Negara dan Pemerintahan PEMIKIRAN POLITIK ABU ALA’

47 mempergunakan kekuasaan itu dengan kepercayaan bahwa pada satu ketika di hari akhirat ia akan harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya itu kepada Allah, Rabbal ‘ Alamin, Tuhan sekalian Alam. 2 Dalam membahas pemikiran Al-Maududi mengenai Negara dan Pemerintahan, penulis akan menguraikannya melalui beberapa sub-bab yang berkaitan dengan Negara dan Pemerintahan, di ataranya : 1. Kepala Negara dan Pemilihannya Kepala negara dipilih berdasarkan ketaqwaannya kepada Allah dan mengakui kedaulatan mutlak Allah serta mengikuti hukum-hukum-Nya. Memiliki kecerdasan dan mampu menjalankan roda pemerintahan serta memikul tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kepala negara merupakan pemimpin tertinggi yang bertanggung jawab kepada Allah dan masyarakat yang telah memilihnya. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, kepala negara harus berkonsultasi dengan penasehat-penasehatnya atau dengan lembaga ahl al-hall wa al-aqdi. Kepala negara juga ikut andil dalam berbagai diskusi di dalam lembaga tersebut. Mengemukakan pendapatnya di hadapan para anggota lembaga, serta mendengarkan pendapat dari anggota yang lain. Akan tetapi, kepala negara berhak memutuskan sendiri berdasarkan kedudukannya sebagai kepala negara. 3 2 Al Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, Terjemahan Osman Raliby, Jakarta : Bulan Bitang,,1967, h.43 3 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 252 48 Menurut Maududi, kepala negara tidak harus mengikuti pendapat anggota lembaga Ahl al-hall wa al-aqdi sekalipun didukung oleh suara terbanyak. Kepala negara dapat mengambil pendapat yang didukung oleh suara minoritas dalam lembaga bahkan mengabaikannya sama sekali. Dengan kata lain, kepala negara mempunyai hak veto hak memutuskan perkara 4 . Al-Maududi menyandarkan pendapatnya kepada ayat yang menyuruh sekelompok orang untuk bermusyawarah dalam menentukan suatu keputusan. Al-Quran menyatakan dalam surat Asy Syura ayat 38 sbb : ?ã?å ÇóäúÞ?Ò?Ñ Ç?ãöã?æ ?ã?å óä?í?È ì?ÑæõÔ ?ã?å ?Ñ?ãóÃ?æ óÉÇóá?ÕáÇ Çæ?ãÇóÞóÃ?æ ?ãöå ?È?Ñöá Çæ?ÈÇ?ÌóÊ?ÓÇ ?äíöÐ?áÇ?æ 49 mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu 5 . Dan jika kamu memiliki tekad yang bulat, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya Ali Imron: 159 Kedua ayat di atas mewajibkan dilaksanakannya. musyawarah dan juga mengarahkan kepada kepala negara bilamana setelah musyawarah tersebut beliau telah mengambil keputusan, maka beliau harus menegakkannya dengan tekad yang bulat dan dengan selalu bertawakal kepada Allah. 6 Selain itu, Maududi menyandarkan pendapat tersebut kepada preseden dimasa pemerintahan al-Khulafa al-Rasyidun. Pada masa itu, khalifah dalam memintakan pertimbangan terhadap suatu masalah, meminta para penasihatnya untuk bersidang dan bermusyawarah, mereka datang dengan hati yang tulus, kepala terbuka dan dengan kemampuannya sendiri. Khalifah mengajukan permasalahan untuk dibahas s e c a r ab e b a sd e n g a nb e r b a g a ia r g u me n t a s ib a i kd a l a m b e n t u ky a n g“ p r o ma u p u n “ k o n t r a .Pa d aa k h i r n y ak h a l i f a hme mp e r t i mb a n g k a nma n f a a td a nmu d h a r a td a r i semua argumentasi yang diberikan dalam sidang permusyawaratan itu. Setelah mempertimbangkannya, khalifah memberikan keputusan akhir, yaitu suatu keputusan yang secara umum dapat diterima oleh sidang. Jarang terjadi setelah itu orang menolak atau mengubah keputusan itu, kalaupun ada mereka tetap menghormatinya, 5 Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal dunuawiyah lainnya, seperti politik, ekonomi dan lain-lain. 6 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h.252 50 karena keputusan itu datang dari khalifah. Para penasehat atau para sahabat pada waktu itu meyakini bahwa khalifah memiliki wawasan dan hikmah Islam yang dengannya mereka lebih suka memilih dan menerima pendapat khalifah. 