Partisipasi Politik Etnis Tionghoa Pada pemilu Legislatif

BAB III POLITIK IDENTITAS ETNIS TIONGHOA DI KOTA MEDAN Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh di lapangan sekaligus menyajikan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan teori politik identias dibantu dengan teori etnisitas. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan maka telah dilakukan wawancara terhadap lembaga ataupun organisasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.1 Partisipasi Politik Etnis Tionghoa Pada pemilu Legislatif

Pemilu 2014 kemarin, partisipasi politik etnis Tionghoa lebih meningkat lagi berdasarkan hasil Pemilu tahun 2004 dan tahun 2009. Kini generasi muda etnis Tionghoa begitu banyak yang bergairah, percaya diri muncul pada setiap event dan berani mengekspos diri ke publik. Pilihan tegas telah dibuat dan tindakan yang dilakukan sangat nyata yang mengimplementasikan eksistensi etnis Tionghoa di Indonesia. Kini, etnis Tionghoa ada pada banyak partai politik dan partai berlomba-lomba menjual ke publik untuk dapat meraih suara dari masyarakat etnis Tionghoa maupun dari etnis lainnya. Memang kehadiran etnis Tionghoa masih memilih partai politik yang memiliki multi-etnis. Namun, etnis Tionghoa telah masuk ke dunia politik secara aktif maka etnis Tionghoa telah memberikan kontribusi kepada negara Indonesia dalam sendi politik. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya etnis Tionghoa berpartisipasi dalam politik. Bila dilihat dari catatan sejarah, Tionghoa berpolitik bukanlah sesuatu yang baru. Dalam Sumpah Pemuda konon ada utusan Tionghoa sebagai peninjau. Ini berarti bahwa memang dari dulu etnis Tionghoa telah ikut dalam kegiatan politik Indonesia 63 Memang pasca runtuhnya kekuasaan orde baru, iklim demokrasi di Indonesia melaju dengan cepat. Oleh karena itu banyaknya warga etnis Tionghoa yang tertarik masuk ke politik merupakan implikasi yang wajar. Hanya saja bukan sekedar kuantitas, namun kualitas yang lebih penting . Sebelumnya etnis Tionghoa yang era Orde Baru pernah tidur panjang tidak turut serta berpolitik, hanya berfokus pada sendi perekonomian tetapi kini kehadirannya sangat menggembirakan terlihat dari gairah para generasi muda etnis Tionghoa dalam berpolitik. Memang bila dilihat dari perjalanan sejarah etnis Tionghoa telah membuktikan peran serta mereka dalam perjuangan bangsa Indonesia keluar dari tangan penjajah, lantas pembangunan bangsa Indonesia setelah merdeka dan kini saatnya pada era reformasi memberikan kontribusi langsung dalam bidang politik, sosial dan ekonomi serta budaya bangsa. Kehadiranya perlu diapresiasi, disambut baik dengan satu tujuan dalam keberagaman Indonesia semua komponen bangsa ikut membangun Indonesia pada segala bidang tanpa terkecuali bidang politik. 64 . Sejak tahun 2004, tercatat meskipun sedikit beberapa calon legislatif dari etnis Tionghoa yang berhasil duduk di kursi DPR-DPRD, perkembangan kemudian akhir-akhir ini dapat ditemukan partisipasi etnis ini dalam tataran politik praktis eksekutif daerah. Kemunculan Ahok yang menjadi wakil Jokowi, terutama dapat dijadikan suatu kondisi yang mendukung bagi peningkatan partisipasi politik etnis Tionghoa 65 Banyaknnya orang Indonesia Tionghoa menjadi anggota legislatif menjadi suatu hal positif untuk keharmonisan Indonesia yang merupakan negara multikultur. Beberapa nama yang . 