Analisis Usahatani dan Saluran Pemasaran Pembibitan Tanaman Buah di Kelurahan Kebun Lada Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai

(1)

ANALISIS USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN PEMBIBITAN TANAMAN BUAH (Durian, Mangga, Rambutan) DI KELURAHAN KEBUN LADA KECAMATAN BINJAI UTARA

KOTA BINJAI

SKRIPSI

OLEH :

ORCHIDA INDAHWATY. T

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

ANALISIS USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN

PEMBIBITAN TANAMAN BUAH (Durian, Mangga, Rambutan) DI KELURAHAN KEBUN LADA KECAMATAN BINJAI UTARA

KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH :

ORCHIDA INDAHWATY. T 050304057

SEP-AGRIBISNIS Disetujui

Ketua, Anggota,

(DR.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si) (DR.Ir. Salmiah,MS) NIP. 132207411 NIP.131176823

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

RINGKASAN

ORCHIDA INDAHWATY T. (050304057/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Analisis Usahatani dan Saluran Pemasaran Pembibitan Tanaman Buah di Kelurahan Kebun Lada Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai”. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kebun Lada Kecamtan Binjai Utara Kota Binjai. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak DR.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu DR.Ir. Salmiah, MS. Sebagai anggota komisi pembimbing.

Kegiatan pembibitan merupakan mata rantai kegiatan yang perlu dilaksanakan secara terarah, terprogram, terpadu, dan berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, yaitu mulai dari aspek penelitian untuk menghasilkan varietas-varietas unggul baru, pelepasan varietas, perbanyakan bibit, sertifikasi, sampai pada kegiatan pemasarannya. Kegiatan tersebut melibatkan institusi pemerintah, pengawas, litbang, produsen, maupun pedagang bibit . Pentingnya bibit dalam usaha pertanian sudah tidak diragukan lagi. Tidak pelak lagi negara yang industri pembibitannya maju dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu benih dan bibit yang baik. Setelah mengadakan pra survey dan berdasarkan data yang ada dipilihlah Kelurahan Kebun Lada sebagai daerah penelitian sebab sebahagian masyarakatnya menjadikan usahatani pembibitan tanaman buah sebagai mata pencaharian utama. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa usahatani pembibitan tanaman buah merupakan suatu usaha yang memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan, maka perlu dilakukan penelitian ini.

Daerah penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja berdasarkan pertimbangan. Penarikan sample dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif dan menggunakan R/C Ratio (Revenue/Cost Ratio). Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Pengelolaan usahatani pembibitan tanaman buah sudah intensif.

2. Curahan tenaga kerja luar keluarga lebih besar daripada curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani pembibitan tanaman buah di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.

3. Total Biaya Produksi Pembibitan Tanaman Mangga lebih tinggi daripada pembibitan tanaman durian dan mangga.

4. Penerimaan, Pendapatan Bersih pembibitan tanaman rambutan lebih tinggi daripada pembibitan tanaman durian dan mangga pada usahatani penangkaran bibit tanaman buah di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.

5. Usahatani pembibitan tanaman buah tersebut layak untuk diusahakan. 6. Hanya terdapat dua saluran pemasaran bibit tanaman buah di daerah


(4)

RIWAYAT HIDUP

ORCHIDA INDAHWATY T, lahir di Medan pada tanggal 24 Agustus 1986, anak pertama dari lima bersaudara, putri dari Bapak J.Tampubolon dan Ibu M.Panjaitan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis hingga saat ini adalah :

1. Tahun 1992 memasuki Sekolah Dasar dan lulus tahun 1998 dari SD Swasta Santo Thomas I, Medan.

2. Tahun 1998 memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan lulus tahun 2001 dari SLTP.N.7 Medan.

3. Tahun 2001 memasuki Sekolah Menengah Umum dan lulus tahun 2004 dari SMU.N 12 Medan.

4. Tahun 2005 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Sosial Pertanian Program Studi Agribisnis.

5. Tahun 2009 melakukan Praktek Kerja Lapangan di Desa Sarintonu Kecamatan Tingga Lingga Kabupaten Dairi.

6. Tahun 2009 melaksanakan penelitian melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Kebun Lada Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.

Selama masa perkuliahan aktif dalam organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) menjabat sebagai anggota bidang bakat dan seni masa bakti 2007-2008.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah ”Analisis Usahatani dan Saluran Pemasaran Pembibitan Tanaman Buah di Kelurahan Kebun Lada Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih kepada : Bapak DR.Ir.Rahmanta Ginting,M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu DR.Ir. Salmiah.MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan peratian, waktu, bimbingan, dan arahan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pemulis sangat mengharapkan saran yang bersifat membangun sebagai masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2009


(6)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Pendahuluan ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian… ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka.. ... 7

Landasan Teori.. ... 13

Kerangka Pemikiran.. ... 18

Hipotesis Penelitian. ... 22

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian. ... 23

Metode Penentuan Sampel ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional... 26

Defenisi. ... 26

Batasan Operasional... 28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian... 29

Luas dan Letak Geografis Daerah Penelitian ... 29

Keadaan Penduduk... 29

Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah ... 31

Sarana dan Prasarana ... 32

Karakteristik Petani Sampel ... 33


(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Usahatani Bibit Tanaman Buah ... 35

Bibit Durian dan Bibit Mangga ... 35

Pengupasan Biji... 36

Penyemaian Biji dengan Sistem Bedengan ... 37

Penyambungan Bibit ... 37

Pembuatan Sungkup Plastik... 38

Pemeliharaan Pertunasan ... 38

Bibit Rambutan ... 40

Pembersihan Biji ... 42

Penyemaian Biji dengan Sistem Bedengan ... 42

Perawatan Bibit Semai ... 43

Okulasi Bibit ... 43

Perawatan Bibit Okulasi ... 44

Penjualan Bibit ... 45

Kesempatan Kerja ... 46

Biaya Produksi ... 54

Komponen Biaya Tetap ... 55

Biaya Lahan... 55

Biaya Penyusutan Peralatan ... 56

Komponen Biaya Tidak Tetap ... 58

Biaya Sarana Produksi ... 58

Biaya Tenaga Kerja ... 61

Total Biaya Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Buah ... 66

Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Buah ... 68

Produksi ... 68

Penerimaan ... 69

Pendapatan Bersih ... 72

Analisis R/C Ratio ... 74

Saluran Pemasaran ... 78

Masalah-masalah ... 80

Upaya-upaya Mengatasi Masalah ... 81

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 81

Saran ... 82

Kepada Pemerintah... 82

Kepada Petani ... 82

Kepada Peneliti Selanjutnya ... 83 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Realisasi Data Stock dan Penyaluran Benih Hortikultura di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2008 ... 3

Tabel 2. Realisasi Sertifikasi Bibit Per Kabupaten/Kota Tahun 2007 ... 4

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur, 2008 ... 30

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian, 2008 ... 30

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal, 2008 ... 31

Tabel 6. Distribusi Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah, 2008 ... 32

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kebun Lada, 2008 ... 33

Tabel 8. Karaketristik Petani Sampel,2008 ... 33

Tabel 9. Jadwal Kegiatan Usahatani Pembibitan Tanaman Durian dan Mangga ... 46

Tabel 10. Jadwal Kegiatan Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan ... 46

Tabel 11. Perbandingan Pengelolaan Usahatani Bibit Durian dan Bibit Mangga Antara Anjuran Literatur dengan Keadaan di Daerah Penelitian ... 47

Tabel 12. Perbandingan Pengelolaan Usahatani Bibit Rambutan Antara Anjuran Literatur dengan Keadaan di Daerah Penelitian ... 49

Tabel 13. Total Rata-rata Curahan Tenaga Kerja pada Usahatani Pembibitan Tanaman Durian , Tahun 2009 ... 52

Tabel 14. Total Rata-rata Curahan Tenaga Kerja pada Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga , Tahun 2009 ... 52

Tabel 15. Total Rata-rata Curahan Tenaga Kerja pada Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan , Tahun 2009 ... 53

Tabel 16. Total Rata-rata Biaya Pajak Tanah pada Usahatani Pembibitan Tanaman Buah , Tahun 2009 ... 55

Tabel 17. Total Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Pembibitan Tanaman Buah , Tahun 2009 ... 56


(9)

Tabel 18. Total Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan

Tanaman Durian , Tahun 2009 ... 57 Tabel 19. Total Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan

Tanaman Mangga , Tahun 2009 ... 58 Tabel 20. Total Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan

Tanaman Rambutan , Tahun 2009 ... 59 Tabel 21. Total Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan

Tanaman Durian , Tahun 2009 ... 61 Tabel 22. Total Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan

Tanaman Mangga , Tahun 2009 ... 62 Tabel 23. Total Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan

Tanaman Durian , Tahun 2009 ... 64 Tabel 24. Total Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Pembibitan

Tanaman Durian , Tahun 2009 ... 66 Tabel 25. Total Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Pembibitan

Tanaman Mangga , Tahun 2009 ... 67 Tabel 26. Total Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Pembibitan

Tanaman Rambutan , Tahun 2009 ... 67 Tabel 27. Total Penerimaan Rata-rata Usahatani Pembibitan

Tanaman Durian , Tahun 2009 ... 69 Tabel 28. Total Penerimaan Rata-rata Usahatani Pembibitan

Tanaman Mangga , Tahun 2009 ... 70 Tabel 29. Total Penerimaan Rata-rata Usahatani Pembibitan

Tanaman Rambutan , Tahun 2009 ... 71 Tabel 30. Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan

Tanaman Durian , Tahun 2009 ... 72 Tabel 31. Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan

Tanaman Mangga , Tahun 2009 ... 73 Tabel 32. Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan

Tanaman Rambutan , Tahun 2009 ... 73 Tabel 33. Analisis R/C Ratio Usahatani Pembibitan


(10)

Tabel 34. Analisis R/C Ratio Usahatani Pembibitan

Tanaman Mangga , Tahun 2009 ... 75 Tabel 35. Analisis R/C Ratio Usahatani Pembibitan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Petani Sampel Kelurahan Kebun Lada Tahun 2009.

