Pengaruh Kadar Mangan dan Besi terhadap Turbidity pada Air Baku, Air Reservoir, dan Air Konsumen menggunakan metode Spektrofotometri

(1)

PENGARUH KADAR MANGAN dan BESI TERHADAP TURBIDITY PADA AIR BAKU, AIR RESERVOIR, dan AIR KONSUMEN

MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH :

KARMILA BR. SURBAKTI NIM : 122410115

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala berkat dan karunia-NYA yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan judul ”Pengaruh Kadar Mangan dan Besi terhadap Turbidity pada Air Baku, Air Reservoir, dan Air Konsumen menggunakan metode Spektrofotometri”

Penulisan Tugas Akhir (TA) ini di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir (TA) ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh di Laboratorium Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtana di Hamparan Perak.

Dalam penyusunanTugas Akhir (TA) ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasehat serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak atas bimbingannya dan bantuannya terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi., M.App.Sc., Apt. Selaku Koordinator Program DIII Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah


(4)

5. Bapak Ir. H. Zulham Ali Nasution selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Hamparan Perak yang telah menyediakan tempat kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

6. Bapak M.Taufik, ST. Selaku Kepala Bagian Pengolahan yang telah banyak membimbing kami selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di PDAM Hamparan Perak.

7. Bapak Rivai Edward Sebayang, ST selaku pembimbing di laboratorium PDAM di Hamparan Perak

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan material dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir (TA) ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempunaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir (TA) ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukannya.

Medan, Mei 2015

Karmila Br.Surbakti NIM 122410115


(5)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kadar logam besi dan mangan yang terkandung didalam air baku, air reservoir dan air konsumen dengan turbidity yang berbeda menggunakan metode spektrofotometri

b. Untuk mengetahui pengaruh kadar logam mangan dan besi terhadap turbidity pada air baku, air reservoir dan air konsumen terhadap air konsumen

1.2.2 Manfaat Percobaan

Penulis ingin memberikan informasi pengaruh kadar logam mangan dan besi nterhadap kekeruhan dan mengetahui batas besi dan mangan yang masi diperbolehkan terdapat didalam air sesuai dengan peraturan Permenkes No.492/MENKES/PER/2010 tentang syarat kualitas air minum.


(6)

Pengaruh Kadar Mangan dan Besi terhadap Turbidity pada Air Baku, Air Reservoir dan Air Konsumen menggunakan metode Spektrofotometri

ABSTRAK

Air Sungai Belawan telah mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Air ini digunakan sebagai air baku karena ketersediaannya yang cukup banyak dan dekat dengan Instalasi Pengolahan Air PDAM Hamparan Perak. Masalah utama dalam mengolah air sungai berhubungan dengan karakteristik spesifik yang dimilikinya yakni kualitas dari air tersebut belum memenuhi standar kualitas air untuk dikonsumsi. Peraturan Standart Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa kekeruhan air minum tidak boleh lebih dari 2 NTU.

Menurut Permenkes No. 492/ MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19 april tahun 2010 tentang persyaratan air minum kadar maksimal logam besi yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/l, sedangkan kadar maksimal logam mangan yang diperbolehkan adalah 0,4 mg/l.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar mangan dan besi terhadap turbidity pada air baku, air reservoir, dan air konsumen dengan menggunakan metode spektrofotometri.

Hasil penelitian pada air baku dengan kekeruhan 58,0 NTU diperoleh kadar besi=1,55mg/l dan kadar mangan=0,104 mg/l sedangkan pada kekeruhan 275 NTU diperoleh kadar besi=3,09 mg/l dan kadar mangan=0,164 mg/l.

Hasil penelitian pada air reservoir dengan kekeruhan 0,97 NTU diperoleh kadar besi=0,01 mg/l dan kadar mangan=0,012 mg/l sedangkan pada kekeruhan 1,81 NTU diperoleh kadar besi=0,19 mg/l dan kadar mangan=0,046 mg/l.

Hasil penelitian pada air konsumen dengan kekeruhan 1,04 NTU diperoleh kadar besi=0,07 mg/l dan kadar mangan=0,057 mg/l sedangkan pada kekeruhan 1,90 NTU diperoleh kadar besi=0,21 mg/l dan kadar mangan=0,014 mg/l.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kadar besi dan mangan mempengaruhi kekeruhan pada air sesuai dengan data yang diperoleh darihasil penelitian yaitu semakin tinggi kandungan kadar logam maka semakin tinggi kekeruhan pada air.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDU L ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.2.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.2.2 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengertian Air ... 4

2.2 Sumber-Sumber Air ... 5

2.3 Penggolongan Air ... 7

2.3.1 Penggolongan Air Menurut Peraturan Presiden No. 2 /1990 ... 7

2.3.2 Penggolongan Air Menurut PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/90 ... 8


(8)

