Proses Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life Syari’ah
50
berkesinambungan risiko yang menantang Perusahaan. Risiko pada PT. Bringin Life Syari’ah mengidentifikasi dengan menggunakan
pedoman Salinan
Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
11PMK.0102011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Reasuransi Dengan Prinsip Syari’ah. Selain itu memiliki beberapa
prosentase untuk mengidentifikasi Dana Tabarru’ dan Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi yang akan disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011. Hal ini dijelaskan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
11PMK.0102011, pada BAB III Kesehatan Keuangan Dana Tabarru’, bagian kesatu Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ pada pasal 3, yaitu:
Perusahaan harus menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ paling rendah 30 tiga puluh per seratus dari dana yang diperlukan
untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan danatau kewajiban.
3
Menurut peneliti pada proses identifikasi ini PT. Bringin Life Syari’ah dapat mendiagnosis setiap risiko dengan dini. PT. Bringin Life
Syari’ah dapat meminimalisir mitigasi dan mengendalikan risiko dengan PMK Nomor 11PMK.0102011 mengenai kesehatan keuangan usaha
Asuransi dengan prinsip Syari’ah. Pada proses identifikasi ini dapat terlihat jelas untuk menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ yang telah
diterapkan PT. Bringin Life Syari’ah yang terlampir pada lampiran 1.
3
Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK. 0102011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31
Maret 2011, http:www.sjdih.depkeu.go.idfullText201111~PMK.010~2011Per.HTM, h. 4
51
b. Mengukur risiko PT. Bringin Life Syari’ah mengukur risiko dengan menggunakan
berapa banyak prosentase dari Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta, Dana Perusahaan. Serta mengukur risiko untuk memperoleh informasi
yang akan menolong Perusahaan Asuransi dalam menentukan potensial kerugian Asuransi yang akan datang.
Mengukur risiko dapat dilihat dengan kesesuaian anggaran awal dengan anggaran realisasi. Dalam hal ini dapat diketahui jumlah
pengeluaran yang terpakai dan belum terpakai. Sehingga ada suatu profit keuntungan yang diperoleh dalam mengelola Perusahaan Asuransi.
Begitu pula, besarnya prosentase dari berbagai aktivitas ekonomi sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011.
c. Mengendalikan Risiko PT. Bringin Life Syari’ah mengendalikan risiko dengan mengambil
tindakan dalam memperbaiki risiko untuk mencapai standar dan tingkat yang dapat diterima, maka keputusan untuk mengendalikan risiko hanya
dilaksanakan dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengukur setiap risiko yang timbul. Kemudian melakukan pengendalian risiko,
pengendalian risiko PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011 mengenai Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi Syari’ah dengan prinsip Syari’ah dan Buku Pedoman Operasional. Hal ini dapat mengontrol profil risiko dan sebab-
sebab kerugian, seperti risiko finansial dapat diukur dengan pencapaian
52
Solvabilitas Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta Laporan Keuangan, dan Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan menggunakan metode Risk
Base Capital RBC dalam perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
BTSM yang dikeluarkan setiap triwulanan. Sehingga kewajiban PT. Bringin Life Syari’ah dapat membayar klaim setiap peserta
dan tidak ada perbedaan antara klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan. Serta adanya keseimbangan antara proyeksi arus kekayaan
dan kewajiban. d. Memantau dan Melaporkan Risiko
PT. Bringin Life Syari’ah akan terus-menerus memantau setiap aktivitas ekonomi Asuransi. Memantau dengan kekayaan yang tersedia
untuk Qardh dan Solvabilitas Dana Perusahaan, Solvabilitas Dana Tabarru, dan Dana Investasi Peserta kemudian dibuat Laporan Keuangan
Usaha Asuransi untuk melihat Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi. Melaporkan dengan menggunakan Laporan Kesehatan Keuangan dengan
perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum BTSM berdasarkan metode Risk Base Capital RBC.
Menurut Salinan
Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
11PMK.0102011 BAB IV Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan bagian kesatu kekayaan yang tersedia untuk Qardh pasal 25.