7 Konvensi para khalifah serta keputusan-keputusan para yuridis ahli hukum terkemuka pada akhirnya memberi kita pedoman untuk menyimpulkan bahwa tanggung jawab de facto 8 semua urusan pemerintahan ada pada kepala negara. Meskipun kepala negara ini diwajibkan untuk bermusyawarah dengan para penasehatnya, tetapi dia tidak diwajibkan untuk menerima, mengikuti atau menganut keputusan atau pandangan berdasarkan mufakat atau keputusan mayoritas mereka. Dengan kata lain, dia dapat selalu menggunakan hak veto-nya. 2. Penguasa dan Persyaratannya Dalam upaya menegakkan hukum-hukum Tuhan di suatu negara harus dibentuk suatu negara yang dibentuk berdasarkan ajaran Islam. Karenanya semua unsur pemerintah bertanggung jawab dalam mewujudkan berdirinya suatu negara yang tunduk akan perintah Tuhan dengan selalu menegakkan ajaran-ajaran yang telah disampaikan Allah melalui Rasul-Nya. 7 `Abd al-Hamid al-Mutawalli, Mabadi Nizam al-Hukm fi al Islam, Iskandariyaat : Al Ma’ arif, 1978, h. 243-245 8 De facto artiya menurut keadaan sebenarnya tentang pengakuan suatu pemerintah, Anton M. Moelyono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, h. 230 51 Karenanya, selain para pejabat pemerintah yang akan memimpin negara, dia juga bertanggung jawab serta dapat dipercaya dalam pembuatannya, Maududi menerapkan syarat-syarat lain, yaitu: 1. Seorang muslim 2. Seorang laki-laki 3. Dewasa dan berakal 4. Warga negara dari negara Islam dimana pemilihan itu berlangsung 9 Syarat pertama untuk menjadi penguasa bahwa dia harus seorang muslim didasarkan atas perintah al-Quran untuk memperoleh kekuasaan dari kalangan Muslim. Firman Allah dalam surat An – Nisaa ayat 59 : òÁ?íóÔ íöÝã?Ê õ?Ú?ÒÇóäóÊ?äöÅóÝ?ãõßúäöã öÑ?ãó?Ç íöáæõÃ?æ áó æ?Ó?ÑáÇ Çæ?ÚíöØÃó?æ ?å ?ááÇ ÇæÚ?íöØóà Çæõä?ãÇ?Á ?äíöÐ?áÇ Ç?å ?íóÃÇí ÇðáíöæúÃóÊ?ä?Ó?ÍóÃ?æ ?Ñ?íóÎ ?ßöáóÐ öÑöÎÂúáÇ öã?æ?íúáÇ?æ öå ?ááÇöÈä?æõäöãÄú õÊ?ãõÊúäõß ?äöÅ öáæ?Ó?ÑáÇ?æ öå ?ááÇ ìóáöÅ ?åæ?Ï?ÑóÝ Artinya : “ Ha io r a n g -orang beriman Taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan taalilah orang-orang yang mempunyai kekuatan dari kalanganmu, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya. jika kamu beriman kepada.A11ah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatiya An -N isa: 59. Ayat di atas menerangkan bahwa seorang Muslim harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta mentati pemimpinnya. Ketaatan kepada pemimpin berbeda dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah 9 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 266 52 ketaatan yang bersifat mutlak, sementara ketatan kepada pemimpin bersifat kondisional. Hal ini disebabkan bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan ketaatan yang sudah baku. Sebagai hamba-Nya manusia harus mematuhi segala perintah maupun larangan-Nya sebagai suatu ketaatan yang mutlak dan tidak perlu menanyakan kembali apa maksud dari perintah maupun larangan yang telah ditetapkanNya melalui al-Quran dan al-Hadits. Syarat kedua bahwa ia harus seorang laki-laki didasarkan pada salah satu ayat al-Quran. Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 34 : Artinya: + ,- ., , 1, ﻥ23 ﻣ5 2, 63+ , 7- Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita An-Nisa: 34 Ayat di atas merupakan rujukan utama bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita maupun kaumnya. Hal ini menimbang beberapa kenyataan bahwa laki-laki bisa diandalkan menjadi seorang pemimpin daripada perempuan. Hal di atas berkaitan erat dengan kemampuan laki-laki baik dalam menguasai emosi maupun kekuatan yang ada pada dirinya. Sifat kepemimpinan biasanya muncul pada diri laki-laki. Syarat ketiga bahwa ia harus dalam keadaan dewasa dan berakal dijelaskan dalam al-Quran surat An –Nisa ayat 5 : ... , + , 8, 9 : 23 ; =3 ;, 53 Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya 10 An-Nisa: 5 Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang pemimpin hendaknya merupakan orang pilihan memiliki kecerdasan dan kedewasaan. Tidak mungkin suatu kaum dapat maju jika dipimpin oleh seorang pemimpin yang bodoh. Dalam mencari pemimpin yang pandai hendaknya masyarakat yang akan memilih dan memperhatikan betul siapa yang akan menjadi pilihannya. Begitu juga pemimpin yang pandai harus disertai dengan kejujuran. Sebab kejujuran merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Syarat keempat bahwa seorang pemimpin merupakan warga negara dari negara Islam. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran. Firman Allah surat al- Anfal ayat 72 yaitu : 3, ?, ﻧ , , , ,ﻳ B 5, C5 D E , ﺳG H 83 9 ﻧ , I , 8, 2 ﻣ, J 3 K , + , 7, 3 , 7+ , , 23 . , ﻣ, ,ﻳ B 55 ﻥ L M 5 , N G O , ﻣ 8 M ﻳ , + , , ﻣ 3 P ,+ , ﻣ3 7 + , 83 ﻳ , , 2. 3 , ﻣ , ,ﻳ B 5 , Q N R , 3 + , I , 8 3 S 3 R , T , U , I 3 + , 3 C5 0, V+ , W ﻣ 3 8, . , , 3 P , . ,N ﻡ 2, 6, , 1+ 5 L3 ?5 .3 3 P , , R , Hﻳ - KG H 3 X 3, ? . , M ﺳ ﻥ L , 3 7+ , 83 ﻳ V ?,, ﻥ23 , R , ; Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan kepada orang-orang muhajirin mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan terhadap orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. Akan tetapi jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah 10 Orang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum baligh atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur hartanya 54 ada perjanjian antera kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan Al-Anfal: 72 Maksudnya agar pemilih diperuntukan bagi warga yang tinggal di sekitar pemilihan itu berlangsung. Inilah empat persyaratan hukum yang menentukan apakah seseorang memenuhi persyaratan atau tidak untuk menjadi anggota Majelis Permusyawaratan dan jabatan kepala negara Islam. Tetapi masalahnya adalah: Siapakah di antara orang-orang yang secara hukum memenuhi persyaratan, harus kita pilih? Dan siapakah yang tidak boleh dipilih untuk jabatan-jahatan penting negara? Jawaban yang jelas terhadap pertanyaan paling penting ini juga dapat kita temukan dalam al Quran dan Hadits. Al-Quran menyatakan dalam surat an-Nisa ayat 58 : 55 C5 0, K . 1 3 P , ﻣ, X , I5 ﻥ L23 H , ﺭ+ , R , M , D ﺋ + , E , 6 , + Z 23 R 3 O 3 X + , . , R , 7, , W ﻧ 3 I , N, X , ﻣ 3 X + , . [ , , \+ 5 ﻧ L3 + 5 .