2. Penggunaan Sarana Produksi Bibit Tanaman Durian Per Petani selama 1 Tahun.

2a. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 4-6 Bulan.

2b. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 7-9 Bulan.

2c. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 10-12 Bulan.

3. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 1 Tahun.

3a. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 4-6 Bulan.

3b. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 7-9 Bulan.

3c. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 10-12 Bulan.

4. Penggunaan Sarana Produksi Bibit Tanaman Mangga Per Petani di Kelurahan Kebun Lada selama 1 Tahun.

4a. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 4-6 Bulan.

4b. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 7-9 Bulan.

4c. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 10-12 Bulan.

5. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 1 Tahun.

5a. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 4-6 Bulan.

5b. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 7-9 Bulan.

5c. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 10-12 Bulan.

6. Penggunaan Sarana Produksi Bibit Tanaman Rambutan Per Petani di Kelurahan Kebun Lada selama 1 Tahun.

6a. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 4-6 Bulan.

6b. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 7-9 Bulan.


(12)

6c. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 10-12 Bulan.

7. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

7a. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani di selama 4-6 Bulan.

7b. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 7-9 Bulan.

7c. Biaya Sarana Produksi Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 10-12 Bulan.

8. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 1 Tahun.

8a. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 4-6 Bulan.

8b. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 7-9 Bulan.

8c. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 10-12 Bulan.

9. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 1 Tahun.

9a. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 4-6 Bulan.

9b. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 7-9 Bulan.

9c. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 10-12 Bulan.

10. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 1 Tahun.

10a. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 4-6 Bulan.

10b. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 7-9 Bulan.

10c. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 10-12 Bulan.

11. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 1 Tahun.

11a. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 4-6 Bulan.

11b. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 7-9 Bulan.

11c. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 10-12 Bulan.


(13)

12.Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

10a. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 4-6 Bulan.

10b. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 7-9 Bulan.

10c. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 10-12 Bulan.

13. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

13a. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 4-6 Bulan.

13b. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 7-9 Bulan.

13c. Biaya Curahan Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 10-12 Bulan.

14. Jumlah, Harga Alat Pertanian, dan Biaya Penyusutan Usahatani Pembibitan Tanaman Durian, Mangga, dan Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

14a. Jumlah, Harga Alat Pertanian, dan Biaya Penyusutan Usahatani Pembibitan Tanaman Durian, Mangga, dan Rambutan Per Petani selama 4-6 Bulan.

14b. Jumlah, Harga Alat Pertanian, dan Biaya Penyusutan Usahatani Pembibitan Tanaman Durian, Mangga, dan Rambutan Per Petani selama 7-9 Bulan.

14c. Jumlah, Harga Alat Pertanian, dan Biaya Penyusutan Usahatani Pembibitan Tanaman Durian, Mangga, dan Rambutan Per Petani selama 10-12 Bulan.

15. Biaya Pajak Lahan pada Usahatani Pembibitan Tanaman Durian, Mangga, dan Rambutan Per Petani di Kelurahan Kebun Lada selama 1 Tahun.

15a. Biaya Pajak Lahan pada Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 1 Tahun.

15b. Biaya Pajak Lahan pada Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 1 Tahun.

15c. Biaya Pajak Lahan pada Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

16. Total Biaya Produksi Petani Durian Per Petani selama 1 Tahun.

16a. Total Biaya Produksi Petani Durian Per Petani selama 4-6 Bulan.

16b. Total Biaya Produksi Petani Durian Per Petani selama 7-9 Bulan.

16c. Total Biaya Produksi Petani Durian Per Petani selama 10-12 Bulan.


(14)

17. Total Biaya Produksi Petani Mangga Per Petani selama 1 Tahun.

17a. Total Biaya Produksi Petani Mangga Per Petani selama 4-6 Bulan.

17b. Total Biaya Produksi Petani Mangga Per Petani selama 7-9 Bulan.

17c. Total Biaya Produksi Petani Mangga Per Petani selama 10-12 Bulan.

18. Total Biaya Produksi Petani Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

18a. Total Biaya Produksi Petani Rambutan Per Petani selama 4-6 Bulan.

18b. Total Biaya Produksi Petani Rambutan Per Petani selama 7-9 Bulan.

18c. Total Biaya Produksi Petani Rambutan Per Petani selama 10-12 Bulan.

19. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 1 Tahun.

20. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 1 Tahun.

21. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

22. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 1 Tahun.

22a. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 4-6 Bulan.

22b. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 7-9 Bulan.

22c. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Per Petani selama 10-12 Bulan.

23. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 1 Tahun.

23a. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 4-6 Bulan.

23b. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 7-9 Bulan.


(15)

23c. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga Per Petani selama 10-12 Bulan.

24. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 1 Tahun.

24a. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 4-6 Bulan.

24b. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 7-9 Bulan.

24c. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan Per Petani selama 10-12 Bulan.

25. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Durian selama 1 Tahun.

25a. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Durian selama 4-6 Bulan.

25b. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Durian selama 7-9 Bulan.

25c. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Durian selama 10-12 Bulan.

26. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga selama 1 Tahun.

26a. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga selama 4-6 Bulan.

26b. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga selama 7-9 Bulan.

26c. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Mangga selama 10-12 Bulan.


(16)

27. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan selama 1 Tahun.

27a. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan selama 4-6 Bulan.

27b. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan selama 7-9 Bulan.

27c. Total Penerimaan Penerimaan, Total Biaya Produksi, Total Pendapatan Bersih, dan Nilai R/C Ratio Usahatani Pembibitan Tanaman Rambutan selama 10-12 Bulan.


(17)

RINGKASAN

ORCHIDA INDAHWATY T. (050304057/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Analisis Usahatani dan Saluran Pemasaran Pembibitan Tanaman Buah di Kelurahan Kebun Lada Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai”. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kebun Lada Kecamtan Binjai Utara Kota Binjai. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak DR.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu DR.Ir. Salmiah, MS. Sebagai anggota komisi pembimbing.

Kegiatan pembibitan merupakan mata rantai kegiatan yang perlu dilaksanakan secara terarah, terprogram, terpadu, dan berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, yaitu mulai dari aspek penelitian untuk menghasilkan varietas-varietas unggul baru, pelepasan varietas, perbanyakan bibit, sertifikasi, sampai pada kegiatan pemasarannya. Kegiatan tersebut melibatkan institusi pemerintah, pengawas, litbang, produsen, maupun pedagang bibit . Pentingnya bibit dalam usaha pertanian sudah tidak diragukan lagi. Tidak pelak lagi negara yang industri pembibitannya maju dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu benih dan bibit yang baik. Setelah mengadakan pra survey dan berdasarkan data yang ada dipilihlah Kelurahan Kebun Lada sebagai daerah penelitian sebab sebahagian masyarakatnya menjadikan usahatani pembibitan tanaman buah sebagai mata pencaharian utama. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa usahatani pembibitan tanaman buah merupakan suatu usaha yang memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan, maka perlu dilakukan penelitian ini.

Daerah penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja berdasarkan pertimbangan. Penarikan sample dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif dan menggunakan R/C Ratio (Revenue/Cost Ratio). Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Pengelolaan usahatani pembibitan tanaman buah sudah intensif.

2. Curahan tenaga kerja luar keluarga lebih besar daripada curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani pembibitan tanaman buah di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.

3. Total Biaya Produksi Pembibitan Tanaman Mangga lebih tinggi daripada pembibitan tanaman durian dan mangga.

4. Penerimaan, Pendapatan Bersih pembibitan tanaman rambutan lebih tinggi daripada pembibitan tanaman durian dan mangga pada usahatani penangkaran bibit tanaman buah di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.

5. Usahatani pembibitan tanaman buah tersebut layak untuk diusahakan. 6. Hanya terdapat dua saluran pemasaran bibit tanaman buah di daerah


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengertian hortikultura yang dianut sekarang tidak hanya mencakup masalah budidaya tanaman di kebun halaman rumah (pekarangan), tetapi jauh lebih luas, yakni mencakup budidaya tanaman sayuran, buah, dan tanaman hias di luar halaman rumah. Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi daur hidupnya, tanaman hortikultura dapat pula dipilah menjadi tanaman hortikultura semusim (annual horticultural crops), tanaman hortikultura dua tahunan (biennial

horticultural crops), dan tanaman hortikultura tahunan (perennial horticultural crops). Kebanyakan tanaman sayuran tergolong sebagai

tanaman hortikultura semusim, sedangkan tanaman buah tropis kebanyakan tergolong sebagai tanaman hotikultura tahunan (Lakitan, 1995).