1 Perusahaan wajib menyediakan kekayaan yang tersedia untuk Qardh dalam Dana Perusahaan.
2 Kekayaan yang tersedia untuk Qardh sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling rendah sebesar 70 tujuh puluh per seratus dari dana yang
diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 ditambah dengan
sejumlah dana yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan dalam proses produksi,
53
ketidakmampuan Sumber Daya Manusia atau sistem untuk berkinerja baik, atau adanya kejadian-kejadian lain yang merugikan.
4
Berdasarkan uraian di atas PT. Bringin Life Syari’ah harus menjaga Qardh 70 tujuh puluh per seratus dan Tingkat Solvabilitas
Dana Tabarru’ paling rendah 30 tiga puluh per seratus dari dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Hal ini dapat terlihat pada lampiran 2, untuk menunjukkan bahwa PT.
Bringin Life Syari’ah dapat mengantisipasi risiko dalam menjaga Qardh dan Dana Perusahaan.
Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah dapat memantau dan melaporkan risiko dari keseluruhan Laporan Perhitungan Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi. Sehingga potensial kerugian yang terjadi pada PT. Bringin Life Syari’ah dapat terlihat dari berbagai elemen-elemen dan
risiko Perusahaan dapat terdeteksi sejak dini. Jadi menurut peneliti PT. Bringin Life Syari’ah sudah melakukan
proses manajemen risiko yang cukup baik. Karena berdasarkan teori yang dijelaskan pada Bab II mengenai proses manajemen risiko. Proses
manajemen risiko yang diterapkan pada PT. Bringin Life Syari’ah yaitu mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau, dan melaporkan
risiko yang timbul pada PT. Bringin Life Syari’ah. Berbicara mengenai Asuransi Syari’ah maka manajemen risiko PT. Bringin Life Syari’ah tidak
4
Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK. 0102011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31
Maret 2011, http:www.sjdih.depkeu.go.idfullText201111~PMK.010~2011Per.HTM, h. 16
54
hanya mengelola risiko secara Perusahaan corporate. Namun dalam hal ini manajemen risiko pun akan membahas secara pertanggungan atau
peserta Asuransi. 2. Hasil Temuan Manajemen Risiko dari segi Pertanggungan atau Peserta
PT. Bringin Life Syari’ah menjelaskan risiko-risiko yang akan timbul pada peserta berdasarkan sebab-sebab kerugian risiko sebagai beriku:
a. Risiko sosial Menurut Kuat Ismanto, risiko sosial adalah masyarakat, artinya
tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang diharapkan.
5
Menurut Basuki Achmad, risiko sosial dikatakan sama halnya seperti Moral Hazard yaitu bahaya yang
ditimbulkan akibat moral seseorang yang ingin memperoleh keuntungan berasuransi.
6
Menurut Peneliti risiko sosial adalah suatu perbuatan yang dilakukan para peserta Asuransi yang ingin menciptakan sebuah kejadian
berdasarkan keinginan peserta Asuransi. Sehingga perbuatan tersebut menimbulkan bahaya moral, yang akan berpengaruh kepada Perusahaan
Asuransi Syari’ah. Adapun dua contoh yang dijelaskan menurut Basuki Achmad,
mengenai contoh pertama Asuransi kecelakaan, ketika seseorang tersebut meminta klaim kepada PT. Bringin Life Syari’ah, sebagai biaya perawatan
Rumah Sakit sebesar rp. 100.000-,. Namun seseorang tersebut meminta klaim dengan Rp. 400.000-, artinya Asuransi ini sudah menyimpang ke
arah moral hazard bahaya moral. Contoh kedua, melakukan kerja sama
5
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 Cetakan Pertama, h. 32
6
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
55
dengan pihak Bank untuk mengcover kredit ketika pihak Bank ingin melakukan penagihan kredit, untuk meminta klaim, namun pihak Bank
telah melakukan pemalsuan dokumen dengan mengatasnamakan orang yang melakukan peminjaman itu telah meninggal.
7
Kedua contoh tersebut adalah suatu gambaran mengenai moral hazard. Bahaya Moral pada PT. Bringin Life Syari’ah merupakan suatu
risiko yang dapat menganggu berbagai sendi pendapatan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika risiko sosial atau moral hazard yang
ada pada PT. Bringin Life Syari’ah. 1 Mengidentifikasi
Identifikasi dapat dari surat pengajuan awal yang diajukan oleh pihak PT. Bringin Life Syari’ah. Identifikasi yang dilakukannya
mengisi formulir dengan secara lengkap dan jelas. Seperti mengisi daftar riwayat hidup peserta. Tujuannya untuk melihat potensi peserta
dalam melakukan identifikasi kearah Moral Hazard. 2 Memonitor
Langkah selanjutnya memonitor risiko sosial, PT. Bringin Life Syari’ah terus melakukan pengawasan kepada setiap peserta. Agar PT.
