Proses Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life Syari’ah

50 berkesinambungan risiko yang menantang Perusahaan. Risiko pada PT. Bringin Life Syari’ah mengidentifikasi dengan menggunakan pedoman Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Reasuransi Dengan Prinsip Syari’ah. Selain itu memiliki beberapa prosentase untuk mengidentifikasi Dana Tabarru’ dan Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi yang akan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011. Hal ini dijelaskan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011, pada BAB III Kesehatan Keuangan Dana Tabarru’, bagian kesatu Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ pada pasal 3, yaitu: Perusahaan harus menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ paling rendah 30 tiga puluh per seratus dari dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan danatau kewajiban. 3 Menurut peneliti pada proses identifikasi ini PT. Bringin Life Syari’ah dapat mendiagnosis setiap risiko dengan dini. PT. Bringin Life Syari’ah dapat meminimalisir mitigasi dan mengendalikan risiko dengan PMK Nomor 11PMK.0102011 mengenai kesehatan keuangan usaha Asuransi dengan prinsip Syari’ah. Pada proses identifikasi ini dapat terlihat jelas untuk menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ yang telah diterapkan PT. Bringin Life Syari’ah yang terlampir pada lampiran 1. 3 Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK. 0102011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31 Maret 2011, http:www.sjdih.depkeu.go.idfullText201111~PMK.010~2011Per.HTM, h. 4 51 b. Mengukur risiko PT. Bringin Life Syari’ah mengukur risiko dengan menggunakan berapa banyak prosentase dari Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta, Dana Perusahaan. Serta mengukur risiko untuk memperoleh informasi yang akan menolong Perusahaan Asuransi dalam menentukan potensial kerugian Asuransi yang akan datang. Mengukur risiko dapat dilihat dengan kesesuaian anggaran awal dengan anggaran realisasi. Dalam hal ini dapat diketahui jumlah pengeluaran yang terpakai dan belum terpakai. Sehingga ada suatu profit keuntungan yang diperoleh dalam mengelola Perusahaan Asuransi. Begitu pula, besarnya prosentase dari berbagai aktivitas ekonomi sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011. c. Mengendalikan Risiko PT. Bringin Life Syari’ah mengendalikan risiko dengan mengambil tindakan dalam memperbaiki risiko untuk mencapai standar dan tingkat yang dapat diterima, maka keputusan untuk mengendalikan risiko hanya dilaksanakan dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengukur setiap risiko yang timbul. Kemudian melakukan pengendalian risiko, pengendalian risiko PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011 mengenai Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Syari’ah dengan prinsip Syari’ah dan Buku Pedoman Operasional. Hal ini dapat mengontrol profil risiko dan sebab- sebab kerugian, seperti risiko finansial dapat diukur dengan pencapaian 52 Solvabilitas Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta Laporan Keuangan, dan Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan menggunakan metode Risk Base Capital RBC dalam perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum BTSM yang dikeluarkan setiap triwulanan. Sehingga kewajiban PT. Bringin Life Syari’ah dapat membayar klaim setiap peserta dan tidak ada perbedaan antara klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan. Serta adanya keseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban. d. Memantau dan Melaporkan Risiko PT. Bringin Life Syari’ah akan terus-menerus memantau setiap aktivitas ekonomi Asuransi. Memantau dengan kekayaan yang tersedia untuk Qardh dan Solvabilitas Dana Perusahaan, Solvabilitas Dana Tabarru, dan Dana Investasi Peserta kemudian dibuat Laporan Keuangan Usaha Asuransi untuk melihat Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi. Melaporkan dengan menggunakan Laporan Kesehatan Keuangan dengan perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum BTSM berdasarkan metode Risk Base Capital RBC. Menurut Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011 BAB IV Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan bagian kesatu kekayaan yang tersedia untuk Qardh pasal 25. 