55
BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan, dsb untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
30
Adapun analisis dan pembahasan pada bab ini adalah nilai-nilai budaya pada masyarakat Melayu di Secanggang, nilai-nilai budaya
merupakan
nilai yang terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian
besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang
ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara-cara,
alat – alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.
31
5.1 ANALISIS TEKS
Teks adalah 1 satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, 2 deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran, 3 ujaran yang dihasilkan dalam interaksi
manusia. Maka dapat dikatakan bahwa teks adalah satuan bahasa yang bisa berupa bahasa tulis dan bisa juga berupa bahasa lisan yang dahasilkan dari interaksi atau komunikasi
manusia.
32
Adapun teks di dalam analisi ini adalah pantun yang di sampaikan oleh muda mudi pada saat mengerik padi di dalam Tradisi Ahoi. Berikut pantun yang disampaikan oleh
warga atau tamu yang datang kepada tuan rumah :
Ku tutuh dali baru kutebang
30
KBBI Kamus besar bahasa Indonesia
31
Koentjaraningrat 1987:85 dalam skripsi Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.USU e-Repository © 2008
32
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Universitas Sumatera Utara
56
Ambil sebatang Hamparan Kain Assalammualikum kami yang datang
Apa gerangan hajat disisni Pantun di atas melambangkan bahwa para undangan yang datang menyampaikan
salam kepada tuan rumah dan mengatakan bahwa mereka sudah datang dan bertanya apa yang akan dilakukan di rumah si tuan rumah.
Kemudian pantun tersebut dibalas oleh tuan rumah : Bebirik batang berbirik
Batang bayam sandaran dulang Mengirik kita mengirik
Kokok ayam kita pe pulang Pantun tersebut menyatakan bahwa si tuan rumah mengharapkan bantuan para tamu
untuk membantunya dalam mengirik padi hasil panen sawahnya. Pantun yang dinyanyikan pada saat mengirik padi :
Buka batang sembarang batang Batang padi di atas pedang
Pantun tersebut menyatakan bahwa si tamu undangan datang bukan hanya untuk menghadiri undangan saja melainkan mereka datang untuk bersuk cita dengan si tuan rumah.
Sesudah yang bernyanyi selesai menyanyikan sampiran pantunnya, pengirik lainnya pun menyambut dengan meneriakkan “ E wak ahoi ahoi”. Kemudian si pengirik pun
mengulang bait kedua dari sampiran tersebut dan disambut lagi oleh pengirik lain dengan sambutan “ E wak ahoi ahoi”.
Kemudian dilanjutkan lagi oleh si pengirik yang pertama bernyanyi dengan menyanyikan isi dari pantunnya tersebut yang terdiri dari dua bait, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
57
Maek kabar tuan yang datang Mari mengirik sambil berdendang
Pantun tersebut menyatakan kabar si pengirik yang pertama dan mengajak nya untuk sama-sama bernyanyi bersuka cita.
Nyanyian tersebut pun disambut oleh pengirik lain dengan meneriakkan “ E wak ahoi
ahoi.” Kemudian bait kedua dari isi pantun dinyanyikan kembali oleh si pengirik yang pertama bernyanyi dan disambut lagi dengan teriakan
“ E wak ahoi ahoi.”
Sambil mengemping mereka juga bernyanyi dan membalas pantun dariseorang pemudi tersebut sebagai berikut :
pantun dari seorang pemudi tersebut sebagai berikut : Kalau tidak karena bulan
Mana bintang meeninggi hari E...wak...ahoii...ahooii.
Jika tidak karena tuan Mana kami datang kemari
E..wak...ahooii.....ahooii. Pantun di atas menyatakan bahwa si tamu pemudiperempuan datang karena
mendapat undangan dari si tuan rumah. Lalu disambut lagi oleh seorang pemuda yang disebelah si pengirik yang pertama
bernyanyi dengan pantun pula. Kalau ada kaca di pintu
Kaca lama kami pecahkan E...wak ahoii..ahoii..
Kalau ada kata begitu Badan dan nyawa kami serahkan
E..wak ahoii..ahoi.. Pantun di atas menyatakan bahwa si tamu pemudalaki-laki bersedia membantu si
tuan rumah.