+ , 8: ﻳ , I + , ﻳ V E , \V , 1, C5 05 ﻥ L 3 X + , [ ; , I Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu dimata Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa al-Hujurat: 13 Ayat di atas menjelaskan bahwa kedudukan manusia adalah sama di sisi Allah kecuali dibedakan dengan ketaqwaannya. Mengenai salah satu syarat harus seorang laki-laki yang diajukan oleh Maududi, temyata tidak sepenuhnya dijalankan oleh beliau. Karena dalam prakteknya, beliau pernah mendukung Fatimah Jinnah, adik perempuan Ali Jinnah, 11 ketika dia mencalonkan diri menjadi presiden Pakistan pada tahun 1964. Kenyataan di atas memberikan pengertian bahwa Abu al-Ala al-Maududi tidak mempersoalkan apakah harus laki-laki atau perempuan yang dibolehkan menjadi pemimpin. Sebab surat an-Nisa ayat 34: òÖ?Ú?Èìóá?Ú ?ã?å ?Ö?Ú?È?å ?ááÇ óá?ÖóÝÇ?ãöÈöÁÇ?Ó?äáÇ ìóá?Ú ?äæ?ãÇ?æóÞõáÇ?Ì?ÑáÇ Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain wanita... an-Nisa : 34 11 M Ali Jinnah 1876-1948 adalah pemimpin agung dan Gubernur Jandral Pertama di Pakistan. Lahir di Lahore tahun 1876. Esposito, Ensiklopedi Dunia Islam Modern.,Bandung: Mizan, 2001, h. 27 56 Ternyata dari kedua alasan di atas tidak dijelaskan secara pasti akan adanya larangan atas pencalonan wanita sebagai seorang pemimpin. Adapun yang tersirat dari kedua dalil di atas adalah kalimat berita yang menerangkan bahwa kaum laki-laki mempunyai kelebihan dibandingkan kaum perempuan dan bahwa suatu bangsa tidak akan mendapat kemenangan jika ia dipimpin oleh seorang perempuan. Selain itu, dalam usaha untuk melangsungkan roda pemerintahan hendaknya ada musyawarah antara penguasa dengan rakyatnya. Meskipun dalam hal ini Maududi tidak menjelaskan secara rinci musyawarah yang bagaimana yang seharusnya dijalankan oleh negara Islam. Maududi hanya menjelaskan bahwa musyawarah dapat dilakukan secara langsung dengan rakyat atau melalui wakil-wakilnya yang mereka pilih. Hal ini menunjukkan bahwa betapa ajaran Islam memberikan ruang yang luas dalam bermusyawarah menurut cara yang mereka anggap paling baik. Al-Quran dalam Surat Ali Imran ayat 159 memang memerintahkan musyawarah. Firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 59 yaitu: ?ã?å úä?Ú õÝ?ÚÇóÝ?ßöá?æ?Í ?äöã Çæ?ÖóÝúäÇóá öÈúáóÞúáÇ óÙíöáóÛ Ç?ÙóÝóÊúäõß ?æóá?æ ?ã?å óá óÊúäöá öå ?ááÇ ?äöã òÉ ?ã?Í?Ñ Ç?ãöÈóÝ ?ááÇ ?äöÅ öå ?ááÇ ìóá?Ú úá?ß?æóÊóÝóÊ?ã?Ò?Ú ÇóÐöÅóÝöÑ?ãóÃúáÇ íöÝ?ã?å ?ÑöæÇóÔ?æ ?ã?å óá ?ÑöÝúÛóÊ?ÓÇ?æ 57 bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya Ali Imron: 159 Dalam ayat di atas, tidak dijelaskan bagaimana cara tertentu dalam bermusyawarah. Ketentuan dalam bermusyawarah dibiarkan begitu saja tanpa menentukan suatu sistem tersendiri. Ketentuan ini bukanlah sesuatu yang dilupakan, tetapi merupakan rahmat bagi manusia dan memberikan jalan kepada manusia untuk dapat memilih mana yang lebih pantas untuk digunakan. Hanya saja, bagaimanapun cara yang dilakukan untuk musyawarah, dalam permusyawaratan itu sendiri harus ada jaminan penuh untuk mengeluarkan pendapat secara bebas sejauh tidak bertentangan dengan nilai-nilai islami. 13 Musyawarah seperti yang telah diajarkan ini menunjukkan bahwa penguasa tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Jadi pada dasarnya penguasa dalam menjalankan pemerintahan adalah atas asas kesetujuan rakyat yang tertuang dalam musyawarah. 3. Lembaga Negara Islam dan Fungsinya Maududi membagi lembaga negara dalam Islam kepada lembaga legislatif, eksekutif dan lembaga yudikatif atau lazim hal ini kita sebut dengan trias politica. Ketiga lembaga tersebut berada di bawah pimpinan kepala negara. Masing-masing lembaga ini berfungsi secara terpisah serta berdiri sendiri antara satu dan lainnya. 