Dalam setiap usaha pertanian, bibit merupakan suatu titik awal dalam kegiatan budidaya, sehingga kualitas produk budidaya akan sangat tergantung pada kualitas benihnya. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pengelolaan yang baik agar pembudidayaan bibit dapat menguntungkan pihak produsen maupun konsumen (Wibowo, 1999).

Sudah menjadi hukum alam bahwa untuk menghasilkan tanaman yang berbuah dengan baik perlu bibit yang baik pula. Artinya pemilihan bibit harus dilakukan secara selektif. Kesalahan memilih bibit dapat menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal atau lama berbuah. Bibit juga menentukan sifat tanaman

yang berproduksi : tanaman nantinya berbuah unggul atau tidak (Agromedia, 2001).


(19)

Pentingnya bibit dalam usaha pertanian sudah tidak diragukan lagi. Tidak pelak lagi negara yang industri pembibitannya maju dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu benih dan bibit yang baik (Setiawan, 1999).

Kegiatan pembibitan merupakan mata rantai kegiatan yang perlu dilaksanakan secara terarah, terprogram, terpadu, dan berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, yaitu mulai dari aspek penelitian untuk menghasilkan varietas-varietas unggul baru, pelepasan varietas, perbanyakan bibit, sertifikasi, sampai pada kegiatan pemasarannya. Kegiatan tersebut melibatkan institusi

pemerintah, pengawas, litbang, produsen, maupun pedagang bibit (Wibowo, 1999).

Pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen. Pengertian tersebut dapat mencakup perpindahan barang atau jasa mulai dari subsistem pengadaan dan penyaluran input pertanian, produsen hasil pertanian, pedagang pengumpul, pengecer, dan lembaga-lembaga perantara dan pemakai lainnya (Sa’id, 2001).

Dalam melakukan analisis usaha tani, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usaha tani yang dilakukan yang pada dasarnya tujuan ini ialah sama, seperti mencari informasi tentang keragaan suatu usaha tani yang dilihat dari berbagai aspek. Hal ini sangat penting, karena tiap macam tipe usaha tani pada tiap macam skala usaha dan pada tiap lokasi tentu


(20)

berbeda satu sama lain, karena memang ada perbedaan karakteristik yang dipunyai usahatani yang bersangkutan (Soekartawi, 1995).

Pemilihan bibit untuk tujuan komersial dimulai dengan memilih jenis tanaman yang komersial dan sesuai dengan kondisi lahan serta iklim setempat. Jenis tanaman buah yang dianggap komersial dan banyak dipilih untuk dikebunkan antara lain ialah rambutan, durian, jeruk, mangga, sirsak, nangka, pepaya, dan pisang (Setiawan, 1999).

Berikut ditampilkan data penyaluran berbagai jenis benih tanaman buah. Tabel 1. Realisasi Data Stock dan Penyaluran Benih Hortikultura di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2008. No. Jenis Tanaman

Volume (Batang)

Stock Penyaluran Sisa

1. Durian 1.535.625 422.263 1.113.362

2. Mangga 1.951.259 290.306 1.660.953

3. Jeruk 90.662 21.467 69.195

4. Duku 86.812 17.268 69.544

5. Rambutan 265.573 55.976 209.597

6. Sawo 165.053 26.727 138.326

7. Alpokat 56.375 656 55.719

8. Belimbing 2.908 340 2.568

9. Kelengkeng 5.842 2.477 3.365

10. Sirsak 50.000 18.000 32.000

11. Kuini 40.000 13.000 27.000

12. Kedongdong 26.460 15.560 10.900

13. Jambu Air 15.694 1.751 13.943

Jumlah 4.759.684 907.778 3.406.472

Sumber : Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV (BPSB) 2008

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bibit durian, mangga, dan rambutan merupakan bibit yang banyak disalurkan.

Untuk lebih jelas, berikut ini ditampilkan data realisasi sertifikasi bibit buah per Kabupaten.


(21)

Tabel 2. Realisasi Sertifikasi Bibit Per Kabupaten /Kota Tahun 2007 No. Kabupaten/Kota/

Penangkar

Komoditi Varietas Jlh yang diusulkan

Lokasi Pembibitan 1. BINJAI

- KT. Mandiri - Pusaka Nurseri - Ridho Tani - Alam Flora - Aneka Tani

-Aneka Tani -Aneka Tani Rambutan Rambutan Rambutan Rambutan Durian Rambutan Mangga Brahrang Brahrang Brahrang Brahrang Sunan Otong Kani Sitokong Montong Brahrang Tongdam Lokmay 50.140 100.000 50.000 200.000 15.000 5.000 30.000 20.000 60.000 120.000 150.000 100.000 Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Di Pembibitan Jumlah Binjai 650.140

2. TANAH KARO -KT. Kubu Colia -UD. Rika Horti -CV.Nicha’s Garden

-Karisma Horti -BBIHutagalung -KP Tanaman

Buah Berastagi Jeruk Jeruk Jeruk Jeruk Jeruk Biwa Terung Markisa SiemMadu SiemMadu SiemMadu SiemMadu JC Biwataras Tamarillo Markisa Berastagi 147.500 217.500 20.000 5.500 20.000 5.000 5.000 5.000 Dipembibitan Dipembibitan Dipembibitan Dipembibitan Dipembibitan Dipembibitan Dipembibitan Dipembibitan Jumlah Tanah Karo 445.500

3. PAKPAK BARAT - Natar Cibiro

Jeruk JC 3.000 Dipembibitan Jumlah Pakpak Barat 3.000

4. LANGKAT - Sujarno - Usaha Bersama - Usaha Mekar

Rambutan Rambutan Rambutan Brahrang Brahrang Brahrang 3.000 25.000 5.000 Dipembibitan Dipembibitan Dipembibitan Jumlah Langkat 33.000

5. TAP. SELATAN

UPTD Hutakoje Durian Tembaga 3.000 Di Pembibitan Jumlah TAP. Selatan 3.000


(22)

Dari tabel dapat dilihat bahwa kota Binjai merupakan kota yang memiliki jumlah bibit yang terbanyak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah untuk mengetahui analisis usahatani dan pemasaran bibit tanaman buah serta masalah-masalah yang dialami petani penangkar bibit buah.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan pada lokasi penelitian, dapat dirumuskan permasalahan yang perlu diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pengelolaan usahatani Bibit tanaman buah di daerah penelitian?

2. Seberapa besar penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam Usahatani Pembibitan Tanaman Buah di daerah penelitian?

3. Bagaimana perbedaan tingkat penerimaan, biaya produksi, pendapatan bersih berdasarkan jenis bibit tanaman buah pada usahatani penangkaran bibit tanaman buah di daerah penelitian? 4. Apakah usahatani penangkaran bibit tanaman buah layak untuk

diusahakan di daerah penelitian?

5. Bagaimana saluran pemasaran dan fungsi pemasaran bibit tanaman buah di daerah penelitian?


(23)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut ;

1. Untuk mengetahui tingkat pengelolaan usahatani Penangkaran bibit tanaman buah di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam Usahatani Pembibitan Tanaman Buah di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat penerimaan, biaya produksi, pendapatan bersih berdasarkan jenis bibit tanaman buah pada usahatani penangkaran bibit tanaman buah di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui apakah usahatani Penangkaran bibit tanaman buah layak untuk diusahakan di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui saluran pemasaran dan fungsi pemasaran bibit tanaman buah di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk membuat kebijaksanaan dalam kaitannya dengan perbaikan dan pengembangan usahatani dan pemasaran bibit tanaman buah.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(24)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Sampai sekarang pengertian bibit masih sering dirancukan dengan pengertian benih (seed) dan tanaman induk (parent stock). Banyak orang yang tertukar untuk mengistilahkan bibit pada benih. Pengertian bibit juga sering tertukar dengan tanaman induk penghasil benih atau bibit. Pengertian bibit yang dimaksud ialah tanaman kecil (belum dewasa) yang berasal dari pembiakan generatif (dari biji), vegetatif, kultur jaringan, atau teknologi perbanyakan lainnya. Selain itu, bibit juga dapat diperoleh dari kombinasi cara-cara perbanyakan tersebut (Setiawan, 1999).

Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya tanaman. Budidaya tanaman sebenarnya telah dimulai sejak memilih bibit tanaman yang baik, karena bibit merupakan obyek utama yang akan dikembangkan dalam proses budidaya selanjutnya. Selain itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari induknya yang menentukan sifat tanaman setelah berproduksi. Oleh karena itu untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat diperoleh dengan memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat tersebut (Setiawan, 1999).

Pengertian bibit biasanya diterapkan bagi tanaman buah tahunan. Pada tanaman buah tahunan, “calon tanaman” dijual dalam bentuk tanaman kecil (bibit). Lain halnya dengan tanaman sayuran, hias, dan buah semusim yang sering dijual dalam bentuk biji hasil penangkaran yang biasa disebut benih untuk perbanyakannya (Setiawan, 1999).