Universitas Sumatera Utara
58
Para wanita yang mendengarnya pun tersenyum tersipu-sipu dan salah seorang dari mereka pun menyambutnya dengan menyanyikan pantun juga :
Tiga petak tiga penjuru Tiga ekor kumbang diapit
E..wak..ahooii...ahooii. Pantun tidak padamu tertuju
Teruntuk jaka berlesung pipit E...wak...ahooii....ahooii.
Pantun di atas menyatakan bahwa si tamu pemudi perempuan mengatakan pantun tersebut untuk laki-laki yang berlesung pipit.
Ketika padi dimasukkan, para pengirik pun duduk beristirahat sambil menyanyikan teks sebagai berikut :
Allah halim sewa Allah Maimunnah silotan dona
Warabikum tuan saridi Habibina saidina ali
Pantun di atas menyatakan puji dan syukur atas hasil panen yang sudah di dapat si tuan rumah.
Setelah itu nyanyian dilanjutkan dengan menyanyikan teks berupa pantun di setiap ak
hir baitnya disambut dengan terikkan “iak iak” sebagai berikut :
Kalau ada sumur di ladang iak iak Bolehlah kita menumpang mandi iak iak
Kalau ada umur yang panjang boleh kita berjumpa lagi iak iak Bolehlah kita berjumpa lagi iak iak
Pantun di atas menyatakan bahwa jika kita di beri kesehtan dan umur yang panjang maka kita akan berjumpa lagi.
“E wak ahoi ahoi” secara harfiah artinya menghimbau ataupun mengajak kaum kerabat untuk bekerja sama
Universitas Sumatera Utara
59
Bahasa
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yg arbitrer, yg digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
33
Pada pantun Ahoi bahasa yang digunakan ialah bahasa Melayu dialek Langkat, berikut pantun yang menunjukkan bahasa Melayu dialek Langkat :
Bebirik batang berbirik Batang bayam sandaran dulang
Mengirik kita mengirik Kokok ayam kita pe pulang
Kata pe menunjukkan pantun ini menggunakan bahasa Melayu dialek Langkat.
Maek kabar tuan yang datang Mari mengirik sambil berdendang
Kata maek menunjukkan pantun ini menggunakan bahasa Melayu dialek Langkat.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas merupakan bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda
dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
34
Pada pantun ini gaya bahasa yang digunakan yaitu jenis majas perbandingan, majas ini terdiri dari beberapa macam yaitu : alegori, alusio, simile, metafora, fabel, simbolik dan
lain-lain. Dari beberapa macam jenis majas tersebut yang termasuk di dalam gaya bahasa pantun ahoi ialah majas simbolik yaitu melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau
lambang untuk menyatakan maksud. Pantunya sebagai berikut : Tiga petak tiga penjuru
33
KBBI Kamus besar bahasa Indonesia
34
Setyana, dkk. 1999. Buku Pintar Bahasa dan Sastra Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu.
Universitas Sumatera Utara
60
Tiga ekor kumbang diapit E..wak..ahooii...ahooii.
Pantun tidak padamu tertuju Teruntuk jaka berlesung pipit
E...wak...ahooii....ahooii.
Kalau tidak karena bulan Mana bintang meninggi hari
Jika tidak karena tuan Mana kami datang kemari
Kalau ada kaca di pintu Kaca lama lah kami pecahkan
Kalau ada kata begitu lah sayang Badan dan nyawa kami serahkan
Bebirik lah batang bebirik Batang bayam sandaran dulang
Mengirik kita mengirik Kokok ayam kita pe pulang
Pantun Melayu memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat berdasarkan dua aspek penting, yaitu aspek eksternal dan aspek internal.
Aspek eksternal adalah dari segi struktur dan seluruh ciri-ciri visual yang dapat dilihat dan didengar, yang termasuk dari hal-hal berikut ini :
1. Terdiri dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan, 2,4,6,8,10, dan seterusnya. Tetapi yang paling umum adalah empat baris kuatrin
2. Setiap baris mengandung empat kata dasar.
Universitas Sumatera Utara
61
3. Adanya klimaks, yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan ada dua kuplet maksud.
4. Setiap stanzaFootnote terbagi kepada dua unit. Yaitu sampiran dan maksud isi; karena itu sebuah kuatrin mempunyai dua kuplet; satu kuplet sampiran dan satu kuplet maksud.