14 13 Al Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Terjemahan Muhamad Al-Baqir dari judul aslinya “ Al -Khilafah wa Al-Mu l k ” , Bandung : Mizan , h.115 14 Munawir Sadjzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta : UI Press, 1993, h. 174 58 Istilah legislatif dalam Islam menurut Maududi disebut dengan Ahl al-hall wa Al-aqdi Lembaga, Penengah dan Pemberi Fatwa. Lembaga ini berfungsi membuat hukum yang tidak boleh bertentangan dengan hukum Allah dan Rasul-Nya. Lembaga ini harus menjunjung tinggi dan mematuhi hukum Allah dan Rasul-Nya. Karenanya, kekuasaan perundang-undangan yang dimiliki lembaga ini terbatas dalam batas-batas hukum Allah dan Rasul-Nya. Adapun mengenai syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para anggota dari lembaga Ahl al-hall wa al-aqdi ini, Selain mereka harus memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi o1eh penguasa yang telah disebutkan, juga harus terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan dalam mentafsirkan al-Quran, iman kepada syariat dan bertekad bulat untuk mematuhinya, memahami dengan benar bahasa Arab yang dengannya memungkinkan untuk mengetahui ajaran-ajaran al-Quran dan Sunnah Nabi secara terperinci dan penerapannya. Selain itu, para anggota Ahl al halli wal-Aqdi harus memahami pendapat para ahli masa lampau. 15 Akan tetapi, persyaratan untuk menjadi anggota lembaga Ahl al-hall wa al-aqdi, sebagaimana yang dikemukakan Maududi adalah suatu persyaratan yang tidak mungkin dimiliki secara pribadi pada masa sekarang. Hal ini dikarenakan luasnya ilmu pengetahuan. Persyaratan ini hanya bisa diperoleh secara kolektif dalam lembaga yang anggotanya mempunyai keahlian dalam berbagai bidang keilmuan. 15 Al- Maududi, Hukum dan konstitusi, Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h.97-98 59 Untuk itulah, anggota lembaga Ahl al-hall wa al-aqdi selain Ulama, harus pula terdiri dari para intelektual, ahli ketatanegaraan, kehakiman, ekonomi, pertanian dan berbagai bidang keahlian yang lain. 16 Lembaga negara lainnya adalah eksekutif menurut Maududi, istilah ulil amri pemimpin dan umara yang terdapat dalam al-Quran digunakan untuk menyatakan lembaga eksekutif yang mana pengelolaannya harus berada di bawah kepala negara. Kaum Muslimin diperintahkan untuk mentaatinya dengan syarat bahwa lembaga ini tidak memerintahkan untuk berbuat dosa dan tidak melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. 17 Adapun fungsi dari lembaga eksekutif di antaranya : Pertama, menegakkan syariat sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan Sunnah Nabi serta menyiapkan masyarakat agar menjalankannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kedua, mensejahterakan kehidupan rakyat. 18 Penggunaan istilah ulil amri yang dikemukakan oleh Abu al-Ala al-Maududi adalah berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 59 yaitu: 60 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan Ulil amri diantara kamu.. A I-Nisa: 59 Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, ketaatan kepada ulil amri beriringan dengan ketaatan kepada, Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu ketaatan kepada ulil amri mengikat sebagaimana ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan ketaatan yang mengikat itu adalah terhadap keputusan hukum yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif atau lembaga, Ahl al-hall wa al-aqdi. Beberapa ulama menyebutnya Ahlul Ikhtiar merekalah yang bertindak