyai takat didih yang sangat rendah iaitu -21°C manakala setelah menjadi formalin, takat didihnya berubah menjadi 96 °C. (Chang, 2007 )

Oleh karena harganya yang terjangkau, formalin banyak digunakan dalam berbagai jenis industri seperti pembuatan perabot dan juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan bangunan. Selain itu, formalin juga digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan agen fiksasi di laboratorium. Bahan pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono (2006), memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein dan mudah berikatan dengan unsur protein mulai dari permukaan hingga terus meresap ke jaringan yang dalam. Dengan matinya protein setelah terikat dengan unsur kimia dari formalin, maka ia tidak akan diserang bakteri pembusuk yang


(21)

baru di permukaannya supaya ianya tahan terhadap serangan bakteri yang lain pada masa akan datang. (Kardono, 2006)

2.1.2 Efek samping formaldehida

Apabila kadar formaldehida di udara melebihi batas yang dibenarkan iaitu 0.1 ppm (parts per million) , sesetengah individu beresiko mengalami gejala seperti sensasi terbakar di mata, hidung dan di daerah tenggorokan. Selain itu ada juga individu yang merasa mual, pusing serta mengalami iritasi pada kulit apabila terdedah pada zat ini. Walaubagaimanapun, hal ini hanya terjadi pada individu – individu yang sensitif terhadap zat kimia formaldehida. ( National Cancer Institute, 2009)

Pada tahun 1980, suatu penelitian telah diajalankan menunjukkan tikus yang terpapar dengan formaldehida menderita penyakit kanker. Penemuan ini menimbulkan persoalan apakah paparan terhadap formaldehida boleh menyebabkan terjadinya kanker pada manusia. Pada tahun 1987, U.S Environmental Protection Agency (EPA) telah mengklasifikasikan formaldehida sebagai zat karsinogen pada manusia. Selain itu , The International for Research on Cancer (IARC) turut mengklasifikasikan formaldehida sebagai zat karsinogen pada manusia. ( National Cancer Institute , 2009)

2.1.3 Destilasi formaldehida

Destilasi adalah proses pemanasan suatu larutan hingga ia mendidih dan uap panas yang terhasil akan dikumpul dan didinginkan menjadi suatu larutan baru. Menurut hukum Raoult, sekiranya zat terlarut tidak dapat meruap, tekanan uap pada larutan itu mestilah lebih rendah dari pelarutnya. Takat didih suatu komponen dapat ditentukan melalui teknik destilasi dan sifat fisik ini amat penting dalam aplikasi teknik destilasi iaitu mengasingkan suatu komponen dari komponen yang lain berdasarkan perbedaan takat didih diantara komponen tersebut. ( Chang, 2007)


(22)

destilasi terdiri dari berbagai jenis seperti destilasi ringkas yang sering digunakan di laboratorium kecil, destilasi fraksi yang menggunakan tabung fraksi dan destilasi vakum untuk kompaun yang mempunyai takat didih yang sangat tinggi. (Helmenstine, 2010)

2.1.4 Reaksi Schiff terhadap amylum

Salah satu aplikasi penting reagensia Schiff adalah reaksi pewarnaan asam Schiff berkala atau juga dikenali sebagai “periodic acid Schiff reaction”. Ini adalah suatu teknik yang digunakan untuk mendeteksi karbohidrat dalam sel tisu. Asam periodik seperti asam iodik digunakan bagi mengoksidasi sebagian karbohidrat yang terdapat pada tisu. Ini akan menghasilkan gugus aldehid yang akan tersejat bersama reagensia Schiff dan menghasilkan warna merah terang yang menunjukkan komponen pada tisu yang mengandungi karbohidrat. (Kiernan, 1999)

Reaksi pewarnaan asam Schiff berkala adalah suatu tes laboratorik yang sangat ringkas. Pertama sekali, sampel tisu haruslah dicuci dengan bersih seterusnya diberikan asam iodik dan dibiarkan selama 10 hingga 30 menit. Kemudian sampel tisu dicuci bagi menghilangkan sisa asam iodik dan diberikan reagensia Schiff lalu dibiarkan selama 10 hingga 30 menit. Selanjutnya, sampel tisu itu sekali lagi dicuci dengan air bersih bagi menghilangkan sisa reagensia Schiff. Bagian yang mengandung karbohidrat akan terlihat berwarna merah jambu. Selain itu, intensitas warna yang terhasil dipengaruhi oleh lamanya masa diberikan reagensai Schiff. (Kiernan, 1999)