(25)

Berdasarkan cara perbanyakan, bibit dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Bibit Generatif

Bibit generatif diperoleh dari hasil perbanyakan secara kawin (sexual). Bibit generatif lebih dikenal konsumen dengan bibit dari biji sebab bibit ini dikembangkan dari biji. Anggapan seperti ini tidak selalu benar sebab ada bibit dari biji yang tidak diperoleh dari hasil perkawinan (biji apomiktik). Namun, pada kebanyakan buah memang biji ini telah dibuahi atau sebagai hasil perkawinan antara bunga jantan dan bunga betina. Mekanisme perkawinan terjadi pada saat penyerbukan, yaitu kepala putik diserbuki dengan serbuk sari yang berlanjut sampai pembentukan biji. 2. Bibit Vegetatif

Bibit vegetatif diperoleh dari pembiakan secara tak kawin (asexual). Alasan yang utama sehingga banyak bibit yang diperbanyak secara vegetatif ialah untuk mendapatkan bibit yang memiliki sifat-sifat yang serupa dengan induknya. Pada perkembangan selanjutnya, sistem pembiakan vegetatif memungkinkan penggabungan dua atau lebih induk yang masing-masing memiliki sifat tertentu. Sebagai contoh pada bibit sambung atau okulasi, bibit yang dihasilkan dapat memiiki sifat yang baik dari batang atas (misal kualitas buah baik) dan sifat yang baik dari batang bawah (misal perakaran baik) (Setiawan, 1999).

Di pasaran dikenal berbagai macam jenis bibit. Konsumen sudah akrab dengan jenis bibit biji, cangkokan, sambung, atau okulasi. Berdasarkan jenis perbanyakannya, bibit terbagi enam jenis, yaitu :


(26)

1. Bibit dari biji

Manusia pertama kali mengenal cara perbanyakan tanaman yaitu dari biji. Cara perbanyakan ini bahkan dapat terjadi secara alami. Biji tanaman yang jatuh ke tanah, baik secara alami atau melalui tangan manusia (setelah buahnya dikonsumsi), akan tumbuh menjadi tanaman jika mendapat kondisi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Kelebihan bibit ini ialah perakarannya kuat, tetapi kelemahannya ialah sifat bibit belum tentu sama dengan sifat induk dan pertumbuhan generatifnya lambat. Dengan demikian tidak mengherankan kalau umur berbuahnya tidak secepat tanaman yang berasal dari bibit vegetatif. Bibit dari biji dapat dikenali dari sosoknya yang lebih tinggi dan percabangannya lebih sedikit dari bibit vegetatif. Selain itu pada bibit ini tidak ditemukan luka bekas okulasi atau sambungan.

2. Bibit Setek (cuttage)

Bibit setek diperoleh dengan memisahkan atau memotong beberapa bagian dari tanaman, seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Kelebihan dari cara perbanyakan ini ialah caranya sederhana (tidak memerlukan teknik-teknik tertentu yang rumit) dan bibit yang diperoleh mewarisi sifat-sifat yang dimiliki induknya. Kelemahannya ialah tidak banyak jenis tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini sehingga penggunaannya terbatas.


(27)

3. Bibit cangkok (air layerage)

Bibit cangkokan termasuk jenis bibit yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui proses perkawinan (aseksual). Pencangkokan lebih banyak digunakan pada tanaman buah karena kebanyakan cabang tanaman ini tidak dapat dilengkungan seperti cara pembubunan yang umum. Kelebihan cara pembiakan cangkokan ialah pohon dari bibit cangkokan lebih cepat berbuah dan dapat mewarisi sifat baik dari tanaman induk karena induknya dapat dipilh yang memiliki sifat baik. Sedangkan kelemahannya ialah perakaran cangkokan krang kuat dan dangkal, bentuk pohon menjadi rusak, tidak dapat menyediakan bibit yang relatif banyak dalam waktu yang cepat, cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan ketelatenan, serta jika sering dilakukan pencangkokan, produksi buah pohon induk menjadi terganggu. Jenis bibit dapat dikenali dengan memperhatikan percabangannya yang lebih banyak. Selain itu, bibit cangkokan dapat dibedakan dari bibit biji dengan melihat sosoknya yang lebih pendek pada umur dan kondisi yang sama dengan bibit dari biji, dapat juga dengan dilihat dengan tidak adanya bekas luka tempelan atau sambungan.

4. Bibit okulasi (budding)

Bibit okulasi termasuk jenis bibit yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui proses perkawinan (aseksual). Sebenarnya bibit ini tidak murni bibit vegetatif sebab batang bawahnya berasal dari biji. Bibit ini diperoleh dengan menempel tunas pada batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya. Namun, batang bawahnya lebih banyak


(28)

berfungsi sebagai penopang tanaman dan menghasilkan perakaran yang baik. Setelah tunas tempelan (entris) tumbuh dengan baik, kelebihan batang bawah yang berada di atas tunas dipotong. Untuk pertumbuhan selanjutnya, pertumbuhan tunas tempelan lebih dominan dibandingkan dengan batang bawahnya. Kelebihan dari pembibitan okulasi ialah dapat mewarisi sifat baik dari induk entries (tempelan) karena induk dipilih memiliki sifat baik, perakaran bibit cukup kuat karena batang bawahnya berasal dari biji, dapat mewarisi sifat baik dari batang bawah karena batang bawah dipilih dari yang memiliki sifat baik, dan lebih cepat berbuah dibandingkan bibit dari biji. Kelemahan dari pembibitan ini terutama dalam masalah teknis pengerjaannya karena memerlukan keterampilan teknis yang baik melalui pengalaman dan latihan. Selain dapat dikenali dari bekas tempelan, bibit okulasi mempunyai percabangan yang cukup banyak dibandingkan bibit dari biji,. Hal ini dapat digunakan untuk membedakannya dari bibit biji, tetapi perbedaannya tidak terlalu mencolok sehingga tidak semua orang dapat membedakannya dengan cara ini.

5. Bibit sambung (detached scion grafting)

Bibit ini banyak dijumpai di pasaran, bibit ini sama dengan bibit okulasi yaitu termasuk bibit vegetatif, walaupun sebenarnya tidak murni vegetatif karena batang bawahnya berasal dari perbanyakan biji. Prinsip pembuatannya sama dengan biji okulasi, yang membedakannya ialah, pada bibit okulasi yang disambungkan adalah mata tunas,


(29)

sedangkan pada bibit sambungan yang disambungkan adalah kumpulan mata tunas atau batang. Kelebihan dan kekurangan dari cara pembibitan ini sama dengan cara pembibitan okulasi.

6. Bibit susuan (approach grafting)

Bibit susuan sebenarnya sama-sama merupakan bibit sambungan. Hal yang membedakan antara bibit susuan dengan bibit sambungan ialah pada bibit susuan batang atas maupun batang bawah masih berhubungan dengan batang sistem perakaranya. Bibit susuan diperoleh dengan cara menyambungkan batang atas dan batang bawah yang masih berhubungan dengan perakarannya dengan cara menempelkannya secara bersinggungan. Setelah sambungan terbentuk, kelebihan batang atas dan batang bawah dipotong. Kelebihan dan kekurangan cara pembibitan ini hampir sama dengan cara pembibitan sambungan lainnya. Pada cara pembibitan ini, kemungkinan gagal karena kematian batang lebih kecil karena masih tetap berhubungan dengan perakarannya dan mendapat suplai zat hara. Bibit susuan dikenali dari adanya dua luka bekas pemotongan batang, yaitu luka bekas pemotongan batang bawah dan luka bekas pemotongan batang atas (Setiawan, 1999).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam usahatani penangkaran bibit buah ialah antara lain luas lahan dan jarak tanam. Luas lahan akan jelas mempengaruhi jumlah bibit yang dibutuhkan. Semakin luas lahan penanaman, maka semakin banyak pula jumlah bibit yang dibutuhkan, dengan demikian semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Demikian pula


(30)

dengan jarak tanam, semakin lebar jarak tanam yang digunakan maka semakin sedikit jumlah bibit yang dapat ditanam dalam luasan tertentu. Sebaliknya dengan menggunakan jarak tanam yang lebih rapat, maka semakin banyak populasi tanamannya (Setiawan, 1999).

Landasan Teori

Ilmu usaha tani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).

Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi. faktor produksi terdiri dari lima komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja, skill, dan manajemen. Masing-masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor produksi tidak tersedia, maka produksi tidak berjalan (Daniel, 2002).

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien berkurang. Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan


(31)

tenaga kerja tercukupi dan tersedia. Modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien (Soekartawi, 2002).

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal sudah pasti usahatani tidak bias dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan . Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang diterima ( Daniel, 2002).

Usahatani dikatakan intensif jika banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas. Kata ”banyak” inilah yang sukar ditentukan. Oleh karena itu, dapat dilihat dari tiap kegiatannya, misalnya kegiatan pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman. Contoh usahatani intensif adalah jika seseorang petani menggarap tanah sesuai dengan kebutuhan sampai siap untuk ditanami, menggunakan pupuk awal, bibit unggul, melakukan penyiangan dan pemupukan periodik. Tiga setengah bulan kemudian, petani tersebut panen, dan memperoleh hasil (Suratiyah, 2009).

