Konsep dan aplikasi marketing asuransi syariah pada PT.asuransi bringin life syariah

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini sistem ekonomi syari’ah berkembang pesat dan menjadi alternatif bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem kapitalisme yang mengutamakan kekayaan pribadi dan berdampak pada ketidakmerataan distribusi kekayaan.

Beberapa perusahaan yang jeli mulai menyikapi hal ini dengan menerapkan sistem ekonomi syari’ah. Sistem ekonomi Islam mulai bangkit kembali dan dikenal luas pada era-1970-an, tetapi sebenarnya prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya bukanlah hal yang baru. Larangan terhadap riba bukan hanya ada sejak adanya agama Islam, melainkan sudah disebutkan dalam kitab injil.

Penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim, tetapi pangsa pasar untuk lembaga keuangan syariah di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan pangsa pasar lembaga keuangan konvensional. Hal ini menjadi pertanyaan besar, mengapa hal ini bisa terjadi di negara yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Apakah karena kurangnya sosialisasi dari lembaga tersebut atau karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan keberadaan lembaga keuangan syari’ah.

Perkembangan lembaga keuangan syari’ah di Indonesia sangat pesat. Diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, diikuti oleh berdirinya Asuransi Syari’ah yaitu Takaful Indonesia. Namun keberadaan


(2)

asuransi syari’ah tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Mereka masih ada yang menjadi nasabah asuransi konvensional. Kalaupun ada yang mengetahui keberadaan asuransi syari’ah, mereka masih menganggap asuransi syari’ah sama dengan asuransi konvensional. Kesan asuransi konvensioanal dibenak sebagian masyarakat adalah lembaga keuangan yang gampang merayu nasabah tetapi ketika terjadi klaim, mereka harus terbelit dengan prosedur administrasi yang berbelit-belit.

Dalam dunia asuransi, nasabah tidak banyak yang datang langsung ke kantor asuransi seperti nasabah bank yang selalu antri menunggu giliran untuk menjadi nasabah. Tetapi perlu kerja keras para marketer untuk menjemput nasabah agar mau membeli produk asuransi khususnya asuransi syari’ah.

Selain itu, asuransi syari’ah sebagai lembaga keuangan, perlu mengkonsumsikan produk yang mereka tawarkan. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat mengetahui keberadaan asuransi syari’ah dan masyarakat mau membeli manfaat yang ditawarkan oleh asuransi yang tentunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu, dalam dunia auransi peranan marketing sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan perusahaan.Tanpa adanya strategi pemasaran yang baik produk yang telah didesain sedemikian rupa tidak akan di beli oleh konsumen. Disinilah tugas para Marketer untuk memasarkan produk mereka sehingga dibeli oleh konsumen.

Tingkat persaingan, akan menimbulkan pangsa pasar, dan hal ini merupakan bagian dari konsep pemasaran. Oleh karena itu, setiap perusahaan


(3)

asuransi perlu menetapkan konsep pemasarannya. Karena, konsep pemasaran akan menentukan tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut. Tetapi apakah konsep pemasaran yang dipakai telah sesuai dengan norma-norma yang ada, terutama prinsip-prinsip pemasaran syari’ah yang harus ada dalam sebuah perusahaan yang berbasis syari’ah

Dalam strategi marketing dikenal dengan tiga medan pertempuran yang harus dimenangkan, yaitu pada aspek strategi, dimana segmentasi pasar (segmentation), target pasar yang tepat (targeting) dan penentuan posisi (positioning) harus lebih baik, dalam rangka memenangkan perang pemikiran, bagaimana untuk menang dibenak nasabah.

Pada aspek taktik, dalam berdagang kita mesti memperhatikan tiga aspek penting, yaitu diferentiation (keunikan) dari produk kita, juga dengan marketing mix yang sering dikenal dengan istilah 4 P (Product, Price, Place dan Promotion), dan selling, yaitu kekuatan penjualan untuk memenangkan persaingan dipasar, how to win the market share (bagaimana memenangkan pasar)

Selama ini kesan dunia marketing dimata orang adalah negatif. Kita tentu pernah mendengar strategi para marketing dengan “strategi buka kancing”. Strategi seperti ini banyak dilakukan oleh marketer wanita, yang pada sejarahnya wanita diciptakan oleh Allah SWT. dengan berbagai kelebihan, diantaranya dengan dikaruniai fisik yang sangat indah. Seorang marketer yang menawarkan produknya pada nasabah, kemudian si konsumen tidak membeikan respon positif, maka sang marketer segera mengeluarkan “jurus jitunya”.


(4)

Hal seperti itu tentu saja membuat para marketer yang masih memiliki nilai-nilai moral agama menjadi geram, karena baik nilai-nilai yang bersifat universal,apalagi nilai-nilai agama, agama apapun tidak membenarkan cara-cara penjualan seperti itu. Apalagi kita sebagai umat Islam harus selalu memegang teguh prinsip Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Perusahaan Asuransi khususnya Asuransi Syariah, adalah salah satu lembaga keuangan syariah yang harus memegang teguh prinsip syariah dalam berbagai bidang. Mulai dari tujuan di dirikannya, produk yang dipasarkan samapai pada cara menjual produk tersebut.

Marketer syariah harus mampu “menjemput” kembali nilai- nilai moral ini, agar bisa mewarnai dunia pemasaran yang bermoral, beretika, manusiawi dan menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita. Tidak menjadikan wanita sebagai obyek pemuas nafsu, atau aksesoris untuk melariskan dagangan dan bisnis. Dan tidak menjadikan dirinya sebagai marketer yang serakah, tetapi dia adalah marketer yang siat-sifat kemanusiaannya terjaga.

Perkembangan asuransi syari’ah di Indonesia tidak lepas dari peranan para

marketer dalam memasarkan produknya. Namun demikian, meskipun secara teoritis telah ada konsep marketing syari’ah, tetapi dalam kenyataannya masih banyak orang yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan antara marketing syari’ah dan marketing pada umumnya.

Perkembangan dunia usaha perasuransian, terutama asuransi syar’ah sangat pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya asuransi konvensional yang


(5)

membuka cabang syari’ah. Bringin Life sebagai perusahaan asuransi yang punya nama memiliki komitmen untuk memajukan syari’ah dan ahirnya membuka cabang utama syari’ah.

Akan tetapi, dalam pandangan sebagian orang antara asuransi konvensional dan asuransi syari’ah tidak ada perbedaan. Mereka sama-sama sebuah perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang pertanggungan.

Bringin Life Syariah adalah asuransi konvensional yang membuka cabang syari’ah, hal ini perlu dikaji apakah Bringin Life Syari’ah hanya namanya saja yang syari’ah tetapi dalam kegiatan oprasionalnya terutama dalam kegiatan pemasarannya masih menerapkan pola kinerja konvensional.

Berdasarkan hal tersebut diatas, Bringin Life Syari’ah sebagai perusahaan yang baru berdiri, tentunya tidak hanya ingin namanya saja yang syar’ah tetapi didalamnya juga harus mengimplementasikan nila-nilai syari’ah sesuai dengan namnya.

Oleh karena itu, di pandang penting untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah penelitian dengan judul : “KONSEP DAN APLIKASI MARKETING ASURANSI SYARI’AH PADA PT. ASURANSI BRINGIN LIFE SYARI’AH”

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

Pokok-pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana konsep pemasaran Asuransi syari’ah dalam pandangan syari’ah Islam?


(6)

2. Bagaimana konsep pemasaran yang dipakai oleh asuransi Bringin Life Syari’ah?

3. Apakah konsep pemasaran yang diterapkan oleh asuransi Bringin Life Syari’ah sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah?

Dalam pemasaran ada sembilan elemen inti pemasaran yaitu,

segmentation, targeting, positioning, selling, marketing mix, differentiation, brand, service dan prosess.

Mengingat luasnya aspek pemasaran, maka permasalahan dalam skripsi ini akan di fokuskan pada pembahasan aplikasi marketing syari’ah pada selling dan marketing mix khususnya pada kegiatan agen dalam memasarkan produknya dan pada bagian promosi.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui konsep pemasaran menurut pandangan syari’ah

b. Untuk mengetahui sistem pemasaran yang dipakai oleh PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah

c. Untuk menganalisa apakah PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah telah menerapkan prinsip-prinsip Marketing Syari’ah

2. Manfaat Penulisan

a) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah ini, disamping sebagai pembanding antara teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dengan praktek yamg terjadi dilapangan.


(7)

b) Bagi pihak perusahaan , yaitu Asuransi Bringin Life Syariah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang penting mengenai sistem pemasaran Islami untuk terus melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

c) Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep marketing syari’ah pada perusahaan asuransi syari’ah.

d) Dapat menjadi sumber referensi dan sarana pemikiran bagi kalangan para akademisi dalam menunjang penelitian lain.

D. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskrtiftif. Menurut Travers, metode ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tertentu.1 Penelitian deskriftif bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat dari suatu keadaan dan sekedar memaparkan uraian (data dan informasi) yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh dari lapangan.2

Didalamnya akan dipaparkan data yang diperoleh dari lapangan, yakni kegiatan pemasaran yang meliputi praktek penjualan dan promosi yang dilakukan oleh Asuransi Bringin Life Syari’ah sebagai objek penelitian

1

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 22

2

J. Supranto, Tehnik Riset Pemasaran dan Ramalan Penjualan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 38.


(8)

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Jenis pendekatan studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk kondisi dan lingkungan masa lalunya.3

Kasus yang diangkat dalam penelitian ini berkaitan dengan masalah aplikasi marketing syari’ah pada kegiatan penjualan dan marketing mix

khususnya pada bagian promosi di Asuransi Bringin Life Syari’ah. 3. Jenis data dan sumber data

a. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan seperti hasil dari wawancara dan hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti.4 Data primer ini diperoleh dari Asuransi Bringin Life Syari’ah dalam bentuk wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.

b. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer ataupun oleh pihak lain dalam bentuk table, diagram-diagram dan lain-lain.5 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku, majalah, koran dan sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi yang berhubungan dengan penelitian.