2.1.5 Tes deteksi formaldehida

Formaldehida yang merupakan suatu senyawa aldehida dapat dideteksi dengan menggunakan reagensia Schiff , iaitu larutan pararosanilin yang telah


(23)

uji kedua berisi 1 ml ethanol dan 0,3 formaldehida. Hasil positif terhadap aldehida ditandai dengan perubahan warna pada larutan iaitu daripada tidak berwarna kepada warna ungu kemerahan. Eksperimen menunjukkan terdapatnya perubahan warna pada kedua-dua tabung reaksi yang berisi zat aldehida. (Keush, 2003)

2.1.6 Hubungan formaldehida dengan kanker

Sejak tahun 1980, institusi kanker nasional di Amerika telah menjalankan beberapa siri penelitian untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara paparan terhadap zat formaldehida dengan resiko seseorang untuk mendapatkan kanker. (National Cancer Institue, 2009)

Beberapa survey yang dijalankan oleh NCI terhadap beberapa individu yang bekerja dalam profesi yang mempunyai resiko terpapar zat formaldehida seperti ahli anatomi dan ahli mengawet mayat. Hasilnya menunjukkan individu – individu tersebut lebih cenderung menderita penyakit seperti leukemia terutamanya leukemia tipe mieloid berbanding orang lain. Namun begitu kadar formaldehida yang dipaparkan tidak diklasifikasikan dalam penelitian. Suatu penelitian case- control yang dilakukan oleh penyelidik dari NCI terhadap ahli mengawet mayat yang sering terpapar dengan zat formaldehida mendapati ada hubungan dengan paparan terhadap formaldehida dalam tempoh yang lama dengan kematian akibat leukemia, terutamanya leukemia tipe mieloid. Penyelidikan ini telah dilakukan terhadap para pekerja industri pengebumian dari tahun 1960 hingga 1986. Para penyelidik telah membandingkan para karyawan yang meninggal dunia karena kanker hematopoesis, tumor otak dan atas sebab-sebab lain. Hasil analisa menunjukkan para karyawan yang sering melakukan pengawetan mayat dan yang paling sering terpapar dengan zat formaldehida mempunyai resiko yang tinggi untuk mendapat leukemia tipe mieloid. (National Cancer Institute, 2009)

Selain itu, suatu penelitian jenis cohort telah dilakukan oleh penyelidik NCI terhadap 25619 karyawan di industri – industri yang berisiko terhadap paparan formalin di tempat kerja. Hasil daripada penelitian tersebut mendapati


(24)

mieloid di kalangan pekerja. Peningkatan resiko ini berhubungan dengan peningkatan kadar paparan serta jangka masa terhadap paparan. Namun begitu tidak ditemukan hubungan antara resiko kanker dengan paparan secara kumulatif. Penelitian ini kemudiannya dilanjutkan untuk selama 10 tahun terhadap pekerja yang sama dan hasilnya juga menunjukkan adanya hubungan antara insidensi kanker terutama leukemia tipe mieloid dengan paparan terhadap zat formaldehida. (National Cancer Institue, 2009)

Formaldehida akan mengalami perubahan kimiawi yang cepat selepas diabsorbsi. Oleh yang demikian, segelintir saintis berpendapat bahwa formaldehida jarang sekali akan menimbulkan efek yang buruk pada organ – organ selain saluran pernapasan atas. Namun begitu ada beberapa penelitian di laboratorium menunjukkan formaldehida dapat memberikan efek yang negatif terhadap sistem limfatik dan hematopoetik. (National Cancer Institue, 2009)

Berdasarkan dari kedua jenis penelitian cohort dan case control dan data serta eksperimen laboratorium, para penyelidik dari NCI telah menyimpulkan bahwa formaldehida berkemungkinan dapat mengakibatkan leukemia terutama leukemia tipe mieloid pada manusia. (National Cancer Institue, 2009)

