Kewenangan Notaris Dalam Pembuatan Akta Autentik

huruf a disebutkan bahwa Notaris : de ambtenaar. Jika ketentuan dalam Wet op het Notarisambt tersebut di atas dijadikan rujukan untuk memberikan pengertian yang sama terhadap ketentuan Pasal 1 angka 1 UUJabatan Notaris yang menyebutkan Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 dan 3 UUJabatan Notaris. Maka Pejabat Umum yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 UUJabatan Notaris harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau Notaris sebagai Pejabat Publik yang berwenang untuk membuat akta otentik sesuai Pasal 15 ayat 1 UUJabatan Notaris dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 dan 3 UUJabatan Notaris dan untuk melayani kepentingan masyarakat, Profesi Notaris adalah menjalankan sebagian tugas negara, khususnya yang berkaitan dengan keperdataan, yang dilindungi oleh UU. Istilah Pejabat Umum merupakan terjemahan dari istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam Pasal 1 PJN dan Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek BW. Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan bahwa : Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan tidak dikecualikan 1

B. Kewenangan Notaris Dalam Pembuatan Akta Autentik

. 1 http:www.jimlyschool.comreadanalisis384notaris-openbare-amtbtenaren-syafran- sofyan Kewenangan notaris sendiri telah ada dalam pasal 15 undang-undang No. 2 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang no. 30 tahun 2004, yaitu notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk diutarakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang 1 a. Tugas jabatan Notaris adalah memformulasikan keinginantindakan para pihak ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku. . Berdasarkan wewenang yang ada pada Notaris sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 UUJabatan Notaris dan kekuatan pembuktian dari akta Notaris, maka ada 2 dua pemahaman, yaitu : b. Akta Notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti lainnya, jika ada orangpihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka orangpihak yang menilai atau menyatakan tidak benar tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai aturan hukum yang berlaku. Kekuatan pembuktian akta Notaris ini berhubungan dengan sifat publik dari jabatan Notaris. Sepanjang suatu akta notaris tidak dapat dibuktikan ketidak benarannya maka akta 1 Pasal 15 ayat 1 UU No. 2 Tahun 2014 tersebut merupakan akta otentik yang memuat keterangan yang sebenarnya dari para pihak dengan didukung oleh dokumen-dokumen yang sah dan saksi-saksi yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan konstruksi pemahaman seperti di atas, maka ketentuan Pasal 50 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dapat diterapkan kepada Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya. Sepanjang pelaksanaan tugas jabatan tersebut sesuai dengan tata cara yang sudah ditentukan dalam UU Jabatan Notaris, hal ini sebagai perlindungan hukum terhadap Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya atau merupakan suatu bentuk imunitas terhadap Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sesuai aturan hukum yang berlaku. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 3199 KPdt1994, tanggal 27 Oktober 1994, menegaskan bahwa akta otentik menurut ketentuan ex Pasal 165 HIR jo. 285 Rbg jo. 1868 BW merupakan bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak dan para ahli warisnya dan orang yang mendapat hak darinya. Sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 3199 KPdt1994, tanggal 27 Oktober 1994 di atas, maka Pasal 165 HIR, Pasal 285 RBg dan Pasal 1868 KUH Perdata mengatakan : Pasal 165 HIR : Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu, yang bagi pihak-pihak dan para ahli warisnya serta mereka yang memperoleh hak dari padanya merupakan suatu bukti mutlak mengenai hal-hal yang tercantum di dalamnya malahan tentang segala sesuatu yang dinyatakan dengan gamblang di dalamnya, asal saja yang dinyatakan itu mempunyai hubungan langsung dengan masalah pokok tersebut dalam akta itu. Pasal 285 RBg : Akta otentik adalah akta yang sedemikian rupa dibuat dalam bentuk yang ditetapkan dalam perundang-undangan oleh atau dihadapan pejabat-pejabat umum yang berwenang di tempat pembuatan surat itu, menghasilkan pembuktian yang lengkap tentang segala sesuatu yang tercantum di dalamnya dan bahkan mengenai segala sesuatu yang secara gamblang dipaparkan di dalamnya bagi pihak-pihak dan para ahli waris serta mereka yang mendapat hak dari padanya, sepanjang apa yang dipaparkan itu mempunyai hubungan yang langsung dengan masalah pokok yang diatur dalam akta tersebut. Pasal 1868 KUH Perdata : Akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapam pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya. Sehingga berdasarkan bunyi Pasal 165 HIR, Pasal 285 RBg dan Pasal 1868 KUH Perdata diatas, akta yang dibuat oleh notaris adalah merupakan akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Dan apabila para pihak yang memberikan data-data yang tidak benar di dalam pembuatan akta tersebut, maka notaris tidak dapat dihukum karena notaris adalah pejabat yang ditunjuk oleh undang-undang untuk membuat suatu akta. Hal tersebut sesuai dengan bunyi Pasal 50 KUHP berbunyi : Tidaklah dapat dihukum, barang siapa melakukan sesuatu perbuatan untuk melaksanakan suatu peraturan perundang- undangan. Notaris sebagai pejabat publik, dalam pengertian mempunyai wewenang dengan pengecualian. Dengan mengkategorikan Notaris sebagai pejabat publik. Dalam hal ini publik yang bermakna hukum, bukan publik sebagai khalayak umum. Notaris sebagai pejabat publik produk akhirnya yaitu akta otentik, yang terikat dalam ketentuan hukum perdata terutama dalam hukum pembuktian. Akta otentik mempunyai arti yang lebih penting daripada sebagai alat bukti, bila terjadi sengketa maka akta otentik dapat digunakan sebagai pedoman bagi para pihak yang bersengketa. Peran Notaris diperlukan di Indonesia karena dilatar belakangi oleh Pasal 164 HIRPasal 284 RBgPasal 1866 KUH Perdata yang menyatakan alat-alat bukti terdiri atas : 1. bukti tulisan; 2. bukti dengan saksi-saksi; 3. persangkaan-persangkaan; 4. pengakuan; 5. sumpah Jika dilihat dari pada susunan maupun urut-urutan alat-alat bukti yang diatur di dalam Pasal 164 HIRPasal 284 RBgPasal 1866 KUH Perdata diatas, maka pembuktian tertinggi adalah bukti tulisan. Bukti tertulis ini dapat berupa akta otentik maupun akta di bawah tangan dan yang berwenang dan yang dapat membuat akta otentik adalah Notaris. Untuk itulah negara menyediakan lembaga yang bisa membuat akta otentik. Negara mendelegasikan tugas itu kepada Notaris seperti tertera pada Pasal 1868 KUH Perdata jo S. 18603 mengenai adanya Pejabat Umum, yaitu pejabat yang diangkat oleh negara untuk membantu masyarakat dalam pembuatan akta otentik. Dalam hal ini pejabat yang dimaksud adalah Notaris dan lambang yang digunakan sebagai cap para Notaris adalah lambang negara. Notaris adalah Pejabat Umum, hal ini dapat juga dilihat di dalam pasal 1 angka 1 UUJabatan Notaris. Notaris Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Senantiasa Berpedoman Kepada Kode Etik Profesi 1 Selain kewenangan tersebut, notaris juga berwenang untuk mengesahkan tanda tangan dan menerapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus, membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus, membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan, melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya, memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta, membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau membuat akta risalah lelang dan juga kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang- undangan . 2 Dalam hal kewenangan utama notaris adalah untuk membuat akta otentik, maka otentitas dari akta notaris tersebut bersumber dari Pasal 1 UU Jabatan Notaris, dimana notaris dijadikan sebagai Pejabat Umum sehingga dengan demikian akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh . 1 http:www.jimlyschool.comreadanalisis384notaris-openbare-amtbtenaren-syafran- sofyan 2 Pasal 15 ayat 2 dan ayat 3 UU No. 2 Tahun 2014 sifat akta otentik ialah suatu akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk ditempat dimana akta itu dibuatnya. Sepanjang mengenai wewenang yang harus dipunyai oleh pejabat umum untuk membuat suatu akta otentik, seorang notaris hanya boleh melakukan atau menjalankan jabatannya didalam seluruh daerah yang ditentukan baginya dan hanya di dalam daerah hukum itu berwenang. Untuk itu, wewenang notaris meliputi 4 hal, yaitu : 1. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu, seperti telah dikemukakan di atas, tidak setiap pejabat umum dapat membuat semua akta, akan tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu yaitu yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang untuk kepentingan siapa akta itu dibuat notaris tidak berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan setiap orang. Misalnya ditentukan bahwa notaris tidak diperbolehkan membuat akta di dalam mana notaris sendiri, isterinya, keluarga sedarah atau keluarga semenda dari notaris itu dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis ke samping sampai dengan derajat ketiga, baik secara pribadi maupun melalui kuasa, menjadi pihak. Maksud dan tujuan dari ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan. 3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat; bagi setiap notaris ditentukan daerah hukumnya daerah jabatannya dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya itu ia berwenang untuk membuat akta otentik. Akta yang dibuatnya di luar daerah jabatannya adalah tidak sah. 4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta. Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari jabatannya sebelum diambil sumpahnya 1 Apabila salah satu dari persyaratan di atas tidak dipenuhi, maka akta yang dibuatnya menjadi tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan, apabila akta ini ditandatangani oleh para penghadap, kecuali dalam keadaan darurat, seperti pembuatan akta wasiat di atas kapal dan jika seseorang dalam keadaan sekarat. . Demikian juga halnya, apabila oleh undang-undang disebutkan untuk suatu perbuatan atau perjanjian atau ketetapan diharuskan dengan adanya akta otentik, danjika salah satu dari persyaratan di atas tidak dipenuhi, maka akta untuk perbuatan atau perjanjian atau ketetapan itu menjadi tidak sah. Adakalanya notaris dapat menolak pembuatan akta dalam hal : 1. Apabila diminta kepada notaris dibuatkan berita acara untuk keperluan atau maksud reklame. 2. Apabila notaris mengetahui bahwa akta yang dikehendaki oleh para pihak itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan 1 G.H.S.LumbanTobing,PeraturanJabatanNotaris,CetakanKetiga,PenerbitErlangga, Jakarta, 1983, hal. 43 - 50 kenyataan yang sebenarnya 1 Pada pokoknya akta-akta notaris itu diperbuat dalam lapangan hubungan hukum privat, khususnya bila dikaitkan dengan pengurusan piutang negara tidak lepas dari lapangan hubungan hukum perjanjian, yang bila dikaji maka akan terdapat 2 golongan besar akta yang bisa dibuat oleh notaris, yaitu : . 1. Golongan akta perjanjian yang dibuat berdasarkan aturan yang terdapat di dalam KUHPerdata, seperti : a. Jual beli b. Sewa menyewa c. Tukar menukar d. Pinjam meminjam baranguang e. Perjanjian kerja f. Kongsi g. Pemberian kuasa h. Hibah i. Dan lain sebagainya 2. Golongan akta perjanjian yang dibuat berdasarkan aturan yang terdapat di luar atau tidak diatur dalam KUHPerdata tetapi dikenal dalam praktek, seperti : a. Leasing b. Beli Sewa c. Kontrak rahim d. Franchise e. Dan lain sebagainya. 2 Selanjutnya dalam pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, disebutkan bahwa Notaris berwenang untuk membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan 1 Chairari Bustami, Tesis Aspek-aspek Hukum yang Terkait Dalam Akta Perikatan JualBeliyang Dibuat Notaris Dalam Kota Medan, Medan, 2002, hal91. 2 Salim HS, Op Cit, hal.13. kutipan Akta, semuanya itu sepanjangan pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Berkaitan dengan peranannya sebagai pejabat umum tersebut maka selanjutnya notaris dalam kapasitas tugasnya yang terjabar dalam Pasal 15 ayat 2 berwenang untuk : c. Menyerahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; d. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; e. Membuat kopi asli dari surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; f. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; g. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta; h. Membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan ; atau i. Membuat Akta risalah lelang. Pada Prinsipnya untuk pembuatan akta pada perjanjian kredit, biasanya perjanjian kredit tersebut ada yang dibuat oleh pihak bank berdasarkan kebijakanmanagement bank tersebut berupa akte dibawah tangan, akan tetapi umumnya adalah menggunakan akta otentik yang dibuat oleh dan atau ditandatangani oleh notaris. Dalam hal perjanjian kredit dengan memakai jaminan yang dibuat oleh pihak bank berdasarkan kebijakanmanagement bank tersebut, dan setelah perjanjian kredit tersebut selesai dibuat oleh pihak Bank, maka biasanya perjanjian kredit tersebut oleh pihak Bank dibawa kepada notaris untuk dibuatkan akta jaminan, sehingga perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris tersebut menjadi suatu akta autentik dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Jadi semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh notaris terhadap semua peristiwa hukum yang dikehendaki oleh para pihak adalah bertujuan untuk menghasilkan alat bukti yang bersifat formal dan benar-benar autentik yang dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis dalam konteks mempertahankan suatu hak di dalam hukum. Di dalam proses pembuatan akta-akta jaminan oleh notaris yang ditanda tangani antara pihak kreditur dan pihak debitur harus tidak terpisahkan antara perbuatan para pihak dan sekaligus menghasilkan alat bukti yang bersifat formal menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan oleh para pihak yang berkepentingan.

BAB IV KEDUDUKAN JAMINAN FIDUSIA DALAM SUATU PERJANJIAN