Dasar Pemikiran Politik Abu al-A’ l

33 sistem-sistem lain yang dibuat manusia. Pemikiran dan akal manusia mempunyai kesanggupan yang besar dalam bidang-bidang tertentu, umpamanya dalam bidang ilmu alam dan teknologi. Tetapi akal manusia tanpa dibantu oleh petunjuk Tuhan sama sekali tidak cukup untuk meletakkan prinsip-prinsip yang adil dan jujur terhadap segala macam aspek yang beraneka ragam dari kodrat manusia dan yang membawa kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Kadang-kadang hasil pengetahuan dan kebijaksanaan yang ada pada manusia demikian sedikitnya untuk bisa menunjukkan jalan yang sebenarnya bagi kehidupan manusia. 5 Karena alasan inilah, kerangka dasar pemikiran Maududi selalu diwarnai dengan cara hidup Islami sebagaimana ditetapkan dalam Al-Qu r ’ a nd a nSu n n a h karena lebih baik dan lebih sesuai untuk dapat membawa kepada kebahagiaan manusia dan usaha untuk mencapai kebutuhannya apalagi keselamatannya di hari kiamat, lebih daripada sistem-sistem kehidupan yang dibuat oleh manusia baik dulu maupun sekarang.

B. Ijtihad Al-Maududi dalam Pemikiran Politik Islam 1. Konsep

Theo-Demokrasi Konsepsi Maudud it e n t a n g n e g a r a I s l a m d i d a s a r k a n a t a ss y a r i ’ a h ,y a n g memberikan prinsip-p r i n s i pd a s a r n y a .Da l a m p e r s p e k t i fs y a r i ’ a h ,me n u r u tMa u d udi, ada empat prinsip yang mendasari negara Islam : mengakui kedaulatan Tuhan, 5 Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, Terjemahan Osman Raliby, Jakarta : Bulan Bintang, 1967, h.157 34 mengakui otoritas Nabi, mengakui status perwakilan Tuhan 6 , dan menggunakan musyawarah bersama mutual consultation. Dari titik pandang prinsip-prinsip ini, kedaulatan yang sebenarnya hanyalah milik Tuhan. Negara hanya berfungsi sebagai alat politik yang dengannya hukum-hukum Tuhan dijalankan, atau, meminjam ungkapan Charles Adams, ia tak punya hak untuk membuat atau menegakkan hukum atas namanya sendiri tapi bertindak sebagai agen dari pusatnya. 7 Kalau begitu maka negara Islam yang dikonsepsikan Maududi adalah negara teokratis . Namun demikian, karena ia juga menekankan prasyarat-prasyarat Islam bagi musyawarah bersama syura di antara umat Islam dalam berbuat, maka negara ini juga punya sifat demokratis. Bentuk negara demikian paling baik disebut, sebagaimana disarankan oleh Maududi sendiri, adalah ”t h e o -d e mo k r a s i ” 8 , yakni “ p e me r i n t a h a n d e mo k r a t i si l a h i a h ”d i ma n au ma tI s l a m d i b e r ik e d a u l a t a n r a k y a t terbatas di bawah ke-Maha Kuasa-an Tuhan. Dengan theo-demokrasi Maududi ingin mengungkapkan suatu konsep antitesis atas demokrasi Barat sekuler yang 6 Tuhan telah memilih manusia sebagai wakil Tuhan di bumi. Setiap manusia diberi tanggung jawab sebagai wakil Tuhan dan ia bertanggung jawab kepada-Nya. Dalam kapasitasnya sebagai wakil Tuhan di bumi, ia juga harus mengikatkan diri kepada yang diwakili, yaitu Tuhan, untuk mengatur semua persoalan dunia ini sesuai dengan petunjuk-petunjuk Zat yang diwakili, dan untuk mempergunakan semua kekuatannya yang telah diberikan oleh Allah kepadanya dalam batas-batas yang ditentukan oleh-Nya. Lih Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, Terjemahan Osman Raliby, Jakarta : Bulan Bintang, 1967, h.157 7 Al Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Terjemahan Muhamad Al-Baqir dari judul aslinya “ Al -Khilafah wa Al-Mu l k ” , Bandung : Mizan , h. 64 8 Theo-Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan demokrasi Ilahi, karena di bawah naungan-Nya kaum Muslim telah diberi kedaulatan rakyat yang terbatas di bawah pengawasan Tuhan. Dan juga dalam sistem ini diperlukan pola bermusyawarah untuk mufakat yang didasarkan atas al - Qurán dan Hadits. Lih Al Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat, Bandung: Mizan 1995, h. 160 35 menurutnya didasarkan hanya pada kedaulatan rakyat, dan karena itu bertentangan dengan Islam. Negara Islam bertumpu pada dua prinsip : kedaulatan sovereignty Tuhan dan perwakilan vicegerency manusia. 9 Dalam teorinya yang komprehensif tentang hakikat pemerintahan Islam, Maududi juga membahas tujuan pemerintahan Islam ini dan juga sifat-sifat dasarnya. Dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qu r ’ a n ,mi s a l n ya QS : 57:25; 10 22:41, 11 Maududi menyatakan tujuan positif dari negara Islam, termasuk perlindungan umat manusia dari eksploitasi atau tirani, menjamin kebebasan, dan membangun sistem seimbang mengenai keadilan sosial. Negara Islam, menurut Maududi, bersifat universal dan juga ideologis. Ia universal karena mencakup seluruh aspek kehidupan dan pada hakikatnya bersifat totalitarian. Ia bersifat Ideologis dalam pengertian bahwa ia didasarkan atas, atau bekerja demi ideologi tunggal : ideologi Islam nidzam-aI- Islami. 12 9 M Din Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2001, h. 142 10 Dalam Al-Quran Surat Al-Hadiid ayat 25 yang menekankan tentang prinsip keadilan, yakni sbb : Øö Ó ?Þ ö áú ÇÈ ö Ó ? Ç?äáÇ ã?æÞõ í ?öá ?äÇ?ÒíöãúáÇ?æ È ? ÇÊ ó ßö áú Ç ?ãå?Ú??ã Çóäáú Ò?úäóÃ?æ Ê ö Çóä?í?ÈúáÇÈ ö Çäó áóÓ ?Ñ? Çóäáú Ó ?Ñ?óà Ï?Þó áó yang artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Neraca keadilan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. 11 Surah Al-Hajj ayat 41 ini menekankan untuk selalu melakukan perbuatan yang baik agar tercipta kondisi sistem sosial dan kemasyarakatan yang aman dan sejahtera. Ayat tersebut sebagai berikut : öÑæ?ãÃõúáÇ õÉ?ÈöÞÇ?Ú öå á?öáæ? öÑóßúä?ãúáÇ öäÚ? Çæ??å óä?æ öÝæ?Ñ?Ú?ãúáÇÈ ö Çæ?Ñ?ãóÃæ? óÉÇßó ?ÒáÇ Ç?æóÊÇ?Á?æ óÉÇóá?ÕáÇ Çæ?ãÇóÞóà öÖ?ÑóÃáúÇ íÝ ö ?ã?å Ç?ä?ß?ã ?äöÅ ?äíöÐ?áÇ yang artinya : yaitu orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi niscaya me r e k ame n d i r i k a ns e mb a h y a n g ,me n u n a i k a nz a k a t ,me n y u r u hb e r b u a ty a n gma ’ r u fd a nme n c e g a h dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. 12 Munawir Sadjali, Islam dan Tata Negara, Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta UI Press, 1993, h.165