2.2. Leukemia Tipe Mieloid

2.2.1 Acute Myeloid Leukemia (AML)

Leukemia mieloid adalah penyakit golongan heterogenus yang ditandai dengan infiltrasi pada sel darah, sumsum tulang dan jaringan lain oleh sel–sel neoplastik sistem hematopoesis. Leukemia jenis ini mempunyai spektrum malignan yang luas sekiranya tidak mendapatkan rawatan. Penyakit ini boleh saja berkembang dengan cepat dan sangat membahayakan namun begitu ia juga boleh berkembang secara perlahan. (Kasper et al, 2005)


(25)

Herideter, radiasi, zat kimiawi, paparan zat kimiawi berlebihan di tempat kerja serta beberapa jenis obat – obatan dikatakan memberi kesan terhadap pembentukan AML . Namun begitu, masih tiada bukti yang kukuh menyatakan virus adalah salah satu penyebab penyakit ini. (Kasper et al, 2005)

Selain itu, insiden penyakit leukemia mieloid pada korban bom atom di Jepang meningkat kira-kira 5 hingga 7 tahun setelah pengeboman tersebut. (Dennis et al, 2005)

Paparan terhadap zat kimiawi benzene yang digunakan sebagai zat pelarut dalam industri juga ada menunjukkan hubungannya dengan peningkatan resiko AML. Selain itu bahan –bahan karsinogen lain seperti rokok, formaldehida juga dilihat mempunyai hubungan dengan meningkatnya resiko AML. (Kasper et al, 2005)

Patogenesis utama bagi penyakit leukemia mieloblastik akut adalah adanya blockade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel myeloid terhenti pada sel-sel muda (blast) akibat terjadinya akumulasi blast di sumsum tulang. Hal ini akan menyebabkan sistem hematoposesis normal terganggu dan seterusnya akan mengakibatkan sindroma kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan adanya gejala anemia, lekopenia dan trombositopenia pada penderita. Selain itu, sel-sel blast yang terhasil mampu untuk bermigrasi keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem saraf pusat seterusnya merusak organ-organ tersebut. (Kurnianda, 2006)

Pasien dengan AML sering mengalami gejala non spesifik dan bermula secara berperingkat dan biasanya merupakan akibat dari anemia, leukositosis, lekopenia, atau trombositopenia. Lebih dari 50 % pasien menderita gejala non spesifik kira –kira ≥ 3 bulan sebelum leukemia di diagnosa. (Kasper et al, 2005)

Sebagian dari penderita menderita kelelahan sebagai gejala pertama. Anorexia dan penurunan berat badan sangat umum pada penderita. Selain itu lebih kurang 10% pasien mengalami demam dengan atau tanpa infeksi sebagai gejala pertama mereka. Tanda –tanda menunjukkan ada gangguan hemostasis seperti


(26)

Selain itu, kadang kala turut ditemukan nyeri tulang, limfadenopati, pusing dan batuk sebagai gejala penyerta. (Kasper et al, 2005)

Selain itu turut ditemukan adanya pembesaran pada kelenjar getah bening serta limfa. Hal ini juga mengakibatkan rasa tidak nyaman di abdomen akibat adanya pembesaran hati dan limfa. Pasien juga turut mengalami gejala hematuria. (Goldman L, 2007)

2.2.2 Chronic Myeloid Leukemia (CML)

Chronic Myeloid Leukemia (CML) adalah gangguan mieloproliferasi yang ditandai dengan peningkatan proliferasi sel granulosit tanpa mengganggu ia berdiferensiasi. Akibatnya pada pemeriksaan darah tepi didapati adanya peningkatan sel granulosit, penujuk yang tidak matang dan sel blast. (Besa, 2010)

Penyakit ini merupakan suatu abnormalitas dapat yang melibatkan sel stem hematopoetik. Ia disifatkan dengan aberasi sitogenetik meliputi transklokasi diantara lengan panjang kromosom 22 dan 9. Proses translokasi tersebut mengakibatkan kromosom 22 memendek. Hal ini pertama kali ditemukan oleh Nowell dan Hungerford dan seterusnya menamakan ia kromosom Philadelpia (Ph) sempena nama tempat ia ditemukan. (Besa, 2010)