sebagai wakil bagi umat secara keseluruhan dalam menggunakan apa yang menjadi hak murni bagi umat 19 Hal ini sesuai dengan pendapat dari Abu al-Ala al-Maududi sendiri, apabila terjadi perbedaan pendapat antara eksekutif atau kepala negara dengan lembaga legislatif, maka, pada akhirnya kepala negara harus mengikuti pendapat mayoritas dari anggota lembaga, legislatif atau lembaga Ahl al-hall wa al-aqdi. Menurut Maududi, lembaga negara lainnya adalah Yudikatif atau al-Qadha pengadilan. Lembaga hukum ini harus mandiri dan bebas dari pengaruh dan tekanan agar dapat menjatuhkan putusan secara adil dan memiliki kekuasaan tidak terbatas untuk mengumpulkan semua jenis pembuktian yang dipandang perlu demi terselenggaranya keadilan tersebut. 19 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, Terjemahan Abdul Hayyie al Kattani, dkk, Jakarta : Gema Insani Press, 2001, h 176 61 Lembaga ini memperoleh wewenang langsung dari syariat dan bertanggung jawab hanya kepada Allah. Hakim-hakimnya ditunjuk oleh eksekutif atau pemerintah dan bertugas melaksanakan pengadilan dan sesuai dengan hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya, serta memiliki kekuasaan untuk membatalkan hukum-hukum dan perundang-undangan yang ditetapkan oleh lembaga legislatif atau Ahl al-hall wa al- aqdi, jika ketetapan itu bertentangan dengan hukum Allah dan Rasul-Nya. Pendapat Maududi ini bertentangan dengan pendapat dia sebelumnya. beliau mengatakan bahwa lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif adalah terpisah dan berdiri sendiri. Adanya wewenang lembaga yudikatif untuk membatalkan peraturan- peraturan atau undang-undang oleh lembaga legislatif menunjukkan bahwa fungsi yudikatif lebih dominan dari pada lembaga yang lain. Meskipun Islam tidak mengharuskan bahwa ketiga lembaga itu legislatif, eksekutif dan yudikatif harus dipisahkan tetapi tidak ada keharusan bahwa semua lembaga juga harus disatukan. 20 Setelah memperoleh gambaran mengenai adanya kekuatan yudikatif atas eksekutif dengan kebolehan lembaga ini untuk membatalkan produk hukum legislatif yang dianggap bertentangan dengan hukum Allah. Akan tetapi, dalam hal ini maududi tidak memberi pembahasan mengenai persyaratan orang-orang yang berhak menduduki jabatan dalam lembaga yudikatif ini. 20 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 236 62 4. konsep Islam mengenai kedaulatan Dalam masalah kedaulatan Maududi memberikan pertanyaan mengenai siapa yang menikmati hak untuk berdaulat di suatu negara Islam. menurutnya, al-Quran memberikan jawaban yang tidak dapat diganggu gugat atas pertanyaan ini. al-Quran menyatakan bahwa kedaulatan dalam semua aspeknya hanya berada di tangan Tuhan. hanya Dialah yang merupakan pencipta dan penguasa sebenarnya di alam semesta ini. Karenanya, di tangan-Nyalah hak kedaulatan atas semua mahluk-Nya. Dalam terminologi sains modern, kata ini digunakan untuk mengartikan kemaharajaan mutlak atau kekuasaan raja yang paripurna. Kedaulatan memiliki hak yang tidak dapat diganggu gugat untuk memaksakan perintah– perintah-Nya kepada semua rakyat dari negara yang bersangkutan dan rakyat ini memiliki kewajiban mutlak untuk menaatinya tanpa memperhatikan apakah mereka bersedia atau tidak. 