2.4 Persyaratan Air Minum ... 9

2.5 Pencemaran Air ... 10

2.6 Logam Besi ... 11

2.7 Logam Mangan ... 13

2.8 Kekeruhan/ Turbidity ... 14

2.8 Metode Spektrofotometri ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Tempat dan Waktu ... 17

3.2 Alat ... 17

3.3 Bahan ... 17

3.4 Prosedur Penelitian ... 18

3.4.1 Prosedur Penetapan Kadar Besi ... 18

3.4.2 Penetapan Kadar Mangan ... 18

3.4.3 Pengukuran Turbidity/Kekeruhan ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil ... 21

4.2 Pembahasan ... 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 29


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Pengukuran Pengaruh Kadar Logam Besi Dan Mangan


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Pengaruh kekeruhan sampel air baku pada kadar logam besi

dan mangan ... 22 Gambar 4.2 Pengaruh kekeruhan sampel air reservoir pada kadar logam

besi dan mangan ... 22 Gambar 4.3 Pengaruh kekeruhan sampel air konsumen pada kadar logam


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Gambar Sampel ... 31 Lampiran 2 Alat-Alat ... 32 Lampiran 3 Bahan-Bahan ... 33 Lampiran 4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492

Tahun 2010 ... 35 Lampiran 5 Sasaran Mutu Instalasi Pengelola Air PDAM Tirtanadi


(12)

Pengaruh Kadar Mangan dan Besi terhadap Turbidity pada Air Baku, Air Reservoir dan Air Konsumen menggunakan metode Spektrofotometri

ABSTRAK

Air Sungai Belawan telah mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Air ini digunakan sebagai air baku karena ketersediaannya yang cukup banyak dan dekat dengan Instalasi Pengolahan Air PDAM Hamparan Perak. Masalah utama dalam mengolah air sungai berhubungan dengan karakteristik spesifik yang dimilikinya yakni kualitas dari air tersebut belum memenuhi standar kualitas air untuk dikonsumsi. Peraturan Standart Mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa kekeruhan air minum tidak boleh lebih dari 2 NTU.

Menurut Permenkes No. 492/ MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19 april tahun 2010 tentang persyaratan air minum kadar maksimal logam besi yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/l, sedangkan kadar maksimal logam mangan yang diperbolehkan adalah 0,4 mg/l.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar mangan dan besi terhadap turbidity pada air baku, air reservoir, dan air konsumen dengan menggunakan metode spektrofotometri.

Hasil penelitian pada air baku dengan kekeruhan 58,0 NTU diperoleh kadar besi=1,55mg/l dan kadar mangan=0,104 mg/l sedangkan pada kekeruhan 275 NTU diperoleh kadar besi=3,09 mg/l dan kadar mangan=0,164 mg/l.

Hasil penelitian pada air reservoir dengan kekeruhan 0,97 NTU diperoleh kadar besi=0,01 mg/l dan kadar mangan=0,012 mg/l sedangkan pada kekeruhan 1,81 NTU diperoleh kadar besi=0,19 mg/l dan kadar mangan=0,046 mg/l.

Hasil penelitian pada air konsumen dengan kekeruhan 1,04 NTU diperoleh kadar besi=0,07 mg/l dan kadar mangan=0,057 mg/l sedangkan pada kekeruhan 1,90 NTU diperoleh kadar besi=0,21 mg/l dan kadar mangan=0,014 mg/l.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kadar besi dan mangan mempengaruhi kekeruhan pada air sesuai dengan data yang diperoleh darihasil penelitian yaitu semakin tinggi kandungan kadar logam maka semakin tinggi kekeruhan pada air.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup yang lain. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan industri. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungan. Logam-logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah besi (Kanisius, 1992).

Logam berat seperti besi jika melebihi syarat yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 82 tanggal 14 desember tahun 2001 yaitu 0,3 mg/L dan Permenkes No. 492/ MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19 april tahun 2010 adalah 0,3 mg/L maka akan berdampak negative bagi lingkungan baik tumbuhan, hewan maupun manusia. Akibat dari logam besi ini jika melebihi ambang batas adalah pada manusia akan mengakibatkan kanker yang berujung kematian, sedangkan pada pipa proses pengolahan air bersih akan berakibat korosi sehingga dapat


(14)

dipastikan dapat mengganggu proses pengolahan air bersih padahal sudah jelas kita ketahui bahwa kita tidak bias terlepas dari air bersih.

Mangan didalam air dapat mempengaruhi rasa,air yang semula jernih tetapi lama kelamaan karena terkena udara menimbulkan kekeruhan (Hartomo, 1994).

Kekeruhan disebabkan adanya kandungan total suspended solid baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat organik yang berasal dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangannya. Kekeruhandalam air bersih tidak boleh lebih dari 5 NTU. Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain ditinjau dari segi estetika yang kurang baik juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sukar, hal ini disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat melindungi organism dari desinfektan (Joko, 2010).