Translokasi ini merelokasikan suatu onkogen yang dikenali sebagai abl dari lengan panjang kromosom 9 ke lengan panjang kromosom 22 iaitu di daerah gen BCR. Hal ini menyebabkan penggabungan gen BCR/ABL seterusnya mengkode suatu protein yang mempunyai aktivitas tyrosine kinase yagn kuat. Ekspresi protein ini menjurus ke arah pembentukan fenotip leukemia mieloblastik kronik melalui proses yang masih belum difahami sepenuhnya. (Besa, 2010)

Masih tidak ditemukan korelasi penyakit ini dengan paparan terhadap obat sitotoksik. Selain itu etiologi virus juga masih belum ditemukan. Tabiat merokok didapati dapat mempercepatkan progressi penyakit ini. Selain itu radiasi dosis


(27)

dederitai oleh laki-laki berbanding wanita. Lazimnya, penyakit ini berjalan perlahan. Pada stadium pertama dari CML, kebanyakan orang tidak mempunyai gejala kanker, Ketika gejala tersebut timbul, penderita mungkin berasa lelah, demam, kehilangan nafsu makan dan berkeringat malam. Selain itu, turut ditemukan adanya pembengkakan limfa. (Kasper et al , 2005)


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Bahaya penggunaan formalin:

• Leukemia myeloid akut

• Leukemia myeloid kronik

Kegunaan formalin • Bahan pengawet

mayat

• Agen sterilisasi • Pengeras lapisan

gelatin dan kertas Faktor – faktor

• Tempat bakso diperoleh • (*)Komposisi

dan Teknik pengolahan bakso

Tes deteksi formalin • Positif Perubahan warna • Negatif Tiada perubahan warna Formalin


(29)

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Bakso

Bakso yang diteliti adalah bakso daging sapi yang dibeli di beberapa pasar di kota Medan. Kesemua daging bakso yang akan diuji haruslah ditimbang beratnya dengan alat timbangan elektronik dan hanya 5 gram sahaja yang diambil untuk dilakukan tes deteksi formalin.

3.2.2 Tes Deteksi Formalin

Tes deteksi formalin akan dilakukan terhadap bakso daging sapi yang diperoleh dengan menggunakan metode Schiff. Melalui metode ini, bakso tersebut terlebih dahulu haruslah ditimbang dan digilis hingga halus dengan menggunakan mortar. Bakso yang sudah digilis dicampurkan dengan 2.5 ml asam fosfat 10% dan 50 ml aquadest kemudian didestilasi dengan perlahan. Destilat ditampung dan 1 µ l dari destilat diambil dan dimasukkan dalam tabung reaksi yang sudah terisi 1 µ l reagensia Schiff. Sekiranya terdeteksi komponen aldehida di dalam tabung reaksi, perubahan warna dari tidak berwarna kepada warna lembayung dapat diperhatikan.


(30)

BAB 4

METODE PENILITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah berbentuk uji laboratorik.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2010 di 11 buah pasar tradisional di kota Medan. Sementara itu ujian deteksi formalin akan dilakukan di laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran USU.

4.3 Populasi dan Sampel Penilitian

Populasi yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah 11 buah pasar tradisional di kota Medan. Pasar – pasar yang dijadikan tempat pemgambilan sampel adalah Pasar Sentral, Pasar Petisah, Pasar Halat, Pasar Sukaramai, Pasar Aksara, Pasar Simalingkar, Pasar Kwala Bekala, Pasar Titi Kuning , Pasar Gelugur, Pasar Muara Takus dan Pasar Sambas.

Oleh karena populasinya yang cukup besar serta keterbatasan tenaga, waktu dan dana maka pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling, dimana hanya satu sampel sahaja yang akan diambil di setiap pasar kecuali di pasar-pasar besar akan diambil 2 sampel dari pengusaha yang berbeda. Oleh yang demikian terdapat 13 biji bakso yang digunakan sebagai sampel.