21 Dari penjelasan di atas, Maududi memberikan pernyataan bahwa kedaulatan hanyalah milik Allah semata. Pernyataan ini didasarkan atas dalil-dalil yang bersumber dari al-Quran di antaranya surat Huud ayat 107 yaitu: 63 Ayat di atas menerangkan bahwasannya Allah maha berkehendak, dan hanya Allah yang dapat melaksanakan setiap kehendak-Nya. tidak ada yang dapat menentukan kehendak selain Allah. Dan surat al-Anbiyaa ayat 23 yaitu : apakah mereka dilahirkan di negara Islam atau telah berhijrah ke negara Islam, merupakan warga negara Islam dan menjadi saudara antara satu dengan lainnya. 23 Sementara itu, Maududi mengartikan dzimmy adalah semua kaum non-muslim yang bersedia tetap setia dan taat kepada negara Islam yang dijadikan tempat tinggal untuk mencari nafkah, tanpa memperdulikan di negara mana mereka dilahirkan, untuk para warga negara semacam ini, Islam memberi jaminan perlindungan kehidupan, nafkah dan kekayaan, serta jaminan kebudayaan, keimanan dan martabat. Negara hanya menerapkan undang-undang negara terhadap mereka, negara memberikan hak yang sama dengan kaum Muslimin dalam semua masalah perdata. Mereka diberi hak yang sama untuk bekerja kecuali dalam jabatan-jabatan kunci; mereka berhak atas semua kebebasan sipil bahkan untuk masalah-masalah ekonomi, tidak ada diskriminasi antara kaum muslimin dengan dzimmy. Lebih lanjut, kaum dzimmy dikecualikan dari tanggung jawab negara yang hanya di khususkan sepenuhnya bagi semua warga negara Muslim. 24 Perbedaan kedua warga negara tersebut dalam suatu negara Islam secara jujur dikemukakan Maududi termasuk hak-hak yang diberikan dan yang tidak dapat diberikan kepada warga negara dzimmy. Dalam negara Islam, hak-hak warga negara Muslim ataupun yang nonmuslim dijamin dan dipelihara, yaitu: 23 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 269 24 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 271 67 1. jaminan keselamatan jiwa; 2. jaminan atas hak milik; 3. perlindungan atas kehormatan diri; 4. penjagaan kehidupan pribadi; 5. hak untuk menolak kedzaliman; 6. hak menyuruh kepada kebaikan dan melarang kejahatan; 7. kebebasan berkumpul dan memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat; 8. hak kebebasan beragama dan berkeyakinan; 9. hak pertanggungjawaban seseorang hanya pada perbuatan sendiri; 10. hak keamanan dari penindasan keagamaan; 11. hak untuk tidak dilakukan sesuatu tindakan tanpa ada kejahatan yang dilakukannya; 12. hak untuk mendapat tunjangan dari pemerintah terhadap fakir dan miskin; 13. perlakuan yang sama terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi 25 Karenanya, sebagai imbalan dari hak-hak warga negara tersebut, pemerintah dari suatu negara Islam mempunyai hak-hak lainnya terhadap warga negaranya, yaitu: 1. setiap warga negara harus tunduk kepada pemerintahnya 25 Al Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Terjemahan Muhamad Al-Baqir dari judul aslinya “ Al -Khilafah wa Al-Mu l k ” , Bandung : Mizan , h.76-81 68 2. warga negara harus mentaati hukum yang berlaku, berpegang padanya dan tidak menimbulkan kerusakan terhadap sistem atau aturan-aturannya 3. setiap warga negara harus memberikan dukungan dan bantuan dari semua usaha-usahanya yang baik 4. setiap warga negara harus bersedia mengorbankan jiwa dan raganya serta harta benda 26 Pemikiran Maududi tentang siapa yang dikatakan warga negara dari suatu negara Islam, jelas menunjukkan bahwa kewarganegaraan seseorang tidak ditentukan oleh warna kulit, bahasa, kondisi geografis dan agama. Kewarganegaraan seseorang justru ditentukan oleh kelahiran, yakni setiap orang yang lahir di dalam wilayah kekuasaan negara Islam atau setiap orang yang memilih bertempat tinggal di wilayah negara Islam. 27