1 Perusahaan wajib menyediakan kekayaan yang tersedia untuk Qardh dalam Dana Perusahaan. 2 Kekayaan yang tersedia untuk Qardh sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling rendah sebesar 70 tujuh puluh per seratus dari dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 ditambah dengan sejumlah dana yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan dalam proses produksi, 53 ketidakmampuan Sumber Daya Manusia atau sistem untuk berkinerja baik, atau adanya kejadian-kejadian lain yang merugikan. 4 Berdasarkan uraian di atas PT. Bringin Life Syari’ah harus menjaga Qardh 70 tujuh puluh per seratus dan Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ paling rendah 30 tiga puluh per seratus dari dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Hal ini dapat terlihat pada lampiran 2, untuk menunjukkan bahwa PT. Bringin Life Syari’ah dapat mengantisipasi risiko dalam menjaga Qardh dan Dana Perusahaan. Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah dapat memantau dan melaporkan risiko dari keseluruhan Laporan Perhitungan Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi. Sehingga potensial kerugian yang terjadi pada PT. Bringin Life Syari’ah dapat terlihat dari berbagai elemen-elemen dan risiko Perusahaan dapat terdeteksi sejak dini. Jadi menurut peneliti PT. Bringin Life Syari’ah sudah melakukan proses manajemen risiko yang cukup baik. Karena berdasarkan teori yang dijelaskan pada Bab II mengenai proses manajemen risiko. Proses manajemen risiko yang diterapkan pada PT. Bringin Life Syari’ah yaitu mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau, dan melaporkan risiko yang timbul pada PT. Bringin Life Syari’ah. Berbicara mengenai Asuransi Syari’ah maka manajemen risiko PT. Bringin Life Syari’ah tidak 4 Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK. 0102011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31 Maret 2011, http:www.sjdih.depkeu.go.idfullText201111~PMK.010~2011Per.HTM, h. 16 54 hanya mengelola risiko secara Perusahaan corporate. Namun dalam hal ini manajemen risiko pun akan membahas secara pertanggungan atau peserta Asuransi. 2. Hasil Temuan Manajemen Risiko dari segi Pertanggungan atau Peserta PT. Bringin Life Syari’ah menjelaskan risiko-risiko yang akan timbul pada peserta berdasarkan sebab-sebab kerugian risiko sebagai beriku: a. Risiko sosial Menurut Kuat Ismanto, risiko sosial adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang diharapkan. 5 Menurut Basuki Achmad, risiko sosial dikatakan sama halnya seperti Moral Hazard yaitu bahaya yang ditimbulkan akibat moral seseorang yang ingin memperoleh keuntungan berasuransi. 6 Menurut Peneliti risiko sosial adalah suatu perbuatan yang dilakukan para peserta Asuransi yang ingin menciptakan sebuah kejadian berdasarkan keinginan peserta Asuransi. Sehingga perbuatan tersebut menimbulkan bahaya moral, yang akan berpengaruh kepada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Adapun dua contoh yang dijelaskan menurut Basuki Achmad, mengenai contoh pertama Asuransi kecelakaan, ketika seseorang tersebut meminta klaim kepada PT. Bringin Life Syari’ah, sebagai biaya perawatan Rumah Sakit sebesar rp. 100.000-,. Namun seseorang tersebut meminta klaim dengan Rp. 400.000-, artinya Asuransi ini sudah menyimpang ke arah moral hazard bahaya moral. Contoh kedua, melakukan kerja sama 5 Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 Cetakan Pertama, h. 32 6 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011 55 dengan pihak Bank untuk mengcover kredit ketika pihak Bank ingin melakukan penagihan kredit, untuk meminta klaim, namun pihak Bank telah melakukan pemalsuan dokumen dengan mengatasnamakan orang yang melakukan peminjaman itu telah meninggal. 