3

Husein Umar, Op. Cit., hal.23

4

Ibid , hal. 42

5


(9)

4. Tehnik pengumpulan data

a. Wawancara, yakni wawancara bebas yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab kepada pihak yang dianggap mampu memberikan informasi untuk penelitian ini, terutama Bapak Basuki selaku kepala bagian underwriter Asuransi Bringin Life Syari’ah.

b. Dokumentasi, tehnik ini digunakan untuk memperoleh data tertulis tentang konsep marketing syari’ah yang berupa buku, makalah, brosur dan dokomen lain yang bermanfaat bagi penelitian ini.

c. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan kegiatan para agen dalam memasarkan produknya kepada calon nasabah.

5. Tehnik analisa dan interpretasi data

Dalam menganalisis data, akan digunakan metode deskriftif analisis kualitatif, yaitu suatu tehnik analisis data dimana terlebih dahulu dipaparkanya semua data yang telah diperoleh kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis dalam bentuk kalimat-kalimat.

6. Tehnik penulisan laporan

Adapun dalam tehnik penulisan skripsi, mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005”


(10)

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini, penulis membagi menjadi lima bab, yakni :

I. Memuat Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian dan tehnik penulisan, serta sistematika penulisan.

II. Memuat Tinjauan Teoritis mengenai konsep Syari’ah Marketing, yang didalamnya membahas pengertian syari’ah marketing, unsur-unsur

syari’ah marketing, dasar-dasar Syari’ah Marketing, prinsip-prinsip

syari’ah marketing serta konsep selling dan marketing mix

III. Gambaran Umum Perusahaan, yakni Asuransi Bringin Life Syariah, yang meliputi latar belakang didirikannya perusahaan, visi dan misi Bringin Life Syari’ah, struktur organisasi dan produk-produk yang dipasarkan. IV. Gambaran Umum Penelitian, yang meliputi aplikasi marketing asuransi

syariah yang meliputi: Fungsi keagenan pada PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah, peranan underwriter, hasil pemasaran Bringin Life Syari’ah, kendala-kendala yang dihadapi dalam aplikasi marketing asuransi syari’ah dan analisa aplikasi marketing asuransi syari’ah.


(11)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS MENGENAI KONSEP MARKETING ASURANSI SYARI’AH A. Pengertian Marketing Asuransi Syari’ah

1. Pengertian Marketing

Marketing menurut Kamus Oxford adalah bagian dari bisnis yang berhubungan dengan periklanan, penjualan dan pendistribusian barang1. Menurut American Marketing Associaton2, pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, pendistribusian barang dan jasa dan ide-ide untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok tertentu, dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan.

Philip Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk atau value dengan pihak lainnya.3

Definisi ini berdasarkan konsep-konsep inti yaitu kebutuhan, kenginan dan permintaan, produk-produk (layanan, barang-barang dan ide), value,

1

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah populer, (Surabaya: Arloka, 1994), hal. 440

2

Sofan Assauri, Manajmen Pemasaran Dasar , konsep dan Strategi, (Jakarta: Rajawali,1998), hal.4

3

Philip Kotler and Amstrong, Dasar-dasar Pemasaran, alih bahasa Alexander Sindoro, , (Jakarta: PT. Indeks, 2004), hal. 7


(12)

biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi, hubungan dan jaringan, pasar dan para pemasar serta prospek

Menurut Hermawan Kertajaya, 4pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis startegi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan nilai dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya

Pemasaran adalah perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, pendistribusian barang atau jasa, dan ide untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok yang dituju dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan.5

Dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pemasaran adalah cara atau proses untuk mendistribusikan barang atau jasa dari produsen kepada para konsumen untuk kepuasan para pelanggan.

2. Pengertian Syari’ah

Menurut bahasa (lughawi), kata “syari’ah” merupakan asal kata dari

syara’a yang berarti “jalan ke tempat pengairan” atau “jalan yang harus

4

Hermawan kertajaya dan Muhammad Syakir sula, Syari’ah Marketing, (Jakarta: Mizan , 2006), hal 26

5

Philip Kotler and Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, alih bahasa: Damos Sihombing, (Jakarta: Erlangga, 2001), Edisi 8, Jilid ke-1, hal. 6


(13)

diikuti”, atau “tempat lalu air di sungai”. Arti terahir ini digunakan oleh orang Arab sampai sekarang.6

Dalam Kamus Istilah Fiqih, kata”syari’ah menurut bahasa adalah asal kata dari syara’a yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Menurut istilah, kata syari’at dapat diterangkan dengan dua pengertian yaitu pengertian yang bersifat umum dan pengertian yang bersifat khusus. Menurut pengertian yang bersifat umum syari’at islam berarti seluruh ketentuan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Ini berarti ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari masalah akidah, akhlak, ibadah dan amaliah.

Syari’ah menurut pengertian khusus adalah peraturan atau ketentuan ajaran Islam yang hanya mencakup amaliah umat Islam tidak termasuk didalamnya bidang aqidah dan akhlak.7

Menurut para ahli, definisi syar’ah adalah segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku manusia diluar yang mengenai akhlak. Dengan demikian syari’ah itu adalah nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah. Kata syari’ah lebih khusus dari agama.

Qatadah, menurut yang di riwayatkan oleh Al-Thabari menggunakan kata “syari’ah” kepada hal yang menyangkut kewajiban, hak, perintah dan

6

Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar hukum Islam dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, P.T. RajaGraafindo Persada: 2004), hal. 46

7


(14)

larangan tidak termasuk didalamnya aqidah, hikmat dan ibarat yang tercakup dalam agama.8

Di lihat dari segi hukum, syari’ah merupakan norma hukum dasar yang ditetapkan Allah yang wajib diikuti oleh orang Islam yang mukallaf berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlaq, baik hubungan dengan Allah maupun hubungan antar sesama manusia dalam bermasyarakat.9

Norma dan hukum dasar ini telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian orang islam tidak akan tersesat hidupnnya selama mereka berpegang teguh kepada ajaran Al-qur’an.

Karena norma-norma yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah sangat luas, demikian halnya dengan yang telah ditetapkan oleh Nabi terutama dalam bidang muamalah. Maka, setelah Nabi wafat norma-norma tersebut perlu diperinci lagi. Dalam perkembangannya munculah Ilmu Fiqih. Ilmu Fiqih adalah disiplin ilmu yang mempelajari atau memahami syariat dengan memusatkan perhatiannya khusus pada perbuatan manusia mukallaf.

Qardawi mengatakan, cakupan syari’ah dalam pandangan Islam sangat luas dan komprehensif. Didalamnya mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan tuhannya), aspek keluarga (talak,nikah, nafkah, wasiat), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan,asuransi,utang piutang, pemasaran, hibah),

8

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I , (PT.LOGOS Wacana Ilmu, 1997), hal. 1-2

9

H.A. Djajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta : P.T. RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 2.


(15)

aspek ekonomi (pemodalan, zakat,fa’i, ghanimah ), aspek hukum dan peradilan, undang-undang hingga hubungan antar Negara.10

Maka, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan syari’ah adalah:

a. Untuk menunjukan bahwa ketentuan Allah itu lebih tinggi dan luhur nilainya dibandingkan dengan pemikiran manusia.

b. Pelaksanaan syari’ah yang telah ditetapkan kepada manusia.

c. Untuk mempersatukan pandangan hidup manusia agar berada dalam jalan yang benar.

d. Untuk kesejahteraan dan keselamatan hidup manusia.

Pemasaran sendiri adalah salah satu bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transkasinya terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh ketentuan syari’ah.

Menurut Syakir Sula,11 Marketing Syari’ah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengararahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan nilai (values) dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya, yang keseluruhan prosesnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan akad muamalah dalam Islam (Syari’ah Marketing is a strategic business discipline that direct the process of creating, offering and exchanging values from one initiator to its stake holders, and the whole process should be in accordance with muamalah principles in Islam)

10

Yusuf Al-Qardawi, Madkhal Li DirasahAl-Islamiyah, (Maktabah, Kairo,1990), hal. 56

11

M. Syakir Sula, Asuransi Syari’ah : (Syaria’h Life and General) Konsep dan Sistem Oprasional, (Jakarta: Gema Insani Press:2004), hal.425


(16)

Jadi, marketing syari’ah adalah sebuah cara atau proses untuk mendistribusikan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen untuk memperoleh kemaslahatan dan kepuasan pelanggan dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip muamalah dalam Islam.

B. Dasar Hukum Marketing Asuransi Syari’ah

Jika memperhatikan ruang lingkup pemasaran, serta mencermati definisi-definisi pemasaran diatas, baik definisi-definisi menurut para pakar, kotler, Hermawan Kertajaya serta definisi pemasaran versi syariah, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran sama dengan wakalah atau perwakilan. Yang bertindak sebagai wakil adalah agen, artinya agen merupakan wakil perusahaan asuransi dalam memasarkan produknya kepada calon nasabah. Dengan demikian landasan hukum wakalah adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

a. Surat Al-Kahfi Ayat 19


(17)

Artinya: “Dan Demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”. (Q.S. Al-Kahfi Ayat 19).

Ayat ini melukiskan perginya salah seorang Ashabul Kahfi yang bertindak untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan.

Banyak hadist yang dapat dijadikan landasan keabsahan wakalah, diantaranya:

و ﷲا ﷲال ﻮﺳرنا ﺚ ﺑ

ﻓارﺎﺑ ا رو

ا

ثر ﺎﺤ اﺖ ﺑ ﺔ ﻮ ﻴ ﺎﺟوﺰﻓ ر

Artinya :“Rasulullah mewakilkan kepada abu Raf’i dan seorang Anshar untuk mewakilinya mengawini Maiminah binti Al- Harist” (H.R. Malik dalam “Al-Muwatha’)

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan. Di antaranya adalah membayar hutang, mewakilkan penetapan had dan membayarkannya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan dan lain-lain.

Nabi sendiri sebelum ditunjuk sebagai Rasul, berniaga ke Negeri Syam (Syiria), dengan membawa barang dagangan Siti khadijah

(stakeholders), seorang janda kaya, bangsawan dan rupawan. Rasulullah mewakili segenap kepentingan stakeholdes dalam menjual dan memasarkan produk bawaannya.