B. Relevansi pemikiran politik al Maududi dengan masa depan pemikiran Politik Islam

Haruslah diakui nilai peranan yang dimainkan oleh J a ma ’ a hI s l a mi a h di India Pakistan yang diprakarsai oleh Al Maududi dalam mengkritik ide Barat dan penyelewengan dari segi ilmiah dan keagamaan. Bantahan terhadap nilai-nilai dan 26 Al Maududi, Khilafah dan Kerajaan,Terjemahan Muhammad Baqir, Bandung : Mizan, 1984, h. 81-82 27 Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 269 69 faham-faham Barat serta faham-faham materialis yang menjadi tumpuan berdirinya peradaban Barat atau dalam hal ini Mukti Ali menyebutnya dengan corak dan bentuk peradaban Jahiliyah ternyata mampu menciptakan sistem sosial masyarakat sekaligus membuktikan bahwa Islam selain Ideal, merupakan entitas efektif yang mengungguli model Barat. Al Maududi telah mengutamakan cara penyerangan terhadap ide Barat dalam menghadapinya dengan kekuatan dan kepercayaan, serta mengkritik dan mengemukakan jalan pemecahannya. Terdapat berbagai macam corak yang luas dari sebagian atau campuran dari Jahiliyah. Ini terdiri dari pengakuan terhadap adanya pencipta, tetapi dicampur aduk dengan kepercayaan-kepercayaan yang palsu dengan mencampur aduk elemen-elemen tertentu dari petunjuk Allah dengan elemen-elemen lain yang palsu. 28 Islam menolak konsep Jahiliyah dalam segala bentuk dan coraknya karena dalam mekanisme konsep Islam, sesuatu yang haq Islam dan yang bathil Jahiliyyah tidak bisa disatukan dan Islam berusaha untuk membawa revolusi total dalam kehidupan manusia dengan maksud membentuk kehidupan itu sesuai dengan petunjuk Tuhan. Ini membuka proses murni yang menghasilkan seluruh rangkaian perubahan dalam kehidupan individu, yang membawa individu itu mengembangkan masyarakat imani. Masyarakat itu tumbuh sebagai gerakan ideologi yang berusaha 28 Ilyas Hasan, editor Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998, h.110 70 untuk membawa perubahan sosial pada arah yang islami secara kaffah seperti zaman Nabi dan para sahabat 29 . Ti d a ka d ak e r a g u a nb a h waJ a ma ’ a ta lI s l a mid iI n d i ad a nPa k i s t a na d a l a h salah satu gerakan Islam kontemporer yang terbesar di Asia. Berdiri pada asas konsepsi keyakinan yang sehat, dan menuntut untuk kembali kepada kebersihan a q i d a hd a nk e j e r n i h a ns y a r i ’ a t .Ge r a k a ni n it e l a hme ma n t a p k a nd i r id e n g a n I s l a m me n j a g ah u b u n g a n n y ad e n g a ny a n gl a i nb e r d a s a r k a ns y a r i ’ a tI s l a m me mp e r s i a p k a n diri dalam pertarungan yang melibatkannya melawan India, baik di Kasymir maupun dalam perang Banglades serta telah mengorbankan ribuan putra-putrinya untuk membela Islam. Sejak berdirinya sampai hari ini Ja ma ’ a ta lI s l a myi t u t e l a h me n e mp u h tahapan, seperti tahapan dakwah dan koreksi. Kemudian tahapan pendidikan dan penyusunan, lalu tahapan perjuangan dan pertarungan. Sistemnya bersumber pada kitab Allah dan Sunnah Rasulullah, serta sejarah kaum salaf yang shaleh radliyallahu ‘ a n h u ma j ma ’i n . Sistem itu mencakup : 1. percontohan sebelum perkataan 2. melaksanakan aktivitas dakwah dan segala keperluannya 3. berpegang kuat pada peraturan dakwah 4. me mp e r h a t i k a np e n d i d i k a nd a nk o n s o l i d a s i p e n y u s u n a nj a ma ’ a h 29 Syahrin Harahap, Islam Dinamis, Menegakkan nilai-nilai Ajaran Al-Qu r ’ a nd a l a m