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini pada air sungai PDAM TIRTANADI di Hamparan Perak, sehingga penulis memilih judul tentang ” Pengaruh Kadar Mangan dan Besi terhadap Turbidity pada Air Baku, Air Reservoir, dan Air Konsumen menggunakan metode Spektrofotometri”


(15)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

c. Untuk mengetahui kadar logam besi dan mangan yang terkandung didalam air baku, air reservoir dan air konsumen dengan turbidity yang berbeda menggunakan metode spektrofotometri

d. Untuk mengetahui pengaruh kadar logam mangan dan besi terhadap turbidity pada air baku, air reservoir dan air konsumen terhadap air konsumen

1.2.3 Manfaat Percobaan

Penulis ingin memberikan informasi pengaruh kadar logam mangan dan besi nterhadap kekeruhan dan mengetahui batas besi dan mangan yang masi diperbolehkan terdapat didalam air sesuai dengan peraturan Permenkes No.492/MENKES/PER/2010 tentang syarat kualitas air minum.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air merupakan kebutuhan dasar manusia, air dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup. Semakin banyak jumlah penduduk, pemanfaatan sumber daya air semakin meningkat. Ekplotasi sumber-sumber air yang berlebihan dengan tidak diimbang dengan perawatan terhadap sumber air akan mengakibatkan kelangkaan air. Ditambah lagi ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, melakukan penebangan pohon tanpa memperdulikan penghijauannya, pembangunan betonisasi yang mengurangi resapan air tanah, pembuangan sampah dan limbah industri ke sungai-sungai, akibatnya dewasa ini sumber air baku air bersih menjadi sangat langka (Rifai, 2007).

Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan bumi, merupakan komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan faktor penentu dalam pengaturan iklim dipermukaan bumi untuk kebutuhan manusia (Indarto, 2010).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai mcam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di indonesia (Sutrisno, 1996).


(17)

Susunan molekul air sangat sederhana. Dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. H-O-H atau ditulis dengan rumus molekul H2O. Air juga punya sifat yang unik yang memungkinkan berperan sebagai material yang universal. Salah satu sifat khusus air adalah sangat mudah berubah wujud. Air dapat dijumpai di planet bumi dalam tiga bentuk, yaitu padat, cair dan gas (Indarto, 2010).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh : penderita penyakit kolera (Sutrisno, 1996)

2.2 Sumber Sumber Air 2.2.1 Air Laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, sebagai terminal dari sungai, dan memiliki kadar garam yang tinggi dibandingkan dengan air daratan. Selain itu, air bukan hanya merupakan komponen terbesar dari pembentukan awan, melainkan juga lingkungan terbesar dari makhluk hidup bergantung pada air (Sitepoe, 1997).

Air laut tidak dapat langsung digunakan untuk keperluan rumah tangga karena harus melalui proses pengolahan dahulu. Pada saat ini negara-negara yang kekurangan air memanfaatkan air laut untuk keperlua rumah tangga melalui proses desalinasi (Sitepoe, 1997).


(18)

2.2.2 Es

Pada negara yang memiliki empat musim setiap tahun dijumpai musim salju sehingga permukaan bumi ditutupi oleh es atau terjadi hujan salju. Sebaliknya, es banyak dibuat untuk keperluan rumah tangga atau keperluan industri lain (Sitepoe, 1997).

2.2.3 Air Sungai

Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta limbah lainnya, termasuk campuran dari air hujan. Air sungai dipergunakan sebagai air irigasi, untuk industri, dan langsung dipakai sebagai keperluan rumah tangga atau dapat juga diolah terlebih dahulu, sebelum digunakan sebaai air untuk rumah tangga (Sitepoe, 1997).

Sebagian besar air hujan yang turun kepermukaan tanah, mengalir ketempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya barat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Menurut undang-undang persungaian mengenai air sungai adalah suatu daerah yang terdapat di dalamnya air yang mengalir secara terus menerus (Suyono, 1994).

Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Selain itu dapat digunakan juga untuk berjenis-jenis aspek seperti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata dan pengelolah air dan lain-lain (Suyono, 1983).


(19)

2.2.4 Mata Air

Mata air merupakan air tanah yang muncul ke permukaan bumi. Biasanya mata air langsung dipergunakan sebagai air minum atau air keperluan rumah tangga, atau sebagai sumber pembuatan air minum berupa reservoir atau dalam jumlah kecil-kecilan. Dibeberapa tempat mata air dipergunakan sebagai sumber air bagi kota-kota yang disimpan dalam reservoir (Sitepoe, 1997).

2.2.5 Air Tanah

Air tanah didapatkan melalui pengolahan. Air tanah dapat dipergunakan langsung sebagai air minum, keperluan rumah tangga lainnya, dan sebagai air idustri. Air tanah dapat dibedakan menjadi air celah dan air lapisan (Sitepoe, 1997).