(18)

Nabi Muhammad benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang adil dalam setiap transaksi bisnisnya. Selain itu beliau selalu menasehati para sahabatnya untuk melakukan hal yang sama. Nabi Muhammad telah mewariskan petunjuk-petunjuk tentang cara menegakan kejujuran dan meminta agar membina hubungan baik dan ramah dengan para pelanggan dalam berdagang dan berbisnis

Nabi Muhammad telah berhasil membina dirinya menjadi wirausahawan sejati yang memiliki reputasi dan integritas tinggi. Selain itu beliau juga berhasil mengukir namanya dikalangan masarakat bisnis pada khususnya, dan kaum Quraisy pada umumnya.12

2. Ijma

Wahbah Zuhaili mengatakan dari sudut ijma’, para ulama pun bersepakat dengan ijma’ atas dibolehkannya wakalah (perwakilan). Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk hal tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa. Tolong menolong diserukan oleh Al-Qur’an dan disunnahkan oleh Rasulullah13

Dalam perkembangan fiqh Islam, status wakalah sempat diperdebatkan. Apakah wakalah termasuk kepada kategori niabah ( ﺑﺎﻴ)yakni pendelegasian wewenangya.

Pendapat pertama mengatakan bahwa wakalah adalah niabah atau mewakili. Menurut pendapat ini si wakil tidak dapat menyalahi perintah

12

M. Syakir Sula, Op. Cit., hal. 430

13

Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al- Islamy wa-Adillatuhu al-juz al rabi’, (Dar fikr, Syiria, Damascus), hal 152


(19)

muwakkil. Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahawa wakalah adalah wilayah, karena mukhalafah (menggantikan) dibolehkan bila mengarah kepada yang lebih baik, sebagaimana jual beli dengan melakukan pembayaran secara tunai, itu lebih baik walaupun diperkenankan secara kredit.14

C. Unsur-Unsur Marketing Asuransi Syari’ah

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Marketer Lembaga Keuangan syari’ah, seperti bank syari’ah, asuransi syari’ah, pegadaian syari’ah dan obligasi syari’ah, harus memilki profil dan etika yang berbeda dengan lembaga keuangan non syari’ah

Dengan asumsi memiliki tingkat profesionalisme yang sama dengan dengan lembaga keuangan non syari’ah, maka marketer di lembaga keuangan syari’ah harus memiliki nilai plus, terutama dalam kaitan dengan implementasi nilai-nilai syari’ah dalam transaksi bisnis, serta memelihara dan menjaga etika dan akhlak bisnis yang dibenarkan oleh syari’at Islam.15

Pertama, menghindari 15 (lima belas) prilaku bisnis yang terlarang, yaitu menjual barang yang masih gharar, menimbun barang untuk menaikan harga, menjual barang hasil curian, korupsi atau pencucian uang, menjual dengan motif penipuan, mengingkari perjanjian, menyembunyikan cacat barang, berlaku curang dalam penentuan harga dan rate, banyak bersumpah untuk meyakinkan pembeli, iklan dan promosi palsu, mempermainkan harga,

14

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ahٍ: Suatu Pengenalan Umum, (Bank Indonesia dan Tazkia, 1999), hal 176.

15


(20)

bersikap memaksa dan menekan, mematikan pedagang kecil, melakukan

riswah, melakukan monopoli dan menjual sesuatu yang haram.

Kedua, melakukan prilaku bisnis yang dianjurkan, yaitu: rabbaniyyah, berprilaku baik dan simpatik, bersikap adil terhadap stakeholders dan menentukan rate secara adil. Selain itu, setiap tenaga pemasar harus menjaga kebersihan qalbu dari penyakit hati sepeti, berburuk sangka, menjelek-jelekan,

tajasus (memata-matai), dan mengadu domba.16 2. Produk

Pada prinsipnya mendesain produk asuransi syari’ah tidak jauh berbeda dengan asuransi konvensional. Walaupun demikian, perbedaan keduanya dapat menentukan halal dan haramnnya produk asuransi syari’ah.

Produk asuransi syari’ah dipahami sebagai suatu model jaminan (proteksi) yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan asuransi syari’ah untuk ditawarkan kepada masyarakat luas agar ikut serta berperan sebagai anggota dari sebuah perkumpulan pertanggungan yang secara materi mendapat keamanan bersama.

Prinsip dasar produk asuransi syari’ah berorientasi pada penawaran keikut sertaan masyarakat untuk saling menanggung (takafuli) pada suatu peristiwa yang belum terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sehingga, prinsip dasar inilah yang menjadikan asuransi syari’sh berbeda dengan asuransi konvensional.

16


(21)

Dalam asuransi konvensional, para peserta asuransi di posisikan sebagai pembeli asuransi bukan sebagai peserta yang mempunyai kewajiban untuk saling menanggung secara bersama. sehingga premi yang terkumpul menjadi milik penuh perusahaan.17

Adapun produk asuransi syari’ah yang dipakai dalam oprasional perusahaan asuransi syari’ah adalah sebagai berikut:

a. Produk asuransi syari’ah dengan unsur saving

Adalah sebuah produk asuransi yang didalamnya menggunakan dua buah rekening dalam setiap pembayaran premi, yaitu rekening untuk dana

tabarru’ (sosial) dan rekening untuk dana saving (tabungan). Adapun status kepemilikan dana pada rekening tabungan adalah masih sepenuhnya milik peserta, bukan menjadi milik perusahaan asuransi, maka tatkala peserta asuransi berkeinginan menarik dananya, pihak perusahaan tidak ada dalih untuk menolaknya.

Rekening tabungan yang menggunakan unsur saving adalah kumpulan dana yang merupakan milik peserta dan dibayarkan bila: (a) Perjanjian berakhir, (b) Peserta mengundurkan diri dan (c) Peserta meninggal dunia.

Adapun rekening tabarru’ merupakan rekening yang berisi kumpulan dana yang dibayarkan oleh peserta yang diniatkan untuk derma untuk

17

AM Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, (Kencana : Jakarta, 2004), hal.167.


(22)

saling membantu dan dibayarkan bila: (a) Peserta meninggal dunia, (b) perjanjian berakhir, jika ada surplus dana.18

b. Produk asuransi tanpa unsur tabungan

a) Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta setelah dikurangi biaya pengelolaan dimasukan kedalam rekening khusus (kumpulan dana) b) Kumpulan dana peserta di investasikan sesuai dengan prinsip syari’ah c) Hasil investasi dimasukan kedalam kumpulan dana peserta, kemudian

dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi)

d) Surplus kumpulan dana peserta kemudian dibagikan dengan sistem bagi hasil (mudharabah).19

3. Sasaran Pasar (segmentasi)

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat membuat perusahaan harus menyusun strategi bisnis agar perusahaanya tetap dapat bertahan. Hal inilah yang melatarbelakangi setiap perusahaan asuransi syari’ah harus menyusun strategi bisnisnya agar dapat memenangkan pasar.

Sebelum menentukan sasaran pemasaran, maka perusahaan harus menentukan segmentasi pasar terlebih dahulu. Segmentasi pasar memerankan peranan kunci dalam strategi-strategi pemasaran dari hampir semua organisasi berhasil dan merupakan perangkat pemasaran yang berguna untuk beberapa

18

AM Hasan Ali, Op. Cit, hal. 168.

19


(23)

alasan. Alasan yang terpenting adalah hampir semua pasar termasuk kelompok-kelompok orang atau organisasi memiliki kebutuhan dan pilihan produk yang berbeda-beda.

Segmentasi pasar membantu para pemasar untuk mendefinisikan kebutuhan dan keinginan konsumen secara tepat, karena segmentasi pasar berbeda dalam ukuran dan potensi.

Tujuan segmentasi pasar adalah untuk membantu para pemasar untuk mampu dalam menyesuaikan bauran pemasaran untuk memenuhi satu atau lebih segmen pasar. Dari tujuan tersebut, maka dalam segmentasi pasar ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Menyeleksi pasar atau kategori produk untuk dipelajari

2) Memilih satu atau beberapa basis untuk melakukan segmentasi pasar 3) Membuat profil dan mengevaluasi segmen

4) Menyeleksi sasaran

Segmentasi pasar Lembaga Keuangan Syari’ah di Indonesia adalah tidak hanya membidik para Syari’ah loyalist saja, namun ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini tentu saja sejalan dengan ajaran Islam yang sifatnya yang universal.

4. Sistem Pemasaran

Suatu sistem pemasaran tidak sekedar menyampaikan barang dan jasa kepada konsumen, tetapi juga merangsang inovasi, pengembangan dan penyebaran gagasan dan produk baru. Persaingan memperebutkan konsumen


(24)

memaksa setiap perusahaan untuk memikirkan cara baru yang lebih baik untuk memuaskan konsumen.20

Sistem pemasaran pada suatu masyarakat yang masih tradisional akan terdiri atas pasar (dalam arti tempat), beberpa penjual, alat transport yang masih primitif dan fasilitas-fasilitas gudang yang masih sederhana. Sedangkan sistem pemasaran pada masyarakat modern akan terdiri atas jaringan-jaringan organisasi pemasaran yang kompleks dan segala fasilitas yang berhubungan dengan pengembangan, promosi, serta distribusi barang-barang atau jasa-jas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.21

Untuk memajukan perusahaan, kita harus mengetahui sistem pemasaran yang cocok dengan perusahaan kita. Model-model sistem pemasaran itu antara lain adalah:

a. Sistem pemasaran vertikal

Adalah sistem saluran dimana keseluruhan saluran di fokuskan pada sasaran pasar yang sama diujung saluran. Sistem ini terus berkembang, karena jika pelanggan akhir tidak mau membeli produk, keseluruhan kegiatan akan kena imbasnya.

Sistem pemasaran vertikal digunakan untuk meningkatkan pengendalian mereka terhadap anggota-anggota saluran dan sistem pemasaran tersebut telah meningkatkan kinerja mereka. Koordinasi dan

20

Jerome MC Carthy dan Wlliam D. Perreault, Intisari Pemasaran, Alih bahasa : Agus Maulana, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1995)hal. 16

21

Surahman Sumawijaya, dkk, Intisari Manajmen Pemasaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 17.