63 Hasil Wawancara Bapak Irfan H. Acong Anggota INTI pada tanggal 24 Juni 2015 di Kantor INTI Sumut pada pukul 10.00 WIB 64 Hasil wawancara Ibu Yenni Anggota PSMTI Medan pada tanggal 11Juni 2015 di Kompleks Tasbih pada pukul 16.45 65 Hasil wawancara Bapak Eric Chandra Anggota PSMTI Medan pada tanggal 12 Mei 2015 di Kantor PSMTI Medan pada pukul 9.30 WIB dinyatakan lolos sebagai anggota DPRD dikabupaten dan kota propinsi Sumatra Utara itu adalah Ramli Lie, Brilian Moktar dan Sonny Firdaus Propsu, Lily Tan, Janlie, Ahie dan Hasyim Kota Medan 66 . Keikutsertaan orang Tionghoa pada hajatan politik di tanah air mulai terbuka lebar sejak zaman reformasi. Diawali dengan Habibie yang mengeluarkan Inpres No. 26 tahun 1998 tentang penghentian penggunaan istilah pribumi dan non pribumi. Kebijakan Habibie tersebut kemudian dilanjutkan di era presiden Gus Dur dan Megawati dengan mengizinkan pertunjukan atraksi seni budaya Barongsai serta menetapkan Kong Hu Chu sebagai agama dan imlek sebagai hari libur nasional serta pemerintahan Gusdur dan Megawati menunjuk dan mengangkat Kwik Kian Gie menjadi salah satu kabinetnya yang berasal dari PDIP. Lain daripada itu, setelah era reformasi partai-partai lainpun mulai terbuka terhadap orang Tionghoa seperti PAN, Demokrat dan lain lain 67 Medan sebagai salah satu Kota dengan jumlah orang Tionghoa yang cukup besar, Pemilu legislatif silam telah menambah wajah pluralisme DPRD Kota. Geliat politik dan partisipasi politik orang Tionghoa Indonesia di Medan ini sekaligus menjadi penanda bahwa keterlibatan orang Tionghoa dalam politik telah menggairahkan. Dengan munculnya elit-elit Tionghoa di . Hal ini turut menandai membaiknya hubungan antar etnis di Indonesia setelah sekian lama hubungan tersebut terganggu. Dengan ikut sertanya warga etnis Tionghoa dalam politik Indonesia menjadi hal menarik sekaligus menjadi salah satu penanda membaiknya tatanan demokrasi di tanah air, dalam arti bukan menafikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam penyelenggaraan hajatan demokrasi tersebut. Disamping itu, juga dapat dikemukakan telah membaiknya hubungan antar etnis serta meningkatnya kesadaran politik orang Tionghoa di Tanah Air. 66 Hasil wawancara Bapak Herman Perindo pada tanggal 22 Agustus di Kantor Perindo Sumut pukul 11.00 WIB 67 Hasil wawancara Bapak Irfan H. Acong Anggota INTI pada tanggal 24 Juni 2015 di Kantor INTI Sumut pada pukul 10.00 WIB legislatif, setidaknya dapat mencairkan kebekuan yang tengah terjadi selama ini. Komunikasi yang terjadi di tingkat legislatif itu, akan dapat menjadi sinyal positif bagi keserasian sosial antar etnik di Medan. Disisi lain, pendidikan politik lainnya yang dapat dipetik dari keberadaan suara minoritas, adalah bagaimana nantinya cara sebuah sistem politik memperlakukan suara minoritas pada tataran atasnya, dan dibawah bagaimana minoritas dihadapkan pada kepentingan-kepentingannya yang tidak sebatas pada pemenuhan ekonomi, tetapi juga hak-haknya sebagai manusia berpolitik, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dapat diperjuangkan hingga pada tingkat sistem yang tertinggi yang mampu menaungi mereka, dan menjamin mereka secara konstitusional lewat jalur politik 68 Seperti yang telah di bahas pada latar belakang dan diawal pembukaan bab tiga bahwa politik identitas etnis Tionghoa terus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi sosial politik dalam dan luar negeri Indonesia. Identitas menjadi masalah penting bukan saja bagaimana mereka diperlakukan, namun juga bagaimana mereka menempatkan diri. Etnis ini dituntut untuk selalu beradaptasi dengan pemerintahan sesuai zamannya. Jika pada awalnya etnis Tionghoa dibagi menjadi dua yaitu totok dan peranakan, maka saat ini dapat dikatakan bahwa istilah ini tidak lagi relevan .

3.2 Politik Identitas Etnis Tionghoa