4.4 Alat dan Bahan 4.4.1 Alat


(31)

5. Mortar

4.4.2 Bahan 1. Reagensia Schiff 2. Aquadest

3. Asam fosfat 10% 4. Formalin 40%

5. Sediaan dari bakso sapi 6. Daging sapi

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Asam fosfat 10% dihasilkan dari asam fosfat 85% melalui teknik pengenceran dengan menggunakan rumus :

V1d1 = V2d2

*anggap volume asam fosfat 10% yang akan dihasilkan adalah sebanyak 20ml

V1(85) = 20(10) V1(85) = 200 V1 = 200/85 V1 = 2.35 ml 20ml – 2.35ml = 17.65 ml

Jadi 17.65 ml aquadest harus ditambahkan pada 2.35 ml asam fosfat 85% untuk menghasilkan 20ml asam fosfat 10%.

Metode deteksi formalin yang dilaksanakan pada penelitian ini lebih baik yang direncanakan dalam proposal, karena sampel yang digunakan mengandung amylum yang memberi reaksi false positif. Karena itu,digunakan destilasi air terhadap sampel dan destilatlah yang diuji.

Seterusnya, bakso yang dijadikan sampel ditimbang dengan menggunakan alat timbangan elektronik dan hanya 5 gram sahaja yang diambil untuk diuji.


(32)

telah digiling dicampurkan dengan 50 ml aquadest dan 2.5 ml larutan asam fosfat 10%. Larutan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl dan didestilasi. Semasa proses destilasi, larutan sampel haruslah dipanaskan bagi mengelakkan ia dari melimpah ke dalam kondenser dan seterusnya mengganggu hasil destilasi.

Bagi peneliti berikutnya, disarankan agar melakukan prosedur tes dengan cermat untuk menghindari terjadinya “false positif”. Selain itu, kesemua alat haruslah dibersihkan dengan sebaik mungkin setelah setiap kali digunakan bagi mengelakkan kontaminasi.

Hasil destilasi ditampung dan 1ml destilat diambil dengan mikropipet dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah terisi 1ml reagensia Schiff. Perubahan warna pada tabung reaksi diperhatikan seperti berikut:

Tabel 4.1. Perubahan warna terhadap hasil tes

Hasil tes Perubahan warna yang

diperhatikan Positif Formalin Tiada warna  lembayung Negatif Formalin Tiada perubahan warna diperhatikan

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data penelitian iaitu hasil tes keberadaan zat formalin dalam setiap sampel dicatat ke dalam sebuah tabel dan seterusnya dianalisa untuk mengetahui apakah masih ada pengusaha yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet bakso dan dari mana sampel tersebut diperoleh.


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium secara potong lintang (cross sectional) untuk mendeteksi formalin dalam bakso sapi yang diperoleh dari bakso daging sapi yang terdapat di pasar-pasar tradisional kota Medan. Bakso – bakso yang diperoleh telah di ekstrak dan di uji di Laboratorium Biokimia FK USU dan Laboratorium Terpadu FK USU dengan reagensia Schiff untuk mendapatkan hasil. Hasil dari penelitian dapat disajikan seperti berikut:

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah di sekitar kota Medan yaitu sampel –sampel bakso daging sapi telah diambil dari 13 buah pasar tradisional di kota Medan yang telah dijelaskan (disenaraikan) oleh Dinas Pasar Kota Medan, seperti berikut :

1) Pasar Sentral A Pasar Sentral B 2) Pasar Petisah A

Pasar Petisah B 3) Pasar Halat 4) Pasar Sukaramai 5) Pasar Aksara 6) Pasar Simalingkar 7) Pasar Kwala Bekala 8) Pasar Titi Kuning 9) Pasar Gelugur 10) Pasar Muara Takus


(34)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang digunakan adalah bakso daging sapi yang diperoleh dari 11 pasar tradisional di kota Medan pada waktu pagi yaitu dari jam 0600 – 0800 WIB . Sampel kemudiannya di timbang dengan alat timbangan elektronik dan hanya 5 gram dari setiap sampel telah diambil untuk dilakukan pemeriksaan.