(25)

kerjasama yang lebih besar telah mendorong efektifitas pemasaran yang lebih besar serta penghematan. Akibatnya VMS (Vertical Marketing Sistem) berkembang menjadi bentuk kerjasama saluran yang paling dominan, khususnya distribusi barang dan jasa konsumen.22

b. Sistem pemasaran horizontal

Disini adanya kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabung untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul.

c. Sistem pemasaran ganda

Menggabungkan beberapa cara pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajmen dan memimpinnya daribelakang secara sentral.

5. Jaringan kerja (network)

Jaringan kerja juga sangat diperlukan oleh sebuah perusahaan terutma bidang usaha jasa seperti asuransi. Jaringan kerja perusahaan asuransi dapat berupa kantor cabang, kerjasama dengan perusahaan lain seperti dengan bank dan lembaga keuangan lainnya.

D. Prinsip-Prinsip Marketing Asuransi Syari’ah

Saat ini sistem ekonomi syari’ah sedang berkembang dan menjadi alternatif bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem ekonomi kapitalis yang mengutamakan kekayaan pribadi dan berdampak pada ketidakmerataan distribusi kakayaan.

22

Djaslim Saladin, dan Yeuis Marti Oesman, Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran: Ringkasan Praktis Teori dan Tanya Jawab, (Bandung: Linda Karya, 1999), hal. 49


(26)

Sistem ekonomi syari’ah memang baru bangkit kembali pada era 2000-an, namun sebenarnya prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya bukanlah hal yang baru.

Untuk menjadi perusahaan yang berbasis syari’ah, budaya perusahaan tentu haruslah berdasarkan nilai-nilai Islami. Institusinya pun harus mengimplementasikan prinsip-prinsip syari’ah.

Hermawan Kertajaya dalam bukunya menjelaskan ada tujuh belas prinsip-prinsip pemasaran syari’ah yang harus ada dalam perusahaan yang berbasis syari’ah.

Ada tujuh belas prinsip-prinsip umum marketing syari’ah yang harus menjadi pedoman bagi perusahaan yang berbasiskan syari’ah. Ketujuh belas prinsip itu adalah sebagai berikut:23

1) Teknologi Informasi untuk menuju perubahan yang nyata (Teknologi Information technology allows us to be transparent (change))

2) Bersaing secara sehat (Be respectful to your competitors)

3) Menjaring konsumen secara keseluruhan (The emergence of customers global paradox (customer))

4) Menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai prinsip dasar perusahaan (Develop a spiritual-based organization (company))

5) Meliat target pasar secara keseluruhan (View market universally

(segmentation))

23


(27)

6) Membidik hati dan jiwa calon konsumen (Target customer’s heart and soul (

targeting))

7) Membangun system kepercayaan (Build a belief system (positioning))

8) Diferensiasi yang berbeda dalam kontek dan konten (Differ yourself with a good package of content and context (diferensiation))

9) Jujur dalam membentuk bauran pemasaran (Be honest with your 4P (marketing mix))

10)Menerapkan ukhuwah sebagai dasar dalam penjualan (Practice a relationship-based selling (selling))

11)Karakter merek yang Islami (Use aspiritual brand character (brand))

12)Perubahan yang lebih baik dalam pelayanan(Services should have the ability to transform (services))

13)Menerapkan proses bisnis yang amanah (Practice a reliable business process (process))

14)Membangun nilai yang baik dimata konsumen (Create value to your stake holders (scorecard))

15)Membangun inspirasi yang mulia (Create a noble cause (inspiration))

16)Menjadikan budaya perusahaan yang beretika (Develop an ethical corporate culture (culture))

17)Pengukuran yang jelas dan transparan (Measurement must be clear and transparent (institution))

Empat prinsip pertama yang terdiri dari change, competitor, customer dan


(28)

lanskap bisnis, sedangkan company merupakan faktor internal yang penting dalam proses pembuatan strategi.

Prinsip lima sampai prinsip tigabelas menerangkan sembilan elemen dari arsitektur bisnis strategis, yang terbagi dalam tiga paradigma yaitu; Syari’ah Marketing Strategy untuk memenangkan mind share, Syari’ah Marketing Tactic

untuk memenangkan market share dan Syari’aah Marketing Value untuk memenangkan heart-share

Kemudian tiga prinsip terahir adalah prinsip-prinsip yang membahas soal inspirasi (inspiration), budaya (culture) dan institusi (institution). Ketiganya disebut Enterprise.

Berdasarkan definisi pemasaran dalam persfektif Islam, maka kata kunci dalam pemasaran syari’ah adalah bahwa dalam seluruh proses, baik dalam proses penawaran maupun proses perubahan nilai tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah dalam islam, yaitu24:

1. Berprilaku baik dan simpatik

Al-Qur’an mengajarkan untuk senantiasa bermuka manis, berprilaku baik dan simpatik. Allah SWT. berfirman :

Artinya : “Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang Telah kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati

24


(29)

terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”( Q.S. Al-Hijr : 88).

Al-Qur’an juga senantiasa mengajarkan untuk senantiasa rendah hati dan bertutur kata yang manis. Allah berfirman :

Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Berprilaku baik dan sopan adalah fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi dan mencakup semua sisi manusia. Sifat ini merupakan sifat Allah SWT. dan kaum muslimin diperintahkan untuk memiliki sifat itu.

2. Bersikap melayani dan mempermudah

Sikap melayani adalah sikap utama seorang marketer. Karena, tanpa melekat sikap melayani dalam kepribadianya, maka sesungguhnya dia bukanlah jiwa seorang pemasar. Melekat dalam sikap ini adalah sikap sopan, santun dan murah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan dan bersahabat saat melakukan prospecting dengan mitra bisnisnya.


(30)

Al-Qur’an telah memerintahkan dengan ekspresif agar kaum muslimin bersifat lembut dan sopan santun manakala berbicara dan melayani customer.

Allah berfirman :

Artinya : ”Dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” ( QS. Al-Baqarah : 83)

Selanjutnya adalah memberi kemudahan kepada orang lain yang mengalami kesulitan. Seorang muslim yang baik hendaklah bertasamuh

(toleran) kepada saudaranya saat membayar/menagih (utang, premi asuransi, cicilan kredit bank, dsb.) jika dia kesulitan atau kesusahan.

Artinya : “ Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 280)

3. Bersaing secara sehat

Al-Qur’an melukiskan persaingan secara sehat dengan sangat gamblang. Allah berfirman:


(31)

Artinya : “ Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Al-Baqarah : 148)

Ini konsep persaingan sehat dan berlomba-lomba dalam kebaikan, baik dalam konteks lembaga maupun dalam konteks pribadi atau karyawan dalam suatu perusahaan. Seorang karyawan harus senantiasa memberikan kinerja terbaik dari karyawan lainnya.

Begitu pula dengan seorang pemasar, dia bukan hanya ingin senantiasa mencapai target akan tetapi bagaimana agar melampaui target yang diberikan. Dengan demikian tumbuh semangat berlomba-lomba dalam meraih prestasi dengan semangat yang sehat dan jujur.

4. Mendahulukan sikap tolong menolong

Islam menginginkan para pemeluknya untuk saling membantu diantara mereka dan juga diantara umat manusia. Pahala yang besar telah dijanjikan oleh Allah bagi mereka yang dengan ikhlas membantu meringankan beban orang lain.


(32)

Artinya : “Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”(QS. Al-Hasyr : 9)

5. Jujur dan tidak curang

Diantara akhlak yang harus mengisi setiap muslim dalam setiap gerakannya adalah kejujuran. Kadang-kadang kejujuran terasa mudah untuk dilaksanakan bagi orang-orang awam manakala tidak dihadapkan pada ujian yang berat atau tidak dihadapkan pada godaan duniawi

Disinilah islam menjelaskan bahwa kejujuran yang hakiki terletak pada muamalah mereka. Orang yang tidak jujur akan senantiasa melakukan penipuan terhadap orang lain kapan dan dimana saja kesempatan itu selalu terbuka baginnya

Al-Qur’an denan tegas melarang ketidakjujuran itu. Allah berfirman :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui. (QS. Al-Anfaal :27)


(33)

E. Konsep penjualan (selling) dan Bauran Pemasaran (marketing mix) dalam Marketing Syari’ah

1. Konsep penjualan (selling) a. Pengertian penjualan (selling)

Pemasaran adalah kegiatan penjualan (selling), tetapi penjualan disini bukan berarti hanya aktivitas menjual produk semata. Penjualan dalam arti sederhana adalah penyerahan suatu barang atau jasa kepada konsumen dengan harga yang telah disepakati.

Sedangkan penjualan dalam arti luas adalah bagaimana memaksimalkan kegiatan penjualan sehingga dapat menciptakan win-win solution bagi kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.

Dalam buku lain disebutkan bahwa penjualan adalah suatu akad penyerahan barang atau jasa dari penjual kepada pembeli dengan harga yang telah disepakati atas dasar sukarela. Islam mensyaratkan bahwa jual beli itu harus dengan sukarela tanpa adanya paksaan dan tipuan.25seperti yang tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadist:

Surat An-Nisa: 29,

25

Mochtar Effendy, Ekonomi Islam-Suatu Pendekatan berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Hadist, (Palembang: Penerbit Al-Mukhtar, 1996), hal. 80.


(34)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S. An-Nisa: 29)

Maju mundurnya perusahaan asuransi syari’ah sangat dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pemasar atau sumber daya pemasar. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah hal yang paling penting guna menunjang keberhasilan suatu organisasi. Dalam perusahaan asuransi, sales agent merupakan ujung tombak keberhasilan suatu organisasi, Hal ini tidak berarti bagian-bagian yang lain dalam suatu perusahaan asuransi tidak penting.

Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada pengelolaan sales agent pada perusahaan asuransi.