7 Kedua contoh tersebut adalah suatu gambaran mengenai moral hazard. Bahaya Moral pada PT. Bringin Life Syari’ah merupakan suatu risiko yang dapat menganggu berbagai sendi pendapatan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika risiko sosial atau moral hazard yang ada pada PT. Bringin Life Syari’ah. 1 Mengidentifikasi Identifikasi dapat dari surat pengajuan awal yang diajukan oleh pihak PT. Bringin Life Syari’ah. Identifikasi yang dilakukannya mengisi formulir dengan secara lengkap dan jelas. Seperti mengisi daftar riwayat hidup peserta. Tujuannya untuk melihat potensi peserta dalam melakukan identifikasi kearah Moral Hazard. 2 Memonitor Langkah selanjutnya memonitor risiko sosial, PT. Bringin Life Syari’ah terus melakukan pengawasan kepada setiap peserta. Agar PT. Bringin Life Syari’ah dapat mengetahui risiko sosial yang dapat ditimbulkan oleh peserta tersebut. 3 Mengendalikan Dalam hal ini, data merupakan sesuatu informasi bagi pihak PT. Bringin Life Syari’ah untuk mengendalikan risiko sosial. Adanya 7 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011 56 data akan melihat probabilitas seseorang tentang pekerjaan, misalnya: data mengenai risiko karyawan, risiko kerjasama dengan Bank Umum, BPR pun sudah ditentukan risiko klaim dari masing-masing kerjasama tersebut. Namun risiko klaim untuk BPR akan melakukan pengisian Surat Pengantar Kepesertaan SPK karena akan ada tambahan klausula, sedangkan Bank Umum melihat masa lalu dan melakukan tindakan akan datang. b. Risiko fisik Adapun risiko fisik dapat terjadi pada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Karena risiko fisik yang memberikan keadaan dari Perusahaan tersebut. Menurut Kuat Ismanto, risiko fisik disebabkan oleh fenomena alam dan sebagian lagi diciptakan oleh manusia itu sendiri. Banyak risiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk, terutama, kedalam kategori risiko fisik. 8 Menurut Basuki Achmad, risiko fisik adalah fenomena alam, ada yang terjadi di internal Perusahaan maupun terhadap peserta. 9 Menurut peneliti, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah mengetahui risiko fisik yang akan terjadi pada Perusahaan dan peserta. Seperti risiko fisik yang berada di internal Perusahaan sebagai contoh, adanya kebakaran, banjir, gempa bumi dan bencana alam lainnya. Namun tidak hanya dalam internal Perusahaan, bagi para peserta pun demikian 8 Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 Cetakan Pertama, h.32 9 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011 57 seperti, ketika terjadi Gelombang Tsunami para peserta yang berlokasi di Aceh atau daerah rawan konflik dan bencana alam, akan melakukan penuntutan klaim. Maka mengakibatkan banyak permintaan klaim dari setiap peserta. Uraian di atas peneliti akan mengungkapkan PT. Bringin Life Syari’ah akan melakukan identifikasi, mengukur, mengendalikan dari risiko fisik sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi Dalam hal ini, PT. Bringin Life Syari’ah dari bagian umum mengidentifikasi untuk memilih tempat yang dapat mengetahui kondisi lingkungan gedung dan tersedianya fasilitas yang mendukung gedung seperti; alat pemadam kebakaran, CCTV, dan security keamanan. Kemudian meneliti kondisi gedung apakah masih layak digunakan dalam jangka panjang. Untuk