Sejarah dan Pengertian Notaris di Indonesia

BAB III TUGAS DAN WEWENANG NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA

A. Sejarah dan Pengertian Notaris di Indonesia

Perkataan Notaris berasal dari perkataan Notarius, yang merupakan nama pada zaman Romawi kuno, yang diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan menulis. Dan fungsi dari Notarius Notarii ini masih sangat berbeda dengan fungsi notaris pada saat ini. Nama Notarius ini lambat laun mempunyai arti yang berbeda dengan semula, sehingga kira-kira abad ke-dua , pengertiannya berubah menjadi mereka yang mengadakan pencatatan dengan tulisan cepat, jadi seperti stenograaf sekarang. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama Notarius berasal dari perkataan “nota literaria”, yaitu tanda letter mark atau karakter yang menyatakan sesuatu perkataan. Kemudian dalam abad ke-lima dan ke-enam sebutan Notarius Notarii itu diberikan kepada pegawai-pegawai istana yang melaksanakan pekerjaan administratif. 1 Pejabat-pejabat yang dinamakan Notarii ini merupakan pejabat-pejabat yang menjalankan tugas untuk pemerintah dan tidak melayani publik umum; adapun yang melayani publik dinamakan Tabbelliones. Mereka ini menjalankan pekerjaan sebagai penulis untuk publik yang membutuhkan keahliannya. Sesungguhnya fungsi mereka sudah mirip dengan Notaris pada zaman sekarang, tetapitidak mempunyai sifat “ambtelijk”, sifat jabatan Negeri, sehingga surat-surat 1 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 13 yang dibuatnya ridak mempunyai sifat autentik. Mereka membuat akte-akte, rekes-rekes dan lain sebgainya tetapi semuanya ini merupakan surat-surat biasa yang sifat autentiknya tidak ada dalam tahun 537 kaisar Justinianus telah mengatur pekerjaan dan kedudukan Tabellines ini kedalam suatu constitutie, tetapi kedudukan mereka tetap tidak mempunyai sifat “ambtelijk”. Karena eratnya hubungan pekerjaan dengan hukum, maka mereka itu ditaruh dibawah pengawasan kehakiman. 1 Seiring berjalannya waktu, lambat laun masyarakat dapat mempergunakan jasa notarii, karena menggunakan jasa notarii dipandang lebih terhormat daripada menggunakan jasa tabularii. Akhirnya pada masa Karel de Grote , tabularii dan notarii menggabungkan diri menjadi satu badan yang dinamakan Collegium. Mereka akhirnya dipandang sebagai para pejabat yang satu-satunya membuat akta-akta baik di dalam maupun diluar pengadilan walaupun jenis-jenis akta ini Disamping tabelliones terdapat juga apa yang dinamakan tabularii. Mereka ini sesungguhnya adalah pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk memegang dan mengerjakan buku-buku dari keuangan kota-kota serta mengadakan pengawasan terhadap administrasi dari magistrat kota. Kemudian mereka ditugaskan juga untuk menyimpan surat-surat bahkan diberi wewenang untuk membuat akte-akte. Dengan demikian maka publik lalu lebih banyak menggunakan jasa tabularii daripada tabelliones, karena tabularii ini mempunyai sifat “ambtelijk” dan berhak menyatakan secara tertulis terjadinya tidakan- tindakan hukum. 1 I b I d, hal. 20 selanjutnya dapat berupa akta otentik ataupun akta dibawah tangan. 1 1 G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cetakan ketiga, penerbit erlangga, jakarta, 1983, hal. 3 Notaris di indonesia sendiri sudah ada dari abad ke 17, pada saat itu diangkatlah Melechior Kerchem, Sekretaris dari College van schepenen sebagai notaris pertama pada tanggal 27 Agustus 1620 sesudah didirikannya kota jakarta pada tanggal 4 maret 1621 sebagai ibukota dari Oost Indische Compagnie. Intruksi mengenai tugas dan wewenangnya dicantumkan dalam surat pengangkatannya. Dengan singkat disebutkan bahwa ia ditugaskan menjabat jabatan “Notarius publicus” dalam wilayah kota Jecantra dan untuk kepentingan publik di wilayah itu ia membuat akte-akte, surat-surat dan lain-lainnya sera mengeluarkan