1) Pengertian Agen (sales agent)

Secara umum, orang paling cepat menyebut salesman sebagai sebutan pengganti seorang penjual, padahal salesman bersinonim dengan sales people sales force, sales person,sales agent.26

26


(35)

Dalam bisnis jasa asuransi, seorang penjual produk asuransi pada umumnya adalah agent executive, financial consultant, agent representative, consultant, agent. Sedangkan sebutan yang sudah memasyarakat adalah agen. Agen adalah orang yang dipercaya oleh perusahaan asuransi dan dipercaya pula oleh masyarakat, yang bertugas mencari dan mendapatkan calon-calon pemegang polis dengan memberikan penerangan tentang pentingnya jaminan hari tua, perlindungan untuk keluarga dan orang lain yang ada kepentingan asuransinya.27

2) Tugas-tugas agen

Seperti dikatakan terdahulu, sales agent dalam perusahaan asuransi memilki tugas dan peranan penting, yaitu menjual produk asuransi kepada masyarakat sekaligus memproduksinya. Bertitik tolak pada hal ini, bahwa tugas sales agent adalah sebagai berikut

1. Menjelaskan betapa pentingnya manfaat asuransi bagi masyarakat

2. Menjelaskan tentang apa, siapa, dan bagaimana kerja perusahaan asuransi

3. Mendapatkan calon pemegang polis atau nasabah

4. Dapat dipercaya baik oleh nasabah maupun oleh perusahaan asuransi.

27


(36)

5. Menjaga nama baik perusahaan asuransi tempat mereka kerja

3) Kewajiban agen

Berdasarkan tugas-tugas agen seperti tersebut diatas, maka agen arus mentati dan memenuhi apa yang menjadi kewajibannya apabila menginginkan aktivitasnya mendatangkan hasil yang optimal. Adapun yang menjadi kewajiban agen adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan prospecting 2. Melakukan penutupan 3. Segera menyetorkan premi

4. Memberikan pelayanan terbaik kepada para calon pemegang polis

4) Karakteristik agen dalam marketing asuransi syari’ah

Kegiatan penjualan tidak pernah lepas dari peranan para pemasar (marketer) atau salles agent. Tanpa campur tangan mereka, produk sebagus apapun tidak akan dibeli oleh konsumen.

Bagi perusahaan yang berbasis syari’ah, khususnya perusahaan asuransi syari’ah harus memegang teguh prinsip-prinsip syari’ah dalam berbagai hal termasuk dalam kegiatan pemasarannya.


(37)

Berikut ini adalah beberapa prinsi-prinsip bagi para agen (marketer syari’ah) yang harus dijadikan pedoman dalam melaksanakan fungsi pemasaran.28

a) Memiliki kepribadian spiritual (taqwa)

Setiap muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah setiap saat, bahkan ketika dalam suasana sibuk pun mereka harus senantiasa merasa ada yang Maha mengawasi setiap gerak geriknya. Al-Qur’an memerintahkan untuk mencari dan mencapai prioritas utama yang Allah tentukan dalam Al-Qur’an, misalnya: a) Hendaklah mendahulukan pencarian pahala yang besar dan abadi

di akhirat ketimbang keuntungan kecil dan terbatas di dunia. b) Mendahulukan segala sesuatu yang secara moral bersih daripada

sesuatu yang secarta moral kotor walaupun dapat mendatangkan banyak keuntungan.

c) Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram b) Bersikap melayani dan rendah hati

Sikap ini merupakan sikap utama dari seorang penjual yang harus melekat dalam kepribadiannya. Jika hai ini tidak ada, maka dia bukanlah seorang yang berjiwa pemasar

Memberi pelayanan yang baik kepada nasabah merupakan hal penting bagi pemasar syari’ah. Jangan mempersulit nasabah ketika mereka membutuhkan bantuan.

28


(38)

c) Etis (Akhlaqiyyah)

Selain harus memiliki kepribadian spiritual, seorang marketer syari’ah juga harus mengedepankan masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya. Dengan demikian syari’ah marketing adalah sebuah konsep pemasaran yang sangat mengedepankan masalah moral, tidak peduli apapun agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah hal yang bersifat universal yang diajarkan oleh semua agama.

Rasulullah SAW. Bersabda : “ Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Karena itulah, sudah sepatutnya menjadi panduan bagi para marketer yariah untuk selalu memelihara moral dan etika dalam setiap tutur kata, prilaku dan keputusan-keputusannya.

Aa Gym mengatakan, bagi muslim, setiap akan shalat diwajibkan untuk bersuci. Tidak hanya suci tubuh, tetapi juga suci pakaian, tempat ibadah bahkan suci hati. Bagaimana orang akan tentram dalam shalat jika hatinya lalai, pikirannya “berkeliling” kemana-mana? Suci tubuh dan hati adalah jembatan menuju keasempurnaan ibadah.29

Prinsip bersuci dalam Islam, tidak hanya dalam rangkaian ibadah, tetapi dapat ditemukan juga dalam kehidupan sosial

29

A. Gymnastiar,Meraih Bening Hati dengan Manajmen Qalbu”, (Jakarta:Gema Insani, 2000), hal. 40


(39)

masyarakat: dalam berbisnis, berumah tangga, bergaul, bekerja dan lain-lain. Disemua tempat itu diajarkan sikap bersuci; mejauhkan diri dari dusta, kezaliman, penipuan, penghianatan dan bahkan sikap bermuka dua.

d) Realistis

Syari’ah marketing adalah sebuah konsep pemasaran yang fleksibel sebagaimana keluwesan dan keluasan syari’ah Islamiyah yang melandasinya.

Fleksibilitas sengaja diberikan Allah swt. agar penerapan syariah senantiasa realistis dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Semua ini menunjukan bahwa sedikitnya beban dan luasnya kelonggaran bukanlah suatu kebetulan, melainkan kehendak Allah agar syari’ah Islam senantiasa abadi dan kekal sehingga sesuai bagi setiap zaman, daerah dan keadaan apapun. Dalam sisi inilah keberadaan marketing.

Ia bergaul, bersilaturahmi, melakukan transaksi bisnis ditengah-tengah realitas kemunafikan, kecurangan, kebohongan atau penipuan yang sudah tebiasa terjadi dalam dunia bisnis. Akan tetapi syari’ah marketing berusaha tegar, istiqomah dan menjadi cahaya penerang ditengah-tengah kegelapan.

e) Humanistis

Pengertian humanistis adalah bahwa syari’ah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya


(40)

terpelihara dan terjaga serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syari’ah

Dengan memiliki nilai humanistis, ia menjadi manusia yang terkontrol dan seimbang, bukan manusia yang serakah yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Syari’at Islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya, tidak membedakan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat syari’ah memilki sifat universal sehingga menjadi syari’ah humanistis universal.

Diantara dalil-dalil tentang sifat humanistis dan universal syari’at Islam adalah prinsip ukhuwah insaniyyah (persaudaraan antar sesama umat manusia) ysng terdapat dalam surat Al-Hujurat Ayat 13;

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.(QS. Al-Hujurat; 13)


(41)

Ayat ini tidak mengingkari keberagaman suku bangsa, tetapi menyuruh seluruh umat manusia mengingat asal tempat mereka tumbuh. Mereka juga tidak boleh melupakan tujuan dibalik perbedaan tersebut, yaitu untuk saling mengenal dan tolong menolong, bukan saling menaklukan dan memerangi. Saling percaya satu sama lain bukan saling curiga. Saling membantu bukan saling mencelakakan.

2. Konsep Marketing Mix

Marketing mix merupakan alat bagi para marketer yang terdiri dari beberapa elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.

Marketing mix untuk barang terdiri dari 4P: product, price, place, dan promotion. Sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut dirasa masih kurang mencukupi. Para ahli pemasaran menambahkan tiga unsur lagi : people, process dan public relations

Ketiga hal itu terkait dengan sifat jasa dimana produksi atau oprasi hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan mengikut sertakan konsumen dan pemberi jasa secara langsung. Dengan kata lain, terjadi interaksi langsung antar keduanya (meskipun tidak untuk semua jenis jasa).30elemen Marketing Mix jasa adalah sebagai berikut:

30

Rambat Lupiyoadi , Manajmen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek, (Jakarta, Salemba Empat, 2001), hal. 57


(42)

a. Product

Produk adalah keseluruhan konsep objek/proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli bentuk fisik produk itu saja, tetapi membeli benefit dan value tersebut yang di sebut “the offer”. Terutama produk jasa yang kita kenal telah menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen.31

Bagi perusahaan syari’ah, untuk komponen tawaran (offer), produk dan harga harus dilandasi nilai-nilai kejujuran dan keadilan; sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Kualitas produk yang diberikan harus sesuai dengan yang ditawarkan. Jadi, sangat dilarang jka perusahaan menyembunyikan kecacatan suatu produk yang mereka tawarkan.

Selain itu , dalam hal produk, Islam mengajarkan untuk memperhatikan kualitas dan keberadaan produk yang ditawarkan.

Muamalah Islam melarang jual beli suatu produk yang belum jelas (gharar) bagi pembeli. Pasalnya disini peluang terjadinya penipuan dan ketidak adilan terhadap salah satu pihak. Karena itulah Rasulullah melarang jual beli yang belum jelas produknya.32

b. Pricing

31

Ibid, hal 58

32


(43)

Kegiatan penetapan harga memainkan peranan penting dalam proses bauran pemasaran, karena penetapan harga terkait langsung nantinya dengan revenue yang diterma oleh perusahaan.

Keputusan dalam penetapan harga yang memilki dampak terhadap suplai atau saluran distribusi. Penyalur, tenaga penjual, distributor, pesaing dan pelanggan semuanya dipengaruhi oleh sistem penetapan harga.

Pentapan harga dalam pemasaran jasa sangat penting mengingat produk yang ditawarkan oleh layanan jasa bersifat tidak berwujud. Harga yang dibebankan terhadap jasa yang ditawarkan menjadikan indikasi kualitas jasa yang sepeti apa yang akan konsumen terima.33

Dalam menentukan harga, perusahaan harus mengutamakan nilai keadilan. Jika kualitas produknya bagus, harganya tentu bisa tinggi. Tidak jarang produsen dalam menentukan harga terlampau berlebih-lebihan. Hal ini terjadi jika barang tersebut dimonopoli oleh suatu perusahaan. Sehingga dia dapat mengendalikan harga semaunya. Akan tetapi pada bagian lain konsumen juga tidak jarang menghargai suatu barang jauh dibawah harga sebenaryna. Kedua-duanya tercela dan terlarang dalam muamalah Islam. Islam mengajarkan untuk bersikap proposional dalam menentukan harga. Allah berfirman :

33


(44)

Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Al-Isra’ : 26-27)

c. Place

Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian barang dan jasa kepada konumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan oprasi.

Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan oprasi. Dalam hal ii ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu:

1. Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): jika

keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat yang dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau (strategis)

2. Pemberi jasa mendatangi konsumen: dalam hal ini lokasi menjadi tidak penting akan tetapi penyampaian jasa harus tetap berkualitas.


(45)

3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung: berarti services provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi tidak terlalu penting selama komunikasi antara kedua piak dapat terlaksana.34

Saluran distribusi juga dapat melalui organisasi maupun orang lain. Sehubungan dengan saluran distribusi, maka perusahaan harus dapat memilih saluran yang tepat untuk delivery jasanya. Sebab akan sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Saluran distribusi yang dapt dipilih antara lain adalah :

1) Direct sales 2) Agent/Broker

3) Agent/ Broker penjual atau pembeli 4) Franchise dan contracted service delivers

Dalam menentukan saluran distribusi, perusahaan harus mengutamakn tempat-tempat yang sesuai dengan target pasar sehingga dapat efektif dan efisien.35

d. Promotion

Komponen akses yang sangat berpengaruh terhadp bagaimana usaha dari perusahaan untuk menjual produk dan harganya. Kegiatan promosi bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan

34

Ibid, hal. 61-62

35


(46)

dengan konsmuen, tetapi juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.36

Promosi adalah kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi konsumen dalam (aktual dan potensial) agar mereka mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan, pada saat ini atau pada masa yang akan datang.37 Berdasarkan pengertian tersebut dapatlah dikethui apa yang menjadi tujuan dari promosi, yaitu :

1. Meningkatkan penjualan perusahaan yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan.

2. Meningkatkan citra perusahaan yang baik dan positif

Untuk mencapai tujuan perusahaan yang disebutkan diawal pembahasan, maka kegiatan promosi harus mempunyai prinsip efektif, efisien dan ekonomis. Artinya, kegiatan promosi harus tepat pada sasaran, mempunyai daya tarik yang tinggi dalam menarik perhatian atau minat konsumen terhadap kegiatan promosi tersebut.

Alat-alat promosi yang umumnya dapat digunakan untuk melakukan kegiatan promosi berbagai produk asuransi adalah sebagai berikut :

1) Periklanan (advertising)

36

Ibid, hal. 12

37


(47)

Periklanan adalah bentuk promosi non-personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian. Contoh: iklan di radio, TV, surat kabar dan sebagainya. 2) Penjualan tatap muka (personal seling)

Penjualan tatap muka adalah bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam salah satu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian. Contoh

salesman.

3) Publisitas

Publisitas adalah bentuk promosi non-personal mengenai produk, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi yang pada umumnya bersifat ilmiah. Ulasan informasi ilmiah ini dapat berupa karakteristik-karakteristik dan kelebihan-kelebihan produk-produk tersebut di media masa (radio, TV, surat kabar dan lain-lain)

4) Promosi penjualan

Promosi penjualan adalah bentuk promosi diluar ketiga bentuk promosi diatas (iklan, tatap muka, publisitas) yang ditujukan untuk merangsang pembelian. Contoh : pendekatan-pendekatan, lobbying

dan sebagainya.38

38


(48)

Jenis-jenis media yang dapat dipilih untuk dijadikan media promosi adalah media cetak (Koran dan majalah), media elektronik (TV dan radio) dan media luar ruang (papan reklame, balon udara, dll).

Saat ini banyak promosi yang dilakukan melalui beberapa media promosi justru mengandung kebohongan dan penipuan. Dari sudut pandang syari’ah hal ini menjadi faktor yang sangat dominan banyak yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah dalam praktiknya dipasar. Baik karena kebohongan atau terlampau berlebi-lebihan maupun dalam penyajian-penyajian iklan yang sering dekat-dekat ke pornografi.

Promosi bagi perusahaan yang berlandaskan syari’ah haruslah menggambarkan secara riil apa yang ditawarkan dari produk-produk atau

servis-servis dari perusahaan tersebut.39

Dalam buku lain dikatakan bahwa salah satu bentuk promosi yang dilakukan pada zaman Nabi dan mirip-mirip dengan promosi yang dilakukan zaman sekarang adalah najasy (promosi palsu). Yaitu salah satu taktik yang dilakukan oleh perusahaan untuk melariskan dagangannya dengan melakukan reklame, promosi di media (TV, Koran) dengan berlebih-lebihan agar orang-orang menjadi terkesan dan tertarik untuk membeli.40

Karena itulah promosi yang dibenarkan dalam muamalah dalam Islam adalah promosi yang jujur, transparan dan menjelaskan apa adanya.

39

Hermawan Kertajaya, Op. Cit, hal 178

40

Hamzah Yaqub, Kode Etik Dagang Menurut Islam,( Bandung : Penerbit Diponegoro, 1999), hal. 155-156


(49)

Didalamnya tidak terdapat unsur-unsur kebohongan dan penipuan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

BAB III TINJAUAN UMUM

PT. ASURANSI BRINGIN LIFE SYARI’AH

A. Latar Belakang Berdirinya Cabang Utama PT. Asuransi Bringin Life Syariah


(50)

Saat ini, asuransi di Indonesia sudah memasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang telah berkenalan dengan berbagai bentuk asuransi. Misalnya asuransi kecelakaan , asuransi jiwa dan asuransi kebakaran. Di bidang pendidikan, sebagian orang mengenal asuransi beasiswa. Di bidang kesejahteraan sosial, orang akan berkenalan dengan asuransi hari tua, asuransi pension, dan asuransi kesehatan.

Hal ini menjadi bukti betapa besar jangkauan ( Market Share ) asuransi dalam kehidupan manusia, dan melibatkan masyarakat dalam jumlah yang banyak. Berdasrkan kondisi tersebut, maka terbukalah peluang bagi dana pensiunan Bank Rakyat Indonesia untuk mendirikan usaha di bidang asuransi jiwa.

Pada tanggal 28 Oktober 1987, dengan Akte Notaris Ny. Poerbaninsih Adi Warsito No. 116 dan SK Mentri Keuangan RI pada tanggal 10 Oktober 1988, Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia memperoleh izin usaha mendirikan PT. Asuransi Jiwa BRINGIN LIFE SEJAHTERA yang menggunakan merek dagang BRIngin Life.1

Pada awal mula di bentuknya BRIngin Life adalah memberikan layanan kepada nasabah perbankan, khususnya kredit kecil nasabah Bank BRI dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman yang sangat pesat, dimana masyarakat semakin menyadari akan pentingnya kebutuhan jasa asuransi yang meliputi asuransi jiwa, asuransi

1

Bringin Life Syari’ah, artikel diakses pada 07 Maret 2007, dari w.w.w. bringinlifesyari’ah.com.


(51)

kesehatan, program dana pensiun, asurasi pendidikan, asuransi kecelakaan diri dan program kesejahteraan hari tua cukup besar, maka usaha asuransi BRIngin Life merambah pasar diluar BRI untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tersebar dibeberapa kota besar di Indonesia.

Seiring dengan bertambahnya kantor – kantor cabang tersebut, maka semakin berkembang pula jumlah aparat sebagai konsultan bagi nasabah untuk membantu menemukan program asuransi yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Pada tahu 1995, atas dasra Keputusan Mentri Keuangan RI No. Kep 184/KM. 17/1995 BRIngin Life mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DLPK) untuk lebih meningkatkan dana pensiun

Pendirian Asuransi BRIngin Life ini bukan akhir dari segalanya, melainkan sebagai ujung tombak keberhasilan untuk terus mengembangkan perusahaan kearah yang lebih baik. Pada awal tahun 2002 berdirilah Asuransi Bringin Life Syariah.

Kedua perusahaan tersebut memang tidak dibentuk secara bersamaan dikarenakan masalah permodalan dan sumber daya manusia yang harus di penuhi secara maksimal. Dangan persiapan secara maraton diupayakan manajmen BRIngin Life Syriah dalam merintis usaha syari’ahnya, serta komitmen BRIngin Life Syariah tidak setengah-setengah dalam mengembangkan unit usaha syariah ini. Hal ini terbukti dengan disetujuinya permodalan untuk oprasional Asuransi BRIngin Life Syariah sebesar 4 Milyar. BRIngin Life mendapatkan izin oprasiaonal berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan, yaitu KMK RI No. 007/KM.6/2003 untuk pembukaan kantor cabang syariah.


(52)

BRIngin Life Syariah merupakan cabang dari BRIngin Life Konvensional. Pertimbangan status cabang syariah adalah agar dalam oprasionalnya tidak akan ada percampuran account antara BRIngin Life konvensional dengan BRIngin Life Syariah.

Meskipun dengan lebel cabang tentu sangat berbeda dengan Bringin Life konvensional, pada struktur organisai BRIngin Life Syariah, terdapat semua fungsi yang lazim ada dalam pengelolaan asuransi, seperti fungsi pengelolaan resiko, pelayanan, keuangan dan akuntansi.2

B. Visi dan Misi

Menjadi perusahaan asuransi syari’ah yang terkemuka, terpercaya dan handal di Indonesia yang dalam oprasionalnya selalu mengutamakan kesehatan usaha dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan memberikan manfaat dan perlindungan yang optimal bagi nasabah.

Memberikan kualitas pelayanan kepada nasabah dan ikut serta mendorong kesadaran berasuransi kepada segenap lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masa kini dan masa yang akan datang.

Dari visi dan misi diatas terlihat bahwa sasaran yang hendak dicapai oleh Bringin Life Syari’ah adalah:

1. Menjadi perusahaan yang mampu bersaing secara sehat dari segi bisnis perasuransian sehingga dapat menjadi perusahaan asuransi jiwa yang dihandalkan oleh nasabah.