5.1.3 Hasil Analisa

Sebanyak 13 sampel dari 11 buah pasar yang telah diuji dengan reagensia Schiff telah dilihat perubahan warna yang terjadi dan hasilnya adalah seperti berikut :

Tabel 5.1. Hasil penelitian

No. Sampel Hasil

1 Pasar Sentral (A) Negatif

2 Pasar Sentral (B) Negatif

3 Pasar Petisah (A) Negatif

4 Pasar Petisah (B) Negatif

5 Pasar Halat Negatif

6 Pasar Sukaramai Negatif

7 Pasar Aksara Negatif

8 Pasar Simalingkar Negatif

9 Pasar Kwala Bekala Negatif

10 Pasar Titi Kuning Negatif

11 Pasar Gelugur Negatif

12 Pasar Muara Takus Negatif


(35)

Gambar 1: Hasil tes yang negatif

Oleh karena semua hasil negatif, maka dibuat kontrol positif yang terdiri dari bakso yang dihasilkan sendiri dengan menggunakan daging sapi segar, tepung tapioka dan sedikit merica, seterusnya ditambah formalin pada volume yang berbeda untuk setiap biji bakso yang dihasilkan. Volume formalin yang ditambahkan pada bakso adalah 5µ l, 10µ l, 20µ l dan 50µ l. Hasil yang telah diperoleh mendapati kesemua sampel menghasilkan warna lembayung apabila diuji dengan reagensia Schiff. Selain itu, kadar perubahan warna turut

diperhatikan dan didapati kadar perubahan warna reagensia Schiff semakin cepat dengan peningkatan kadar formalin pada sampel.

Gambar 2: Hasil tes pada kontrol positif


(36)

5.2 Pembahasan

Bakso merupakan makanan olahan daripada sapi, ayam mahupun ikan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandungi gizi yang penting seperti protein dan karbohidrat. Walaupun mempunyai kelebihan dari kandungan gizinya, bakso juga mudah rusak karena terpapar pada kondisi yang panas dan lembab serta penyimpanan dan pengolahannya yang tidak terjamin kebersihannya. Oleh yang demikian, bagi memperpanjangkan masa simpan, didapati ada pengusaha yang menambahkan bahan pengawet yang tidak diizinkan seperti boraks dan formalin. Bahan pengawet sememangnya dibutuhkan untuk menghalang pertumbuhan mikrooganisme dan mengekalkkan kualitas namun harus tetap mempertimbangkan keamanan dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet sebenarnya sudah dilarang oleh Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999 ( Anonim, 1999).

Selain bakso, terdapat banyak makanan pangan yang lain didapati berformalin. Berdasarkan laporan BPOM tahun 2002, dari 29 sampel mie basah yang dijual di pasar dan took swalayan Jawa Barat, ditemukan 2 sampel ( 6.9 % ) mengandung boraks, 1 sampel ( 3,45 % ) mengandung formalin, sedangkan 22 sampel ( 75,8% ) mengandung formalin dan boraks . Hanya 4 sampel yang dinyatakan aman dari formalin dan boraks. Selain itu makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin dan ikan segar. Walaubagaimanapun, perlu diingat bahawa tidak semua produk pangan mengadung formalin.

Formalin yang ada pada bakso sapi boleh dipisahkan untuk dideteksi melalui teknik destilasi. Teknik destilasi adalah proses pemanasan suatu larutan,


(37)

rendah daripada larutan tersebut dalam keadaan murni (Chang, 2007). Komponen – komponen dari suatu larutan dapat dipisahkan karena setiap komponen ini mempunyai takat didih yang berbeda. Selain itu, asam fosfat digunakan semasa proses destilasi bagi memutuskan ikatan silang yang terbentuk diantara formaldehida dengan gugus asam amino seperti arginine yang ada pada sampel (W.R Middlebrook , 1948).

Prinsip deteksi formalin dilakukan dengan mendeteksi gugus aldehida pada formalin iaitu dengan menggunakan reagensia Schiff .Reagensia Schiff adalah suatu larutan yang terdiri dari campuran pararosanilin dan asam sulfurik yang mengganggu sistem kromofornya menyebabkan ia tidak berwarna. Reaksi Schiff terhadap senyawa aldehida ditandai dengan terjadinya reaksi kimiawi yang mengubah warna reagensia Schiff daripada tidak berwarna kepada warna lembayung. Hal ini berlaku akibat pengaktifan semula gugus kromofor dan seterusnya mengakibatkan perubahan warna. Reaksi Schiff dimulai dengan pembentukan karbinolamin akibat reaksinya terhadap aldehida . Kemudian, karbinolamin di hidrasi untuk membentuk gugus diimine iaitu komponen kimiawi yang mengandungi “carbon nitrogen double bond” . Diamin bereaksi dengan asam untuk menghasilkan kation yang stabil ( Keush , 2003).