peserta PT. Bringin Life Syari’ah, operator Asuransi Syari’ah akan melihat lokasi atau tempat tinggal peserta untuk mengidentifikasi daerah rawan yang akan terjadi pada setiap peserta. Misalnya peserta berada di daerah rawan seperti dekat pantai, kebakaran, dan daerah konflik. Maka Bringin Life Syari’ah melakukan tingkat identifikasi apakah diterima atau ditolak sebagai peserta. Sebab daerah rawan tersebut akan menyebabkan banyak permintaan klaim. Namun, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah membuat syarat dan ketentuan berlaku bagi peserta yang berlokasi rawan. 58 2 Memonitor Bringin Life Syari’ah selalu melakukan pengawasan monitoring bagi setiap peserta. Karena untuk melihat risiko fisik ini tidak terlalu besar. 3 Mengendalikan Bringin Life Syari’ah telah menyediakan berbagai fasilitas untuk keamanan gedung dan syarat bagi peserta untuk daerah rawan. c. Risiko Ekonomi Risiko ekonomi akan terjadi ketika Perusahaan Asuransi sudah beroperasi. Asuransi Syari’ah merupakan Asuransi Takaful untuk mengatasi masalah bagi peserta yang tertimpa musibah akan berdampak pada bidang ekonomi. Menurut Kuat Ismanto, risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan Perusahaan individu. 10 Menurut Basuki Achmad, risiko ekonomi adalah ada inflasi, inflasi lokal, misalnnya terjadi inflasi disebabkan karena kenaikan harga di semua sektor sementara kita sudah menganggarkan satu polis. Biayanya ada Rp.50.000-, satu kumpulan premi yang diambil dari total 1 Miliar dan Rp.300.000.000-, dari Perusahaan. Karena ada inflasi biayanya meningkat artinya apa yang kita prediksi 30 tiga puluh per seratus malah lebih dari 1 Miliar. 11 Menurut peneliti risiko ekonomi adalah risiko yang paling mengerikan atau krusial. Disebabkan risiko ekonomi tersebut akan berpengaruh terhadap berbagai sektor-sektor di Perusahaan Asuransi Syari’ah. Maka PT. Bringin Life Syari’ah akan mengelola risiko tersebut berdasarkan kerugian yang telah ditemukan oleh PT. Bringin life syari’ah. 10 Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Cetakan Pertama, h.32 11 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011 59 1 Mengidentifikasi PT. Bringin Life Syari’ah melakukan identifikasi dengan membuat anggaran pengeluaran dan anggaran realisasi. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah melihat apakah anggaran awal sudah sesuai dengan anggaran realisasi. 2 Memonitor PT. Bringin Life Syari’ah senantiasa memantau biaya-biaya yang dianggarakan seperti anggaran awal dan anggaran realisasi. Karena setiap bulan ada anggaran realisasi. Begitu juga Investasi, selalu memonitor tingkat bagi hasil dari instrumen-instrumen yang sudah diilustrasikan disetiap produk Asuransi PT. Bringin Life Syari’ah. PT. Bringin Life Syari’ah akan memantau terus pada Reksadana Campuran dan melakukan pembuatan Laporan Net Asset Value NAV. Maka manajer ivestasi PT. Bringin Life Syari’ah berkompeten untuk melakukan penjualan atau pembelian ketika harga Reksadana Campuran turun. 12 3 Mengendalikan Bringin Life Syari’ah mengendalikan anggaran ketika anggaran sudah meningkat maka akan melakukan pengurangan anggaran tersebut. Dari ketiga sebab-sebab kerugian risiko disetiap Perusahaan Asuransi perlu diamati dari sebab-sebab kerugian tersebut. Maka hal 12 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011 60 yang perlu dilakukan oleh manajer risiko adalah meminimalisir risiko. Sebab risiko tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah sebagai Asuransi Jiwa maka terkait dengan kematian hampir dipastikan semua peserta akan meninggal. PT. Bringin Life Syari’ah tidak bisa menghindari tetapi meminimalisir risiko. Contohnya memperkecil dampak dari risiko, ketika seseorang sudah menjadi peserta PT. Bringin Life Syari’ah, seseorang tersebut menderita penyakit kronis, maka pihak PT. Bringin Life Syari’ah akan mengeluarkan uang pertanggungan sebanyak 1 Miliar dikarenakan meninggal dan PT. Bringin Life Syari’ah akan terganggu dari segi ekonomi serta menjadi tidak stabil. Namun, PT. Bringin Life Syari’ah melakukan Risk Sharing dengan Reasuransi. Maka akan mengurangi dampak finansial dari risiko tersebut. Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan pada BAB II, mengenai manajemen risiko. Maka telah ditemukan profil risiko yang dapat mengancam tata kelola Perusahaan Asuransi Syari’ah. Pada uraian ini peneliti akan menjelaskan profil risiko sebagai berikut: 3. Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah a. Risiko Reputasi Yaitu berkaitan dengan citra dan nama baik PT. Bringin Life Syari’ah, mengenai agen Asuransi melakukan penyimpangan deviasi dan tidak mampu membayar klaim peserta. Maka akan berakibat dengan reputasi PT. Bringin Life Syari’ah, pada pemegang polis atau peserta dan 61 stakeholders. Berkaitan dengan itu semua PT. Bringin Life Syari’ah menghindari ketidakpastiaan yang terjadi di akan datang. Menjadikan setiap staf-staf yang memiliki Sumber Daya Manusia dan Sistem Informasi Manajemen yang mendukung. b. Risiko Kredit Hal ini terjadi, disebabkan kelalaian atau pengelolan operasional yang belum mampu mendeteksi risiko kredit, maka prosentase dari total kredit yang diberikan terhambat. Pada risiko ini PT. Bringin Life Syari’ah mengendalikan dengan membuat suatu anggaran awal dan anggaran realisasi. Dimana dapat memenuhi setiap kebutuhan pemegang polis dan stakeholders. c. Risiko Legal hukum Yaitu tidak adanya suatu hukum yang disahkan oleh Pemerintah dan dalam proses pengendalian risiko telah melanggar hukum karena tidak berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011. PT. Bringin Life Syari’ah pada risiko ini telah mengikuti prosedur dari Peraturan Menteri Keuangan dalam mengelola bisnis manajemen Perusahaan Asuransi. d. Risiko Pasar Yaitu tidak terjual produk-produk yang sudah dipasarkan ke masyarakat, maka manajer pemasaran harus membuat inovasi produk Asuransi dan mengilustrasikan setiap produk untuk ketentuan kontribusi yang diperoleh dalam pembayaran premi. PT. Bringin Life Syari’ah dalam hal ini berusaha dalam memasarkan produk membuat ilustrasi kontribusi 62 untuk masing-masing peserta dalam ketentuan identitas kelahiran. Maka tidak terjadi penyimpangan nilai kontribusi. e. Risiko Operasional Yaitu mengenai pekerjaan, misalnya apabila pekerjaan umumnya dapat dilakukan dalam waktu yang tepat dan tidak banyak makan waktu, tataran operasional pekerjaan sudah bagus dengan muatan manajemen modern dan dapat diselesaikan dengan satu jam atau lebih. Namun apabila yang terjadi operasional Perusahaan selesai berhari-hari maka hal yang tentu terjadi adalah mengeluarkan banyak biaya budget, dan akan menimbulkan risiko operasional serta tidak profesional pegawai. f. Risiko Finansial Yaitu risiko mengenai keuangan seperti anggaran dan pendapatan dari Perusahaan. Bringin Life Syari’ah selalu menitikberatkan bahwa risiko finansial merupakan sesuatu peran terpenting dalam menjalankan aktivitas Perusahaan, karena kewajiban Perusahaan Asuransi Syari’ah adalah membayar klaim. Hal yang dapat terjadi risiko finansial, apabila Bringin Life Syari’ah tidak memiliki uang cukup untuk memenuhi kewajiban, maka akan mengakibatkan risiko finansial yang menyebabkan kerugian, reputasi jelek, pemegang saham mundur, perombakan manajemen, karyawan mengundurkan diri dan peserta menuntut klaim. Berdasarkan profil risiko tersebut, PT. Bringin Life Syari’ah berusaha untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau, melaporkan, dan meminimalisir ketidakpastian pada potensial kerugian yang akan datang. 