2


(53)

2. Memberikan manfaat bagi nasabah. Untuk mencapai sasaran itu Bringin Life Syari’ah berupaya untuk terus memperbaiki diri lewat manajmen dan SDM yang handal dan professional, jaringan organisasi yang luas dan didukung oleh teknologi informasi.3

C. Manajmen dan Struktur Organisasi PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah

1. Manajmen PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah a. Rapat Umum Pemegang saham (RUPS)

Rapat umum pemegang saham sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan dengan wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

1) Mengesahkan laporan keuangan

2) Memilih dan mengangkat Dewan Komisaris 3) Memilih dan mengangkat anggota Direksi b. Dewan Komisaris

Kedudukan Dewan Komisaris adalah dibawah RUPS dengan kewenangan dan batasan sebagai berikut:

1) Mengesahkan anggaran perusahaan 2) Menetapkan kebijaksanaan perusahaan 3) Menentukan arah dan tujuan perusahaan 4) Mengawasi jalannya perusahaan.

c. Dewan Pengawas Syari’ah (DPS)

3


(54)

Keberadaannya memiliki kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut:

1) Memberikan pedoman dan garis besar syari’ah

2) Mengadakan perbaikan atas produk yang tidak disesuaikan dengan syari’ah

3) Memberikan jawaban dalam bentuk Fatwa atas permasalahan yang dihadapi oleh pihak eksekutif dan oprasi

d. Dewan Direksi

Dewan Direksi di pimpin oleh Direktur Utama dan memiliki kewenangan sebagai berikut:

1) Menyusun anggaran dan rencana kegiatan 2) Membuat kebijakan umum

3) Melaksanakan koordinasidan pembinaan para bawahan serta mengevaluasi kegiatan oprasi perusahaan

Dewan Direksi dalam menjalankan tugasnya membawahi beberapa bidang yaitu:

1) Divisi Aktuaria, dalam menjalankan tugasnya membawahi beberapa bagian, yaitu: Pengembangan Produk, Litbang, Statistik/Pelaporan, Valuasi dan Reasuransi.

2) Divisi Keuangan dan Akuntansi, dalam menjalankan tugasnya membawahi: Keuangan, Akuntansi dan Investasi.

3) Divisi Pelayanan dan Administrasi yang meliputi:Underwriting dan SPP.


(55)

4) Divisi Pemasaran yang meliputi: promosi dan Humas, Riset dan Pemasaran dan Pengembangan Jaringan.

5) Divisi Sumber Daya Insani (SDI) yang meliputi: Umum dan Sekertariat dan Personalia.

6) Teknologi informasi (TI) yang meliputi: Perencanaan, Pengembangan dan Oprasional.

e. Manajmen PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah 1) Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Bantu Hardjijo Komisaris : A. Johari Subrata 2) Dewan Direksi

Direktur Utama : Made Slamet

Direktur Tehnik : Muh. Doddy Dulatif Direktur Keuangan : Kukuh Prihadi 3) Dewan Pengawas Syariah

Ketua : KH. Ma’ruf Amin,

Anggota : KH. Ali Mustafa Yakub, MA

Anggota : Drs. H. moh. Hidayat, MBA, MBL


(56)

D. Produk-produk Yang Di Pasarkan

1. Produk Individu :

a. BRIngin Dana Siswa Syari’ah : memberikan manfaat yang dibutuhkan dalam merencanakan pendidikan bagi para putra-putri


(57)

b. Dana Hari Tua Syari’ah : memberikan manfaat yang dibutuhkan dalam perencanaan investasi sejak dini untk mempesiapkan hari tua agar lebih bermakna.

Selain dengan pembayaran premi yang tetap, para peserta dapat Meningkatksn pembayaran premi setiap tahunnya dengan pilihan 5% atau 10% dan juga dapat memilih usia pensiun yang dikehendaki yaitu 50, 55 atau 60 tahun

c. BRIngin Dana Investasi Syari’ah, program ini memberikan manfaat yang dibutuhkan dalam perencanaan investasi sejak dini untuk mempersiapkan hari tua dengan investasi yang halal dan thayib.

d. BRIngin Dana Haji, memberikan manfaat yang dibutuhkan dalam perencanaan investasi khusus untuk mewujudkan niat mulia pergi ke Tanah Suci

e. BRIngin Swakadana Syariah, Program asuransi berjangka dengan program Syariah

2. Asuransi Kumpulan

a. Asuransi Pembiayaan Syari’ah, program asuransi bagi pengambil pembiayaan di lembaga keuangan yang akan memberikan santunan sebesar sisa pembiayaan yang belum terbayar apabila terjadi suatu resiko b. Asuransi Kesehatan Syariah, program asuransi yang menjamin

pembayaran manfaat asuransi secara pasti bagi peserta yang mengalami sakit.


(58)

c. Asuransi Tabungan Hari Tua Syari’ah, program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan financial di hari tua secara bersamaan.

d. Asuransi Berjangka dan Kecelakaan Diri Syari’ah, program asuransi yang memberikan proteksi diri, jaminan meninggal dunia, kecelakaan diri serta penggantian biaya pengobatan karena kecelakaan.

e. Asuransi Pesangon dan Pensiun Syari’ah, program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan meninggal dunia dan jaminan financial sesuai dengan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan PSAK 24, 57 tentang manfaat pesangon.

f. Asuransi BRIngin Link, produk asuransi jiwa hasil kerjasama antara BRINGIN LIFE SYAR’AH sebagai institusi pengelola resiko dengan PT. Batasa Capital sebagai Manajer Investasi. Manfaat bagi nasabah adalah dapat mendukung rencana keuangan keluarga untuk biaya pendidikan, investasi maupun dana hari tua.4

BAB IV

APLIKASI KONSEP MARKETING ASURANSI SYARI’AH PADA PT. ASURANSI BRINGIN LIFE SYARI’AH

4

Produk Bringin Life Syari’ah, Artikel di akses pada tanggal 07 Maret 2007 dari www.bringin lifesyari’ah.com


(59)

A. Fungsi Keagenan dalam Memasarkan Produk PT. Bringin Life Syari’ah

Pada Bab II telah dijelaskan secara rinci bahwa keberadaan agen dalam sebuah perusahaan asuransi sangat penting. Hal ini dikarenakan agen merupakan media promosi sekaligus media penjualan yang paling efektif dalam memasarkan produk asuransi.

Peran agen dalam memasarkan produk sangatlah besar, bahkan boleh dibilang tidak ada jalur pemasaran dari produk asuransi selain melalui agen asuransi, hanya saja pola rekrutmen yang berbeda-beda setiap model keagenan yang ada namun terlepas dari fungsinya sebagai penjual, agen tersebut juga bisa menjadi cermin atau gambaran dari setiap perusahaan asuransi syari’ah. Karena setiap prilaku, etika dan performance dari agen tersebut dianggap sebagai duta perusahaan yang setiap saat menjadi sorotan dari nasabah perusahaan asuransi syari’ah.1

Namun disatu sisi keberadaan agen juga dapat mendatangkan hasil positif dan juga bencana bagi perusahaan, karena citra perusahaan berada ditangan agen ketika ia sedang menjual produk. Apalagi bagi perusahaan yang berbasiskan syari’ah, seorang agen harus betul-betul menjaga citra perusahaannya agar tidak keluar dari koridor syari’ah

Oleh karena itulah diperlukan suatu konsep pemasaran yang sesuai dengan ajaran Islam untuk menjadi acuan atau patokan bagi seorang tenaga pemasar. Berdasarkan hal tersebut diatas, Bringin Life Syari’ah sebagai lembaga keuangan

1 Basuki, Kepala Bagian Underwriting PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 Maret 2007.


(60)

syari’ah yang bergerak di bidang jasa, tentunya tidak hanya ingin namanya saja yang syari’ah tetapi didalamnya jauh dari hal ini terutama dalam hal kegiatan para agen dalam menjual produk asuransi.

Bringin Life Syari’ah menerpakan etika bagi para tenaga penjual khususnya tenaga agen yang langsung berhubungan dengan calon pembeli, yaitu:

a. Setiap pertemuan dan perpisahan ucapakan salam “Assalamu

“Alaikum…………” dan berjabat tangan sesuai kaidah muhrimnya

b. Melayani dengan hati tulus dan ikhlas yang dapat diimplementasikan dengan senyum.

c. Menjawab setiap pertanyaan dengan jujur terbuka dan tidak over promise

d. Jangan kaku dan malu untuk mengucapkan kata “maaf” dan “terimakasih” jika memang harus mengucapkannya.2

Berdasarkan pengamatan selama penelitian, dapat disimpulkan bahwa etika-etika bagi seorang pemasar khususnya bagi para agen seperti yang disebutkan diatas, telah diaplikasikan di Asuransi Bringin Life Syari’ah.

B. Peran Underwriter dalam Menyeleksi Resiko pada PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah

2


(61)

Underwriter merupakan proses penyelesaian dan pengelompokan resiko yang akan ditanggung. Tugas ini merupakan hal yang asensial dalam perusahaan asuransi. Dalam perusahaan asuransi underwriting berperan untuk :

1. Melindungi perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian finansial karena adanya Moral Hazard dan Anti Seleksi;

2. Klasifikasi risiko.

Dalam melakukan seleksi dan klasifikasi, Bringin Life memeriksa beberapa faktor untuk menjamin bahwa peserta diperlakukan secara adil, tidak terbebani biaya yang berlebihan, serta rate yang pantas. Ada tiga faktor utama yang menjadi factor utama dalam proses seleksi resiko pada Asuransi Bringin Life Syari’ah, yaitu:

a. Umur

Mortalitas masa depan yang diprediksi sangat berhubungan dengan umur. Semakin tua seseorang, dengan asumsi hal yang lainnya sama, maka semakin besar kemungkinan kematian. Oleh karena itu, umur menjadi faktor kunci dalam menentukan rate tabarru’. Bringin Life Syari’ah menggunakan faktor umur untuk menolak pertanggungan dengan usia tertanggung diatas 75 tahun.


(62)

Jenis kelamin pemohon, misalnya umur pria atau wanita jarang digunakan sebagai faktor seleksi. Tetapi lebih sering digunakan sebagai faktor dalam penentuan rate, terutama yang berhubungan dengan program individu. Probabilitas kematian pria lebih besar daripada wanita, oleh karena itu, Bringin Life Syari’ah menetapkan biaya rate yang lebih rendah dan biaya tunjangan hidup yang lebih tinggi bagi peserta wanita dibandingkan pria.

c. Aspek medik

Yang termasuk dalam kategori aspek medik adalah kondisi fisik, sejarah personal, sejarah keluarga, status finansial dan pekerjaan.