salinan-salinannya. Selanjutnya sesuai dengan sumpah kesetiaan, dengan kewajiban serta jujur dan tidak ada penyelewengan membuat semua alat- alat bukti dan akte-akte notaris, serta mencatatkannya dalam buku tertentu, selanjutnya berbuat segala sesuatu yang baik yang patut diharapkan dari seorang notaris. Lima tahun kemudian sesudah jabatan notaris publicus dip[isahkan dari sekretaris pengadilan, maka pada tanggal 16 juni 1625 ditetapkanlah Instruksi untuk para notaris yang pertama di Indonesia Hindia Belanda. Instruksi ini yang hanya terdiri dari sepuluh pasal , antara lain menetapkan bahwa notaris wajib merahasiakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya dan tidak boleh menyerahkan salinan-salinan dari akte-akte kepada orang-orang yang tidak berkepentingan. Sesudah pengangkatan notaris pertama, maka kemudian jumlah Notaris dalam kota jakarta ditambah berhubung dirasakannya kebutuhan akan pejabat ini. Sementara itu diluar kota Jakarta timbul juga kebutuhan akan notaris, maka diangkatlah notaris-notaris di pos-pos luar oleh penguasa-penguasa setempat. Dengan demikian maka mulailah notariat berkembang di wilayah Hindia-Belanda. 1 Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang no 2 tahun 2014 jo. Undang- undang No. 30 tahun 2004 disebutkan bahwasannya pengertian Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini maupun undang-undang lainnya. Baru pada tahun 1842 berlakulah undang-undang baru di Belanda mengenai Notariat, maka pemerintahHindia-Belanda menganggap perlu mengadakan perubahan perundang-undangan baru mengenai notariat di Indonesia yang disesuaikan dengan undang-undang notariat di Belanda. Maka pada tahun 1860 ditetapkanlah Reglement op het Notarisambt in Nederlands Indie Stb. 1860 No. 3 dan peraturan inilah yang berlaku sebagai perundang-undangan notariat di Indonesia pada saat itu. Dam setelah sekian lama keluarlah Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris, kemudian setelah itu keluarlah Undang- undang No. 2 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang no. 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris. 2 Pejabat Umum merupakan suatu jabatan yang disandang atau diberikan kepada mereka yang diberi wewenang oleh aturan hukum dalam pembuatan akta otentik. Notaris sebagai Pejabat Umum kepadanya diberikan kewenangan untuk membuat akta otentik. Oleh karena itu Notaris sudah pasti Pejabat Umum, tapi Pejabat Umum belum tentu Notaris, karena Pejabat Umum dapat disandang pula oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT atau Pejabat Lelang. Dalam Pasal 1 1 R. Soegondo Notodisoerjo, Op Cit, hal. 22 2 Pasal 1 UU No. 2 tahun 2014 huruf a disebutkan bahwa Notaris : de ambtenaar. Jika ketentuan dalam Wet op het Notarisambt tersebut di atas dijadikan rujukan untuk memberikan pengertian yang sama terhadap ketentuan Pasal 1 angka 1 UUJabatan Notaris yang menyebutkan Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 dan 3 UUJabatan Notaris. Maka Pejabat Umum yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 UUJabatan Notaris harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau Notaris sebagai Pejabat Publik yang berwenang untuk membuat akta otentik sesuai Pasal 15 ayat 1 UUJabatan Notaris dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 dan 3 UUJabatan Notaris dan untuk melayani kepentingan masyarakat, Profesi Notaris adalah menjalankan sebagian tugas negara, khususnya yang berkaitan dengan keperdataan, yang dilindungi oleh UU. Istilah Pejabat Umum merupakan terjemahan dari istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam Pasal 1 PJN dan Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek BW. Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan bahwa : Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan tidak dikecualikan 1

B. Kewenangan Notaris Dalam Pembuatan Akta Autentik