Bringin Life Syari’ah dapat mengetahui risiko sosial yang dapat ditimbulkan oleh peserta tersebut.
3 Mengendalikan Dalam hal ini, data merupakan sesuatu informasi bagi pihak
PT. Bringin Life Syari’ah untuk mengendalikan risiko sosial. Adanya
7
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
56
data akan melihat probabilitas seseorang tentang pekerjaan, misalnya: data mengenai risiko karyawan, risiko kerjasama dengan Bank Umum,
BPR pun sudah ditentukan risiko klaim dari masing-masing kerjasama tersebut. Namun risiko klaim untuk BPR akan melakukan pengisian
Surat Pengantar Kepesertaan SPK karena akan ada tambahan klausula, sedangkan Bank Umum melihat masa lalu dan melakukan
tindakan akan datang. b. Risiko fisik
Adapun risiko fisik dapat terjadi pada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Karena risiko fisik yang memberikan keadaan dari Perusahaan
tersebut. Menurut Kuat Ismanto, risiko fisik disebabkan oleh fenomena alam
dan sebagian lagi diciptakan oleh manusia itu sendiri. Banyak risiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk, terutama, kedalam kategori risiko
fisik.
8
Menurut Basuki Achmad, risiko fisik adalah fenomena alam, ada yang terjadi di internal Perusahaan maupun terhadap peserta.
9
Menurut peneliti, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah mengetahui risiko fisik yang akan terjadi pada Perusahaan dan peserta.
Seperti risiko fisik yang berada di internal Perusahaan sebagai contoh, adanya kebakaran, banjir, gempa bumi dan bencana alam lainnya. Namun
tidak hanya dalam internal Perusahaan, bagi para peserta pun demikian
8
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 Cetakan Pertama, h.32
9
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011
57
seperti, ketika terjadi Gelombang Tsunami para peserta yang berlokasi di Aceh atau daerah rawan konflik dan bencana alam, akan melakukan
penuntutan klaim. Maka mengakibatkan banyak permintaan klaim dari setiap peserta.
Uraian di atas peneliti akan mengungkapkan PT. Bringin Life Syari’ah akan melakukan identifikasi, mengukur, mengendalikan dari
risiko fisik sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi
Dalam hal ini, PT. Bringin Life Syari’ah dari bagian umum mengidentifikasi untuk memilih tempat yang dapat mengetahui kondisi
lingkungan gedung dan tersedianya fasilitas yang mendukung gedung seperti; alat pemadam kebakaran, CCTV, dan security keamanan.
Kemudian meneliti kondisi gedung apakah masih layak digunakan dalam jangka panjang. Untuk peserta PT. Bringin Life Syari’ah,
operator Asuransi Syari’ah akan melihat lokasi atau tempat tinggal peserta untuk mengidentifikasi daerah rawan yang akan terjadi pada
setiap peserta. Misalnya peserta berada di daerah rawan seperti dekat pantai, kebakaran, dan daerah konflik. Maka Bringin Life Syari’ah
melakukan tingkat identifikasi apakah diterima atau ditolak sebagai peserta. Sebab daerah rawan tersebut akan menyebabkan banyak
permintaan klaim. Namun, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah membuat syarat dan ketentuan berlaku bagi peserta yang berlokasi
rawan.
58
2 Memonitor Bringin
Life Syari’ah
selalu melakukan
pengawasan monitoring bagi setiap peserta. Karena untuk melihat risiko fisik ini
tidak terlalu besar. 3 Mengendalikan
Bringin Life Syari’ah telah menyediakan berbagai fasilitas untuk keamanan gedung dan syarat bagi peserta untuk daerah rawan.
c. Risiko Ekonomi Risiko ekonomi akan terjadi ketika Perusahaan Asuransi sudah
beroperasi. Asuransi Syari’ah merupakan Asuransi Takaful untuk mengatasi masalah bagi peserta yang tertimpa musibah akan berdampak
pada bidang ekonomi. Menurut Kuat Ismanto, risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan Perusahaan individu.
