Pandangan Tentang Negara Islam

41 yang menyajikan konsepsi kenegaraan yang lengkap dan rinci. 16 Ada tiga dasar pokok yang melandasi pikiran Maududi tentang kenegaraan menurut Islam : a.. Islam adalah suatu agama yang paripurna, lengkap dengan petunjuk untuk mengatur semua segi kehidupan manusia, termasuk kehidupan politik. Dengan arti di dalam Islam terdapat sistem politik. Oleh karenanya dalam bernegara umat Islam tidak perlu atau bahkan dilarang meniru sistem Barat. Cukup kembali kepada sistem Islam dengan menunjuk pada politik semasa Al-Khulafa al-Rasyidin sebagai model sistem kenegaraan menurut Islam. b. Kekuasaan tertinggi yang ada dalam istilah politik disebut kedaulatan, adalah pada Allah, ummat manusia hanyalah sebagai pelaksana dari kedaulatan Allah tersebut sebagai khalifah-khalifah Allah di Bumi, dengan demikian maka tidak dapat dibenarkan kedaulatan rakyat, sebagai pelaksana dari kedaulatan Allah ummat manusia atau negara harus patuh kepada hukum- hukum sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi. Sedangkan yang dimaksud dengan khalifah- khalifah Allah yang berwenang melaksanakan kedaulatan Allah itu adalah orang laki- laki dan perempuan Islam. c. Sistem politik Islam adalah sistem universal, tidak mengenal batas dan ikatan-ikatan geografis, bahasa, dan kebangsaan. Berlandaskan tiga dasar keyakinan itu, lahirlah konsepsi kenegaraan Islam, yang pokoknya : 16 Munawir Sadjzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta : UI Press, 1993, h. 165 42 1. Sistem kenegaraan Islam tidak dapat disebut demokrasi, karena dalam sistem ini kekuasaan negara sepenuhnya di tangan rakyat, dalam arti undang-undang dan hukum yang diundang-undangkan, diubah dan diganti semata-mata berdasarkan pendapat dan keinginan rakyat. Sistem politik Islam lebih tepat disebut teokrasi, meskipun arti teokrasi di sini berbeda dengan pengertian teokrasi di Eropa. Teokrasi Eropa adalah suatu sistem dimana kekuasaan negara berada di tangan kelas tertentu pendeta yang atas nama Tuhan menyusun undang-undang dan hukum untuk rakyat sesuai dengank e i n g i n a n k e l a si t u ,p e me r i n t a hb e r l i n d u n gd ib e l a k a n g“ h u k u m- h u k u m Tu h a n ” .Se d a n g k a nd a l a m I s l a m t e o k r a s id i a r t i k a nk e k u a s a a nTu h a ni t u berada di tangan ummat Islam yang melaksanakannya sesuai apa yang disampaikan Al- Quran dan Sunnah Nabi. Atau bisa disebut dengan theo-demokrasi, karena dalam sistem ini Ummat Islam memiliki kedaulatan rakyat yang terbatas. 2. Pemerintahbadan eksekutif hanya dibentuk oleh ummat Islam dan pada merekalah hak untuk memecat dari jabatan tersebut. Penyelesaian soal-soal kenegaraan tidak mendapatkan hukum yang jelas dalam Islam, harus diputuskan menurut kesepakatan ummat. Untuk menafsirkan dan mengartikan suatu Nash, adalah merupakan hak ummat Islam seluruhnya yang telah mencapai tingkat mutjahid. Badan legislatif tidak boleh mengubah satu katapun dari Nash. 3. Kekuasaan Negara dilakukan oleh badan atau lembaga : Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif 17 17 Munawir Sadjzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta : UI Press, 1993, h. 166-167 43 Mengenai hubungan Negara dengan warga negara dan hubungan sesama warga negara; Negara memberikan perlindungan politik serta konstitusi berdasarkan b a t a s a nt e r i t o r i a ln e g a r a ,d a nt i d a kme n j a mi nme r e k ay a n gt i n g g a ld il u a r“ Da ra l - I s l a m” .Me n g e n a ih u k u m,Ma u d udi ingin menerapkan hukum Islam yaitu Hudud, namun hal ini tidak pernah terealisasi sebab Hudud baru bisa terlaksana bila masyarakat telah terislamisasi, pada kenyataannya masyarakat yang telah terislamisasikan itu tidak akan menentang agama, maka hudud otomatis tidak terlaksana. 18 Dengan perancangan negara Islam di benaknya, Maududi menganjurkan pandangan Islam yang memobilisasi iman berdasarkan kebutuhan aksi politik dan mencoba merealisasikan Islam menjadi sistem keyakinan yang keras, berdasarkan ketaatan yang mutlak sesuai kehendak Allah, sehingga dapat menjadi struktur perintah yang bisa mentransformasikan masyarakat dan politik yang benar-benar Islami, dia mencoba untuk menafsirkan persoalan pokok seperti : Ilah, Rabb, Ibadah, dan Diin . Sehingga dalam sisi ekonomi ia berupaya mengembangkan hukum Islam, soal waris, riba, serta hak pekerja. 19 Dia ingin kehidupan masyarakat kembali mencontoh Rasul dan pemerintahan Khulafa al-Rasyidin. Meskipun Maududi dalam kiprah politiknya banyak berjasa dalam mengungkapkan ide politik Islam, menentang pemerintahan resmi, Ayub Khan, Ziaul-Haq, dan Zulfikar Ali Butho, Maududi mengalami hidup di penjara, ide- 18 Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998, h.111 19 Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998, h.112 44 ide politiknya hanya sebahagian yang dapat terlaksana dan sebahagian besar ide-ide yang muluk itu belum terealisasikan olehnya dan oleh orang-orang yang lain yang mendukungnya. Namun demikian Maududi diakui sebagai pemikir Islam mujtahid yang fundamental dan paling produktif. 20 20 Munawir Sadjzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta : UI Press, 1993, h. 170