2.2.6 Air Hujan

Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah tadah, dapat pula dipergunakan sebagai ar rumah tangga dengan cara menampung air hujan dan dipergunakan saat kekurangan air. Diperkirakan 40% dari air yang jatuh didaerah yang banyak tumbuh-tumbuhan akan menjadi aliran sungai, sedangkan sisanya ditahan didalam tanah atau oleh tumbuh-tumbuhan sebagai persediaan air. Jadi, tumbuh-tumbuhan merupakan faktor yang menentukan keseimbangan air didaratan (Sitepoe, 1997).

2.3 Penggolongan Air

2.3.1 Penggolongan air menurut Peraturan Presiden No. 2 /1990 :

Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu.


(20)

Golongan B : Air yang digunakan sebagai air baku air minum.

Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat

dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkittenaga listrik (Rivai, 2007).

2.3.2 Penggolongan air menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/90 :

a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang dan air pemandian umum.

b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

d. Air kolam renang adalah air didalam kolam renang yang digunakan untuk olahraga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

e. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian bagi umum (tidak temasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang) yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan (Rivai, 2007).


(21)

2.3 Persyaratan Air Minum

Menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum adalah aman, higenis, dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para pemakai air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitasnya (Joko, 2010).

Air minum adalah, air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan yang dapat diminum. Sedangkan KEPMENKES RI No 17 / MENKES / VII / 2002, mengartikan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Standar kualitas air minum yang digunakan diatur oleh Pemerintah melalui PERMENKES No 416 / MENKES / PER / IX / 1990 antara lain :

a. Tidak berbau dan tidak berasa

b. Kekeruhan tidak lebih dari skala 5 NTU c. pH antara 6,5-8,5

d. Besi sebagai Fe 0,3 mg / lt e. Mangan sebagai Mn 0,1 mg / lt

f. Zat organik sebagai KMnO4 10 mg / lt

g. Bebas bakteri indikator penyakit yang disebarkan

Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga harus menarik rasa dan baunya.Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum (sumber, waduk, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan SK Menkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum pada lampiran I persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut :


(22)

a. Persyaratan Fisika

Air tidak boleh bewarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau, suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk± 25ºC), air harus jernih (

b. Persyaratan Bakteriologis

Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E. Coli atau Fecal Coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh air minum, air yang masuk system distribusi, dan air pada sistem distribusi.

c. Persyaratan Kimiawi

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat – zat mineral atau zat – zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan ( Joko, 2010).

2.4 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murn, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti karbondioksida, oksigen dan nitrogen serta bahan-bahan tersuspensi lainya seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer (Kristanto, 2002). Berdasarkan keputusan menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup no 02/MENKLH/1998 yang dimaksud pencemaran adalah masuknya atau


(23)

dimasukkannya makluk hidup, zat energi dan komponen lain ke dalam air dan udara atau berubahnya tatanan atau komposisi air dan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas udara dan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Kristanto, 2002).

Demi pemenuhan kebutuhan air bersih, dicari sumber-sumber air untuk diolah.Salah satunya sumber air dari air permukaan (sungai).Sebelum air permukaan dijadikan sumber pengolahan air bersih, terlebih dulu air diperiksa secara fisika dan kimia untuk mengetahui kualitas dan kuantitas air tersebut.Selanjutnya dapat ditentukan metode pengolahan dan perencanaan instalasi pengolahan yang tepat (Rivai, 2007).

2.5 Logam besi

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan bumi. Pada air permukaan jarang ditemui kadar besi lebih besar dari 1 mg/L, tetapi di dalam air tanah kadar besi menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Zat besi merupakan suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang terpenting di dalam tubuh. Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan menghantarkan ke jaringan tubuh (Nainggolan, 2011).

Keberadaan besi dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi merah kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk lapisan seperti minyak. Beso merupakan logam yang menghambat proses desinfeksi.


(24)

Hal ini disebabkan karena daya pengikat klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat organik, juga digunakan untuk mengikat besi, akibatnya sisa klor menjadi lebih sedikit dan hal ini memerlukan desinfektan yang lebih banyak pada proses pengolahan air. Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu 0,3 mg/l, sedangkan untuk nilai ambang rasa pada kadar 2mg/l. Besi dalam tubuh dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin namun dalam dosis yang berlebihan dapat merusak dinding halus.

Besi merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26.Bilangan oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh 1.5380C, dan titik didih 2.8610 C. Fe menempati urutan sepuluh besar sebagai unsur bumi. Fe menyusun 5 – 5,6% dari kerak bumi dan menyusun 35% dari masa bumi. Fe menempati berbagai lapisan bumi.Konsentrasi tertinggi terdapat pada lapisan terluar kerak bumi.Beberapa tempat di bumi bisa mengandung Fe mencapai 70% (Widowati, 2008).

Pada umumnya besi yang ada dalam air dapat bersifat : a. Terlarut sebagai Fe2+ (Fero) atau Fe3+ (Feri)

b. Tersuspensi sebagai butir koloidal ( diameter < 1 µm ) atau lebih besar c. Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang inorganik

(seperti tanah liat) (Kusnaedi, 2006).

Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. Dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding


(25)

pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Zat besi merupakan suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh. Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan menghantarkannya ke jaringan tubuh (Susilawati, 2011).

Didalam air minum dijumpai valensi 2 atau 3. Dalam air minum pernah dijumpai kadar zat besi mencapai 1mg/l yang berasal dari air tanah, padahal normalnya didalam air minum kira-kira dibawah 0,3mg/l. Pada pH tertentu zat besi akan mengalami perubahan sehingga air minum akan terasa tidak enak dan warna air juga berubah konsumsi zat besi lebih banyak melalui makanan dibandingkan melalui minuman. Zat besi berfungsi sebagai komponen hemoglobin, enzim cytochrome dan enzim oksidasi- reduksi (Sitepoe, 1997)

Untuk memenuhi syarat kadar besi pada air yang telah di tetapkan permenkes maka di perlukan suatu proses kimia. proses pengolahan cara kimia adalah menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam limbah. Menggunakan bahan kimia membutuhkan perkiraan dari sudut biaya mengingat dari antara bahan tersebut harganya sangat mahal. Oleh karena itu diperlukan koagulan bahan kimia yang sangat efektif dalam penurunan kadar besi yang melampaui batas yang telah ditetapkan (Ginting, 1992)

2.6 Logam Mangan

Mangan diperlukan tubuh sebagai enzim, pembentukan darah merah, dan berbagai kegiatan metabolisme yang lain. Oleh karena itu defisiensi (kekurangan) mangan akan mengakibatkan kekurangan darah, perubahan tulang pada


(26)

anak-anak, dan lupus erythematous. Jarang dijumpai adanya keracunan mangan dari air minum (Sitepoe, 1997)

Pada kadar tertentu Mn dalam air minum akan mengakibatkan korosi pipa penyalur air dan terjadi persipitasi yang hitam sebagai tempat perkembangbiakan bakteri sehingga air lebih keruh berwarna dan perubahan rasa (Sitepoe, 1997)

Mangan dalam air bersifat terlarut, biasanya membentuk MnO2. Kadar mangan dalam air maksimum yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/l. Adanya mangan yang berlebihan dapatmenyebabkan flek pada benda-benda putih oleh deposit MnO2, menimbulkan rasa dan menyebabkan warna (ungu/hitam) pada air minum, serta bersifat toksik (Joko, 2010).

2.7 Kekeruhan (Turbidity)

Pengeruhan terjadi disebabkan pada dasarnya oleh adanya zat-zat koloid yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan pula oleh kehadiran zat organik yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat koloid yang serupa atau benda terapung yang tidak megendap dengan segera. Pengeruhan atau tingkat kelainan adalah sfat fisik yang lain dan unik dari pada limbah dan meskipun penentuannya bukanlah merupakan ukuran mengenai jumlah benda-benda yang terapung, sebagai aturan umum dapat dipakai bahwa semakin luar biasa kekeruhan semakin kuat limbah itu. Sampah industri dapat menambah sejumlah zat-zat organik dan anorganik yang menghasilkan kekeruhan (Mahida, 1981).


(27)

2.8 Metode Spektrofotometri

Analisis dengan sistem ini cara kerjanya berdasarkan atas pengukuran energi cahaya yang diserap oleh larutan dalan suatu suspensi. Dalam sistem kolorimetri ini, sinar alamiah (putih) digunakan sebagai sumber cahaya dan medianya adalah suatu media berwarna. Larutan standar diukur dan dibandingkan dengan larutan blanko, sedangkan larutan sampel diukur berdasarkan larutan standar menurut besarnya absorben (Khopkar, 1990).

Menurut buku panduan Hach Company (2004), spektrophotometer DR 2400 adalah salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis kandungan nutrien di dalam air. Beberapa petunjuk yang mengatakan bahwa dalam penggunaannya jangan menempatkan botol yang lebih panas dari 100 ° C (212 ° F) ke salah satu adapter sel sampel dan jangan dalam kondisi basah harus dalam konsisi kering. Mengaktifkan Power On dan Off Hidupkan alat dan mematikan. Pertama kali instrumen dihidupkan, layar pemilihan bahasa akan muncul. Pilih bahasa, lalu tekan OK. Pada setiap berhasil instrumen power-up, kalibrasi panjang gelombang akan dilakukan secara otomatis, dan kemudian Menu Utama akan muncul.

a. Dengan instrumen off, tekan tombol Power dan terus ke bawah sampai layar pemilihan bahasa muncul.

b. Pilih bahasa, lalu tekan OK. Layar menu akan muncul dalam bahasa yang dipilih.

c. Lalu pilih tekan hach program pilih program yang sesuai dengan zat yang akan di analisis kemudian ikuti aturan selanjutnya (Hach Company, 2004).