(38)

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil eksperimen, tiada perubahan warna yang diperhatikan dari kesemua destilat sampel. Ini menunjukkan tiada gugus aldehida yang bereaksi dengan reagensia Schiff yang seterusnya menghasilkan warna lembayung. Oleh yang demikian, bakso daging sapi yang dijual di pasar-pasar kota Medan bebas dari formalin.

6.2 Saran

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini boleh ditingkatkan dan kawasan penelitian juga harus diperluaskan bagi memberikan hasil yang lebih akurat. Selain itu penelitian haruslah dilakukan dalam tempoh yang panjang bagi mendapat hasil yang benar – benar meyakinkan.

Selain itu sampel juga haruslah diperoleh daripada pedagang –pedagang bakso dipinggir jalan karena ada kemungkinan ditemukan formalin didalamnya.

Selain bakso, makanan lain yang sering diawet dengan formalin adalah tahu, mie basah boleh dijadikan sampel untuk penelitian yang akan datang.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Besa, Emmanuel C., 2010. Chronic Myelogenous Leukemia. Available from : 2010]

Chang, Raymond., 2007. Chemistry. 9th ed. USA : Mc Graw Hill International Goldman L, Ausiello D., 2007. Cecil Textbook of Medicine. 23rd ed. USA: Saunders Elselvier.

Helmenstine, Anne Marie., 2010. What is distillation. Available from :

Imron TA, Moch., Munif, Amirul., 2010. Metodologi Penelitian Bidang

Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto.

Kardono, Leonardus Broto., 2006. Formalin Bukan Formalitas. Buletin CP. 73(7) : 1-3

Kasper, Dennis L., Fauci, Anthony S., Longo, Dan L., Braunwald, Eugene., Hauser, Stepehen L., Jameson, J. Larry., 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA : Mc Graw Hill Companies, Inc. Keush, Peter., 2003. Test for Aldehyde – Schiff’s Reagent. Available from :

Kiernan. J.A.,1999. Histological and histochemical methods : Theory and practice, 3rd ed. Butterworth Heinemann, Oxford, UK.

Kurnianda, Johan., 2006. Leukemia Mieloblastik Akut. Dalam: Sudoyo, Aru W., eds. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Middlebrook, W.R., 1948. Combination of formaldehyde and protein : Wool Industries Research Association. Available from:


(41)

11 April 2010]

Seiter, Karen., 2009. Acute Myelogenous Leukemia. Available from :

2010]

Stedman’s Medical Dictionary for the Health Professions & Nursing, 2006. 5th ed. : Lippincot Williams & Wilkins.


(42)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Muhammad Faiz Bin Zulkifli

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : Kuala Lumpur, Malaysia / 6 Agustus 1988

AGAMA : Islam

ALAMAT : 42, Jalan Hilir 2, Taman Ampang Hilir, 55100 Kuala Lumpur, Malaysia

RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. SK. Taman Nirwana (1995-2000) 2. SM Sains Kuala Selangor (2001-2005) 3. Allianze College of Medical Sciences (2006) 4. Universitas Sumatera Utara (2007-sekarang)

RIWAYAT PERLATIHAN :

RIWAYAT ORGANISASI :

Ahli Pewakilan Mahsiswa Universitas Sumatera Utara (PMUSU) Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Tahun 2009 FK USU Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Tahun 2009 PMUSU


(1)

rendah daripada larutan tersebut dalam keadaan murni (Chang, 2007). Komponen – komponen dari suatu larutan dapat dipisahkan karena setiap komponen ini mempunyai takat didih yang berbeda. Selain itu, asam fosfat digunakan semasa proses destilasi bagi memutuskan ikatan silang yang terbentuk diantara formaldehida dengan gugus asam amino seperti arginine yang ada pada sampel (W.R Middlebrook , 1948).

