2.3 Persyaratan Air Minum
Menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum adalah aman, higenis, dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para
pemakai air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitasnya Joko, 2010. Air minum adalah, air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan
yang dapat diminum. Sedangkan KEPMENKES RI No 17 MENKES VII 2002, mengartikan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Standar kualitas air minum yang digunakan diatur oleh Pemerintah
melalui PERMENKES No 416 MENKES PER IX 1990 antara lain : a.
Tidak berbau dan tidak berasa b.
Kekeruhan tidak lebih dari skala 5 NTU c.
pH antara 6,5-8,5 d.
Besi sebagai Fe 0,3 mg lt e.
Mangan sebagai Mn 0,1 mg lt f.
Zat organik sebagai KMnO4 10 mg lt g.
Bebas bakteri indikator penyakit yang disebarkan Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan,
juga harus menarik rasa dan baunya.Dalam perencanaanpelaksanaan fasilitas penyediaan air minum sumber, waduk, jaringan distribusi harus bebas dari
kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan SK Menkes RI No. 907MenkesSKVII2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air
minum pada lampiran I persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut :
a. Persyaratan Fisika
Air tidak boleh bewarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau, suhu air hendaknya di bawah sela udara sejuk± 25ºC, air harus jernih
b. Persyaratan Bakteriologis Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E. Coli atau
Fecal Coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh air minum, air yang masuk system distribusi,
dan air pada sistem distribusi. c. Persyaratan Kimiawi
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat – zat mineral atau zat – zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan Joko,
2010.
2.4 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini
tidak pernah terdapat dalam bentuk murn, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang
terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti karbondioksida,
oksigen dan nitrogen serta bahan-bahan tersuspensi lainya seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer Kristanto, 2002.
Berdasarkan keputusan menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup no 02MENKLH1998 yang dimaksud pencemaran adalah masuknya atau