10
Menurut Basuki Achmad, risiko ekonomi adalah ada inflasi, inflasi lokal, misalnnya terjadi inflasi disebabkan karena kenaikan harga di semua
sektor sementara kita sudah menganggarkan satu polis. Biayanya ada Rp.50.000-, satu kumpulan premi yang diambil dari total 1 Miliar dan
Rp.300.000.000-, dari Perusahaan. Karena ada inflasi biayanya meningkat artinya apa yang kita prediksi 30 tiga puluh per seratus malah lebih
dari 1 Miliar.
11
Menurut peneliti risiko ekonomi adalah risiko yang paling mengerikan atau krusial. Disebabkan risiko ekonomi tersebut akan
berpengaruh terhadap berbagai sektor-sektor di Perusahaan Asuransi Syari’ah. Maka PT. Bringin Life Syari’ah akan mengelola risiko tersebut
berdasarkan kerugian yang telah ditemukan oleh PT. Bringin life syari’ah.
10
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Cetakan Pertama, h.32
11
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
59
1 Mengidentifikasi PT. Bringin Life Syari’ah melakukan identifikasi dengan
membuat anggaran pengeluaran dan anggaran realisasi. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah melihat apakah anggaran awal sudah sesuai
dengan anggaran realisasi. 2 Memonitor
PT. Bringin Life Syari’ah senantiasa memantau biaya-biaya yang dianggarakan seperti anggaran awal dan anggaran realisasi.
Karena setiap bulan ada anggaran realisasi. Begitu juga Investasi, selalu memonitor tingkat bagi hasil dari
instrumen-instrumen yang sudah diilustrasikan disetiap produk Asuransi PT. Bringin Life Syari’ah. PT. Bringin Life Syari’ah akan
memantau terus pada Reksadana Campuran dan melakukan pembuatan Laporan Net Asset Value NAV. Maka manajer ivestasi PT. Bringin
Life Syari’ah berkompeten untuk melakukan penjualan atau pembelian ketika harga Reksadana Campuran turun.
12
3 Mengendalikan Bringin Life Syari’ah mengendalikan anggaran ketika anggaran
sudah meningkat maka akan melakukan pengurangan anggaran tersebut.
Dari ketiga sebab-sebab kerugian risiko disetiap Perusahaan Asuransi perlu diamati dari sebab-sebab kerugian tersebut. Maka hal
12
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011
60
yang perlu dilakukan oleh manajer risiko adalah meminimalisir risiko. Sebab risiko tidak dapat dihindari.
Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah sebagai Asuransi Jiwa maka terkait dengan kematian hampir dipastikan semua peserta akan
meninggal. PT. Bringin Life Syari’ah tidak bisa menghindari tetapi meminimalisir risiko. Contohnya memperkecil dampak dari risiko,
ketika seseorang sudah menjadi peserta PT. Bringin Life Syari’ah, seseorang tersebut menderita penyakit kronis, maka pihak PT. Bringin
Life Syari’ah akan mengeluarkan uang pertanggungan sebanyak 1 Miliar dikarenakan meninggal dan PT. Bringin Life Syari’ah akan
terganggu dari segi ekonomi serta menjadi tidak stabil. Namun, PT. Bringin Life Syari’ah melakukan Risk Sharing dengan Reasuransi.
Maka akan mengurangi dampak finansial dari risiko tersebut. Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan pada BAB II,
mengenai manajemen risiko. Maka telah ditemukan profil risiko yang dapat mengancam tata kelola Perusahaan Asuransi Syari’ah. Pada
uraian ini peneliti akan menjelaskan profil risiko sebagai berikut: 3. Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah
a. Risiko Reputasi Yaitu berkaitan dengan citra dan nama baik PT. Bringin Life
Syari’ah, mengenai agen Asuransi melakukan penyimpangan deviasi dan tidak mampu membayar klaim peserta. Maka akan berakibat dengan
reputasi PT. Bringin Life Syari’ah, pada pemegang polis atau peserta dan
61
stakeholders. Berkaitan dengan itu semua PT. Bringin Life Syari’ah menghindari ketidakpastiaan yang terjadi di akan datang. Menjadikan
setiap staf-staf yang memiliki Sumber Daya Manusia dan Sistem Informasi Manajemen yang mendukung.