63 Berkaitan dengan profil risiko tersebut, maka peneliti akan memberikan penjelasan mengenai mekanisme tata kelola Perusahaan PT. Bringin Life Syari’ah dalam menerapkan pengelolaan risiko pada Asuransi Syari’ah yaitu: a. Berbagi risiko finansial diantara peserta Konsep ini menjelaskan bahwa peserta saling berbagi risiko Risk Sharing diantara peserta itu sendiri. PT. Bringin Life Syari’ah hanya dapat memastikan bahwa skema pembagian risiko dapat bekerja dengan baik dalam upayanya memberikan benefit bagi para peserta. Tugas operator PT. Bringin Life Syari’ah harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan memperhitungkan nilai kontribusi yang layak untuk dibebankan kepada setiap peserta sehingga jumlah dana cukup untuk menutup semua klaim yang muncul. Konsep ini dijelaskan pada gambar berikut: ---------------------------------------  Sebagai wakil untuk m engelola Dana Takaful dan m engelola risiko PESERTA RISIKO 3 D ana Takaful Kont ribusi dikum pulkan disini Klaim juga D ibayar D ari D ana ini O pe rat or TAKAFU L Risiko 2 Risiko 1 Gambar. 4.1 Konsep Berbagi Risiko dalam Asuransi Syari’ah 64 Maka dalam konsep Asuransi Syari’ah tidak menggunakan perpindahan risiko dari peserta ke operator Asuransi Syari’ah. Konsep berbagi risiko dibagi diantara peserta, karena operator PT. Bringin Life Syari’ah hanya sebagai agen wakil untuk membuat skema berbagi risiko diantara peserta. Sebagai gambaran umum pada konsep tersebut misalnya, di bagian operasional yang akan menyeleksi semua risiko finansial, apabila ada kesalahan dan kurang lengkap mengenai data peserta. Maka bagian analisis risiko underwriting akan mengambil tindakan tunda pending. Dengan pengisian formulir identitas peserta dapat menentukan masing- masing risiko untuk berbagi diantara peserta. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah akan menerima remunerasi dalam bentuk fee model wakalah bil ujrah atau memperoleh porsi dari surplus model mudharabah. Apapun model yang diterapkan PT. Bringin Life Syari’ah, keuntungannya akan diberikan untuk para peserta. Apabila PT. Bringin Life Syari’ah mendapatkan hasil maka diberikan, seandainya tidak ada hasil maka tidak diberikan. Sebab PT. Bringin Llife Syari’ah memberikan kepercayaan kepada peserta. b. Perusahaan Asuransi bertindak sebagai operatoradmin Peran PT. Bringin Life Syari’ah hanya bertindak sebagai agen wakil dari para pesertanya. Bekerja atas dasar fee keuntungan menjadikan PT. Bringin Life Syari’ah dari waktu ke waktu akan memberikan nilai tambah kepada para peserta agar mendapatkan keuntungan yang layak diterima. 65 PT. Bringin Life Syari’ah berperan sebagai agen wakil maka harus transparan dan bertanggung jawab kepada para peserta. Selain itu, PT. Bringin Life Syari’ah akan lebih dekat dan terintegrasi ke dalam praktik manajemen risiko yang menyeluruh. Serta PT. Bringin Life Syari’ah memberikan ilustrasi mengenai perhitungan kontribusi disetiap produk-produk Asuransi jiwa. c. Pengelolaan Dana Memperhitungkan pengelolaan dana dengan mekanisme mudharabah bagi hasil antara peserta, kemudian diinvestasikan. Sebab PT. Bringin Life Syari’ah merupakan Asuransi Jiwa jadi keuntungan diperoleh dengan akad mudharabah. Dengan menggunakan akad mudharabah dapat terlihat praktik maisir, gharar, dan riba sehingga dana yang dikelola Asuransi jiwa Bringin Life Syari’ah tidak hangus dan tidak memperoleh bunga. d. Premi Premi pada PT. Bringin Life Syari’ah terdiri dari premi dengan unsur tabungan dan unsur tabarru’. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan tabel mortalitas yaitu mengenai tabel kelahiran. Bringin Life Syari’ah membuat ilustrasi dengan nama peserta, usia dan masa perjanjian. Besarnya premi pada Asuransi Jiwa disebut dana Tabarru’. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Bapak Iskandar berusia 30 Tahun, menjadi Peserta Program Bringin Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun dan Premi Awal 66 tahunan sebesar Rp. 3.000.000,- dan pilihan peningkatan premi per Tahun sebesar 10. Dengan Asumsi hasil investasi Netto per Tahun 12. Bila Bapak Iskandar ditakdirkan panjang umur sampai dengan akhir masa perjanjian maka: Penerima Manfaat akan menerima : 13 - Dana Tabungan : Rp. 40.297.500,00 - Bagian Hasil Investasi Peserta : Rp. 24.495.098,23 + Total : Rp. 64.792.589,23 Kemudian menggunakan Tabel Kelahiran untuk menentukan kontribusi yang diterima dari peserta tersebut. ILUSTRASI Nama Peserta : Bapak Iskandar Usia : 30 Tahun BRINGIN DANA Masa Perjanjian : 10 Tahun Premi Tahunan Awal : 3.000.000.00 HAJI SYARI’AH Kenaikan Premi [55, 10, 20] : 10.00 Tabarru’ dari Premi Tahunan : 2.50 Biaya Administrasi - Tahun I : 30 - Tahun II dst : 3 Nisbah bagi Hasil Mudharabah - Peserta : 80 - Perusahaan : 20 Asumsi hasil Investasi Netto : 12 13 Brosur, Bringin Dana Haji Syariah Jakarta: Bringin Life Syariah, 2011 67 Tabel 4.1 ILUSTRASI BRINGIN LIFE SYARI’AH Tahun Premi Dana Kebajikan Tabarru Ke- Tahunan Akumulasi 1 3,000,000.00 3,000,000.00 33,999,800.00 75,000.00 2 3,300,000.00 6,300,000.00 36,553,400.00 157,500.00 3 3,600,000.00 9,900,000.00 38,593,800.00 247,500.00 4 3,900,000.00 13,800,000.00 40,688,900.00 345,000.00 5 4,200,000.00 18,000,000.00 42,887,700.00 450,000.00 6 4,500,000.00 22,500,000.00 44,814,100.00 562,500.00 7 4,800,000.00 27,300,000.00 45,475,700.00 682,500.00 8 5,100,000.00 32,400,000.00 44,437,900.00 810,000.00 9 5,400,000.00 37,800,000.00 41,859,700.00 945,000.00 10 5,700,000.00 43,500,000.00 39,087,200.00 1,087,500.00 Tabungan Bagi Hasil Nilai Tunai Klaim a b a+b Meninggal 2,025,000.00 194,400.00 2,219,400.00 36,219,200.00 5,143,500.00 706,838.40 5,850,338.40 42,403,738.40 8,545,500.00 1,595,062.89 10,140,562.89 48,734,362.89 12,231,000.00 2,922,364.92 15,153,364.92 55,842,264.92 16,200,000.00 4,758,111.96 20,958,111.96 63,845,811.96 20,452,500.00 7,178,330.70 27,630,830.70 72,444,930.70 24,988,500.00 10,266,346.45 35,254,846.45 80,730,546.45 29,808,000.00 14,113,483.71 43,921,483.71 88,359,383.71 34,911,000.00 18,819,834.15 53,730,834.15 95,590,534.15 40,297,500.00 24,495,098.23 64,792,598.23 103,879,798.23 Sumber Brosur, Bringin Dana Haji Syari’ah, Jakarta: Bringin Life Syari’ah, 2011 Berdasarkan tabel ilustrasi tersebut dijelaskan bahwa, dana tabungan untuk peserta sebsesar Rp. 40,297,500.00.- dan Bagian Hasil Investasi Peserta sebesar Rp. 24,495,098.23 maka hasilnya dengan perhitungan ilustrasi dijumlahkan menjadi Rp. 64.792.589,23. Karena Peserta Program Bringin Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun. Jadi menggunakan tahun ke-10 untuk menentukan hasil kontribusi tersebut. 68 e. Klaim PT. Bringin Life Syari’ah sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’, yaitu tolong-menolong dari seluruh peserta. Sebab akad tabarru’ pada Asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersil. Dengan demikian pembayaran klaim menggunakan akad tabarru’. Dari penjelasan di atas, PT. Bringin Life Syari’ah dalam memberikan keuntungan dengan menggunakan berbagi risiko Risk Sharing bukan memindahkan risiko ke Perusahaan Transfer Risk. Maka Bringin Life Syari’ah membuat pengelolaan risiko dengan menggunakan manajemen risiko untuk mengetahui Perusahaan bekerja dengan baik. Konsep Risk Sharing dapat dilihat berdasarkan karakteristik kontrak sebagai berikut: a. Antar policyholders saling menanggung setiap risiko yang ada atau kerugian. b. Ada saat membayar dan menerima bantuan untuk membagi risiko yang ada. c. Bukan bertujuan untuk mendapatkan return. d. Implementasi dari saling menganggung adalah risk sharing diantara policy holders. 69