Satuan tenaga kerja sering disebut dengan HKP (Hari Kerja Pria Dewasa). Satu HKP adalah tenaga kerja seorang pria dewasa yang bekerja efektif selama 8 jam per hari. Tenaga kerja seorang wanita dewasa setara 0,8 HKP dan tenaga kerja seorang anak-anak setara dengan 0,5 HKP (Tarigan , 2002).

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usaha tani. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :


(32)

1. Biaya tetap (Fixed cost)

Biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya ini tidak dipengaruhi/ bergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya biaya tetap ialah sewa tanah, pajak, alat pertanian.

2. Biaya Variabel (Variable cost)

Biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya untuk biaya variable ialah sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah , sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan.

Untuk menghitung total biaya ialah : TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total biaya usahatani FC = Biaya tetap usaha tani

VC = Biaya tidak tetap/ variable usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = Y.Py

Keterangan : TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani Py = Harga Y

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya ( pengeluaran). Jadi :


(33)

Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 2003).

Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyek atau usaha, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investment Criteria atau Kriteria Kelayakan, seperti :

R/C Ratio =

oduksi TotalBiaya

Penerimaan

Pr

Dimana usaha dikatakan layak apabila R/C Ratio > 1 (Soekartawi, 1995).

Pada dasarnya pemasaran suatu barang mencakup perpindahan atau aliran dua hal, yaitu aliran fisik barang itu sendiri dan aliran kegiatan transaksi untuk barang tersebut. Aliran kegiatan transaksi merupakan rangkaian kegiatan transaksi, mulai dari penjual produsen sampai kepada pembeli konsumen akhir. Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran (Assauri, 2007).

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan seseorang atau kelompok untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti yaitu kebutuhan, keinginan, dan permintaan (Kotler, 1993).

Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal sampai ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya, memperlancar aliran uang. Nilai produk yang tercipta oleh kegiatan


(34)

produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan

konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas (Sa’id 2001).

Jalur pemasaran hasil pertanian adalah saluran yang digunakan produsen (petani) untuk menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga yang ikut aktif dalam saluran pemasaran ini adalah produsen (petani), pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen (Rahardi, 2004).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.

Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : Pertama, lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda seperti agen perantara, makelar. Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importir. Ketiga, lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian (surveyor).

Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam kegiatan pemasaran ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung kepada konsumen


(35)

akhir, atau produsen berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul, ataupun pedagang besar dan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selam pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir ini disebut dengan saluran pemasaran.

Kerangka Pemikiran

Pengelolaan usahatani merupakan kemampuan petani bertindak sebagai pengelola atau sebagai manajer dari usahataninya. Dalam hal ini ia harus pandai mengorganisasi penggunaan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik mungkin untuk memperoleh produksi secara maksimal karena faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan harapan petani maka diperlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada komoditi yang diusahakan agar komoditi tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal.

Faktor-faktor produksi yang telah dikorbankan akan memberikan produksi yang diinginkan. Hasil ataupun out-put produksi bibit tanaman dijual oleh petani. Dalam hal ini, petani menjual dalam bentuk bibit yang telah ditanam di polybag dengan ukuran tinggi bibit tanaman 30-70 cm. Dalam menjual bibit tanaman buah, biasanya petani didatangi oleh pembeli ataupun pedagang langsung yang berasal dari luar daerah, seperti Aceh, Riau. Petani juga menjual kepada pedagang eceran bibit yang langsung datang ke lokasi penangkaran bibit tersebut. Para petani bibit yang berada di lokasi penelitian juga sering mendapatkan proyek dari pemerintah daerah, seperti proyek pengadaan bibit untuk proyek tanaman penghijauan (konservasi). Hasil dari semua penjualan tersebut akan menjadi


(36)

sumber penerimaan usahatani, dimana penerimaan diperoleh dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual.

Faktor-faktor produksi tersebut berupa lahan, modal untuk membeli pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting. Proses produksi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor produksi. Karena suatu proses produksi akan membutuhkan input produksi, yang merupakan korbanan atau masukan yang diberikan kepada usaha tani. Penggunaan input produksi menimbulkan biaya-biaya input produksi, seperti biaya bibit, biaya pupuk, peralatan, dan tenaga kerja. Biaya-biaya inilah yang disebut dengan biaya produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang termasuk dalam biaya tetap dan biaya variable, yang disebut dengan total biaya produksi. Selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi disebut dengan pendapatan usahatani.

Berdasarkan pendapatan bersih yang diperoleh petani penangkar bibit tanaman buah, maka dapat diketahui kelayakan usahatani penangkaran bibit tanaman buah tersebut. Untuk mengetahui kelayakan usahatani penangkaran bibit tanaman buah dianalisis dengan kriteria investasi R/C Ratio. Dalam kriteria investasi R/C Ratio, dilihat perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi, dengan ketentuan apabila hasil perbandingan lebih besar (> 1) maka usahatani penangkaran bibit tanaman buah layak diusahakan, dan tidak layak jika R/C Ratio lebih kecil atau sama dengan satu (≤ 1).

Saluran pemasaran merupakan aliran penyampaian suatu barang mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Aliran barang ini dapat terjadi karena


(37)

adanya lembaga pemasaran. Dalam melaksanakan fungsinya, lembaga pemasaran seperti pedagang perantara ini akan menentukan harga jual yang diterima petani/penangkar dan yang harus dibayar konsumen. Pemasaran dalam usahatani penangkaran bibit tanaman buah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat pendapatan petani dari semua penjualan produksi usahataninya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(38)

Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Menyatakan ada hubungan : Menyatakan ada pengaruh TKDK : Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKLK : Tenaga Kerja Luar Keluarga

Usahatani Penangkaran Bibit Tanaman Buah

Produksi

Penerimaan Usahatani

Input Produksi : • Bibit • Tanah • Tenaga

Kerja • Pupuk • Peralatan

Harga Input Produksi Harga Jual

Biaya Produksi TKLK

Analisis Kelayakan

Petani Bibit Tanaman Buah

Layak Tidak Layak Saluran Pemasaran

Pendapatan Bersih Penyerapan

Tenaga Kerja


(39)

Hipotesis Penelitian

1. Pengelolaan Usahatani Pembibitan Tanaman Buah sudah intensif di daerah penelitian.

2. Curahan tenaga kerja luar keluarga lebih besar daripada curahan tenaga kerja dalam keluarga pada Usahatani Pembibitan Tanaman Buah di daerah penelitian.

3. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih penangkaran bibit tanaman durian lebih tinggi daripada penangkaran bibit tanaman mangga dan rambutan pada usahatani penangkaran bibit tanaman buah di daerah penelitian.

4. Usahatani penangkaran bibit tanaman buah layak untuk diusahakan di daerah penelitian.


(40)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Sumatera Utara. Penentuan Daerah Penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja berdasarkan pertimbangan. Adapun pertimbangan daerah penelitian ialah Kelurahan Kebun Lada merupakan salah satu sentra produksi penangkaran bibit buah dan cukup potensial dalam pengembangan produksi bibit buah.

Metode Penentuan Sampel

Dalam Penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang memiliki usahatani penangkaran bibit tanaman buah. Jumlah populasi petani penangkar bibit buah di daerah penelitian adalah sebanyak 90 kk. Penarikan sample dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu metode penarikan sampel populasi dimana semua individu dalam populasi memiliki peluang / kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sevilla, 1993). Sampel populasi yang diambil ialah sebanyak 30 kk. Pengambilan sampel populasi sebanyak 30 sudah dapat mewakili (representatif) keseluruhan populasi sehingga peneliti dapat melakukan penilitian di suatu daerah (I made Wirata, 1999).

Populasi yang diambil ialah petani petani yang memproduksi dan sekaligus menjual bibit tanaman buah (durian, mangga, dan rambutan) sebagai sumber mata pencaharian, disebut juga sebagai penangkar tanaman.


(41)

Sampel bibit tanaman buah yang diambil ialah bibit yang diperoleh dengan perbanyakan sambung pucuk (detached scion grafting) yaitu bibit durian dan mangga dan bibit yang diperbanyak dengan cara okulasi (budding) yaitu bibit rambutan. Alasan pengambilan sampel ketiga bibit ini ialah karena ketiga bibit ini merupakan komoditas utama yang dikembangkan di daerah penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani atau responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang terkait dengan penelitian ini seperti : Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Sumatera Utara, Kantor Kecamatan Binjai Utara, Kantor Kelurahan Kebun Lada.

Metode Analisis Data

Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama (menguji Hipotesis 1) dianalisis secara deskriptif dengan cara menjelaskan

bagaimana pengelolaan usahatani penangkaran bibit tanaman buah di daerah penelitian.

Untuk menjawab identifikasi masalah kedua (menguji Hipotesis 2) dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menganalisis curahan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga dalam Usahatani Pembibitan Tanaman Buah mulai dari pengupasan biji sampai bibit siap untuk


(42)

dijual dengan menghitung jumlah waktu kerja dari hasil pembagian luas lahan yang dimiliki berdasarkan jenis bibit tanamannya.

Untuk menjawab identifikasi masalah ketiga (menguji Hipotesis 3) dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menggunakan tabulasi sederhana.