1) Kondisi fisik pemohon adalah kepentingan dasar bagi underwriter. Satu dari penentu kondisi fisik adalah berat badan. Pengalaman mengatakan bahwa kelebihan berat badan meningkatkan kematian pada semua umur. 2) Sejarah personal. Bringin Life Syari’ah akan menanyakan latar belakang

peserta yang diajukan yang mungkin menjadi pendugaan atas perkiraan mortalitasnya. Penyelidikan ini meliputi catatan kesehatan, kebiasaan dan jumlah asuransi yang sedang berjalan.

3) Sejarah keluarga dianggap penting bagi Bringin Life Syari’ah karena ada sifat-sifat tertentu akibat keturunan

4) Status finansial. Jumlah yang dipertanggungkan harus sebanding dengan jumlah kerugian yang diantisipasi.


(63)

5) Pekerjaan

3. Semua calon peserta mendapatkan perlakuan yang adil atas penilaian resikonya3

Hal ini dilakukan karena dalam prinsip asuransi syariah perusahaan bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Dari sini dapat disimpulkan bahwa tujuan underwriting bukan saja melindungi dana perusahaan dari kerugian finansial tetapi yang lebih utama adalah melindungi dana peserta.

C. Mekanisme Oprasional Penutupan Polis (Akseptasi) Asuransi Jiwa Syari’ah Pada PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah dan Perkembangan Jumlah Nasabah (2003-2006)

1. Proses Penutupan (Akseptasi) Polis PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah a. Marketing

Jika seseorang memutuskan untuk memilki polis asuransi syari’ah, yaitu dengan mengisi surat permohonan asuransi (SPA). Agen PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah merupakan pihak yang diberi kewenangan oleh perusahaan untuk mengisi SPA dengan cara menanyakan langsung kepada calon nasabah setiap pertanyaan yang ada pada formulir. Jadi, dalam hal pengisian SPA agen PT. Auransi Bringin Life Syari’ah harus melakukan wawancara dengan calon tertanggung.

Didalam pengisian SPA, calon peserta asuransi harus mengisi segala yang diperlukan dengan menguraikan fakta yang sesungguhnya. Setelah

3


(64)

selesai pengisian SPA, calon peserta asuransi diminta untuk menandatangani SPA tersebut sebelum agen mengajukannya kepada PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah.

Perlu diingat bahwa sebelum menandatangani SPA, calon peserta asuransi harus memeriksa kembali semua pertanyaan beserta jawabannya supaya tidak ada penyesalan dikemudian hari. Setelah semuanya yakin, barulah SPA tersebut ditandatangani.

Selain mengisi SPA, calon tertanggung harus melengkapi kelengkapan data, yaitu : data pribadi yang meliputi nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, nomor KTP/SIM/Paspor, agama, jenis kelamin, status pernikahan dan pendidikan. Alamat yang meliputi alamat rumah dan alamat kantor. Pekerjaan, yang meliputi uraian pekerjaan tertanggung. Tinggi dan berat badan. Keterangan dokter mengenai riwayat kesehatan tertanggung atau mengenai penyakit yang pernah dideritanya.

b. Underwriter

Underwriter PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah kemudian memeriksa dan memutuskan apakah permohonan penutupan asuransi tersebut disetujui (Akseptasi) atau ditolak dengan mengemukakan alasan penolakan SPA tersebut.

Jika permohonan Akseptasi disetujui, maka PT. Asuransi Bringin Life Syari’ah segera menginformasikan kepada calon tertanggung atas

term dan condition yang disetujui untuk mendapatkan konfirmasi balik dalam waktu secepatnya. Kemudian pihak tertanggung melakukan


(1)

Selain itu, tidak hanya ketika sedang berada dilapangan saja mereka memperhatikan etika pemasar Islami, tetapi ketika mereka berada di lingkungan perusahaan pun tetap melakukan hal yang sama.

Dalam hal promosi, seperti yang telah dijelaskan pada bagian awal pembahasan, Bringin Life Syari’ah tidak menggunakan media Sales Promotion Girl (SPG) sebagai media promosi produknya, tetapi melalui promosi penjualan langsung oleh para agen. Selain melalui para agen, Bringin Life Syari’ah pernah melakukan promosi melalui media elektronik, aitu dengan menjadi sponsor acara rohani di salah satu stasiun Televisi swasta yaitu acara “Sentuhan Qalbu”.

Berdasarkan hasil pengamatan, dalam melakukan promosinya Bringin Life Syari’ah sudah mengimplementasikan nilai-nilai Islami. Akan tetapi promosi yang dilakukan dirasakan kurang menjangkau semua kalangan, terutama bagi masyarakat yang masih awam dengan keberadaan asuransi syari’ah.

Akan lebih bagus jika Bringin Life Syari’ah terus mengembangkan promosinya hingga ke pelosok pedesaan yang pola kehidupan masyarakatnya sudah moderen. Disamping itu, dalam situs yang online dirasakan kurang mendetail dan menarik tentang keberadaan produk yang ditawarkan baik itu dari segi manfaat ataupun harganya.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa keberadaan agen dalam asuransi syari’ah sangat penting, Namun Bringin Life Syari’ah tidak sembarangan dalam memilih agen. Ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi oleh seorang agen. Apabila terjadi pelanggaran dan hal itu diketaui oleh pihak


(2)

Bringin Life Syari’ah, maka pihak perusahaan akan langsung mencabut lisensi agen tersebut.

Dalam melakukan promosi, sebelum produk itu siap untuk di promosikan harus ada persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah terlebih dahulu. Jika tidak ada hal-hal yang merugikan, maka produk itu dapat di promosikan melalui media promosi yang relevan dengan konsep promosi dalam marketing syari’ah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Marketing syari’ah adalah sebuah cara atau proses mendistribusikan barang dan jasa kepada konsumen untuk memperoleh keuntungan dan kepuasan pelanggan dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip muamalah dalam Islam.


(3)

2. Konsep pamasaran Bringin Life Syari’ah adalah menerapkan konsep pemasaran yang rabbaniyyah (religius), akhlaqiyah (beretika) dan realistis. Artinya, konsep pemasaran yang diterapkan oleh Bringin Life Syari’ah adalah konsep pemasaran yang mengedepankan nilai-nilai ketuhanan, akhlak dan pemasaran yang dilandasi dengan kejujuran dan keikhlasan.

3. Aplikasi marketing syari’ah di Bringin Life Syari’ah bagian promosi dan penjualan (agen) adalah produk asuransi di Bringin Life Syari’ah dapat di promosikan jika sudah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syari’ah melalui media promosi personal selling (agen). Selain itu, bagi semua agen Bringin Life Syari’ah harus mematuhi aturan dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh para agen yaitu kode etik agen. Agen Bringin Life Syari’ah dituntut untuk memilki kepribadian spiritual yang tinggi sebagai fondasi dalam melakukan kegiatan pemasarannya agar tidak menyimpang dari aturan. Karena, dengan memiliki kepribadian spiritual yang tinggi setiap manusia akan senantiasa selalu merasa diawasi oleh Yang Maha Melihat. Hal inilah yang membedakan antara marketer syari’ah dan marketer pada umumnya. Segmentasi pasar yang dilakukan oleh Bringin Life Syari’ah adalah membidik kalangan menengah keatas tanpa membedakan suku, agama dan yang lainnya. Hal ini dibuktikan oleh Bringin Life Syari’ah dengan adanya masyarakat non muslim yang menjadi nasabah Bringin Life Syari’ah (sekitar 1%).


(4)

1. Dalam kegitan promosinya Bringin Life Syari’ah menggunakan tenaga agen, hal ini dirasakan masih kurang menyentuh masyarakat yang masih awam akan keberadaan asuransi syari’ah. Bringin Life Syari’ah perlu mengembangkan media promosinya misalnya dengan menjadi sponsor-sponsor dalam acara sosial keagamaan. Contohnya dengan menjadi sponsor dalam kegiatan pengobatan gratis untuk rakyat menengah kebawah, acara khitanan masal dan lain sbagainya

2. Diharapkan Bringin Life Syari’ah terus melakukan pembenahan karyawanya terutama para agen untuk tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip pemasaran Islam, walaupun persaingan bisnis asuransi semakin ketat. Dengan demikian dunia pemasaran akan semakin indah dan lebih bermakna

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

A.Partanto, Pius, dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arloka, Surabaya,1994.

Abdul Mujib, Muhammad, dkk, Kamus Istilah Fiqih, PT. Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994.

Ali Daud, Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam dan Tata Hukum Islam di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.


(5)

Ali, AM Hasan, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam; Suatu Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, Kencana, Jakarta, 2004.

Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Bank Indonesia dan Tazkia, Jakarta, 1999.

Assauri, Sofyan, Manajmen Pemasaran Dasar: Konsep dan Strategi, Rajawali, Jakarta, 1998.

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islamy Waadillatuhu, Dar Fikr, Syiria, damaskus Djajuli, H.A, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam,

PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Effendy, Mokhtar, Ekonomi Islam Suatu Pendekatan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, Al-Mukhtar, Palembang, 1996.

Gymnastiar, Abdullah, Meraih Bening Hati dengan Manajmen Qalbu, Gema Insani, Jakarta, 2000.

J. Supranto, Tehnik Riset Pemasaran dan Ramalan Penjualan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.

Kotler, Philip dan Amstrong, Dasar-dasar Pemasaran, Alih Bahasa Alexander Sindoro, PT. Indeks, Jakarta, 2004.

---, Prinsp-prinsip Pemasaran, Alih Bahasa Damos Sihombing, Erlangga, Jakarta, Edisi 8, 2001.

Kusjadi, Esensi Pemasaran Suatu Pegangan dan Praktek, Widya Sari Press, Salatiga, Cet. Ke-1, 2001.

Kertajaya, Hermawan dan M. Syakir Sula, Marketing Syari’ah, MarkPlusCo, Jakarta, 2006.

Lupiyoadi, Rambat, Manajmen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Sandra, I Ketut, Panduan Sukses Menjual Asuransi, PPM, Jakarta, 2002.

Sula, Syakir Muhammad, Asuransi (Syari’ah Life and General) Konsep dan Sistem Oprasional, Gema Insani Pers, Jakarta, 2004.


(6)

Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Wahyu Prihartono, Muhammad, Manajmen Pemasaran Jasa dan Tata Usaha Asuransi, Kanisius, Yogyakarta, 2001.

Yakub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Penerbit Diponegoro, Bandung, 1999.