(28)

Beberapa bagian buku panduan berikut berisi informasi dalam bentuk peringatan, peringatan dan catatan yang memerlukan perhatian khusus. Baca dan ikuti petunjuk ini dengan seksama untuk menghindari cedera dan kerusakan instrumen. Hanya teknisi yang memenuhi syarat untuk melakukannya, harus melakukan tugas instalasi/ pemeliharaan yang dijelaskan dalam bagian ini manual. Untuk memverifikasi kinerja fotometrik dari DR/ 2400 dengan standar, instrumen nol harus dilakukan pada "seperti" standar untuk memperoleh kemampuan kinerja maksimum dari instrumen. Contoh berikut memberikan metode untuk memeriksa akurasi fotometri menggunakan standar kaca dengan DR / 2400 yang paling sesuai dengan kinerja yang diperoleh ketika kosong digunakan dalam Hach metode analisis air (Hach Company, 2004).


(29)

BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN 3.1Tempat

Pengujian” Pengaruh Kadar Mangan dan Besi terhadap Turbidityv pada Air Baku, Air Reservoir, da Air Konsumen menggunakan metode Spektrofotometri” di laksanakan di laboratorium PDAM TIRTANADI Instalai Pengolahan Air Hamparan Perak yang berlokasi di desa Klambir V Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang. Pengujian dilaksanakan mulai tanggal 2 Februari s/d 13 Februari 2015 selama 2 minggu.

3.2Sampel

a. Air Baku ( Air Sungai Belawan)

b. Air reservoir pada PDAM TIRTANADI c. Air Konsumen

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Beaker gelas, Elemeyer, Jerigen 5 L, Kuvet 10 ml, Pipet volum 10 ml, Spektrophotometer DR/ 2400, Turbidimeter

3.4Bahan

Bahan-bahan yang digunakan didaam penelitian ini adalah akuades, alkaline cyanide reagent, ascorbic acid, Ferrover iron powder pillow, PAN indicator ,1 %, Tisu.


(30)

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Prosedur Penetapan Kadar Besi

a. pastikan analisis telah memakai masker dan sarung tangan b. tekan power pada alat spektrofotometer dr/2400

c. tekan hach program

d. pilih program 265 iron, ferrover

f. tekan start, layar akan menunjukkan mg/l fe

g. isi cell ( kuvet) pertama sebagai sampel dengan 10 ml sampel air.

h. tambahkan 1 kandungan ferrover iron reagent powder pillow ke dalam botol sampel

i. tutup dan aduk hingga larut

j. tekan tanda “timer” dan tekan “ok 3 menit”

k. reaksi akan dimulai, setelah waktu tercapai layar akan menunjukkan mg/l fe

l. tekan “zero” pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l fe m. masukkan sampel dalam dudukkan cell dan tekan “read”. n. lalu catat hasil yang tertera pada layar.

3.5.2 Penetapan Kadar Mangan

a. pastikan analisis memakai sarung tangan dan masker b. tekan power pada alat spektropotometer DR/ 2400. c. tekan Hach program, pilih program 290 mangan. d. tekan start, layar akan menunjukkan mg/l Mn.


(31)

e. isi call yang pertama dengan 10ml air akuades (sebagai blanko). f. isi call yang kedua dengan 10ml air sampel (sebagai contoh uji).

g. masukkan kemasing-masing call satu kandungan reagen ascorbicacid powder pillows, tutup botol dan aduk hingga larut.

h. tambahkan masing-masing 15 tetes larutan alkaline cianide, tutup botol, dan aduk hingga homogen.

i. tambahkan 21 tetes larutan PAN indicator 0,1% kedalam masing-masing call, tutup dan aduk hingga homogen.

j. tekan tanda waktu, ok reaksi berlangsung selama 2menit dan setelah waktu tercapai layar akan menunjukkan mg/l Mn.

k. letakkan botol blanko pada dudukan call

l. kemudian tutup tekan tanda ZERO layar akan menampilkan 0,000 mg/l. m. masukkan call kedua sebagai contoh uji kedalam dudukan call.

n. kemudian tutup tekan tanda READ,

o. layar akan menampilkan hasil analisa dan catat hasil analisa yang ada pada layar.

3.5.3 Pengukuran Turbidity/Kekeruhan a. disiapkan peralatan

b. dimasukkan contoh air kedalam kuvet (botol) sampel sampai tanda batas c. tekan tombol “I/O” (power)


(32)

e. diambil botol yang telah diisi air, tutup botol dan bersihkan permukaan/dinding luar botol dari kotoran yang menempel

f. dimasukkan botol sampel kedalam alat turbidity meter dan tutup penutup alat tersebut

g. tekan tombol READ yang ada dialat


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Pengujian pengaruh kekeruhan pada Sampel air baku di sungai belawan di Hamparan Perak, air reservoir dan air konsumen ditentukan kadar besinya (Fe) dan mangan (Mn) menggunakan Spektrofotometer DR 2400 dengan penambahan reagen ferrover iron reagent powder pillow, reagen ascorbicacid powder pillows, larutan alkaline cianide dan indikator PAN 0,1%. Berikut merupakan hasil pengukuran pengaruh kadar besi dan mangan terhadap kekeruhan dengan variasi 3 sampel air baku, air reservoir dan air konsumen di laboratorium PDAM Hamparan Perak (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Pengukuran pengaruh kadar logam besi dan mangan terhadap kekeruhan