Untuk mengetahui struktur penerimaan usahatani, dihitung dengan formula : • TR = Y.Py

Keterangan : TR = Total penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani (Polybag) Py = Harga Y (Rp)

Untuk mengetahui struktur biaya usahatani yaitu dengan menghitung besar biaya tetap dan biaya variable.

TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total biaya usahatani (Rp) FC = Biaya tetap usaha tani (Rp)

VC = Biaya tidak tetap/ variable usahatani (Rp)

Untuk mengetahui struktur pendapatan bersih usahatani yaitu dengan menghitung selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, dengan formula :

Pd = TR-TC

Keterangan : Pd = Pendapatan bersih usahatani (Rp) TR = Total Revenue/ Total Penerimaan (Rp) TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)

Untuk menjawab identifikasi masalah keempat (menguji Hipotesis 4) digunakan Kriteria Investasi R/C Ratio, dengan formula sebagai berikut :

R/C Ratio =

oduksi TotalBiaya

Penerimaan


(43)

Dengan kriteria : - Layak apabila R/C Ratio > 1 - Tidak layak apabila R/C Ratio ≤ 1

Untuk menjawab identifikasi masalah kelima (menguji Hipotesis 5) dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan saluran pemasaran yang ada di daerah penelitian.

Defenisi dan Batasan Opersional Defenisi

1. Petani/produsen adalah petani yang memproduksi dan sekaligus menjual bibit tanaman buah sebagai sumber mata pencaharian, disebut juga sebagai penangkar tanaman.

2. Analisis usahatani bibit tanaman buah adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui penggunaan input-input produksi (bibit, pupuk, tenaga kerja, peralatan, dan tanah), tingkat penerimaan, dan besarnya pendapatan bersih yang diterima petani dalam usahatani bibit tanaman buah.

3. Usahatani bibit tanaman buah adalah suatu kegiatan usahatani yang menjadikan bibit tanaman buah sebagai komoditi dalam usahataninya.

4. Produksi adalah seluruh hasil usahatani bibit tanaman buah yang dihitung per polybag bibit.

5. Usahatani dikatakan intensif apabila dalam suatu usahatani banyak menggunakan tenaga kerja, dan petani di daerah penelitian melakukan pengelolaan usahatani/tahapan kerja dilakukan secara sistematis/bertahap mulai dari pengolahan tanah sampai pemeliharaan tanaman.


(44)

6. Penerimaan usahatani bibit tanaman buah adalah hasil produksi dikali dengan harga jual.

7. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi masih berlangsung.

8. Input produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada bibit agar bibit dapat tumbuh dan memberikan hasil bibit yang baik, seperti pupuk, tanah, tenaga kerja, dan peralatan.

9. Pendapatan bersih usahatani bibit tanaman buah adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi.

10. Analisis kelayakan usahatani bibit tanaman buah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur apakah usahatani bibit tanaman buah layak atau tidak untuk diusahakan.

11. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang mengumpulkan hasil usahatani petani dalam daeerah tertentu yang menjual kembali ke pedagang besar. 12. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli bibit tanaman buah dalam

jumlah yang besar dari pedagang pengumpul, agen, maupun dari petani sendiri.

13. Pemasaran bibit tanaman buah adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan produksi fisik bibit tanaman buah dari produsen atau petani sampai ke tangan konsumen akhir.


(45)

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2009.

3. Varietas bibit durian yang diperbanyak ialah durian Bintan/Kani. 4. Varietas bibit mangga yang diperbanyak ialah mangga Tongdam 5. Varietas bibit rambutan yang diperbanyak ialah rambutan Brahrang. 6. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahatanikan bibit tanaman


(46)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa

Kelurahan Kebun Lada terletak di Kecamatan Binjai Utara, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 134,75 Ha. Jumlah penduduk di Kelurahan Kebun Lada sebanyak 4.563 jiwa. Daerah ini berada pada ketinggian 28 meter di atas permukaan laut dengan hari hujan rata-rata 8 hari per bulan dan curah hujan rata-rata 207,3 mm.

Adapun batas-batas dari Kelurahan Kebun Lada adalah sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Cengkeh Turi

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jati Negara  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Binjai Barat  Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pahlawan Keadaan Penduduk

Penduduk Kelurahan Kebun Lada berjumlah 4.563 jiwa, meliputi 2.263 (49,59 %) jiwa laki-laki dan 2.300 ( 50,40 %) jiwa perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 800 KK.

Menurut kelompok umur jumlah penduduknya bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.


(47)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Kebun Lada Tahun 2008.

No. Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. 0-6 380 8,33

2. 7-12 486 10,65

3. 13-15 604 13,24

4. 16-19 613 13,43

5. 20-26 1.045 22,90

6. 27-40 848 18,58

7. 41-56 443 9,71

8. ≥ 57 144 3,16

Total 4.563 100

Sumber : Kantor Kelurahan Kebun Lada Tahun 2008

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada pada kelompok umur 16-57 tahun yaitu 3093 jiwa (67,78 %) dan jumlah penduduk yang terkecil berada pada kelompok umur 0-15 tahun yaitu 1470 jiwa (32,22 %).

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Kebun Lada lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Kebun Lada Tahun 2008.

No. Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. Karyawan 2.048 44,88

2. Wiraswasta 896 19,63

3. Pegawai 163 3,57

4. ABRI / Polri 75 1,64

5. Petani 1.272 27,87

6. Pensiunan 109 2,38

Total 4.563 100,00


(48)

Tabel 4 menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian memiliki beragam jenis pekerjaan. Sebagai karyawan sebanyak 2.048 jiwa (44,88 %), wiraswasta sebanyak 896 jiwa (19,63 %), pegawai sebanyak 163 jiwa (3,57 %), ABRI/Polri sebanyak 75 jiwa (1,64%), dan petani sebanyak 1.272 jiwa (27,87 %).

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu kunci utama dalam mengembangkan dan membangun masyarakat terutama dalam menerima suatu informasi dan inovasi yang diperoleh. Gambaran jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Kebun Lada dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di

Kelurahan Kebun Lada 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1. Belum sekolah 825 18,10

2. Tidak tamat SD 987 21,63

3. Tamat SD 354 7,76

4. Tamat SLTP 857 18,78

5. Tamat SLTA 1185 25,96

6. Tamat Akademik (D1, D2, D3) 121 2,64

7. Sarjana 234 5,13

Total 4.563 100

Sumber : Kantor Kelurahan Kebun Lada 2008

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Keluraj\han Kebun Lada dapat dikatakan tinggi, karena 25,96 % dari seluruh penduduk dapat menyelesaikan pendidikan formal tingkat SLTA ke atas. Dengan demikian cara berfikir dan wawasan penduduk sudah maju.

Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah

Luas wilayah Kelurahan Kebun Lada menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, perkebunan, perikanan, lahan kering, persawahan, dan untuk sosial budaya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.


(49)

Tabel 6. Distribusi Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Kebun Lada Tahun 2008

No. Uraian Luas (Ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 28,00 20,78

2. Perkebunan 19,56 14,52

3. Perikanan 7,15 5,31

4. Lahan kering 52,59 39,03

5. Persawahan 15,00 11,12

6. Perkuburan, Jalan, Sekolah, Mesjid, Gereja, Rumah Sakit

12,45 9,24

Total 134,75 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Kebun Lada 2008

Tabel 6 menunjukkan bahwa penggunaan lahan kering merupakan yang paling luas, yaitu 52,59 Ha (39,03 %). Lahan kering banyak digunakan untuk perkebunan Negara, padi, palawija, sayur-mayur dan buah. Lahan yang digunakan untuk pemukiman ialah 28,00 Ha (20,78 %).

Selain itu sebagian jenis penggunaan tanah adalah untuk perkebunan 19,56 Ha (14,52 %), persawahan 15,00 Ha (11,12 %), lahan yang digunakan untuk fasilitas seperti perkuburan, jalan, sekolah, mesjid, gereja, dan rumah sakit

12,45 Ha (9,24 %). Untuk perikanan lahan yang digunakan ialah seluas 7,15 ha (5,31 %).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana yang dimiliki, maka akan mepercepat laju perkembangan daerah tersebut. Sarana dan prasarana yang dimiliki Kelurahan Kebun Lada ialah sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana pendidikan,dan sarana perhubungan. Sarana dan prasarana ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(50)

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Kebun Lada Tahun 2008

No. Uraian Jumlah

1. Mesjid 4

2. Musholla/Langgar 6

3. Gereja 2

6. Vihara 1

7. Rumah Sakit Umum 1

8. Puskesmas 1

9. Poliklinik 1

10. Posyandu 5

11. TK 5

12. SD 7

13. SLTP 2

14. SLTA/SMK 4

15. Jalan Protokol 16 km

16. Jalan Desa 8,5 km

17. Jalan Dusun 5,5 km

18. Jembatan 1

Sumber : Kantor Kelurahan Kebun Lada 2008

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Kebun Lada sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan sekitarnya di bidang keagamaan, kesehatan, pendidikan, perhubungan, ekonomi, dan sosial budaya.

Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

Tabel 8. Karakteristik Petani Bibit Tanaman Buah di Kelurahan Kebun Lada Tahun 2009.