BAB IV PEMIKIRAN POLITIK ABU ALA’

LA AL MAUDUDI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN KONTEMPORER

A. Negara dan Pemerintahan

Dalam kajian ini penulis memfokuskan bahasan khusus pada pemikiran politik meliputi konsep negara atau pemerintahan, kepala negara, struktur pemerintahan dan hukum menurut pandangan Maududi. Dari pemikiran yang berawal dari pembenahan sistem itulah Maududi mempunyai idealisme yang tinggi yaitu menjadikan Islam sebagai way of life –sebagai jalan hidup –secara totalitas dan harus menjadi pijakan bagi manusia khususnya bagi ummat Islam. Maududi menghendaki ummat Islam pada zaman modern ini apabila ingin kembali mengalami kejayaan dan keemasannya sebagaimana yang telah dilewati pada awal tradisi Islam, maka ummat Islam harus kembali kepada dua sumber hukum Islam al-Qu r ’ a nd a na s -Sunnah secara mutlak serta mengembalikan sistem pemerintahan yang sedang dijalankan pada abad modern ini kepada sistem yang telah dibangun Rasulullah SAW dan Khulafa ar-Rasyidin Dalam formula pemikiran Al Maududi, secara singkat tipe dari negara yang ditegakkan atas dasar-dasar tauhid Kemaha Esaan Tuhan risalah Kerasulan Muhammad dan khalifah seperti tersebut di atas. Al Qur-an pada hakikatnya dengan jelas mengatakan bahwa maksud dan tujuan dari negara ini ialah menegakkan, memelihara dan memperkembangkan ma ’ r u f a t Ing. virtues yang dikehendaki oleh Pencipta Alam agar menghiasi kehidupan manusia di dunia ini dan mencegah serta 46 membasmi segala munkarat Ing. vices, yaitu kejahatan-kejahatan yang ada dalam kehidupan manusia. Negara dalam Islam bukanlah dimaksudkan untuk administrasi politik belaka, juga bukan buat dengannya memenuhi kehendak kolektif dari sesuatu golongan rakyat. Tidak Islam mewajibkan negara itu supaya menggunakan segala alat yang ada padanya untuk mencapai cita-cita besar Islam sendiri, yaitu supaya sifat-sifat kesucian, keindahan, kebaikan, kemenangan dan kemakmuran yang dikehendaki Tuhan berkembang dalam kehidupan rakyat-Nya digerakkan dan dihidupkan, dan supaya segala macam penghisapan exploitasi, kezaliman, kekacauan dan ketidak-adilan yang dalam pandangan Tuhan bersifat menghancurkan buat dunia dan merusak kehidupan makhluk-makhluk-Nya, ditindas dan dibasmi. 1 Islam meletakkan kewajiban atas negara, sebagaimana juga atas perorangan manusia, supaya memenuhi segala perjanjian-perjanjian, kontrak-kontrak dan kewajiban-kewajiban: supaya mengadakan ukuran dan timbangan yang uniform; supaya mengingat kewajiban-kewajiban di samping hak-hak, dan supaya jangan melupakan hak-hak dari orang-orang atau negara-negara lain dalam mengharapkan mereka memenuhi kewajiban-kewajiban mereka; supaya menggunakan kekuasaan dan otoritas untuk menegakkan keadilan dan bukan melakukan kedzaliman; supaya memandang tugas sebagai satu kewajiban suci dan memenuhinya dengan penuh teliti, dan supaya menganggap kekuasaan sebagai satu amanat dari Tuhan dan 1 Al Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, Terjemahan Osman Raliby, Jakarta : Bulan Bintang, 1967 , h.42 47 mempergunakan kekuasaan itu dengan kepercayaan bahwa pada satu ketika di hari akhirat ia akan harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya itu kepada Allah, Rabbal ‘ Alamin, Tuhan sekalian Alam. 2 Dalam membahas pemikiran Al-Maududi mengenai Negara dan Pemerintahan, penulis akan menguraikannya melalui beberapa sub-bab yang berkaitan dengan Negara dan Pemerintahan, di ataranya : 1. Kepala Negara dan Pemilihannya Kepala negara dipilih berdasarkan ketaqwaannya kepada Allah dan mengakui kedaulatan mutlak Allah serta mengikuti hukum-hukum-Nya. Memiliki kecerdasan dan mampu menjalankan roda pemerintahan serta memikul tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kepala negara merupakan pemimpin tertinggi yang bertanggung jawab kepada Allah dan masyarakat yang telah memilihnya. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, kepala negara harus berkonsultasi dengan penasehat-penasehatnya atau dengan lembaga ahl al-hall wa al-aqdi. Kepala negara juga ikut andil dalam berbagai diskusi di dalam lembaga tersebut. Mengemukakan pendapatnya di hadapan para anggota lembaga, serta mendengarkan pendapat dari anggota yang lain. Akan tetapi, kepala negara berhak memutuskan sendiri berdasarkan kedudukannya sebagai kepala negara. 3 2 Al Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, Terjemahan Osman Raliby, Jakarta : Bulan Bitang,,1967, h.43 3 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 252