No Sampel Uji Turbidity Besi Mangan

1 Air Baku 58,0 NTU 1,55 mg/l 0,104 mg/l 275 NTU 3,09 mg/l 0,164 mg/l 2 Air Reservoir 0,97 NTU 0,01 mg/l 0,012 mg/l 1,81 NTU 0,19 mg/l 0,046 mg/l 3 Air Konsumen 1,04 NTU 0,07 mg/l 0,057 mg/l 1,90 NTU 0,21 mg/l 0,014 mg/l

Berdasarkan pengujian pengaruh kekeruhan dari ketiga sampel pada tabel 4.1 maka dibuat grafik pengaruh kekeruhan sampel air baku air, reservoir dan air konsumen pada kadar logam besi dan mangan. Berikut merupakan grafik


(34)

pengaruh kekeruhan sampel air baku, air reservoir dan air konsumen pada kadar logam besi dan mangan (Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3)

Gambar 4.1 Pengaruh kekeruhan sampel air baku pada kadar logam besi dan mangan

Gambar 4.2 Pengaruh kekeruhan sampel air reservoir pada kadar logam besi dan mangan 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

kadar logam mangan kadar logam besi

58,0 275

Kekeruhan NTU K ad ar L ogam B es i d an M an gan 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

kadar logam mangan kadar logam besi

0,97 1,81

Kekeruhan NTU K ad ar L ogam B es i d an M an gan


(35)

Gambar 4.3 Pengaruh kekeruhan sampel air konsumen pada kadar logam besi dan mangan 0,07 0,057 0,21 0,014 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 K ad ar L ogam B es i d an M an gan

1,04 1,90


(36)

4.2 Pembahasan

Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan bumi, merupakan komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan faktor penentu dalam pengaturan iklim di permukaan bumi untuk kebutuhan manusia (Indarto, 2010).

Keberadaan besi dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi merah kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk lapisan seperti minyak. Beso merupakan logam yangn menghambatt proses desinfeksi. Hal ini disebabkan karena daya pengikat klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat organik, juga digunakan untuk mengikat besi, akibatnya sisa klor menjadi lebih sedikit dan hal ini memerlukan desinfektan yang lebih banyak pada proses pengolahan air. Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu 0,3 mg/l, sedanngkan untuk nilai ambang rasa pada kadar 2mg/l. Besi dalam tubuh dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin namun dalam dosis yang berlebihan dapat merusak dinding halus

Pada kadar tertentu Mn dalam air minum akan mengakibatkan korosi pipa penyalur air dan terjadi persipitasi yang hitam sebagai tempat perkembangbiakan bakteri sehingga air lebih keruh berwarna dan perubahan rasa (Sitepoe, 1997) Pengeruhan terjadi disebabkan pada dasarnya oleh adanya zat-zat koloid yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal ini disebabkan pula oleh kehadiran zat organik yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah


(37)

liat dan zat koloid yang serupa atau benda terapung yang tidak megendap dengan segera (Mahida, 1981).

Pada hasil pengujian di atas pengaruh parameter kekeruhan terhadap logam besi dan mangan sangat berpengaruh pada tabel 4.1 jelas terlihat pada air baku pdam tirtanadi hamparan perak kekeruhan yang rendah yaitu 58,0 NTU menghasilkan kadar logam yang rendah yaitu 1,55 mg/l untuk besi dan 0,104 mg/l untuk mangan sedangkan pada kekeruhan yang tinggi 275 NTU menghasilkan kadar logam yang tinggi juga yaitu 3,09 mg/l untuk besi dan 0,164 mg/l pada mangan dengan menggunakan alat spektrofotometer, begitu juga dengan sampel air reservoir yakni kekeruhan yang rendah yaitu 0,97 NTU menghasilkan kadar logam yang rendah yaitu 0.01 mg/l untuk besi dan 0,012 mg/l untuk mangan sedangkan pada kekeruhan yang tinggi 1,81 NTU menghasilkan kadar logam yang tinggi juga yaitu 0,19 mg/l untuk besi dan 0,046 mg/l pada mangan dengan menggunakan alat spektrofotometer sedangkan pada air konsumen kekeruhan yang rendah yaitu 1,04 NTU menghasilkan kadar logam yang rendah yaitu 0,07 mg/l untuk besi dan 0,057 mg/l untuk mangan sedangkan pada kekeruhan yang tinggi 1,90 NTU menghasilkan kadar logam yang tinggi juga yaitu 0,21 mg/l untuk besi dan 0,014 mg/l pada mangan dengan menggunakan alat spektrofotometer.