No. Uraian Range Rataan

1. Umur (Tahun) 23-50 38

2. Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 9,2 3. Jumlah Tanggungan (Jiwa) 2-6 3,13

4. Luas Lahan (Ha) 0,12 - 3 0,78

5. Pengalaman Bertani (Tahun) 2-10 5,87 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan tabel 8 dapat dikemukakan bahwa umur petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 23-50 tahun dengan rataan 38 tahun. Data


(51)

tersebut menunjukkan bahwa petani sampel berada pada usia produktif sehingga sangat memiliki potensi untuk mengelola usahataninya.

Tingkat pendidikan formal petani sampel berkisar 6-12 tahun dengan rataan 9,2 tahun/KK. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel rata-rata ialah tamatan SMA. Artinya tingkat pendidikan petani sampel sudah baik. Hal ini dapat menjadi penunjang bagi petani dalam mengembangkan usahataninya dan lebih inovatif dalam memasarkan bibit tanaman buah.

Jumlah tanggungan petani sampel berkisar 2 – 6 jiwa dengan rataan 3,13 jiwa/KK. Jumlah tanggungan ini tergolong kecil, karena jika ada anak-anak petani banyak yang sudah dewasa dan bahkan sudah menikah tidak lagi menjadi tanggungan petani sampel. Selain itu ada juga petani yang memang memiliki sedikit anak dan masih sekolah sehingga mereka tidak dapat membantu dalam mengelola usahatani tersebut.1

Luas lahan usahatani pembibitan tanaman buah ini berkisar antara 0,12 – 3 Ha dengan rataan 0,78 Ha/KK. Luas lahan ini tergolong sedang karena kebanyakan petani sampel memiliki lahan yang merupakan hak milik yang digunakan untuk usaha pembibitan untuk usahataninya.

Pengalaman bertani petani sampel berkisar antara 2 – 10 tahun dengan rataan 5,87 tahun/KK. Pengalaman bertani ini sudah tergolong lama karena usahatani pembibitan buah ini sudah lama diusahakan dan dikembangkan di daerah penelitian.


(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Usahatani Bibit Tanaman Buah

Perbanyakan Bibit dan Penanaman Bibit Tanaman Buah I. Bibit Durian dan Bibit Mangga

Perbanyakan bibit tanaman durian dan bibit tanaman mangga dilakukan secara vegetatif buatan dengan menggunakan sambung pucuk, yaitu dengan menyambungkan batang atas dan batang bawah yang telah dibentuk serasi. Terdapat perbedaan perlakuan antara biji mangga dan biji durian. Pada biji mangga, biji yang telah dikumpulkan terlebih dahulu kulit luarnya dibuang lalu dikeringkan. Sedangkan untuk biji durian, biji yang telah dikumpulkan tidak dibuang kulit luarnya, biji langsung dibersihkan dari sisa-sisa daging buah,kemudian dicuci sampai bersih. Setelah itu biji dikeringkan untuk menghilangkan zat penghambat seperti getah yang terkandung dalam kulit buah serta untuk mencegah tumbuhnya parasit seperti jamur.

Biji yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian disemai selama 2 sampai 3 bulan dengan sistem bedengan menggunakan media tanam tanah, dan pupuk dengan perbandingan 1:1. Bibit yang telah berumur sekitar 2 sampai 3 bulan disambung dengan pucuk yang telah disediakan. Penyambungan dilakukan di

polybag yang telah diisi dengan campuran sabut kelapa (cocopeat) dan tanah

dengan perbandingan 1:4 untuk bibit mangga dan perbandingan 1:3 untuk bibit rambutan. Penggunaan sabut kelapa (cocopeat) sebagai media tanam berguna untuk melonggarkan tanah sehingga membuat sistem perakaran lebih kuat, selain itu cocopeat juga dapat menyimpan air, sehingga kelembapan tanah dapat terjaga.


(53)

Bibit biji berfungsi sebagai batang bawah, dan pucuk berfungsi sebagai batang atas.

Penyambungan juga memerlukan kecepatan, ketepatan, dan kebersihan. Pada saat penyambungan, bagian kulit dari batang atas dan batang bawah harus menempel tepat, begitu pula kayunya. Keberhasilan proses penyambungan benar-benar bergantung pada ketepatan dan keakuratan penempelan.

Setelah disambung, bibit diletakkan di dalam sungkup selama ± 1 bulan, kemudian bibit dibiarkan selama ± 1 bulan untuk beradaptasi dengan lingkungan luar, bibit yang telah berumur lebih dari 1 bulan dikeluarkan dari dalam sungkup dipindahkan ke polybag baru yang diisi dengan campuran tanah, pupuk kandang, pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1 hingga mencapai ¾ volume

polybag, kemudian sudah bisa dijual. Selama masa penyimpanan, bibit harus

dipelihara, seperti penyiangan rumput dan gulma, penyiraman pada sore hari dan pengendalian hama dan penyakit. Setelah berumur empat sampai enam bulan, dan bibit telah mencapai tinggi tanaman 40-80 cm, bibit sudah siap untuk dijual.

Cara perbanyakan Bibit Tanaman Durian dan Mangga yang dilakukan di daerah penelitian ternyata sesuai dengan cara perbanyakan yang telah dikemukakan oleh AAK dan Neni Suhaeni.

Tahapan perbanyakan bibit durian di daerah penelitian dengan cara sambung pucuk yaitu :

1. Pengupasan Biji

Ketersediaan biji atau seedling mempengaruhi jenis dan jumlah produksi bibit. Jika jumlah biji yang diperlukan tidak tersedia maka penangkar membatasi produksi. Penangkar umumnya membeli biji dari pedagang biji yang berasal dari


(54)

Aceh atau penangkar membeli langsung ke petani buah. Untuk biji mangga, biji terlebih dahulu dikupas dari kulit luarnya. Sedangkan untuk biji durian, biji dibersihkan dari sisa-sisa daging buah,dan dicuci sampai bersih, setelah itu biji dikeringkan. Biji yang telah dicuci dan dikeringkan dengan meletakkannya di atas goni plastik.

2. Penyemaian Biji dengan Sistem Bedengan

Meskipun pembibitan dilakukan di dalam polybag, bedengan pembibitan tetap dibuat. Biji yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian disemai di bedengan selama 2 sampai 3 bulan dengan media tanam tanah yang telah dicampurkan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 . Penyemaian dilakukan di bedengan pembibitan yang dibuat membujur dengan arah dari timur ke barat, dengan ukuran lebar sekitar 1 m - 1,5 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan atau keadaan lahan. Jarak antar bedengan berkisar antara 100 cm dan antara bedengan dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang berukuran lebar ± 40 cm dan kedalaman ± 30 cm.

Penyemaian dilakukan dengan alat bantu tugal sehingga tidak terjadi kerusakan pada biji. Setelah biji ditanam, media semai disiram hingga cukup basah (jenuh dengan air). Kemudian media semai ditutup dengan plastik transparan untuk menjaga kelembapan media semai. Di sekeliling media semai dibuat pagar pelindung, untuk menghindari gangguan binatang piaraan atau ternak yang ada di sekitar lahan.

3. Penyambungan Bibit

Bibit yang telah disemai kemudian dipindahkan ke dalam polybag yang berukuran tinggi 20 cm dan lebar 12 cm yang telah diisi dengan campuran sabut


(55)

kelapa (cocopeat) dan tanah dengan perbandingan 1: 3, lalu disambung dengan pucuk yang telah disediakan. Pucuk dapat dengan mudah diperoleh penangkar dari tanaman induk yang telah ditanam di lahannya sendiri. Bibit biji berfungsi sebagai batang bawah, dan pucuk berfungsi sebagai batang atas. Setelah di tanam di polybag, bibit segera disiram.

4. Pembuatan Sungkup Plastik (Media Pemeliharaan Bibit)

Pembuatan dan pemasangan sungkup plastik bertujuan untuk menjaga kelembapan, mengatur suhu, dan mencegah masuknya sinar matahari secara langsung ke dalam lahan pembibitan. Adapun langkah-langkah kerja pembuatan sungkup adalah sebagai berikut :

a. Mula-mula dibuat potongan-potongan bambu sesuai dengan ukuran sungkup, yaitu tinggi 50 cm, lebar 125 cm, panjang bambu yang dibutuhkan kira-kira 400 cm.

b. Potongan-potongan bambu kemudian disusun menjadi kerangka sungkup kemudian ditutup dengan plastik transparan.

Setelah sungkup dibuat, bibit yang telah disambung kemudian diletakkan di dalam sungkup selama ± 1 bulan sampai keluar tunas daun. Berdasarkan wawancara dengan penangkar di daerah penelitian, diperoleh informasi bahwa 1 sungkup dapat menampung ± 1.000 bibit tanaman.

5. Pemeliharaan Pertunasan

Sebulan setelah di dalam sungkup, akan tampak gejala pertumbuhan tunas daun yang baru. Bila tunas daun yang baru telah tumbuh, maka bibit sambung dapat dikeluarkan dari sungkup dan dipindahkan ke polybag baru dan telah diisi campuran sabut kelapa (cocopeat) dan tanah dengan perbandingan 1:3. Kemudian


(56)

polybag disusun dengan rapi dan ditempatkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung.