b. Risiko Kredit Hal ini terjadi, disebabkan kelalaian atau pengelolan operasional
yang belum mampu mendeteksi risiko kredit, maka prosentase dari total kredit yang diberikan terhambat. Pada risiko ini PT. Bringin Life Syari’ah
mengendalikan dengan membuat suatu anggaran awal dan anggaran realisasi. Dimana dapat memenuhi setiap kebutuhan pemegang polis dan
stakeholders. c. Risiko Legal hukum
Yaitu tidak adanya suatu hukum yang disahkan oleh Pemerintah dan dalam proses pengendalian risiko telah melanggar hukum karena tidak
berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011. PT. Bringin Life Syari’ah pada risiko ini telah mengikuti prosedur dari
Peraturan Menteri Keuangan dalam mengelola bisnis manajemen
Perusahaan Asuransi. d. Risiko Pasar
Yaitu tidak terjual produk-produk yang sudah dipasarkan ke masyarakat, maka manajer pemasaran harus membuat inovasi produk
Asuransi dan mengilustrasikan setiap produk untuk ketentuan kontribusi yang diperoleh dalam pembayaran premi. PT. Bringin Life Syari’ah dalam
hal ini berusaha dalam memasarkan produk membuat ilustrasi kontribusi
62
untuk masing-masing peserta dalam ketentuan identitas kelahiran. Maka tidak terjadi penyimpangan nilai kontribusi.
e. Risiko Operasional Yaitu mengenai pekerjaan, misalnya apabila pekerjaan umumnya
dapat dilakukan dalam waktu yang tepat dan tidak banyak makan waktu, tataran operasional pekerjaan sudah bagus dengan muatan manajemen
modern dan dapat diselesaikan dengan satu jam atau lebih. Namun apabila yang terjadi operasional Perusahaan selesai berhari-hari maka hal yang
tentu terjadi adalah mengeluarkan banyak biaya budget, dan akan menimbulkan risiko operasional serta tidak profesional pegawai.
f. Risiko Finansial
Yaitu risiko mengenai keuangan seperti anggaran dan pendapatan dari Perusahaan. Bringin Life Syari’ah selalu menitikberatkan bahwa
risiko finansial merupakan sesuatu peran terpenting dalam menjalankan aktivitas Perusahaan, karena kewajiban Perusahaan Asuransi Syari’ah
adalah membayar klaim. Hal yang dapat terjadi risiko finansial, apabila Bringin Life Syari’ah tidak memiliki uang cukup untuk memenuhi
kewajiban, maka akan mengakibatkan risiko finansial yang menyebabkan kerugian, reputasi jelek, pemegang saham mundur, perombakan
manajemen, karyawan mengundurkan diri dan peserta menuntut klaim. Berdasarkan profil risiko tersebut, PT. Bringin Life Syari’ah
berusaha untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau, melaporkan, dan meminimalisir ketidakpastian pada potensial kerugian
yang akan datang.
63
Berkaitan dengan profil risiko tersebut, maka peneliti
akan memberikan penjelasan mengenai mekanisme tata kelola Perusahaan PT.