Berdasarkan data literatur yang ada bahwa kadar logam yang terkandung didalam air mempengaruhi kekeruhan air hal ini disebabkan karena sifat logam besi yang bersifat korosif pada air sehingga menimbulkan warna coklat pada air jika logam besi pada air tinggi, begitu pula pada logam mangan didalam air dapat


(38)

mempengaruhi rasa, air yang semula jernih tetapi lama kelamaan karena terkena udara menimbulkan kekeruhan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa air reservoir di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak telah memenuhi persyaratan Permenkes No. 492/ MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19 april tahun 2010 bahwa kadar logam besi dan mangan tidak lebih dari kadar maksimal yang diperbolehkan yaitu 0,3 mg/L untuk besi dan 0,1 mg/l untuk logam mangan sehingga air sudah dapat digunakan untuk rumah tangga.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

a. pada air baku dengan kekeruhan 58,0 NTU diperoleh kadar besi=1,55mg/l dan kadar mangan=0,104 mg/l sedangkan pada kekeruhan 275 NTU diperoleh kadar besi=3,09 mg/l dan kadar mangan=0,164 mg/l. Hasil penelitian pada air reservoir dengan kekeruhan 0,97 NTU diperoleh kadar besi=0,01 mg/l dan kadar mangan=0,012 mg/l sedangkan pada kekeruhan 1,81 NTU diperoleh kadar besi=0,19 mg/l dan kadar mangan=0,046 mg/l. Hasil penelitian pada air konsumen dengan kekeruhan 1,04 NTU diperoleh kadar besi=0,07 mg/l dan kadar mangan=0,057 mg/l sedangkan pada kekeruhan 1,90 NTU diperoleh kadar besi=0,21 mg/l dan kadar mangan=0,014 mg/l.

b. logam Mn dan Besi mempengaruhi kekeruhan air karena semakin tinggi kadar logam didalam air maka air akan terlihat lebih keruh dan mengalami perubahan rasa.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebaiknya :

a. sampel air yang digunakan dalam penelitian adalah air yang baru saja diambil


(40)

b. dalam penambahan reagen harus lebih hati-hati agar tidak mengurangi jumlah reagen yang ditambahkan pada saat melakukan penelitian

c. pemeriksaan kadar logam pada air reservoir di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak dilakukan rutin.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. (2003). Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Dayadan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 168-169.

Indarto. (2010). Hidrologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Hal: 3-4, 9.

Ginting, P. (1992). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal: 42 - 48, 124 - 128.

Hartomo, A.J., dan Widiatmoko, M.C. (1994). Teknologi Membran Pemurnian Air. Yogyakarta: Andi. Hal: 14

Joko, T. (2010), Unit Produksi Dalam Sistem Pengelolaan Air Minum, Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 12-13, 30-31.

Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Kristanto. Hal: 71 – 73

Khopkar, S.M. (1990). Elementary Consept Of Analytic Chemistry. Diterjemakan oleh Saptoharjo, A., Konsep Dasar Kimia Analitik. (2007). Jakarta: UI Press. Hal: 215-216.

Kusnaedi, G. (2006). Belajar Dari Proses Pengolahan Air Minum di IPA Sunggal. Buletin Tirtanadi (Butir). No. 4 Hal: 7.

Mahida, U.N. (1984). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Rajawali. Hal: 17.

Nainggolan, H. (2011). Pengelolahan Limbah Cair Industri Perkebunan Dan Air Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press. Hal: 54 - 57.

Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. Hal: 127

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Jakarta

Rivai, J. (2007). Pemeriksaan Kualitas Air Bersih dengan Koagulan Alum dan PAC di IPA Jurug PDAM kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Tgl: 15 Agustus 2007.

Sitepoe, M. (1997). Air Untuk Kehidupan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal: 31

Sutrisno, T., dan Suciastuti, E. (1996), Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 1,8,10-11,16-17


(42)

Suyono, S. (1994). Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hal: 3-4.

Suyono, S. (1983). Hidrologi Untuk Perairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Hal: 6.

Widowati, W. (2008). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Andi. Hal 209 - 210, 224-226, 230 - 234, 238.


(43)

(44)

Lampiran II : Alat-alat

Turbiditimeter


(45)

Lampiran III : Bahan-bahan

ascorbic acid Ferrover iron powder pillow alkaline cyanide reagent


(46)

(47)

Lampiran IV: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 tahun 2010

Lampiran V: Sasaran Mutu Pengelola Instalasi Air PDAM Tirtanadi Sumatera Utara


(48)

(1)

(2)

Lampiran II : Alat-alat

Turbiditimeter


(3)

Lampiran III : Bahan-bahan

ascorbic acid Ferrover iron powder pillow alkaline cyanide reagent


(4)

(5)

Lampiran IV: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 tahun 2010

Lampiran V: Sasaran Mutu Pengelola Instalasi Air PDAM Tirtanadi Sumatera Utara


(6)