Prinsip deteksi formalin dilakukan dengan mendeteksi gugus aldehida pada formalin iaitu dengan menggunakan reagensia Schiff .Reagensia Schiff adalah suatu larutan yang terdiri dari campuran pararosanilin dan asam sulfurik yang mengganggu sistem kromofornya menyebabkan ia tidak berwarna. Reaksi Schiff terhadap senyawa aldehida ditandai dengan terjadinya reaksi kimiawi yang mengubah warna reagensia Schiff daripada tidak berwarna kepada warna lembayung. Hal ini berlaku akibat pengaktifan semula gugus kromofor dan seterusnya mengakibatkan perubahan warna. Reaksi Schiff dimulai dengan pembentukan karbinolamin akibat reaksinya terhadap aldehida . Kemudian, karbinolamin di hidrasi untuk membentuk gugus diimine iaitu komponen kimiawi yang mengandungi “carbon nitrogen double bond” . Diamin bereaksi dengan asam untuk menghasilkan kation yang stabil ( Keush , 2003).


(2)

(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil eksperimen, tiada perubahan warna yang diperhatikan dari kesemua destilat sampel. Ini menunjukkan tiada gugus aldehida yang bereaksi dengan reagensia Schiff yang seterusnya menghasilkan warna lembayung. Oleh yang demikian, bakso daging sapi yang dijual di pasar-pasar kota Medan bebas dari formalin.

6.2 Saran

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini boleh ditingkatkan dan kawasan penelitian juga harus diperluaskan bagi memberikan hasil yang lebih akurat. Selain itu penelitian haruslah dilakukan dalam tempoh yang panjang bagi mendapat hasil yang benar – benar meyakinkan.

Selain itu sampel juga haruslah diperoleh daripada pedagang –pedagang bakso dipinggir jalan karena ada kemungkinan ditemukan formalin didalamnya.

Selain bakso, makanan lain yang sering diawet dengan formalin adalah tahu, mie basah boleh dijadikan sampel untuk penelitian yang akan datang.


(4)

Besa, Emmanuel C., 2010. Chronic Myelogenous Leukemia. Available from :

2010]

Chang, Raymond., 2007. Chemistry. 9th ed. USA : Mc Graw Hill International Goldman L, Ausiello D., 2007. Cecil Textbook of Medicine. 23rd ed. USA: Saunders Elselvier.

Helmenstine, Anne Marie., 2010. What is distillation. Available from :

Imron TA, Moch., Munif, Amirul., 2010. Metodologi Penelitian Bidang

Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto.

Kardono, Leonardus Broto., 2006. Formalin Bukan Formalitas. Buletin CP. 73(7) : 1-3

Kasper, Dennis L., Fauci, Anthony S., Longo, Dan L., Braunwald, Eugene., Hauser, Stepehen L., Jameson, J. Larry., 2005. Harrison’s Principles of

Internal Medicine. 16th ed. USA : Mc Graw Hill Companies, Inc. Keush, Peter., 2003. Test for Aldehyde – Schiff’s Reagent. Available from :

Kiernan. J.A.,1999. Histological and histochemical methods : Theory and practice, 3rd ed. Butterworth Heinemann, Oxford, UK.

Kurnianda, Johan., 2006. Leukemia Mieloblastik Akut. Dalam: Sudoyo, Aru W., eds. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Middlebrook, W.R., 1948. Combination of formaldehyde and protein : Wool Industries Research Association. Available from:


(5)

11 April 2010]

Seiter, Karen., 2009. Acute Myelogenous Leukemia. Available from :

2010]

Stedman’s Medical Dictionary for the Health Professions & Nursing, 2006. 5th ed. : Lippincot Williams & Wilkins.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Muhammad Faiz Bin Zulkifli

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : Kuala Lumpur, Malaysia / 6 Agustus 1988

AGAMA : Islam

ALAMAT : 42, Jalan Hilir 2, Taman Ampang Hilir, 55100 Kuala Lumpur, Malaysia

RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. SK. Taman Nirwana (1995-2000) 2. SM Sains Kuala Selangor (2001-2005) 3. Allianze College of Medical Sciences (2006) 4. Universitas Sumatera Utara (2007-sekarang)

RIWAYAT PERLATIHAN :

RIWAYAT ORGANISASI :

Ahli Pewakilan Mahsiswa Universitas Sumatera Utara (PMUSU) Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Tahun 2009 FK USU Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Tahun 2009 PMUSU