Intelektual Kesusastraan tradisi Melayu

17 Adat ini merupakan yang paling utama dan tidak dapat dirubah sampai kapanpun dia merupakan harga mati bagi seluruh masyarakat Langkat- Secanggang, tidaklah bisa dikatakan dia orang Melayu apabila tidak melaksanakan adat tersebut. 2. Adat yang di adatkan Adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam tatanan adat Melayu dari zaman dahulu melalui sebuah pengkajian dan penelitian yang amat dalam dan sempurna oleh para orang tua dahulu. 3. Adat yang teradat Adat ini merupakan adat yang sudah teradat dari zaman dahulu, dia dalah ragam budaya di beberapa daerah yang ada di Langkat-Secanggang yang tidak sama masing-masing daerah. Adat ini mengatur tatanan hidup bermasyarakat dalam suatu daerah dan interaksi antara satu suku dengan suku yang lainnya di daerah tersebut, kemudian disesuaikan dengan kultur daerah masing-masing. 4. Adat istiadat Adat ini merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturahmi, berkomunikasi, berintegrasi, bersosialisasi dalam masyarakat di daerah tersebut, seperti upacara-upacara adat yang telah disebutkan pada paragraf yang pertama.

2.3 Intelektual Kesusastraan tradisi Melayu

Keintelektualan tradisi Melayu dapat dilihat dari segi kesusastraannya yang terdiri dari bentuk lisan dan tulisan. Bentuk lisan dan tulisan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman Melayu. Sastra lisan misalnya diturunkan dari generasi yang satu ke generasi yang lain secara turun temurun melalui proses sosialisasi anggota masyarakat. Universitas Sumatera Utara 18 Bentuk-bentuk sastra lisan itu misalnya cerita penglipur lara, cerita jenaka, cerita nasihat, cerita binatang, mitos, legenda, cerita asal usul, dan lain-lain sebagainya. Bentuk- bentuk lain dari sastra lisan misalnya pantun, pepatah, seloka, pribahasa, menampakkan ciri- ciri akal budi dan kebijaksanaan orang Melayu dalam menangani segala sikap dan perilaku dalam kehidupan yang dihasilkan oleh proses pengintelektualan orang Melayu sepanjang zaman. Sejarah besarnya perkembangan pusat-pusat keintelektualan dan kesusastraan Melayu yang tertulis awalnya pada masa kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 650-1200, Sriwijaya merupakan pusat kebudayaan Melayu tertua yang memiliki peranan penting perkembangan keintelektualan dan kesusastraan Melayu tradisional. Walaupun karya-karya kesusastraan pada zaman ini umumnya ditulis dalam bahasa Sansekerta, namun terdapat juga bentuk penulisan dalam bahasa Melayu kuno seperti yang tercatat di atas batu-batu bersurat. Walau bagaimanapun, hasil kesusastraan yang bertulis di atas bahan-bahan yang lain tidak kedapatan atau ditemui. Kebesaran kerajaan Sriwijaya secara langsung telah mengawali perkembangan hasil- hasil kesusastraan Melayu mengikuti tahap-tahap perkembangan kerajaan dan kemampuan pengarang-pengarangnya di istana-istana raja Melayu. Istana-istana raja Melayu merupakan pusat kegiatan keintelektualan dalam tamadun Melayu Islam. Setelah kerajaan Sriwijaya, muncul lah kerajaan Pasai sekitar tahun 1250-1524, pada zaman kerajaan Pasai kegiatan kesusasteraan pula lebih banyak dikaitkan dengan kegiatan kerajaan ini sebagai kerajaan Melayu yang pertama menerima dan memeluk agama Islam di Alam Melayu. Disini muncul bahasa Melayu persuratan yang bertindak sebagai wahana atau alat untuk penyebaran agama dan kesusastraan Islam, dan tulisan Jawi merupakan tulisan yang digunakan dalam kesusastraan Melayu. Hasil-hasil kesusastraan dipenuhi dengan ciri Universitas Sumatera Utara 19 kesusastraan agama khususnya sastra kitab, riwayat hidup Nabi Muhammad, cerita nabi-nabi, para sahabat, pahlawan dan sejarah seperti Hikayat Raja-Raja Pasai. Namun, sastra lisan dan hasil karya pada zaman ini masih di pengaruhi ajaran agama Hindu yang masih tidak bergeser. Kemudian perkembangan kesusatraan Melayu tidak berhenti di situ, beberapa kerajaan seperti Melaka sekitar tahun 1400-1511; diikuti kesusastraan zaman Johor 1528- 1779; kesusastraan zaman Palembang sekitar tahun 1650-1824; kesusasteraan di Patani sekitar tahun 1500-1900; di Brunei bermula dengan pemerintahan sultan ketiganya yaitu Sultan Sharif Au 1425-143 2; dan di Riau sekitar tahun 1673 sehingga tahun 1911, ikut menyumbangkan karya-karya kesusastraan melalui cendikiawan kerajaannya. Ciri-ciri keintelektualan dan kesusatraan Melayu memasuki abad ke-20 sehingga sekarang telah dipengaruhi oleh ideologi dan pemahaman barat yang membawa pengaruh sekularisme, nasionalisme, realisme, dan humanisme dalam cara berfikir dan pengungkapan orang-orang Melayu, lalu ditambah lagi dengan kembalinya pengaruh kebangkitan Islam yang di pelopori oleh Syeikh Muhammad Abduh 1849-1905, Mufti Mesir 1888-1889 yang bersama-sama dengan Jamaluddin Al-Afghani 1838-1897 telah mempelopori gerakan Islam yang terkenal dengan nama Gerakan Salafiah dan menerbitkan majalah-majalah yang menganjurkan pemahaman Islam di masa itu. 12

2.4 Pelaksanaan Tradisi Ahoi