Bringin Life Syari’ah dalam menerapkan pengelolaan risiko pada Asuransi Syari’ah yaitu:
a. Berbagi risiko finansial diantara peserta Konsep ini menjelaskan bahwa peserta saling berbagi risiko Risk
Sharing diantara peserta itu sendiri. PT. Bringin Life Syari’ah hanya dapat memastikan bahwa skema pembagian risiko dapat bekerja dengan
baik dalam upayanya memberikan benefit bagi para peserta. Tugas operator PT. Bringin Life Syari’ah harus mampu mengidentifikasi,
menganalisis, dan memperhitungkan nilai kontribusi yang layak untuk dibebankan kepada setiap peserta sehingga jumlah dana cukup untuk
menutup semua klaim yang muncul. Konsep ini dijelaskan pada gambar berikut:
---------------------------------------
Sebagai
wakil untuk
m engelola Dana Takaful dan m engelola risiko
PESERTA
RISIKO 3 D ana Takaful
Kont ribusi dikum pulkan
disini Klaim juga D ibayar
D ari D ana ini O pe rat or
TAKAFU L Risiko 2
Risiko 1
Gambar. 4.1 Konsep Berbagi Risiko dalam Asuransi Syari’ah
64
Maka dalam konsep Asuransi Syari’ah tidak menggunakan perpindahan risiko dari peserta ke operator Asuransi Syari’ah. Konsep
berbagi risiko dibagi diantara peserta, karena operator PT. Bringin Life Syari’ah hanya sebagai agen wakil untuk membuat skema berbagi risiko
diantara peserta. Sebagai gambaran umum pada konsep tersebut misalnya, di bagian
operasional yang akan menyeleksi semua risiko finansial, apabila ada kesalahan dan kurang lengkap mengenai data peserta. Maka bagian
analisis risiko underwriting akan mengambil tindakan tunda pending. Dengan pengisian formulir identitas peserta dapat menentukan masing-
masing risiko untuk berbagi diantara peserta. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah akan menerima remunerasi
dalam bentuk fee model wakalah bil ujrah atau memperoleh porsi dari surplus model mudharabah. Apapun model yang diterapkan PT. Bringin
Life Syari’ah, keuntungannya akan diberikan untuk para peserta. Apabila PT. Bringin Life Syari’ah mendapatkan hasil maka diberikan, seandainya
tidak ada hasil maka tidak diberikan. Sebab PT. Bringin Llife Syari’ah memberikan kepercayaan kepada peserta.
b. Perusahaan Asuransi bertindak sebagai operatoradmin Peran PT. Bringin Life Syari’ah hanya bertindak sebagai agen
wakil dari para pesertanya. Bekerja atas dasar fee keuntungan menjadikan PT. Bringin Life Syari’ah dari waktu ke waktu akan
memberikan nilai tambah kepada para peserta agar mendapatkan keuntungan yang layak diterima.
65
PT. Bringin Life Syari’ah berperan sebagai agen wakil maka harus transparan dan bertanggung jawab kepada para peserta. Selain itu,
PT. Bringin Life Syari’ah akan lebih dekat dan terintegrasi ke dalam praktik manajemen risiko yang menyeluruh. Serta PT. Bringin Life
Syari’ah memberikan ilustrasi mengenai perhitungan kontribusi disetiap produk-produk Asuransi jiwa.
c. Pengelolaan Dana Memperhitungkan
pengelolaan dana
dengan mekanisme
mudharabah bagi hasil antara peserta, kemudian diinvestasikan. Sebab PT. Bringin Life Syari’ah merupakan Asuransi Jiwa jadi keuntungan
diperoleh dengan akad mudharabah.
Dengan menggunakan akad mudharabah dapat terlihat praktik maisir, gharar, dan riba sehingga dana
yang dikelola Asuransi jiwa Bringin Life Syari’ah tidak hangus dan tidak memperoleh bunga.
d. Premi Premi pada PT. Bringin Life Syari’ah terdiri dari premi dengan
unsur tabungan dan unsur tabarru’. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan tabel mortalitas yaitu mengenai tabel kelahiran. Bringin Life
Syari’ah membuat ilustrasi dengan nama peserta, usia dan masa perjanjian. Besarnya premi pada Asuransi Jiwa disebut dana Tabarru’.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
Bapak Iskandar berusia 30 Tahun, menjadi Peserta Program Bringin Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun dan Premi Awal
66
tahunan sebesar Rp. 3.000.000,- dan pilihan peningkatan premi per Tahun sebesar 10.
Dengan Asumsi hasil investasi Netto per Tahun 12. Bila Bapak Iskandar ditakdirkan panjang umur sampai dengan akhir masa perjanjian
maka: Penerima Manfaat akan menerima :
13
- Dana Tabungan
: Rp. 40.297.500,00 -
Bagian Hasil Investasi Peserta : Rp. 24.495.098,23 +
Total
: Rp. 64.792.589,23 Kemudian menggunakan Tabel Kelahiran
untuk menentukan kontribusi yang diterima dari peserta tersebut.