Adapun langkah-langkah pemeliharaan yang dilakukan selama masa pertunasan adalah :

a. Penyiraman

Penyiraman sangat menentukan keberhasilan pembibitan tanaman durian dan mangga. Penyiraman dilakukan secara kontinu setiap pagi dan sore hari, dengan menggunakan alat bantu sprayer dan gembor. Perlakuan penyiraman bertujuan untuk merangsang pertumbuhan tunas baru, dan menjaga kelembapan sehingga bibit tidak kering tidak gagal tumbuh menjadi bibit.

b. Pemupukan

Pemupukan dapat dilakukan sebulan sekali, yang bertujuan untuk meningkatkan unsur hara tanah. Pemupukan dilakukan dengan cara ditaburkan melingkari batang. Selain itu dapat juga diberikan zat perangsang tumbuh yaitu bevolan, agar bibit yang diperoleh nanti berkualitas baik.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang umumnya menyerang bibit tanaman durian dan mangga di lahan biasanya disebabkan oleh cendawan atau jamur, dan semut. Serangan pada daun tanaman menyebabkan terjadinya bercak-bercak cokelat dan daun mengering. Serangan pada batang dapat menyebabkan kulit batang membusuk sehingga bibit tanaman layu dan


(57)

mati. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur atau cendawan dapat dilakukan dengan penyemprotan menggunakan desis.

6. Penjualan bibit

Bibit yang keluar dari sungkup kemudian dipindahkan ke dalam polybag yang berukuran 20 cm x 18 cm. Polybag diisi dengan campuran tanah, pupuk kandang, pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1 hingga mencapai ¾ volume polybag.

Selama masa penyimpanan, bibit harus dipelihara, seperti penyiangan rumput dan gulma, penyiraman pada sore hari dan pengendalian hama dan penyakit. Setelah berumur empat sampai enam bulan, dan bibit telah mencapai tinggi tanaman 40-80 cm, bibit sudah siap untuk dijual.

II. Bibit Rambutan

Perbanyakan bibit tanaman rambutan dilakukan secara vegetatif buatan yang dilakukan dengan cara okulasi. Yaitu dengan menempel mata tunas dari suatu pohon kepada batang muda pohon yang berbeda. Okulasi dimaksudkan untuk menyatukan sifat-sifat unggul dari kedua tanaman. Biji rambutan yang telah dikumpulkan dikupas kulit buahnya hingga diperoleh daging buah yang mengandung biji. Untuk menghilangkan daging buahnya dilakukan dengan cara fermentasi biasa atau dengan fermentasi asam keras. Untuk fermentasi asam biasa dilakukan dengan cara mengupas buah rambutan, masukkan ke dalam bak kayu, lalu dibiarkan selama 24 jam. Kemudian biji dicuci hingga bersih, lalu diangin-anginkan di tempat yang teduh selama 24 jam. Biji siap disemaikan.


(58)

Untuk fermentasi asam keras dilakukan dengan cara mengupas buah rambutan, masukkan ke dalam bak kayu, lalu ditambahkan asam klorida 25 % kira-kira seperlima volume buah sambil diaduk selama 15 menit. Setelah itu biji rambutan dicuci hingga bersih dengan air yang mengalir selama 15 menit, lalu dianginkan selama di tempat teduh selama 24 jam. Biji siap disemaikan.

Penyemaian biji rambutan dilakukan dengan sistem pembedengan. Bedengan dilengkapi dengan tiang persemaian dan atap yang terbuat dari anyaman daun kelapa atau plastik transparan (tembus cahaya). Semaikan biji rambutan satu per satu sedalam 1,5 cm sampai 2,5 cm. Siram medium semai hingga tanah agak basah atau lembab, biji rambutan biasanya akan tumbuh atau berkecambah setelah umur 15 hari.

Setelah itu dilakukan kegiatan perawatan, seperti penyiraman yang dilakukan 1 sampai 2 kali sehari, penyiangan, pemupukan, penyemprotan pestisida dengan dosis rendah jika ada serangan hama dan penyakit. Bibit tanaman yang umurnya telah 6-8 bulan bisa digunakan sebagai batang bawah untuk okulasi.

Tahapan pertama dalam okulasi ialah menyediakan cabang/dahan yang digunakan sebagai batang atas (entris). Kulit dahan yang bermata tunas beserta kayunya disayat menyerupai huruf U terbalik, disediakan cabang yang berfungsi sebagai batang atas (onderstam) yang telah diiris tipis sepanjang 3 cm.Kemudian disisipkan mata tunas ke dalam celah sayatan batang bawah yang telah disayat, lilit bidang tempelan dengan rafia, tempelan dibiarkan selama ± 2 sampai 3 minggu.


(1)

1. Pengelolaan Usahatani

Petani mengalami masalah kekurangan modal, seperti modal untuk pembelian peralatan, seperti mesin air, sehinga terkadang produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Petani juga mengalami masalah kekurangan bibit, sehingga jika jumlah bibit yang diperlukan tidak tersedia maka petani akan membatasi produksi.

2. Pemasaran

Kurang terjalinnya komunikasi yang baik, seperti penyampaian informasi yang kurang antara pedagang perantara di Medan dan Tanjung Morawa dengan produsen bibit di daerah penelitian sehingga sering terjadinya ketidaksesuaian permintaan dengan jumlah stock/persediaan yang dimiliki oleh produsen bibit di daerah penelitian.

Upaya-upaya

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah pengelolaan yang dihadapi petani adalah :

1. Pengelolaan Usahatani

 Untuk mengatasi masalah kekurangan modal, petani atau pemilik usahatani dapat meminjam modal kepada Bank, atau lembaga perkreditan lainnya yang ada di daerah penelitian.

 Untuk mengatasi ketersediaan benih yang mempengaruhi jenis dan jumlah produksi bibit, petani dapat memperhatikan saat yang tepat melakukan okulasi untuk durian, rambutan dan mangga, yaitu saat musim kemarau karena pada waktu tersebut curah hujan berkurang,


(2)

sehingga petani dapat menambah jumlah produksi dan memperbanyak persediaan bibit. Ketika jumlah permintaan bibit tinggi, petani masih memiliki stock bibit untuk dijual.

2. Pemasaran

Petani bekerjasama dengan pedagang perantara bibit untuk memberi informasi pasar atau membantu pemasaran bibit tersebut. Seperti penyampaian informasi mengenai jumlah bibit yang akan diminta oleh pedagang perantara.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

7. Pengelolaan usahatani pembibitan tanaman buah sudah intensif.

8. Curahan tenaga kerja luar keluarga lebih besar daripada curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani pembibitan tanaman buah di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.

9. Total Biaya Produksi Pembibitan Tanaman Mangga lebih tinggi daripada pembibitan tanaman durian dan mangga.

10.Penerimaan, Pendapatan Bersih pembibitan tanaman rambutan lebih tinggi daripada pembibitan tanaman durian dan mangga pada usahatani penangkaran bibit tanaman buah di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.

11.Usahatani pembibitan tanaman buah tersebut layak untuk diusahakan.

12.Hanya terdapat dua saluran pemasaran bibit tanaman buah di daerah penelitian. Sehingga saluran pemasaran bibit tanaman di daerah penelitian singkat.


(4)

Saran

Kepada Pemerintah

Pemerintah dapat melakukan kegiatan yang dapat memotivasi para petani dan memotivasi kegiatan pembibitan yang dilakukan petani, seperti :

 Memberi penyuluhan kepada petani tentang bagaimana cara menghasilkan bibit unggul yang berkualitas.

 Dilakukan pemberian label pada bibit untuk bibit unggul dan berkualitas. Kepada Petani

Petani diharapkan agar dapat meningkatkan peran kelompok tani yang ada di daerah tersebut.

Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian mengenai peluang dan pengembangan usaha pembibitan tanaman buah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1991. Panduan Lengkap dari Pembibitan hingga Pasca Panen Mangga. Kanisius. Yogyakarta.

Assauri, S., 2007. Manajemen Pemasaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Agromedia, R., 2001. Teknik Menanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta. Black., A.J dan dean J. Champion., 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.

PT. Refika Aditama. Bandung.

Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Lakitan, B., 1995. Hortikultura, Budidaya, dan Pasca Panen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. PT. INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta.

Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Usaha Tani. Edisi Pertama. BPFE YOGYAKARTA. Yogyakarta.

Rahardi,F, dkk., 2000. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana, R dan Yuyun Yuniarsih Oesman., 2002. Rambutan Komoditas

Unggulan dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta.

Sa’id, E.G dan A.H Intan., 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Setiawan, A.I., 1999. Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sevilla, C., 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

., 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

., 2003. Agribisnis, Teori, dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

Suhaeni, N., 2007. Petunjuk Praktis Menanam Durian. Nuansa. Bandung. ., 2007. Petunjuk Praktis Menanam Rambutan. Nuansa. Bandung. Suratiyah, K., 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tarigan, K. 2002. Ekonomi Pertanian Indonesia/ Sumatera Utara. USU Press. Medan.

Ulifa, A., 2007. Mangga Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran. Dinamika Media. Jakarta.

Wibowo, R. 1999. Refleksi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Penebar Swadaya. Jakarta.