5. Adanya skema rima yang tetap, yaitu rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a.
Mungkin juga terdapat rima internal, atau rima pada 64perkataan- perkataan yang sejajar, tetapi tidak sebagai ciri penting. Selain rima, asonansi juga merupakan aspek yang dominan
dalam pembentukan sebuah pantun. 6. Setiap stanza pantun, apakah itu dua, empat, enam, dan seterusnya, mengandung satu
pikiran yang bulat dan lengkap. Sebuah stanza dipandang sebagai satu kesatuan. Aspek-aspek internal adalah unsur-unsur yang hanya dapat dirasakan secara subjektif
berdasar pengalaman dan pemahaman pendengar, termasuk : 7. Penggunaan lambang-lambang yang tertentu berdasarkan tanggapan dan dunia pandangan
world view masyarakat. 8. Adanya hubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud, baik itu
hubungan konkrit atau abstrak atau melalui lambang lambang.
35
Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, maka penulis akan menganalisis struktur pantun yang menjadi teks dalam nyanyian ahoi dengan hasil sebagai berikut.
1. Pantun dalam nyanyian ahoi terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terdiri empat baris kuatrin.
Contoh dapat kita lihat pada pantun nomor 1: Bebirik lah batang bebirik
Baris 1
Batang bayam sandaran dulang Baris
2
35
Ucok Haleluya Sidebang, S.sn dalam tulisan skripsi Ahoi Mengirik Padi Pada Masyarakat Melayu Daerah Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang,Provinsi Sumatera Utara : Suatu Kajian Tekstual dan Musikal, hal 63
Universitas Sumatera Utara
62
Mengirik kita mengirik Baris
3 Kokok ayam kita pe pulang
Baris 4
Selain pantun nomor 1, seluruh pantun-pantun lain yang dipakai dalam nyanyian ahoi ini terdiri dari empat baris Kuatrin
2. Setiap baris dalam pantun yang dinyanyikan dalam nyanyian ahoi mayoritas mengandung empat kata dasar. Contoh dapat kita lihat pada pantun nomor 3.
Kalau tidak karena bulan Mana bintang meninggi hari
Jika tidak karena tuan Mana kami datang kemari
3. Terdapat klimaks, yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan ada dua kuplet maksud. Contohnya adalah pantun nomor 4
Kalau ada kaca di pintu Kaca lama lah kami pecahkan
Kalau ada kata begitu lah sayang Badan dan nyawa kami serahkan
4. Setiap stanza pantun dalam nyanyian ahoi terbagi kepada dua unit. Yaitu pembayang sampiran dan maksud isi. Contohnya adalah pantun nomor 2 berikut.
Bukan batang sembarang batang Batang padi di atas pedang
Maek kabar tuan yang datang Mari mengirik sambil berdendang
Baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. 5. Dalam setiap pantun yang dinyanyikan dalam nyanyian ahoi ini, terdapat skema rima yang
tetap, yaitu rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a.
Universitas Sumatera Utara
63
a. Contoh pantun yang berima a-a-a-a terdapat pada pantun nomor 2 berikut. Bukan batang sembarang batang
a Batang padi di atas pedang
a Maek kabar tuan yang datang
a Mari mengirik sambil berdendang
a b. Contoh pantun yang berima a-b-a-b adalah pantun nomor 8 berikut.
Kalau tuan mempunyai sapi a
Enak dimasak denganlah rebung b
Hati-hati menghembus api a
Jangan sampai terbakar hidung b
6. Setiap stanza pantun, apakah itu dua, empat, enam, dan seterusnya, mengandung satu pikiran yang bulat dan lengkap. Sebuah stanza dipandang sebagai satu kesatuan.
7. Pantun yang dinyanyikan dalam kegiatan mengirik padi ini disisipi oleh kata-kata tambahan. Contohnya dapat kita lihat pada pantun nomor 4, yaitu sebagai berikut
Kalau ada kaca di pintu Kaca lama lah kami pecahkan
Kalau ada kata begitu lah sayang Badan dan nyawa kami serahkan
Pantun di atas, tepatnya pada kuplet isi baris pertama jika dilihat dari strukturnya seharusnya berhenti pada kata begitu. Namun dalam nyanyian ini, baris
tersebut ditambahi kata“lah sayang”
8. Pantun yang dinyanyikan dalam nyanyian ahoi ini tidak mutlak terdiri dari empat kata atau sepuluh suku kata. Hal ini terjadi karena teks tersebut disampaikan secara
melodis, bukan dalam gaya berpantun.
Universitas Sumatera Utara
64
5.2 ANALISIS KONTEKS