B. Langkah-Langkah Untuk Meminimalisir mitigasi Risiko pada PT. Bringin Life Syari’ah

Manajemen risiko pada Perusahaan Asuransi Syari’ah, maka PT. Bringin Life Syari’ah mengambil tindakan mitigasi risiko. Menurut Ferry N. Idroes, mitigasi risiko mitigate risk ialah menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya. 14 Menurut Nanang Suryana, mengambil implementasi tindakan risiko tersebut dengan menggunakan Actuarial Control Cycle dan Good Corporate Govenance untuk meminimalisir risiko. Karena semua orang juga mempunyai risiko, orang yang sudah membayar premi ke kita tapi tidak mendapatkan klaimnya. Maka PT. Bringin Life Syari’ah dengan ini membuat solusi dari atas terjadinya risiko tersebut. 15 Berdasarkan uraian di atas, PT. Bringin Life Syari’ah mengambil tindakan yang tepat untuk mengantisipasi risiko. Maka hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan tindakan yang sudah diambil oleh PT. Bringin Life Syari’ah. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap PT. Bringin life syari’ah. Implementasi tindakan risiko solusi pada PT. Bringin Life Syari’ah sebagai berikut: 1. Acturial Control Cycle Menurut Jamshaid Islam yang dikutip dalam Wikipedia, The actuarial control cycle is a specific business activity which involves the application of actuarial science to real world business problems. Much like the accounting control cycle, the actuarial control cycle requires a professional within that field i.e. an actuary to specify a problem, 14 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia Jakarta: Rajawali Pers, 2008, h. 9 15 Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011 70 develop a solution, monitor the consequences thereof, and repeat the process. .16 Actuarial control cycle sebagai suatu metode pemecahan masalah dari berbagai risiko yang dihadapi dalam Perusahaan Asuransi jiwa sesuai dengan manajemen risiko. Hasilnya terlihat pada setiap control cycle yang dapat bekerja dengan baik. Hal ini disesuaikan dengan tugas seorang aktuaria untuk mengevaluasi kejadian-kejadian yang akan datang, mendesain cara untuk mengurangi kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan, menurunkan dampak kejadian yang terjadi. Maka PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan metode Actuarial Control Cycle untuk menilai risiko yang dapat terjadi pada Asuransi jiwa. 2. Good Corporate Governance GCG Good Corporate Governance diartikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh Perusahaan PT. Bringin Life Syari’ah untuk mendorong pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, serta pertanggungjawaban PT. Bringin Life Syari’ah kepada pendiri pemegang polis atau peserta dan stakeholders yang lainnya. 16 http:en.wikipedia.orgwikiActuarial_control_cycle diakses pada tanggal 04 April 2011 71 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance meliputi : 17 a. Transparansi Transparency Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai lembaga dan kegiatan usaha. b. Akuntabilitas Accountability Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban PT. Bringin Life Syari’ah, sehingga pengelolaan PT. Bringin Life Syari’ah terlaksana secara wajar dan efektif. c. Pertanggungjawaban Responsibility Kesesuaian di dalam pengelolaan PT. Bringin Life Syari’ah terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan yang sehat. d. Kemandirian Independency Suatu keadaan di mana PT. Bringin Life Syari’ah dikelola secara professional, tanpa benturan dan pertentangan kepentingan serta pengaruh tekanan dari pihak manapun juga, yang tidak sesuai danatau menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta tidak berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan yang sehat. 17 Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011