ILUSTRASI Nama Peserta
: Bapak Iskandar
Usia : 30 Tahun
BRINGIN DANA Masa Perjanjian
: 10 Tahun Premi Tahunan Awal
: 3.000.000.00 HAJI SYARI’AH
Kenaikan Premi [55, 10, 20] : 10.00
Tabarru’ dari Premi Tahunan : 2.50
Biaya Administrasi -
Tahun I : 30
- Tahun II dst
: 3 Nisbah bagi Hasil Mudharabah
- Peserta
: 80 -
Perusahaan : 20
Asumsi hasil Investasi Netto : 12
13
Brosur, Bringin Dana Haji Syariah Jakarta: Bringin Life Syariah, 2011
67
Tabel 4.1 ILUSTRASI
BRINGIN LIFE SYARI’AH Tahun
Premi Dana
Kebajikan Tabarru
Ke- Tahunan
Akumulasi
1 3,000,000.00
3,000,000.00 33,999,800.00
75,000.00 2
3,300,000.00 6,300,000.00
36,553,400.00 157,500.00
3 3,600,000.00
9,900,000.00 38,593,800.00
247,500.00 4
3,900,000.00 13,800,000.00
40,688,900.00 345,000.00
5 4,200,000.00
18,000,000.00 42,887,700.00
450,000.00 6
4,500,000.00 22,500,000.00
44,814,100.00 562,500.00
7 4,800,000.00
27,300,000.00 45,475,700.00
682,500.00 8
5,100,000.00 32,400,000.00
44,437,900.00 810,000.00
9 5,400,000.00
37,800,000.00 41,859,700.00
945,000.00 10
5,700,000.00 43,500,000.00
39,087,200.00 1,087,500.00
Tabungan Bagi Hasil
Nilai Tunai Klaim
a b
a+b Meninggal
2,025,000.00 194,400.00
2,219,400.00 36,219,200.00
5,143,500.00 706,838.40
5,850,338.40 42,403,738.40
8,545,500.00 1,595,062.89
10,140,562.89 48,734,362.89
12,231,000.00 2,922,364.92
15,153,364.92 55,842,264.92
16,200,000.00 4,758,111.96
20,958,111.96 63,845,811.96
20,452,500.00 7,178,330.70
27,630,830.70 72,444,930.70
24,988,500.00 10,266,346.45
35,254,846.45 80,730,546.45
29,808,000.00 14,113,483.71
43,921,483.71 88,359,383.71
34,911,000.00 18,819,834.15
53,730,834.15 95,590,534.15
40,297,500.00 24,495,098.23
64,792,598.23 103,879,798.23
Sumber Brosur, Bringin Dana Haji Syari’ah, Jakarta: Bringin Life Syari’ah, 2011
Berdasarkan tabel ilustrasi tersebut dijelaskan bahwa, dana tabungan untuk peserta sebsesar Rp. 40,297,500.00.- dan Bagian Hasil Investasi Peserta
sebesar Rp. 24,495,098.23 maka hasilnya dengan perhitungan ilustrasi dijumlahkan menjadi Rp. 64.792.589,23. Karena Peserta Program Bringin
Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun. Jadi menggunakan tahun ke-10 untuk menentukan hasil kontribusi tersebut.
68
e. Klaim PT. Bringin Life Syari’ah sumber pembayaran klaim diperoleh dari
rekening tabarru’, yaitu tolong-menolong dari seluruh peserta. Sebab akad tabarru’ pada Asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah
dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersil. Dengan demikian pembayaran klaim menggunakan akad
tabarru’. Dari penjelasan di atas, PT. Bringin Life Syari’ah dalam
memberikan keuntungan dengan menggunakan berbagi risiko Risk Sharing bukan memindahkan risiko ke Perusahaan Transfer Risk. Maka
Bringin Life Syari’ah membuat pengelolaan risiko dengan menggunakan manajemen risiko untuk mengetahui Perusahaan bekerja dengan baik.
Konsep Risk Sharing dapat dilihat berdasarkan karakteristik kontrak sebagai berikut:
a. Antar policyholders saling menanggung setiap risiko yang ada atau kerugian.
b. Ada saat membayar dan menerima bantuan untuk membagi risiko yang ada.
c. Bukan bertujuan untuk mendapatkan return. d. Implementasi dari saling menganggung adalah risk sharing diantara policy
holders.
69